AUTHOR: Yak, setelah sekian lama akhirnya author menulis lagi, tapi author masih belum ngelanjutin cerita yang feeling –A-, GOMENNASAI ! author belum sanggup ngelanjutin –A-. mungkin beberapa minggu lagi baru author lanjutin –A- , BTW ini cerita baru yang idenya baru muncul tadi…. Yak, semoga minna san suka ya, ENJOY !

NOTE : YAOI, GAANARU, SASUNARU, GAJE, DLL.

NARUTO'S POV

Saat aku membuka mata, hal yang pertama kali terlihat olehku adalah….langit siang hari yang sangat cerah. Aku pun bangkit dari posisiku yang sebelumnya. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali untuk membiasakan mataku dengan keadaan disini. Aku sempat berpikir sebentar, mengapa aku berada di atap sekolah. Ah, benar , aku memutuskan untuk tidur siang disini. Humph ! ini karena mereka selalu mengerjaiku, sampai-sampai malam pun aku tak bisa tidur karena mereka. Aku melihat ke sekelilingku. Ah, itu dia ! aku segera bangkit berdiri, dan berjalan menuju buku-buku pelajaranku. Aku memungutnya satu-persatu, dan membawanya turun kebawah. Yah, mungkin kalian punya satu pertanyaan, yaitu, mengapa aku membawa buku pelajaran ke atap. Jawabanya adalah, aku tak ingin buku pelajaranku menjadi korban lagi. Garis bawahi kata LAGI. Ya, buku pelajaranku pernah jadi korban penyobekan , dari mereka… -_-.

Akhirnya, satu-persatu anak tangga aku turuni. Lorong anak kelas 2 masih ramai. Jika dipikir-pikir, hal itu normal sih, berhubung istirahat masih tersisa 5 menit lagi. Aku pun berjalan menuju kelasku. Didepan pintu kelasku, ternyata anak itu sudah menungguku. Huh…. Selalu saja ! aku pun menghampirinya. Tadinya aku mau berpura-pura tak melihatnya, tapi, saat aku berpapasan dengannya, dia langsung menarik lenganku, dan juga menyeretku untuk ikut bersamanya kedalam toilet.

"O..oi ! apa-apaansih !"

bentakku saat kita sudah sampai di toilet. Dia tak menggubrisku sama sekali dan malah langsung menarikku kesalahsatu tempat yang kosong, dan mengunci pintunya.

Aku menjadi sedikit ketakutan , memikirkan hal yang mungkin akan terjadi kepadaku….lalu, tiba-tiba ada suatu pikiran melintas di jika dia ….TIDAK ! tidak mungkin "hal itu" akan terjadi ! ia tak akan berani melakukan hal seperti itu kepadakku ! aku pun menepis pikiran itu. GREP. Aku pun terkejuut, aku merasa ada yang memegang tanganku. Dan benar saja, ternyata itu si Gaara.

"ada apa sih ?! dari tadi sikapmu itu aneh sekali !"

mendengar hal tersebut, Gaara langsung menatapku tajam. DEG. Gawat… jangan-jangan , ia akan benar-benar melakukan hal tersebut padaku ! aku pun tak berani menatapnya lagi. Aku langsung menundukan kepalaku. Tiba-tiba, aku merasakan tanganya menyentuh dagu-ku. Hal itu membuat jantungku berdegup lebih kencang dan perasaanku semakin tak karuan. Tiba-tiba kepalaku terangkat. Betapa terkejutnya aku, saat aku melihat bahwa jarak antara wajahku dan Gaara , hanya tinggal 1 senti. Aku pun langsung mendorong tubuh Gaara , yang jelas-jelas lebih besar dariku. Dan, sudah pasti hal itu tak akan berhasil.

"k..kau ini mau apa sih ?! kalau tak cepat katakan, nanti keburu masuk !"

"Aku.."

aku pun berhenti mendorongnya. Tapi, anehnya detak jantungku malah makin menjadi-jadi. Aku menunggunya melanjutkan kalimatnya. Genggaman tangannya menjadi lebih kencang. "aku mau kau, berpura-pura menjadi pacarku." Aku pun terkejut setengah mati mendengar hal itu. Aku langsung menarik tanganku. Aku mencoba meraih pintu keluar. Tapi, sebelum aku berhasil meraih pintu tersebut, Ia melanjutkan lagi kalimatnya. "hanya 1 bulan" aku langsung membalikan badan, dan menatapnya seolah tak percaya.

