Disclaimer : KAITO © CFM, Vocaloid © YAMAHA.
Rated : T.
Genre : Humor, friendship, drama, slice of life, romance, dll.
Warning : Typo(s), abal, penggalan pengalaman author, GaJe, bahasa campur aduk, Kaito's POV only, dan lain-lain.
Cup 01 : Sembarangan
Aku sering berpikir soal pipis sembarangan. Mengingat nenekku sering berkata bahwa pipis sembarangan itu hal yang tidak baik. Kesimpulan awalku sebagai anak kecil yang polos adalah : Malu karena bisa keliatan. Namun, ternyata pipis sembarangan memiliki suatu yang berbahaya. Seolah-olah mengingatkan kita dengan cara yang sangat mistis.
Menurut aku pribadi, pipis sembarangan itu salah. Bukan karena tidak sopan. Bukan juga karena menimbulkan bau pesing yang menyeruak. Masalahnya, nggak mau 'kan jika karena pipis sembarangan, kita bisa saja dibawa ke kebun binatang? Bukan tanpa alasan, karena kita seperti singa jantan yang menandai daerahnya. Namun, akibat dari pipis sembarangan itu dialami oleh temanku, Yohio.
"Aku dikejar setan, bro…"
Aku sedikit bingung dengan perkataan temanku ini. Mukanya melas seperti kucing yang hendak dicabuli. Bedanya, kucing jauh lebih imut. Berbeda dengan mukanya yang amit-amit.
"Setannya suka ama kamu kali."
Yohio menggeleng. Tatapannya depresi, mukannya seperti orang ketakutan, bibirnya sedikit bergetar, mukanya nampak suntuk seperti kurang makan. Dari pengamatan bisa disimpulkan dia benar-benar ketakutan.
"Ya, emangnya kamu kenapa?" dari percakapan kami, aku terdengar seperti cowok yang sedang mendengarkan curhatan ceweknya.
Yohio pun mulai bercerita. Katanya, waktu itu dia sedang field trip ke gunung-yang namanya lupa-. Dia bilang waktu itu sedang kebelet sekali dan tidak ada toilet di gunung itu. Jadilah dia menuntaskan pangilan alam itu di sebuah pohon besar. Kemudian, dia bercerita sejak itu setiap malam ia selalu memimpikan sesosok wanita di pohon itu. Katanya, waktu pertama melihat 'sih cantik, tapi lama kelamaan wajahnya hancur, kemudian ekspresinya berubah menjadi marah.
Dari dengar pun aku sudah bisa menyimpulkan bahwa setannya marah pada Yohio. Mungkin saja pohon itu adalah rumah sang setan. Wajar aja 'sih jika setannya marah, aku pun bakal marah kalau ada orang yang pipis sembarangan di kamarku. Aku akan marah besar! Tapi, yang terbayang olehku, apakah setan perempuan itu marah karena dikencingin atau karena diperlihatkan benda kesayangan Yohio itu? Atau malah lebih ekstrim? Mungkin setannya tengah tiduran di bawah pohon menikmati matahari, kemudian tiba-tiba disodori pemandangan tidak senonoh dan mukanya dikencingin. Manusia pun pasti akan marah besar! Ini jelas-jelas penghinaan! Mana ada yang terima dikencingin ketika sedang santai!? Aku hanya berharap tuh setan kagak mangap pas dikencingin Yohio.
Anehnya, setelah aku bercerita tentang itu, Yohio hanya menatapku dengan jijik dan dua kata penuh makna terucap.
"Joroklu, iew…"
Dapat disimpulkan bahwa Yohio adalah ABG salah pergaulan. Namun, karena aku teman yang baik, sopan, tidak sombong, dan rajin menabung. Aku menepuk pelan bahunya sambil mengucapkan kata-kata penuh makna.
"Nasibmu…"
Yohio cuma bisa ketawa garing. Nampaknya dia teman blasteranku ini sadar bahwa ia bertanya pada orang yang salah. Mungkin di karena lama tinggal di Inggris, dia kagak tahu bahwa pipis sembarangan adalah hal yang tabu di sini.
"Gimana 'dong, Kai? Aku takut sangat, nanti kalo aku kerasukan gimana?"
