Aru? Danna!

::

Gintama © Hideaki Sorachi

CN Scarlet

...Special Present...

::

"...Gawat! kita kehabisan mayones..."

-Hijikata Toushiro-

::

Danna...

Awal musim semi menjadi latar belakang cerita membosankan dimana aku menjadi pemeran utama. Meski bukan anime, ataupun manga, yang mana biasanya pria berambut ikal perak menjadi sasaran terutama 'anu'nya, kali ini tidak.

Karena, sudah kubilang, danna...

Dalam fanfic ini. , ketua divisi wahid shinsengumi, Okita Sougo adalah pemeran utama.

.

.

.

.

.

Eetoo...

Cerita ini dimulai ketika aku meninggalkan desa dan kakak tercintaku, Okita Mitsuba, untuk bergabung bersama rombongan mengadu nasib di ibu kota. Edo masih bersih kala itu. Perang telah usai lama dan para amanto sudah bergabung menjajah bafuku.

Tapi danna! Aku tidak akan membuat cerita ini terlalu berbelit dan panjang sekali seperti aslinya. Dan seperti yang kalian ketahui, sekarang ini Okita Sougo adalah kapten divisi satu shinsengumi yang selalu mengincar kepala Hijikata-san demi naik pangkat jadi wakil ketua Kondo-gorila.

Awal musim semi. Dimana banyak sekali festival, angkringan, dan anime baru muncul di permukaan, sama seperti kejahatan. Shinsengumi sibuk sekali sejak akhir musim dingin. Apalagi saat muncul kabar dan gosip yang menguar di distrik Kabukichou, yang setiap harinya selalu berganti-ganti dan semakin meresahkan masyarakat, Yorozuya Gin-chan "menghancurkan ini-lah, itu-lah.." apalagi hewan raksasa mirip anjing amanto mereka yang suka berak sembarangan.

Ckck... menambah pekerjaan saja, danna...

"Sadaharuuu... mattee!..."

Seorang gadis cina berkekuatan monster membawa payung ungu dan sekantung penuh sukonbu, berlari menghampiriku yang sedang mengamankan anjing amato putih yang nyaris mengotori air mancur dengan unko raksasa. Maskot yorozuya di Kabukichou sekaligus anak sang penghancur Umibozu yang punya porsi makan mengerikan dan selalu usil padaku di setiap episode anime Gintama, Kagura.

"Temee-yaru!... mau kau apakan Sadaharu-ku, aru?!"

"Danna.. harusnya kau didik peliharaanmu ini baik-baik, China no musume!" bentakku kalem tapi tak kalah sadis, "dia akan kubawa ke shinsegumi untuk ditahan sebelum unko-unko nya memenuhi edo.."

"Dame-yaru!" pekik Kagura sembari menarik tali kekang Sadaharu yang dipegangi Okita. Aku maksudnya, nggak mau ngalah. Rebutan sama Hijikata-san aja aku menang, lha ini, sama cewek abal-abal masa iya kalah? Danna...

Tapi beneran loh, cewek dengan penutup ot*ng di atas telinganya itu tenaganya bukan manusia biasa. Sepuluh orang samurai sejenis Gintoki Sakata atau Kondo Isao, aku nggak mau mengakuinya, danna... dia itu lebih kuat lagi.

Dan sekarang cewek jejadian ini menarik tali sekuat tenaga, tentu saja, aku langsung kewalahan!

Dalam adegan slow motion, tubuhku seolah terbang ke arah Kagura yang tersenyum lalu melongo. Wajahku nggak kalah aneh –tapi tetep ganteng- dan yang lebih parahnya lagi, mulutku jatuh duluan. Di tempat yang nggak seharusnya.

"Whaooo..."

Dengan raungan Sadaharu menjadi latar, warga Kabukichou yang kebetulan ada di taman, serta diiringi Gin-danna sepaket bersama Shinpachi kacamata dan Madao si penguasa taman yang melongo berjamaah. Menjadi saksi sejarah nista Okita Sougo yang kemudian mendapat tendangan di kedua telurnya.

"Hueee... baka-aru! KEMBALIKAN CIUMAN PERTAMAKU!..."

.

.

.

Kejadian itu sudah berlalu sekitar kurang-lebih lima tahun lamanya dan rasa kecut-asam sukonbu meracuni mulutku setiap mengingatnya. Bukannya kenangan indah yang selalu diingat ataupun terbawa mimpi basah, danna... itu memualkan sekali ketika tiba-tiba teringat hal tersebut, sama kayak makanan anjing kesukaan Hijikata-san, kira-kira begitulah.

Hubungan kami, shinsengumi bersama yorozuya memang membaik sejak banyak kejadian yang berlalu selama dua puluh musim. Tapi aku dan Kagura tetap rival yang suka meributkan masalah kecil. Kata-kata seperti "aku benci kau!" atau "sangat benci!" menjadi hal wajib ketika bertemu si sukonbu berjalan.