"a…apa maksudmu"

"hei, kau jangan salah paham dulu ! hal ini kulakukan agar Ayah dan ibuku menghentikan perjodohanku dengan Hinata ! apa kau mau aku dijodohkan dengan Hinata ?"

mendengar kata Hinata,aku pun langsung terdiam.

Aku memang sudah menyukai gadis manis yang pemalu tersebut sejak lama. Dan, tentu saja aku tak akan setuju jika mereka berdua dijodohkan. "atau jika kau masih tak mau, mungkin aku akan memberitahu mereka suatu hal tentang dirimu… mereka pasti sangat senang mengetahuinya.." Aku langsung menatap dirinya dengan tajam. Dia memang memegang satu rahasia besarku.

Dan, bukannya menjaga rahasia tersebut, ia malah menggunakannya untuk menindasku.

"Tapi, kita berdua 'kan cowok !"

"justru itu ! kalau Hinata tahu, dia pasti illfeel sama aku ! kalau Hinata gak suka sama aku, gak mungkin 'kan, orang tuanya tetap menjodohkan kita ?"

aku pun memikirkan hal itu. "tapi, nantidia juga illfeel sama aku dong !" jelas saja aku tak mau. Bagaimana jika Hinata mengira bahwa aku benar-benar gay ? tiba-tiba, seolah bisa membaca pikiranku, Gaara melanjutkan perkataaanya

"tenang saja, itu biar aku yang atur"

lalu, Gaara menatapku dengan lekat. Bagaimana lagi ? mau tak mau, aku pun menyetujuinya. "

Baiklah" Wajah Gaara berubah , seolah-olah semua bebannya hilang. Akhirnya, dia membuka kunci pintu toilet tersebut. Disaat kami keluar dari toilet, disaat itu juga Bel yang menandakan selesainya istirahat berbunyi. Kami berdua pun masuk kelas kami. Kami memang sekelas. Jadi sangat mudah baginya untuk mengerjaiku. Dan, yang lebih buruknya lagi, kami duduk bersebelahan. Kalau tak salah, sekarang harusnya jam pelajaran ohlaraga ! pantas saja , kelas kami begitu sepi.

"ini semua karena kau ! kita akan dihukum !''

\"makanya, lebih baik, kita cepat-cepat ganti baju , bodoh !"

tiba-tiba tangannya bergerak ke laci mejaku. Dia mengambil sesuatu yang familiar sekali. Ya, itu baju ohlaraga ku. Baru saja mau kuprotes, dia langsung menarikku lagi ke tempat ganti baju. "o…oi ! pelan-pelan !" selesai mengganti baju, kami berdua langsung berlari menuju lapangan.

"Kalian berdua ini ! kenapa kalian bisa telat ?!" teriak Tsunade-sensei dari kejauhan.

"i…ini semua gara-gara dia !" tuduhku sambil menunjuk kearah Gaara yang berdiri tepat di sebelahku. Sementara Gaara, terlihat sangat cuek.

"aku tak mau tahu, kalian berdua , harus membereskan gudang setelah pulang sekolah !" teriak tsunade-sensei . lalu, kami masuk ke barisan. Entah mengapa, jam-jam pelajaran terasa cepat sekali. Tanpa kusadari, ternyata, 2 menit lagi bel usai sekolah akan pun langsung memasukan semua buku pelajarankku kedalam tas. Masih terpikirkan dibenakku, tentang kejadian tadi siang. Kenapa Gaara harus meminta bantuanku ?! memangnya dia tak bisa meminta bantuan cowok lain ?! kenapa sih dia seneng banget ngerjain aku ?! huh mana abis ini aku harus membersihkan gudang dengannya lagi ! tiba-tiba, terdengar olehku, suara bel sekolah. Aku pun mengangkat tasku, dan pergi meninggalkan kelas. Tiab-tiba, aku merasakan ada yang memegang tanganku.

Aku pun membalikkan badanku. Ternyata, benar dugaanklu, itu adalah Gaara. "kau juga mau ke gudang 'kan ? kenapa tidak pergi denganku saja ?"

