Assassination Classroom (c) Matsui Yuusei
by Vreezie (id: 5645325)
.
.
.
Yuuma ingin tahu apa yang dilihat Gakushuu ketika melihat tumpahan jelaga di atas sana. Gakushuu tidak suka menghitung bintang dan mungkin sudah jenuh ia memandang ke langit yang sama. Keadaan mereka bukanlah kali pertama. Dan Gakushuu membuat dirinya terkesan mencari sesuatu.
Tapi apa?
"Kau merindukan seseorang?"
Gakushuu menurunkan mata, melihat Yuuma yang wajahnya tampak-hilang di antara pendaran lampu putar yang sengaja ia letakkan di atas meja. "Kenapa kau berpikir begitu?"
"Matamu tak henti menerawang. Ehm ... kurasa sudah saatnya aku pulang."
"Tidak ada lagi kereta. Mau pulang jalan kaki?" tanya Gakushuu, tak sengaja tersenyum sedikit. "Kalau kau mau bilang kalau aku bosan denganmu, harusnya sudah sejak tadi sore aku membuka pintu dan mendepakmu keluar, bukan?"
"Aku tahu aku orang kecil," ucap Yuuma, mengeratkan kembali jaket longgarnya. Ia membalas pandangan Gakushuu yang telah beralih padanya dengan tatapan sulit diartikan.
Gakushuu terkekeh. Ia mengangkat tangan dan menepuk kepala Yuuma, mencoba menidurkan rambutnya yang mencuat. Tapi pada akhirnya Gakushuu selalu dibuat menyerah. Jemarinya ditarik, bersedekap.
"Jadi, apa yang sedang kau lihat?"
"Tidak ada. Aku hanya mencoba mendengar. Melihat yang tak ber'asa akan membuat indera yang lainnya lebih peka."
"Ah ... mungkin kau benar. Aku juga hampir tak bisa membedakan awan dan langit. Kukira tadi kau mengacuhkanku."
"Tentu saja. Mana mungkin aku mengacuhkanmu. Kalau aku memandangmu, aku yakin tak akan ada lagi konsentrasi."
Yuuma merasa lebih hangat. Udaranya sudah dingin dan mendapat perlakuan serupa adalah hal yang buruk. Ia bersyukur.
"Apa yang sedang kau dengar?"
"Aku sedang bertaruh apa aku bisa mendengar suara kehidupan dari atas sini. Semuanya menjadi kian samar."
"Mungkin karena banyak dari mereka yang sudah tidur." Yuuma menelisik sakunya, melihat layar ponsel, kemudian memasukkannya kembali setelah menekan lagi tombol kunci. "Sudah jam dua pagi. Kurasa kita harus ke dalam sekarang, Asano."
Gakushuu menggeleng, tangan Yuuma ia tangkap sebelum laki-laki itu luput di balik pintu. "Sebentar lagi."
Yuuma menghela napas. Ia menyerah. Gakushuu kembali memandang langit dan Yuuma mengikuti.
"Kau bisa melihat bintang, Isogai?" tanya Gakushuu setelah kesenyapan panjang.
"Entahlah. Sudah cukup lama aku tak melihat mereka."
Yuuma mencari untuk mendapatkan hasil kosong. Mungkin bintang mulai enggan membuat interaksi dengan manusia yang tamak.
Mereka saling mendiamkan, hingga Yuuma mulai kehilangan suara-suara samar di kepalanya. Ia menunduk, membuang figur langit, dan kemudian menemukan kota telah gelap.
Ia hampir lupa dengan pemadaman lampu.
Di sampingnya, Gakushuu mendesah lega. "Sudah mulai. Sekarang lihat kembali ke atas, Isogai."
Yuuma menurutinya, menemukan semuanya tampak indah, berkilau, dan bahkan bintik kecil di utara menjadi terlihat begitu bersinar. Ia terbawa, menjelajahi atap malam hingga tangannya bergetar.
"Asano ..."
"Indah, 'kan?" Gakushuu membuat pertanyaan retoris sambil lalu. "Sebuah langit malam tanpa kehidupan."
.
[Terkadang, tanpa cahaya tidak selalu tanpa harapan. Yuuma menemukan Gakushuu sudah memeluknya, di bawah bintang.]
END
.
.
.
A/N:
Bukain doc di hp, nemu ini. Pada akhirnya jadi kangen banget Asa(jr)Iso yang kalau romantis kebangetan sekali :(
R&R maybe? C:
