Pikiranku tersentak. Aku yang tadinya terlelap, kini telah terbangun. Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri, atau pingsan, atau apa pun itu? Ingin sekali aku membuka mata dan menggerak-gerakkan tubuhku. Nihil, aku seakan tidak punya tenaga untuk bergerak. Padahal aku ingin sekali membuka mata, melihat di mana aku, sebab tempat di mana tubuhku berbaring itu cukup keras teksturnya—kupikir itu adalah kayu.
Walau begitu, karena sebenarnya aku sudah sadar dari tidurku, aku bisa mendengar suara-suara di sekitarku. Tidak begitu jelas, sih, tapi ya, aku bisa mendengarnya.
"Kenapa kali ini mereka mengirim anak perempuan?" kudengar seorang anak laki-laki menanyakan hal itu, entah pada siapa.
"Entahlah," kata seorang anak lelaki yang lain. "Yang pasti, aku jadi tidak bisa memeriksanya dengan detil, dia kan, perempuan."
Kupikir anak laki-laki yang terakhir bicara itu mungkin seperti yang paling ahli soal memeriksa orang sakit—buktinya dia mengatakan hal tentang 'memeriksa'. Tapi, kalau dia tidak bisa memeriksaku karena aku perempuan, kenapa ia tidak minta tolong pada anak-anak perempuan saja untuk memeriksaku?
.
.
Disclaimer: The Maze Runner milik James Dashner, OC adalah milik author, author tidak mengambil keuntungan.
Warning: (mungkin) OOC, mengikuti alur Maze Runner dengan penambahan, sangat AR, author masih sangat baru mengenal fandom ini, Newt x OC.
A/N: Di fanfict ini Thomas, Teresa, Newt, Minho, Gally berumur 17 tahun. Gabungan dari buku dan film.
.
Stand By Me
Chapter 1
by Fei Mei
.
.
Aku berusaha untuk membuka kedua mataku. Pelan-pelan, akhirnya berhasil juga. Aku melirik ke langit-langit ruangan, kiri dan kanan. Tempat itu sekilas terlihat seperti gubuk bagiku, dan itu adalah gubuk yang bersih. Dan selain memperhatikan ruangan tempat aku berbaring, aku melihat tiga orang pemuda mengelilingiku: seorang pemuda berkulit gelap tanpa ekspresi berdiri dekat kakiku, seorang pemuda lain dengan rambut pirang yang agak panjang berdiri sambil melipat kedua tangannya di sebelah kananku, satu pemuda lagi bertubuh pendek dan berambut agak keabuan sedang memegang tangan kiriku—sepertinya ia sedang memeriksa denyut nadiku. Yang pertama melihatku membuka mata adalah yang berambut abu itu.
"Oh, kau sudah sadar rupanya," kata yang berambu abu-abu. "Bisa duduk?"
Aku berpikir sejenak, bisakah aku merubah posisi dari berbaring menjadi duduk? Lalu mencoba bertumpu pada kedua siku, menarik kaki-kakiku, menarik tubuhku untuk mencoba duduk. Kedua pemuda yang ada di kanan dan kiriku membantuku untuk bisa duduk.
Ketika sudah dalam posisi duduk, aku dapat melihat mungkin sekitar segenggam helaian rambut di bahuku. Aku mengambil rambut-rambut itu. Rambut itu berwarna coklat yang tidak tua dan juga tidak muda, dan rambut itu sangat panjang. Apakah itu rambutku?
"Kau terkejut melihat rambut panjang itu?" tanya pemuda berambut pirang di kananku, aku mengangguk. "Sama, begitu aku melihatmu di dalam kotak itu, dari luar kupikir mereka hanya mengirimkan rambut palsu yang panjang, tetapi kemudian kulihat kakimu."
Kotak apa yang dia maksud? 'Mereka' yang dia maksud itu siapa? Terlebih lagi, siapa tiga orang ini? Dan di mana aku?
"Namaku Alby," kata yang berkulit gelap, mungkin menyadari bahwa aku bertanya 'siapa tiga orang ini' dalam otakku. 'Yang pirang itu Newt, dan di sebelah kirimu itu Clint."
"Kau punya nama?" tanya yang berambut pirang, Newt.
Aku berpikir lagi. Nama? Tentu saja aku punya! Tapi ... apa? Aku mencoba menggali memori-memoriku, mencari halaman memori tentang namaku. Namun nihil, aku tidak bisa ingat siapa namaku. Tidak hanya namaku, aku juga tidak ingat apa-apa seperti asal-usulku, dari mana aku, siapa aku, dan sebagainya. Memoriku kosong melompong. Oh, tidak juga sebenarnya, aku masih ingat sebuah nama, tetapi itu bukan namaku, aku tahu itu.
Jadi, siapa namaku?
"Sepertinya kau tidak dapat mengingat namamu," kata Newt, membaca wajahku. "Tidak apa, itu normal, kami semua juga seperti itu awalnya, nanti kau juga akan mengingat sendiri namamu."
Aku mengangguk, agak lega. Tetapi benarkah bahwa ini normal?
"Kalau kau sudah merasa baik, aku akan memberimu tur," kata Alby.
Tur? Tur apa?
"Mungkin aku saja, Alby," kata Newt. "Aku tidak tega membiarkan seorang gadis kecil harus berada dalam tekananmu yang tidak panjang sabar."
"Baguslah," kata Alby, dan Newt pun terkekeh. "Kau urus dia."
Clint membantuku turun dari tempat aku berbaring dan duduk itu. Ketika aku berdiri, aku merasakan rambut coklat itu ujungnya mengenai bagian belakang lutut kakiku. Clint terlihat lebih pendek dari Newt, dan aku yang berdiri dekat Clint ini malah tingginya hanya lewat sedikit dari baru pemuda yang berambut abu tersebut.
Newt mengajakku keluar dari tempat tersebut, berkata bahwa ia akan mulai memberiku tur. Ia keluar lebih dulu, dan aku keluar setelahnya. Di luar, aku melihat sekelilingku. Astaga, aku di mana? Rerumputan yang hijau menghiasi tempat itu. Tempat itu dikelilingi tembok yang sangat tinggi. Dari setiap sisi tembok itu ada bagian yang terbuka, berarti ada empat jalan masuk untuk menembus tembok besar itu.
"Selamat datang di Glade," kata Newt. "Tembok besar yang sepertinya daritadi menyita perhatianmu itu dalamnya ada labirin. Hanya pelari yang boleh ke sana."
Lalu ia membawaku untuk melihat tempat-tempat yang dinamai sebagai Kebun, Rumah Darah, Wisma, dan Tempat Orang Mati. Selama tur berlangsung, aku mendapati lirikan-lirikan dari orang-orang di sana. Mereka adalah anak laki-laki. Usia mereka sekitar belasan tahun. Aku pasti juga berumur belasan tahun, tidak mungkin hanya karena aku pendek lantas umurku di bawah sepuluh tahun, kan?
"Berhenti melirik kemari dan kembali bekerja!" teriak Newt, membentak orang-orang yang melirikku, dan tak jarang ada yang melirikku dengan tatapan yang menggelikan.
"Apakah tidak apa kalau kau membentak mereka seperti itu?" tanyaku pelan.
"Tidak masalah, soalnya aku wakilnya Alby, jadi mereka tidak akan berani melawan," jawabnya. "Oh, omong-omong akhirnya kau mengeluarkan suaramu juga."
Newt tersenyum agak bangga. Dan kalau dipikir-pikir, sejak aku terbangun tadi, aku memang belum mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian aku memutuskan untuk mengeluarkan suaraku lagi.
"Kenapa mereka melirikku seperti itu? Apa ada yang salah denganku?" tanyaku lagi sambil melihat bajuku, mencari apa yang aneh.
Kulihat bajuku itu adalah kemeja lengan panjang kotak-kotak merah muda, putih, dan merah, yang agak kotor. Aku tidak mengenakan celana panjang, melainkan celana jins pendek yang panjangnya hanya sepuluh senti di atas lutut—makanya aku jadi bisa merasakan ujung rambutku pada kulit bagian belakang lututku.
"Tidak ada yang salah," kata Newt, ikut memperhatikan penampilanku. "Hanya saja mungkin karena kau perempuan, jadi mereka norak seperti itu."
"Hanya karena aku perempuan? Serius? Memangnya mereka tidak pernah melihat perempuan?" tanyaku, setengah tertawa. Kemudian aku mengingat-ingat, sepanjang tur, aku hanya melihat anak laki-laki, tidak ada perempuan. "Jangan-jangan hanya aku—"
"—hanya kau perempuan yang ada di sini, tepat," kata Newt, mengangguk. "Dan faktor lainnya mungkin karena rambutmu."
Pemuda yang bersamaku itu mengambil segenggam rambutku yang sangat panjang itu. Entah sebenarnya di luar sana ada yang memiliki rambut lebih panjang dari ini atau tidak, tetapi bagiku ini sangat panjang. Apa aku tidak pernah memotong rambut ini?
"Rambutmu sangat panjang. Warna rambutmu terlihat begitu terang dibawah sinar matahari," kata Newt lagi.
Aku memperhatikan rambutku. Itu benar. Di dalam gubuk tadi rambutku terlihat warna coklat biasa. Kini di bawah terik matahari, aku baru menyadari warna rambutku itu menjadi coklat terang, nyaris seperti jingga. Ya ampun, aku tidak bisa mengingat apa-apa, bahkan warna rambutku sendiri saja bisa terlupakan! Apa lagi hal kecil yang tidak kuketahui? Wajah! Ya, seperti apa wajahku?
"Newt," ujarku. "Wajahku seperti apa?"
Ia agak menundukkan kepalanya, ingin melihat lebih jelas ke wajahku.
"Wajahmu bulat, matamu besar dan berwarna coklat muda, hidungmu mancung, bibirmu kecil," ucapnya kemudian. "Aku tidak ingat kalau aku pernah melihat boneka sebelumnya atau tidak, tetapi mungkin kau seperti boneka, kecil dan mungil dan manis."
Agak tercengang mendengar kata 'manis' yang terlontar dari mulut Newt, aku menundukan wajahku, berharap poniku dapat menutupi wajahku yang agak merona merah karenanya.
"Oke, jadi tur sudah selesai," kata Newt. "Kurasa Fypan sudah selesai masak untuk makan siang. Oh, Frypan adalah koki di sini."
Aku mengangguk, mengikuti langkah Newt untuk mendapat makan siang. Matahari memang sangat terik. Aku berpikir mungkin saat itu adalah musim panas. Dan apakah matahari memang selalu seterik ini?
Masih berjalan di belakang Newt, aku bisa mendengar langkah kaki orang yang sedang berlari di atas rumput sekitar belakang kami. Yang berlari itu ada dua orang dan keduanya menyapa pemuda pirang di depanku ketika akhirnya mereka menyusul kami. Aku melihat kedua orang itu membawa tas kecil di punggung mereka. Yang satu berwajah Asia dan kulitnya agak kecoklatan, satu lagi berkulit putih pucat.
"Tumben kalian berdua sudah kembali, ini baru tengah hari," kata Newt, pada dua pemuda yang menyusul kami.
"Kami memutuskan untuk kembali lebih cepat hari ini, karena tahu akan ada Greenie yang baru," kata yang berwajah Asia.
"Begitu keluar dari labirin, orang-orang yang kami lewati memberitahu bahwa Greenie yang baru adalah perempuan," kata yang berkulit pucat, kemudian ia melirikku sambil menyunggingkan senyum di bibir. "Halo, Greenie."
"Greenie?" tanyaku pelan pada Newt.
"Oh, itu hanya panggilan kepada anak yang baru datang setiap bulan. Panggilan itu akan sangat melekat pada diri anak baru selama sebulan, sampai akan ada anak baru yang lain di bulan berikutnya. Dan untuk bulan ini, kaulah Greenie-nya," jelas Newt, aku hanya mengangguk.
"Aku Minho, Keeper untuk Pelari," kata yang berwajah Asia, kemudian ia memegang pundak teman yang di sebelahnya. "Dan ini Ben, dia Pelari juga."
"Kuharap aku juga bisa memberitahu namaku, sayangnya aku tidak bisa," kataku, sendu.
Pemuda bernama Minho itu menaikan sebelah alisnya, lalu menatap Newt.
"Dia belum mengingat namanya," kata Newt.
Minho dan Ben mengangguk dan menggumamkan 'oh'. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju kantin. Minho dan Ben berbaris di depan aku dan Newt. Saat giliranku, orang yang Newt bilang bernama Frypan itu memberikanku makanan dengan porsi yang sama dengan yang lain, lalu memberiku bonus: sebuah puding coklat.
"Hei, kau tidak memberiku puding?" tanya Newt, yang melihat Frypan menaruh puding di nampanku.
"Itu kubuat spesial hanya untuk nona kecil ini," kata Frypan.
Aku tersenyum kecil dan mengucapkan 'terimakasih', lalu ikut Newt berjalan menuju meja Minho, Ben, dan Alby.
"Aku tidak sebegitu kecilnya, kan?" tanyaku setengah berbisik pada Newt.
"Sebenarnya kau pasti bukan yang termuda di sini, yang paling muda itu adalah Chuck. Dia datang ke Glade bulan lalu," kata Newt sambil menunjuk anak berbadan bulat yang duduk seorang diri di sudut kantin. "Kalau soal tubuh, tubuhmu memang yang paling kecil saat ini."