"k…kau, tak perlu membersihkan gudang !" ujarku. "a…aku bisa meminta bantuan…..Sakura-chan saja !" lanjutku sambil berlari menuju Sakura

. "Sakura-chan, bisakah kau membantuku membersihkan gudang ?" Sakura pun menghentikan pembicaraannya dengan Ino sebnetar. "Um… sepertinya bisa, kita mau pergi sekarang ?" baru saja aku merasa lega, tetapi, tiba-tiba Gaara menyela pembicaraan kami. "Naru-chan, bukankah lebih baik jika kau tak mengganggu orang lain dengan masalahmu ? lagipula, sepertinya Sakura tampak lelah"

Baru saja Sakura akan mengatakan sesuatu, tetapi Gaara sudah terlanjur menarik tanganku, menjauh dari keramaian, dan berjalan menuju gudang.

"oi ! kau ini apa-apaansih ! harusnya kau senang 'kan , kau tak usah membereskan gudang !"

"lebih baik, kita cepat bereskan gudang ini, atau, kau mau berlama-lama denganku, disini ?"

mendengar kalimat terakhir, aku langsung menatapnya dengan tajam, dan buru-buru membereskan gudang ini. Gudang ini terlalu besar untuk dibereskan hanya oleh 2 orang. Buku berserakan dimana-mana, peralatan olahraga yang sudah rusak, piano bekas, dan masih banyak lagi benda-benda lainnya. Dan, yang lebih buruknya lagi adalah, gudang ini sangat berantakan. Dan kami, harus membereskan gudang ini. Aku mulai mengangkat buku yang berserakkan, dan menaruh mereka pada rak yang telah disediakan. Sementara Gaara ? dia membersihkan piano yang kuyakin, debunya sudah hampir mencapai 5 senti. Setelah hamper 2 jam kami berkutat di gudang, akhirnya kami bisa pulang. Gaara tiba-tiba menghampiriku. Sebelum dia sempat mengatakan sesuatu, aku langsung melewatinya.

"oi ! Naruto !"

tanpa memperdulikan teriakanya, aku langsung menuruni tangga, dan keluar dari sekolah. Entah mengapa, aku malas sekali berbicara dengannya. Dia menjadi sedikit aneh hari ini. Seperti menjadi lebih…perhatian ? entahlah, aku tak mau memikirkan hal itu. Di perjalanan pulang, tiba-tiba, aku melewati sebuah rumah tua. Ya, rumah yang biasa aku lewati. Tapi, ada yang berbeda hari ini. Di halaman rumah tersebut, ada seorang laki-laki seperti sedang terluka. Aku langsung masuk kehalaman rumah tersebut. Aku menghampirinya. Dia sepertinya terkejut dengan kehadiranku.

"ma..maaf jika aku mengganggumu" ujarku. Dia tak menggubrisku sama sekali.

Biar begitu, tetap saja aku tak tega melihatnya terluka begitu.

"b..bisa kulihat sebentar tanganmu ?"

luka ditangannya terlihat parah. Aku langsung melepas ransel-ku, dan membongkar isinya. Sepertinya, aku membawa kotak P3K. ah, itu dia. Aku pun menarik kotak tersebut keluar. Aku pun langsung mengobati luka ditangannya. Bisa kurasakan selama aku membalut luka ditangannya, dia menatapku dengan begitu lekat. Setelah selesai, akupun membereskan kotak P3K-ku, dan memasukannya kedalam tasku. Aku pun banghkit berdiri, dan bergegas keluar dari rumah itu. Sebelum aku sempat berdiiri, tiba-tiba ia memegang tanganku. Aku pun terkejut, dan menatapnya.

"a…ada apa ?

" dia mendekatkan wajahnya kewajahku. Jantungku berdegup dengan kencang. Wajahku terasa memanas. Aku dapat merasakan nafasnya.

Ia mendekatkan bibirnya ke kupingku, dan dapat kudengar, ia membisikan sebuah kata.

"terimakasih"

suara baritone nya terdengar begitu jelas olehku. Aku pun tak dapat membalas perkataanya. Aku terlalu terkejut . aku pun berjalan menjauh, dan berlalri mneinggalkan rumah tersebut. Siapa sebenarnya laki-laki berambut raven tersebut ? apa yang ia lak,ukan disitu ? entahlah… aku pun segera melupakan kejadian tadi, dan melanjutkan perjalanan kerumah.

TBC