SCAR

Levi x Eren

Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime

Story © Ayame Kaizumi

This is a commissioned fanfiction made for Aphin123 and published for everyone to read.

.

.

Ketika sosok familiar itu berjalan di sepanjang karpet merah menuju tempat ia berdiri, ada debar aneh yang mendominasi dada kirinya.

"Kau tampan sekali siang ini," bisik Eren ketika ia berada di sisi kirinya.

Tangan kedua sejoli bertemu, saling bertaut dan meremas. "Kau lebih."

Eren tersipu, tapi tidak bicara. Hanya membentuk senyum lebar yang terus menghias wajah. Mereka menghadap altar. Siap mengucap kaul. Jas hitam Levi tampak begitu serasi dengan tuksedo putih gading yang membalut tubuh ramping Eren.

Di baris kedua, Hanji menyedot ingus. Armin terus menerus memotret–sesekali berebut kamera dengan Connie yang ingin berganti mengabadikan momen. Bocah-bocah berisik, begitu Levi sering berkomentar. Tapi untuk sekali ini saja–spesial untuk hari ini–ia mengijinkan mereka terus bersuara. Biar saja Connie terjengkang dari duduknya, dan Armin berusaha menahan kameranya agar tidak jatuh. Tidak apa-apa ia mendengar si Kacamata Busuk cegukan.

Asal ada Eren di sisinya, ia sudah bahagia.

Levi sudah siap menyematkan cincin ketika senyum Eren berubah kaku. "Levi, bangunlah."

Levi mengerjap heran, antara tidak mengerti dan dorongan untuk menolak mendesak keluar. "Aku sudah bangun."

"Tidak, bangunlah."

"Eren?"

Bayang-bayang pasangannya mengabur. Meluber bersama latar gereja di belakangnya. Begitu pula Armin, Connie, Hanji… semuanya lenyap. Levi menolak percaya, tapi ia ditinggalkan sendirian di dalam kegelapan yang begitu familiar.

Bisik mesra Eren digantikan dengan erang kesakitan. Panik, Levi mencari. "Eren!"

Ia melihat darah.

Menetes di sepanjang setapak hitam, mengarah pada tempat tidur. Levi melangkah maju, tidak menemukan siapa-siapa di atasnya.

Hanya cairan tubuh yang membasahi seprai, berikut pecahan tabung percobaan.

Ada raung yang begitu familiar di telinganya. Semakin keras, semakin jelas. Berkali-kali menjerit sakit. Levi ingin menolong, tapi buta arah. Kakinya tersandung entah apa, ia menunduk untuk melihat.

Mayat Eren terbujur kaku di lantai gulita dengan perut robek bersimbah darah.

Levi terbangun tengah malam itu dengan kecepatan jantung berakselerasi berkali-kali lipat dan tubuh basah oleh keringat.