Aku duduk sambil agak cemberut. Bukan apa-apa, sih. Hanya saja, aku adalah satu-satunya perempuan di tempat ini, dan masakah harus aku juga yang bertubuh kecil? Sungguh, aku merasa seakan yang paling lemah di sini. Aku agak menengok ke belakang, melihat anak bernama Chuck yang tadi ditunjuk Newt. Ia benar-benar makan duduk seorang diri. Para Glader—sebutan untuk penghuni Glade—yang datang ke kantin tidak ada yang mendekati meja anak itu. Kenapa?
"Boleh aku ajak yang bernama Chuck itu duduk dengan kita?" tanyaku.
"Ajak saja," kata Newt sambil menaikkan sebelah bahunya.
Sambil tersenyum, aku berdiri dari kursiku dan berjalan menuju meja yang paling belakang, meja Chuck. Sampai di depan meja itu, anak bernama Chuck tersebut mendongakkan kepalanya lalu tersenyum. Aku melihat ia sedang mengunyah makanan dalam mulutnya, tetapi ia berusaha memberiku senyum.
"Halo," sapaku. "Kau mau bergabung makan di meja denganku?"
"Halo juga," sapanya, setelah berhasil menelan. "Mejamu di mana?"
Aku menunjuk meja di mana Newt, Minho, Ben, dan Alby sedang makan. Tetapi sepertinya Chuck tidak begitu paham dan mengerti meja mana yang kutunjuk.
"Di meja Alby," kataku akhirnya.
"Ap—apa? Tapi dia kan, ketuanya! Ada Newt, Minho dan Ben yang Pelari juga!" kata Chuck, agak cemas.
"Ya, aku seorang Greenie dan duduk dengan mereka," kataku, tidak mengerti kecemasan Chuck. "Masalahnya di mana? Ayolah, makan bersama-sama."
Akhirnya Chuck setuju juga karena aku berjanji untuk duduk di sampingnya. Ketika aku kembali ke mejaku, empat orang pemuda di sana sudah hampir selesai makan, sedangkan makanan milikku masih utuh. Aku pun mulai makan dengan Chuck. Kami berdua tidak mengobrol, dan pembicaraan yang terjadi di meja itu hanya dilakukan oleh Alby, Newt, Minho, dan Ben.
"Cepat selesaikan makananmu, Chuck, pekerjaanmu masih banyak, kan?" kata Alby.
Aku mengerjapkan mataku. Jadi semua orang di sini punya pekerjaan masing-masing? Maksudku, Chuck terlihat seperti anak umur dua belasan tahun, dan pekerjaan macam apa yang harus ia kerjakan?
Tetapi Chuck menuruti kata-kata Alby, ia segera menghabiskan makanannya yang tersisa. Ia pamit padaku dan langsung keluar dari kantin.
"Dia bekerja sebagai apa?" tanyaku.
"Chuck seorang Slopper," jawab Ben. "Dia mencuci baju Glader, menyiapkan tempat tidur untuk setiap Greenie yang baru datang, membersihkan Wisma, dan semacamnya."
"Oh, seorang diri?" tanyaku lagi, kali ini sambil menyuap puding dalam mulutku.
"Ya, hanya dia yang menjadi Slopper saat ini," jarab Ben.
"Omong-omong, Greenie, dari barang-barang yang dikirim dalam kotak yang mengirimmu kemari, ada satu kardus besar yang ditujukan untukmu," kata Alby sambil berdiri. "Mungkin itu perlengkapan untukmu, baju, atau apa pun. Aku sudah meletakannya di kamar Newt."
"Kamar Newt?" tanyaku, bingung. Maksudku, ya, kalau itu barangku, kenapa ditaruh di sana?
"Oh, ya," kata Newt. "Jadi sewaktu kau belum sadarkan diri tadi, aku dan Alby berdiskusi tentang di mana kau akan tidur. Jelas kau tidak akan tidur di Wisma bersama sekitar empat puluh anak laki-laki, dan kau tidak mungkin tidur di luar juga. Aku, Alby, dan para Keeper punya kamar sendiri-sendiri, dan kamar paling besar adalah milikku dan Alby. Lalu kupikir mungkin kau lebih baik di kamarku daripada kamarnya."
"Ah, Newt? Kau berencana melakukan apa padanya?" tanya Minho.
"Tidak melakukan apa-apa!" jawab Newt sambil agak berseru pada Minho, lalu ia menoleh padaku. "Hei, kau tidak curiga padaku, kan?"