"Kalo kamu kerasukan paling cuma dandan kaya' cewek di depan cermin pake daster."
Dan bogem gratis aku dapatkan sebagai hadiah.
Setelah insiden itu, aku jarang ketemu Yohio. Sekalinya ketemu mukanya kaya' orang stress begitu. Aku bisa menyimpulkan bahwa dia masih diikuti oleh setan pohon itu. Mungkin saja setan itu ingin Yohio membersihkan tempat dia membuang cairan berbahayanya itu. Aku bisa bayangkan setan itu datang ketika malam hari tepat jam dua belas malam seperti Dracula di film-film.
"Yohio… aku mau potong *piiip*mu…"
Kemudian Yohio akan berteriak seperti cewek nyaris diperkosa ketika setan itu menunjukan taringnya. Namun, karena Yohio melihat bulan purnama, ia pun berubah menjadi werewolf. Sehingga pertarungan pun terjadi.
Memang agak aneh juga 'sih mendengar hal seperti itu di zaman modern begini. Tapi nyatanya hal-hal seperti itu terkadang benar adanya. Selain pipis sembarangan, nenekku sering melarangku untuk berbicara kasar sembarangan. Bila kita logikakan, ada benarnya juga perkataan nenekku itu. Kalau misalnya bicara kasar seperti itu bisa menyakiti orang lain. Coba saja lihat. Gimana kalau orang marah mengatakan kata-kata kasar itu.
Misalnya seorang sedang mengecat dan tak sengaja kepeleset, kemudian mengatakan kata-kata seperti, 'SETAN! Kaki gue!' Ini benar-benar tidak sopan. Pasalnya sang setan tidak melakukan apa-apa.
Sering juga kalau berkata kasar di tempat tertentu bisa diikuti oleh 'penunggu'nya. Hal ini pernah dialami oleh Lily.
Hal ini kuketahui ketika aku dan Mikuo belajar kelompok di rumahnya. Lily tinggal bersama dengan nenek dan kakeknya. Ketika aku dan Mikuo sampai di rumahnya, kami disambut oleh kakek dan nenek Lily. Mereka pun melakukan sikap lilin sebagai penyambutan. Nggak lah!
Ketika masuk ke kamar Lily, keliatan banget ni anak jarang banget ngeberesin kamarnya. Bahkan kamarku pun lebih rapi dari kamar ini. Ketika kami tengah berdiskusi dengan khusuk, Mikuo menyenggol sikutku. Kemudian jarinya menunjuk ke suatu arah. Dan tepat di sana. Di arah yang titunjuk, terdapat dua buah benda keramat yang paling penting untuk para perempuan. Bergantung pada hanger seragam sekolahnya dengan begitu angkuh benda abad antahberantah. Beha dan pantsu.
"Li, beha ama CD kamu ngantung 'tuh. Simpen lah. Mana datar lagi," dan dengan sukses kepala si jenius ini terkena bantal.
Berapa lama kami berdiskusi, melupakan soal dua benda keramat tadi. Lily tiba-tiba berbicara dengan muka yang dibuat seram.
"Kalian sadar nggak? Kalau suasana rumahku agak aneh…?"
"Aneh gimana?" tanya Mikuo dengan muka bloonnya.
"Coba lihat sekeliling 'deh…"
Aku dan Mikuo pun dengan gobloknya mengikuti perintah Lily. Mungkin kami berdua terlihat sebagai om-om mesum yang sedang mencari benda keramat di kamar seorang cewek. Dan aku merasakan hal yang aneh. Mataku serasa sedikit kabur ketika melihat hal yang jauh. Apakah ini adalah distorsi dimensi karena mahkluk halus? Atau karena lemparan bantal yang mengenai mukaku tadi?
Setelah aku bercerita kepada Mikuo dan Lily. Lily melakukan gerakan cepat dengan memakaikan kacamataku yang ada di saku kemejaku.
"Jadi gini… aku diikuti setan…" ujarnya dengan muka yang horor. Terlihat dan terasa sekali kehororannya. Kulitnya jadi putih, rambutnya jadi panjang, matanya jadi bulat (kaya'nya emang begitu).
