Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

Pairing : Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga

.

Warning : OOC (maybe). Typo(s). DLDR. Canon/semi Canon..

.

.

This Fanfiction Special to :

Kanayla/MellHinagaKuran/GeminisayankSayank/Aindri961/SasuhinaLover/Lavender/Nurul851/Lonelyclover/LinevyHimechan/CintyaCleadizzlibratheea/KimotoYuuhi/EireneSicaloverss/CahyaUchiha/Wiendzbica732/IndriHinata/BabyNiz137/Lighting69/NeMakiLucisCaelum/Arcan'sGirl/CallistaLia/VirgoShakaMia/OnyxDarkBlue/EgaEXOkpopers/

.

.

.

OoOoO

Langit sudah menggelap ketika Sasuke memasuki halaman rumahnya bersama seorang anak laki-laki berumur sekitar 6 sampai 7 tahun. Anak itu berjalan di belakang Sasuke.

SREK

Sasuke menutup pintu rumahnya dan melihat seorang wanita telah berdiri di depannya. Seorang wanita yang tengah mengelus perutnya yang mulai membuncit sambil tersenyum lembut menyambut kedatangan suaminya.

"Tadaima.."

"Okaeri Sasuke-kun.." Balas wanita itu, Hinata, sambil memeluk Sasuke.

Pelukan Hinata terlepas saat wanita itu merasakan kehadiran orang lain di sekitar mereka. Anak laki-laki tadi masih berdiri dengan takut.

"Siapa dia Sasuke-kun?" Tanya Hinata dengan lembut.

Menurut Hinata, anak laki-laki itu sangat lucu. Wajahnya tampan seperti Sasuke saat masih anak-anak. Rambutnya pendek dan juga berwarna biru gelap hanya saja rambutnya mirip seperti Itachi, Kakak iparnya.

"Masuklah. Akan ku ceritakan didalam." Sahut Sasuke.

Hinata mengangguk kemudian menggiring bocah lelaki itu ke dapur, Sasuke mengekor di belakangnya. Sesampainya di dapur, Hinata segera membuat teh, kebiasaannya ketika Sasuke pulang dari menjalankan misi dan beberapa cemilan untuk bocah kecil itu..

"Jadi.. Bagaimana ceritanya?" Tanya Hinata antusias.

"Saat itu..."

FLASHBACK

Sasuke menapakkan kakinya pada dahan-dahan pohon dengan mantap. Ia baru saja melakukan sebuah misi dan sekarang ia akan kembali kerumah. Bertemu dengan isteri tercintanya.

Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika ia melihat sebuah desa yang sudah porak-poranda. Ia pun memutuskan untuk melihat keadaan desa itu sebentar.

Desa itu telah hancur. Rumah-rumah banyak yang terbakar. Mayat-mayat pun berserakan.

'Ada apa ini?' Pikir Sasuke.

Kakinya terus melangkah. Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan. Apa ada orang yang selamat? Ia pun mendekati sumber suara. Disana, ada seorang bocah lelaki tengah meraung-raung di dekat dua sosok manusia yang telah terbujur kaku.

"Ibu... Ayah... Bangun."

Bocah lelaki itu terus memanggil kedua orang tuanya, namun mereka tidak akan terbangun lagi. Bocah itu tahu, dan ia terus menangis.

Tap

Bocah itu menoleh dan begitu ketakutan ketika melihat Sasuke. Menyeramkan. Itulah kata yang terlintas di otak bocah polos itu.

"Hei, nak!" Sapa Sasuke dan berjongkok di dekat bocah itu.

"KYA!" Bocah itu berteriak histeris. Ketakutan.

"T-tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu." Kata Sasuke menenangkan. Namun, bocah itu tetap saja ketakutan. "Hm.. Apa kau tahu, apa yang terjadi di desa ini?!"

Bocah itu mengangguk lirih, sepertinya ia sudah tidak begitu ketakutan.

"Mau bercerita?"

Bocah itu menggeleng. Mungkin masih trauma. Sasuke menghela nafas, memahami perasaan bocah itu. Kemudian pandangannya teralihkan pada dua sosok orang yang tergeletak di depannya.

"Mereka orang tuamu?"

Bocah itu kembali mengangguk.