Aku menggelengkan kepalaku, tanda memang aku tidak curiga padanya. Lalu Newt bilang, setelah makan, ia akan menunjukkanku letak kamarnya. Aku mengangguk, mulutku masih sibuk merasakan betapa enaknya puding coklat buatan Frypan.
"Greenie, kau belum menghabiskan nasi dan lauk, lalu kau makan puding?" tanya Minho.
"Aku sudah kenyang," jawabku, jujur.
"Sungguhan? Kau makan sedikit sekali," kata Newt.
Itu benar, aku hanya makan sedikit, dan aku memang sudah kenyang. Frypan memberikan porsi yang sama kepada setiap Glader, dan aku hanya makan nyaris kurang dari setengah yang ada di nampanku.
"Kau tidak akan sanggup menjadi seorang Builder kalau makanmu hanya sedikit begitu," kata Minho.
"Oh ya, kau akan melakukan uji coba untuk setiap pekerjaan di Glade, agar kau bisa menemukan dan mengerjakan satu pekerjaan yang cocok untukmu," ujar Newt. "Ingatkan aku untuk bilang pada Gally bahwa kau mungkin tidak kuat menjadi Builder karena makanmu yang sedikit itu."
"Ingatkan untuk bilang pada siapa?" tanyaku, agak tersentak.
"Pada Gally, dia adalah Keeper untuk Builder," jawab Newt.
"Gally ada di sini?" tanyaku lagi.
"Eh, ya," jawab Newt.
"Kumohon, bawa aku kepadanya!" kataku, sambil menggenggam lengan Newt yang ada di sampingku.
Begitu mendengar nama Gally itu, aku langsung melupakan betapa enaknya puding buatan Frypan. Apa pun yang terjadi, aku ingin bertemu dengannya. Newt melihatku dengan ekspresi bingung, dan sesekali melirik Minho dan Ben. Kemudian dia menyerah dan memutuskan untuk membawaku tempat dekat Wisma.
Newt bilang bahwa aku tidak mungkin tinggal di kamarnya terus-terusan, maka Alby meminta Gally dan anak buahnya membangun wisma sederhana untukku—dan untuk jaga-jaga kalau akan ada anak perempuan lain yang akan dimasukkan ke Glade, intinya wisma untuk anak perempuan. Wisma itu rencananya akan dibangun di sebelah Wisma yang telah ada.
Sampai di sana, para Builder sedang tidak ada, Newt bilang mungkin mereka sedang mencari kayu di hutan. Di sana hanya seorang pemuda yang agak tinggi dan berambut terang duduk di atas rumput. Ia membelakangi Newt dan aku. Ia memegang kertas dan pensil, sepertinya ia sedang mencoba menggambar sesuatu.
"Gally," kata Newt, dan pemuda itu melihat ke belakang—pada kami, lalu berdiri.
"Hei," sapa Gally pada Newt, lalu ia menatapku. "Kau Greenie yang dibicarakan orang-orang?"
"Dia bilang ingin bertemu denganmu," kata Newt.
"Oh?" ujar Gally.
Aku maju selangkah, menatap lekat-lekat wajah orang yang bernama Gally itu.
"Apa namamu Gally?" tanyaku, memastikan.
"Ya, itu namaku," jawabnya, setengah tertawa.
Aku menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku. Jantungku berdegup kencang, entah kedua pemuda ini bisa mendengarnya atau tidak. Aku bisa merasakan air di kelopak mataku sudah siap tumpah. Dan aku langsung memeluk Gally.
"Kakak!" seruku, memeluknya.
"Ap—APA?!" Gally dan Newt terkejut.
.
.
~TBC~
.
.
A/N: Jadi Fei nekad gitu nulis fanfict di fandom ini, apalagi Fei belom baca Death Cure –tapi Fei tau apa yang terjadi pada Newt di buku itu. Hiks. Fei udah baca beberapa fanfict Newt x OC buat contoh, tapi semua yang Fei baca itu rata-rata intinya hanya OC ketemu Newt lalu jadi suka, atau OC dan Newt sebelumnya pernah kenal lalu mereka jadi inget satu sama lain. Jadi Fei berusaha bikin yang sedikit beda. Tapi kalau ternyata ujungnya sama ... maaf ya *ditampat*. Terus beda dengan fandom Harry Potter, di fandom Maze Runner Fei harus bolak balik buka wiki untuk cari nama-nama tempat dalam bahasa Indonesia, penampilan tokoh, dsb. Maaf lagi, amatir kuadrat soalnya.
Review?