"Hei China! Kau takkan tumbuh kalau terus makan sampah itu!" ledekku, kebetulan aku ditugaskan mengawal anak bos shinsengumi (atau bisa di bilang "anak si kakek jahanam")menjaga toko, dan Kagura membeli –lagi-lagi – sukonbu.

"Apa kau bilang-aru? katakan sekali lagi-aru!"

Dan kami pun mulai bertengkar.

Untuk perempuan sembilan belas, Kagura memiliki wajah yang lumayan cantik dengan rambut orange panjang dicepol sebagian. Tubuhnya berbentuk dengan dada ideal yang bisa bikin shougun mimisan. Bohong banget gadis ber-cheongsam merah ini kukatai jelek, tapi yah, gengsi juga sih bilang cantik padahal nggak pernah akur sepanjang sejarah.

"Oi.. oi.. hentikan itu, tsundere!"

Tennen paama dengan sekardus susu stroberi di belakang, berjalan mendekat sambil mengupil. Sepatu boots yang nggak pernah dicuci itu berbunyi 'duk..duk..' dramatis, memberi kesan gangster, nyatanya wajah yang sama pemalasnya sejak lima tahun silam. Madao berkedok yorozuya dengan mata malas ikan mati dan dua jari tebar upil, Sakata Gintoki. "..nyan, nyan, nyaaan... ribut terus kalian! Tidak sadar ya sudah bertahun-tahun begitu. Kagura-chan, Souchirou-kun, kalian berdua sudah dewasa sekarang..." dia membuang nafas sebelum melanjutkan..

"Kenapa tidak coba yang lebih ekstrim, eh? Di rofu hoteiru, misalnya?"

"Ide bagus, danna..." balasku malas.

Tepatnya, formalitas doang. Lagian siapa juga yang mau, aku dan si china ini nggak pernah akur, ingat? Tapi dihitung dari metamorfosis-nya si pencinta sukonbu rakus bertenaga monster itu ke dalam bentuk S*ra Ao*, cowok mana yang nggak mupeng coba? Yah, sorry danna. Tapi Okita-kun tetap mager kalo disuruh ke tempat nista yang engkau sebut barusan. Maunya kukawini saja sekalian. Biar bisa kugarap see_

DUAKKH!

BUGHH...

Dan khayalan itu terbang bersama dengan jatuhnya pantatku dan si Tennen Paama menembus tembok kaca Edomarket. Bersama serpihan kaca, rak, dan isinya yang berhamburan, si pelaku yang tak lain gadis yang selalu pakai cheongsam itu tertawa sadis.

"... Taruh otak kalian di kepala bukan diatas burung, atau kuhancurkan burung sekalian telur-telurnya, dasar hentai!" lalu sumpah serapah khas jamban tak lulus sensor meluncur bebas setelahnya.

::

Shinsengumi tetap ramai apalagi menjelang makan malam. Terlebih barusan adalah hari libur divisi empat, yang artinya, divisi empat pula yang kebagian piket memasak. Susah payah Yamazaki Sagaru menjauhkan oni no fukkuchou dari ruang pencipta hidangan, menggantikan Kondo Isao yang masih nyangkut di dojo Kodokan.

Bisa fatal kalau si mayora menginjakkan kakinya di sana. Dia akan mengganti seluruh bumbu kare lezat a la divisi empat yang sudah shahih, dengan mayones mayorin kekuningan jahanam kesukaan Hijikata. Hanya mayones. Dan itu membuat mual seluruh anggota shinsengumi bahkan hanya dengan membayangkannya saja.

"Temeee... kenapa hanya aku yang tidak boleh memasak, hah?" protes Toushiro Hijikata, saat kuikat bersama tiang ruang utama-sekaligus ruang rapat, ruang berkumpul, dan ruang makan- merengek. Jomblo ngenes nggak sadar wujud, Toshi nggak sadar umur, nggak sadar makin keriput, memanggil-manggil namaku layaknya seorang do-M. Membuatku..

"Heh, nan chatte?"

...semakin bernafsu mengencangkan rantai di tubuh lelaki itu.

"S-Shou... gyaaaaaaaaAAaaaaAAAAAAA!"

Setelah pembagian makan malam yang khidmat, membiarkan Toushi kembali berkeliaran bersama mayonesnya, dan mengisi kembali energi untuk berburu kepala Hijikata-san, aku ketiduran untuk yang kesekian kalinya. Diciumin nyamuk ganjen untuk yang kesekian kalinya. Dan mimpi dicium Kagura untuk yang kesekian kalinya.

Oke, yang terakhir tadi ooc banget ya? ekhm...