"Hm.. Aku harus pulang sekarang." Ia bangkit dari jongkoknya. "Tapi aku tidak bisa meninggalkan mu sendirian di sini. Mau ikut denganku?"

Bocah itu tampak berpikir kemudian memandang kedua orang tuanya. Sasuke mengerti.

"Aku ikut menyesal tentang orang tuamu, tapi aku tidak bisa membawa mereka. Aku akan memberitahu kepala desa di desaku untuk mencari tahu apa yang terjadi di desamu ini. Jadi, kau mau ikut denganku?"

Bocah itu mengangguk lagi. Tapi kali ini tampak ada sedikit keraguan disana.

"Baiklah. Naik kepunggungku!"

FLASHBACK OFF

Hinata memandang sendu bocah lelaki yang ada di depannya. Kasihan sekali dia, nasib-nya seperti Sasuke, hanya saja ia lebih beruntung karena ada orang yang mau bersamanya saat ini, terlebih lagi orang itu adalah Sasuke. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Sasuke.

"Jadi, kau sudah memberitahukan hal ini pada Hokage?" Tanya Hinata setelah Sasuke selesai bercerita.

"Ya.. Aku sudah memberitahukannya. Dan dia memintaku bersama anak ini untuk sementara waktu."

"Tidak apa-apa. Dia tinggal bersama kita saja. Jadi, aku tidak akan kesepian saat Sasuke-kun pergi menjalankan misi."

Hinata tersenyum. Sasuke memandang isterinya dengan perasaan bersalah. Ia pun mengusap rambut panjang Hinata.

"Maafkan aku.." Kata Sasuke menyesal.

Hinata menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku mengerti."

Hinata beranjak dari duduknya. "Aku akan menemaninya tidur. Ayo sayang, kau harus beristirahat."

Bocah itu beranjak dari duduknya dan mengikuti Hinata menuju salah satu kamar dari 4 kamar yang ada di rumah itu. Sedangkan Sasuke hanya bisa tersenyum melihat Hinata yang begitu peduli dengan anak itu. Usia kandungan Hinata baru menginjak 5 bulan, tetapi dengan kehadiran bocah lelaki itu Ia merasa menjadi seorang ayah sekarang.

"Jadi.. Bagaimana biasanya ibu mu menidurkanmu?! Apa dengan mendongeng?" Tanya Hinata ketika mereka sudah berbaring di atas tempat tidur.

Bocah itu menggeleng.

"Lalu bagaimana?"

Bocah itu kembali menggeleng.

"Tidak mau cerita? Baiklah. Aku akan menidurkanmu dengan caraku sendiri." Hinata tersenyum kemudian membawa bocah itu ke dalam pelukannya.

Bocah itu tampak terkejut. Namun, perlahan tangannya terangkat untuk membalas pelukan Hinata. Hinata tersenyum ketika merasakan tangan bocah itu melingkar di punggungnya. Ia pun membalasnya dengan mengusap punggung bocah itu pelan.

OoOoO

Matahari telah bersinar terang ketika Hinata selesai menyiapkan sarapan pagi. Sasuke telah duduk disana dengan secangkir teh di depannya.

"Ohayou. Apa tidurmu nyenyak?" Hinata bertanya ketika melihat bocah kecil itu berdiri di pintu dapur.

Bocah itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Duduklah. Kita sarapan bersama." Kata Hinata lagi.

Bocah itu pun melangkahkan kaki kecilnya mendekati meja makan dan duduk di salah satu kursi. Kepalanya kembali menunduk ketika melihat wajah Sasuke yang menurutnya masih menyeramkan.

Hinata tertawa kecil ketika menyadari sikap bocah itu, "jangan takut, sayang. Dia orang yang baik."

Bocah itu mengangkat kepalanya dan mencoba melihat Sasuke yang tengah memperhatikannya sekali lagi.

"Kita belum berkenalan semalam. Namaku Hinata dan dia suamiku, Sasuke." Ucap Hinata memperkenalkan diri. "Lalu, siapa nama mu?"

Bocah itu terdiam.

"Tidak mau memberitahu? Hm.. Baiklah. Sekarang kita sarapan..."

"Sousuke." Potong bocah itu. "Namaku... Sousuke, tapi ayah dan ibuku biasa memanggilku Sou."

Hinata dan Sasuke terdiam. Mereka sedikit terharu karena bocah itu mau menjawab pertanyaan mereka. Padahal kemarin dia hanya mengangguk dan menggeleng.

"Nama yang bagus, Sou-kun." Hinata tersenyum lembut. Bocah itu, Sousuke, sedikit-banyak merasa nyaman di keluarga kecil itu.

"Nah, Sousuke. Apa kau bisa menceritakan pada kami, apa yang terjadi pada desamu? Dan bagaimana kau bisa selamat?" Tanya Sasuke.

Sousuke menunduk ketika mendapatkan pertanyaan yang mengintimidasi dari Sasuke. Hinata merasakan itu, kemudian menggenggam jemari suaminya.

"Jangan sekarang Sasuke-kun. Biarkan dia tenang dulu."

"Aku tidak tahu." Sousuke membuka suaranya. "Sore itu tiba-tiba ayah dan ibu berlari keluar setelah mendengar suara ledakan. Namun ibu kembali dan memintaku untuk bersembunyi diruang bawah tanah yang kata ayah tidak akan hancur bahkan di-bom sekalipun."

Sasuke dan Hinata mendengarkan cerita Sousuke dengan seksama.

"Aku duduk di ruangan itu sendiri. Aku takut dan cemas. Ibu dan ayah pun tak kunjung kembali. Aku tidak berani untuk keluar. Dan ketika aku keluar, desa sudah hancur." Sousuke menitikkan air matanya. Ia kembali bersedih ketika mengingat nasib kedua orang tua dan desanya.

"Sampai paman datang, dan menolongku." Tuturnya melanjutkan.

"Kau tenang saja. Kami ada bersamamu." Kata Hinata menenangkan.

OoOoO

Kakashi memandang bocah yang ada di depannya, Sousuke, dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia baru saja mendengar penjelasan dari Sasuke yang menceritakan apa yang Sousuke katakan padanya tadi pagi.

"Aku mendapat informasi, jika desa itu hancur karena para pemberontak dari desa itu. Tetapi aku belum tahu kenapa mereka memberontak." Jelas Kakashi.

"Dan untuk anak ini, kau bisa membawanya ke panti asuhan."

Sousuke terkejut. Ia akan tinggal di panti asuhan?! Ia menunduk sedih membayangkannya. Sasuke melihat kesedihan Sousuke kemudian beralih pada Kakashi.

"Tidak. Aku ingin merawatnya. Bolehkan?"

Kakashi terkejut. Sousuke juga terkejut. "Kau akan merawatnya? Apa kau serius?"

Sasuke mengangguk, "Ya.. Aku ingin ada yang menemani Hinata saat aku tidak ada di rumah." Kini ia memandang Sousuke. "Bagaimana?! Apa kau mau membantuku menjaga isteriku? Atau kau ingin di panti asuhan saja?"

Sousuke mengangguk, "aku mau membantumu menjaga bibi Hinata, paman."

Sasuke tersenyum kemudian mengacak puncak kepala Sousuke.

"Baiklah.. Jadi masalahnya selesai sekarang." Desah Kakashi lega.

OoOoO

1 minggu telah berlalu. Pagi ini Hinata pergi ke pasar ditemani oleh Sousuke. Sasuke tidak bersama mereka karena laki-laki itu baru pulang tadi pagi dan langsung pergi tidur.

"Hinata-chan!"

Hinata menolehkan kepalanya saat mendengar seseorang memanggilnya. Ternyata Sakura lah yang memanggilnya. Sakura berjalan mendekat bersama seorang balita perempuan bersurai kuning berumur 1 mingguan di gendongannya, Namira Uzumaki.

"Sakura-chan!" Seru Hinata.

"Ohayou, Sou-kun." Sapa Sakura pada bocah yang berdiri menggenggam tangan Hinata.

Sousuke tersenyum, "Ohayou bibi Sakura."

"Hah.. Kenapa dia bisa mirip sekali dengan Sasuke-kun ya?! Padahal tidak ada hubungan darah." Ujar Sakura heran. Nyonya Uzumaki itu sudah sering kali mengatakan hal itu ketika bertemu dengan Sousuke.

"Itu berarti dia memang ditakdirkan untuk menjadi bagian dari keluarga kami, Sakura-chan." Jawab Hinata sambil tersenyum saat melihat Sousuke menyentuh kaki kecil Namira. Sakura mengangguk membenarkan.

"Kau darimana Sakura-chan?"

"Ah! Aku baru saja menemui Nona Tsunade. Apa kau sudah selesai berbelanja?" Tanya Sakura.

"Sebentar lagi."

"Oh begitu. Baiklah.. Aku pergi dulu ya, Naruto sudah menunggu di rumah."

Hinata pun mengangguk mempersilahkan. Sakura melangkahkan kakinya setelah berpamitan pada Sousuke. Akhirnya, Hinata dan Sousuke pun kembali melanjutkan acara belanja mereka.

"Bibi.. Apa paman akan pergi lagi hari ini?" Tanya Sousuke saat mereka telah berjalan pulang.

"Entahlah. Memangnya ada apa?"

"Aku ingin paman melatihku agar bisa menjaga bibi dengan baik." Tutur Sousuke dengan nada cerianya.

Bagi sebagian orang akan terheran-heran ketika melihat Sousuke yang ceria. Ia melupakan kejadian dimana desanya hancur dan orang tua nya tewas dalam waktu singkat. Dan itu semua tidak lepas dari peran Hinata dan Sasuke yang telah membuat Sousuke kembali menjadi anak yang ceria.

"Nanti bibi akan membicarakan hal itu dengan paman." Ucap Hinata.

Sousuke mengangguk dan kembali memfokuskan pandangannya kedepan. Langkahnya berhenti ketika melihat pemandangan yang memilukan didepannya. Pemandangan dimana seorang anak tengah bersama kedua orang tuanya. Sousuke terdiam, Ia kembali teringat dengan kedua orang tuanya.

Hinata memandang Sousuke yang tiba-tiba berhenti dengan heran. Ia mengikuti arah pandangan Sousuke, ia tersenyum sendu kemudian mengusap rambut Sousuke.

"Jangan bersedih. Kau sudah bersama kami sekarang. Kau bisa menganggapku sebagai ibumu dan paman Sasuke sebagai ayahmu." Tutur Hinata lembut.

Sousuke mengangkat kepalanya dan memandang Hinata tidak percaya. "Benarkah?"

Hinata mengangguk. "Ya. Kau juga bisa memanggilku Ibu, jika kau mau."

"Ibu!" Sousuke memeluk pinggang Hinata erat. Air matanya menggenang dipelupuk mata, menahan haru.

Hinata kembali mengusap puncak kepala Sousuke. "Iya sayang. Ayo kita pulang."

"Hu'um." Sousuke mengangguk dan menggenggam tangan Hinata selama perjalanan ke rumah Uchiha.

OoOoO

Sousuke memandang sendu pemandangan di depannya. Ia melihat Sasuke dan Hinata tengah duduk bersama di ruang keluarga. Sasuke tampak menempelkan telinganya keperut Hinata dan sesekali tertawa.

"Kemarilah Sou-kun." Panggil Hinata saat memergoki Sousuke tengah memperhatikan mereka.

Sasuke menjauhkan kepalanya dari perut Hinata saat melihat Sousuke berjalan mendekati mereka.

"Kemarilah!" Sasuke membawa Sousuke untuk duduk di pangkuannya. "Apa kau ingin Ayah melatihmu?"

Sousuke terkejut. Ayah? Ya. Sasuke memang menyebut dirinya 'ayah'. Hinata telah menceritakan semua yang terjadi tadi pagi. Ia pun tidak keberatan dengan apa yang diusulkan Hinata, yaitu mengangkat Sousuke sebagai anak mereka. Yang artinya mereka benar-benar menjadi orang tua bagi Sousuke.

"A-ayah?" Cicit Sousuke.

"Iya. Kau mau Ayah melatihmu? Kau juga bisa masuk Akademi secepat... Eh?"

Ucapan Sasuke terhenti saat Sousuke berhamburan kepelukannya. Memeluk lehernya sampai ia sedikit terdorong kebelakang.

"Ayah!"

Sasuke dan Hinata tersenyum.

Tangan Sasuke terangkat untuk mengusap punggung Sousuke. "Ya.. Aku ayahmu sekarang."

.

.

.

.

~o~END~o~