Aku sama sekali tidak peduli, namun Mikuo nampak sangat antusias mendengarnya. Kemudian Lily dengan nistanya mengubah diskusi kelompok kami dengan curhatan dirinya yang diikuti oleh setan lepas. Dia bercerita bahwa waktu itu dia sedang bertengkar dengan pacarnya tercintah. Sehabis itu dia pergi ke toilet perempuan dan berteriak-teriak dengan kata-kata kasar di dalam toilet itu. Sialnya, karena sekolah kita-kita adalah bangunan peninggalan Belanda yang dibilang angker. Bonusnya Lily diikuti oleh penunggu toilet perempuan itu.
Hantu itu tidak salah. Dia hanya tinggal di toilet dan kemudian Lily nongol di dalam toilet dan marah-marah tidak jelas serta berkata kotor di depannya. Siapa pun juga nggak suka. Bayangkan aja, kalo orang yang sedang marah biasanya bukan cuma suaranya menggelegar telinga, tapi juga ludahnya menyembur bak air terjun Niagara. Pastinya 'tuh penunggu toilet marah karena kecipratan ludah ni anak satu. Belum lagi, berdasarkan cerita Lily, habis itu dia boker di toilet itu. Sempurna, bukan Cuma penuh ludah, tapi juga penuh bau busuk dari sisa-sisa pencernaan manusia. Mungkin jika hantu itu punya pesbuk dia akan mengupdate status seperti ini.
[Manusia sialan! :( Udah diludahin, malah dijejelin bau bangke lagi. :poop:]
Siapa juga yang tidak marah jika tertimpa musibah seperti itu? Aku pun pasti marah jika tiba-tiba ada yang nyelonong teriak-teriak di depan mukaku dengan mulut yang belum sikat gigi dan hujan lokal sebagai bonusnya. Belum lagi kalo 'tuh orang tiba-tiba pup di depan aku. Walaupun aku yakin nggak ada juga yang bakal melakukan hal itu di depanku, kecuali jika orang itu lulusan dari universitas RSJX.
Aku jadi berpikir, yang dikatakan orang tua itu memang benar. Kita tidak boleh sembarangan melakukan apa pun. Semuanya ada tempat, situasi, dan kondisi yang tepat. Juga pikiran harus di pikirkan dengan matang. Aku tidak ingin jika aku sudah dewasa nanti anakku yang menginjak SMP pup di depan wastafel. Mengerikan, bukan? Yang lebih parah jika setelah itu tempat itu digunakan untuk mencuci peralatan makan.
Aku jadi ingat ketika Yohio sudah terlepas dari kejaran setan pohon itu. Katanya, dia bisa terbebas dari kejaran setan itu. Katanya, dia disuruh oleh pendetanya untuk datang ke pohon itu lagi dan meminta maaf serta berdoa. Hasilnya cukup memuaskan karena dia tak lagi diikuti. Aku ingat betul mukanya yang bahagia bak narapidana yang baru dibebaskan dari hukuman mati ketika mengatakan bahwa dirinya sudah bebas.
"Benar, Kai! Lega sekali rasanya karena setan itu udah nggak ngikutin."
Aku cuma bisa mengangguk-angguk disko mendengar perkataan Yohio. Mungkin rasa lega yang dirasakannya lebih nikmat daripada rasa lega ketika dia buang hajat di pohon angker itu. Walaupun sampai sekarang aku nggak tahu dimana dan seperti apa pohon itu.
"Tapi, aku belajar satu hal penting…"
"Apaan?" tanyaku pada pemuda blasteran berlogat itu.
"Jangan buang air di sembarang tempat lagi…"
"Jadi kamu pernah buang air di wastafel juga?"
Yohio cuma menatapku dengan tatapan jijik dan aneh. Kemudian mengucapkan kata-kata bermakna dalam.
"Kamu 'tuh sinting…"
~END~
Author's Territorial
Kaito : Yeah, ini memang cerita yang pernah saya alami. Dan ini dari sudut pandang saya alias Kaito. Nama-nama tokoh asli saya samarkan dengan nama Vocaloid untuk melindungi masa depan mereka yang indah. Oh iya, disclaimer hanya di chapter satu, itu sudah ++ untuk chapter selanjutnya. Maaf garing, btw, R&R?