Intinya aku nggak bisa tidur malam ini. Kembali menyampirkan pedang yang sempat di simpan, lalu keluar. Tepat di pintu gerbang kebesaran shinsengumi , ditanyai Kondo Gori, lalu lolos dengan alibi menemani Yamazaki patroli.

Daerah distrik Kabukichou setempat menjadi bagian perjagaan sebagian divisi satu, yang mana, aku sendiri pemimpinnya. Yamazaki mengunyah anpan sepanjang jalan, bekas tugas mengintai (baca = menguntit) Zura kemarin. Juga di tempat ini, kadang si rambut panjang yang seumur-umur bikin salah paham dari belakang, suka keluyuran. Jalan-jalan bersama pinguin-bebek putih bernama Elizabeth ataupun sekedar magang di bar bences.

"Zura ja nai! Zurako, deeetcuuu~"

Ih, bayangin ntu ossan crossdresser aja merinding disko jadinya!

"Aha.. lihat siapa yang malam-malam masih kelayaban?"

Sebuah suara khas seiyuu heroine-heroine tsundere terdengar dari arah atap. Aku mendongkak, dan mendapati seorang gadis tiga-empat tahun lebih muda dariku dalam balutan cheongsam putih keemasan, tak lupa juga dengan cepol rambut –yang sekarang Cuma pakai satu- dan payung ungunya, tengah menyeringai. Rambut orange jingga itu berkibar cantik dibawah terpaan sinar bulan.

"Oi, China! Itu kalimatku..." kataku malas. Coba elu pikir, dia cewek dan Okita-kun cowok, jelas lah siapa yang seharusnya duduk manis dibawah atap rumah yang hangat detik ini. "..sebegitu inginkah kau kubawa ke rofu hoteiru? Sampai menungguku keluar markas malam ini."

"Sialaaaaaaaaaaaaaan!"

DUARRR... DUARR... DUARRR...

Yah, lebih baik begini lah daripada dia makin keluyuran dan berakhir dengan dibekep om-om lalu dibawa otw ke tempat nista yang tadi siang bos yorozuya katakan. Mending kalau ketauan, gimana kalau nggak ada aku di sana? Hei danna, bukannya khawatir atau apa, dia itu monster betina paling sadis se-kabukichou. Bisa-bisa tidak hanya para penjahat kelamin saja yang dia kirim ke neraka.

Kan shinsengumi juga yang rempong nantinya.

Pertarungan makin sengit, walau aku memakai punggung pedangku dan dia tidak lagi memakai peluru payungnya, tapi ini nggak baik untuk terus dilakukan di daerah warga sipil. Yamazaki entah dia kemana. Intinya aku dan Kagura sudah berhasil baku hantam sampai di depan patung Shogun. Taman Kabukichou sepi kalau malam.

"Kau kenapa aru? Tidak biasanya kau selemah ini, aru!"

Gadis ini terus mencari celah, memukul atas-bawah, dan menendangku terutama bagian 'sini'. Aku jelas heran, sejak shinsengumi kembali dari perantauan selepas perang bafuku waktu itu, Kagura jadi lebih bersemangat. Bukan mengincar kepala atas seperti dulu, tapi yang membuatku heran, sekarang dia lebih mengincar kepala bawahku.

GREPP...

"Akh!"

Beruntung. Aku mendapat sedikit celah dan berhasil mendapatkan kedua tangan mungilnya. Ini berubah banyak sejak beberapa tahun terakhir, dan sangat halus, kupelintir pelan ke belakang punggungnya. Payung ungu dan pedang terlempar secara acak menyebabkan bunyi mengerikan, sejenis tong sampah yang terguling dan beberapa kucing liar menggeram bubar, dan maru dame da ossan alias madao yang keselek di pancuran belakang. Mengalahkan suara rintihan kecil si gadis cina. Wajahnya memerah.

Yah, nggak heran sih, ini jarak yang sangat dekat. Bahkan aku bisa mencium bau sukonbu tipis-tipis dari sini. Percayalah, posisi kami begitu erotis.

"Hei China! Kau benar-benar menyukaiku? Dari tadi yang kau incar hanya dua bolaku saja, eh?" ledekku, dia meludah ke samping. Aku semakin menyudutkannya, sampai punggung berbalut cheongsam itu menyentuh tembokan patung Shogun.

"L-lepas, bodoh!"

Ah... sepertinya aku semakin menyukai sensasi dari posisi ini. "Hoo.. rupanya kau.. ADAW!"

DUAKK!... DUAKK!...

.

.

.

.

.

TBC

"Oshiette~"

GINPACHI-SENSEEEEEEEEEEEEEEEII...

"Yo, Minna... ada author baru yang nyasar di fandom Gintama, yoroshiku!..."