Mayu: Yaa~ Mayu kembali dengan membawa our triangle love from Bando Spider! *seret2 Julie, Akaba, sama Kotaro* anggap saja, fic ini selingan dari saya sambil menunggu fic Devil Bats Camping selesai! xDb

Kotaro: apa-apaan ini? Tidak SMART! *nyisir*

Akaba: Fuu… apa itu triangle love? *metik gitar*

Julie: kalau triangle love menyangkut Akaba sih tidak masalah… tapi.. *lirik Kotaro* kenapa dia harus terlibat?

Kotaro: apa? Aku ini cukup tampan dan SMART untuk menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan tahu! *nunjuk2 pake sisir*

Akaba: irama mu dalam cinta sangat fals.. lebih baik cukup aku dan Julie yang terlibat, jadi akan menjadi kisah cinta yang bermelodi merdu…

Kotaro: kenapa kau selalu melibatkan segala sesuatu dengan gitar bodohmu itu, hah? Sudah kuduga, kau memang tidak SMART! *ludahin Akaba*

Julie: Sudah hentikan kalian ini! *tabok Kotaro sama Akaba*

Mayu: Y-yah, intinya, mari mulai ceritanya.. ^^"

.

~~**An Eyeshield 21 Fanfiction**~~

~~**Triangle Love by Mayumi Koyuki**~~

~~**Eyeshield 21 by Riichiro Inagaki and Yusuke Murata**~~

~~**Warning! OOC, OC, typo(s), Gaje tingkat dewa, sok dramatis, sinetron abis, humor garing, etc**~~

~~**Genre(s): humor, parody, drama, friendship, romance**~~

.

Bando..

Yah, di sinilah ketiga sahabat ini menjalani kehidupan mereka sebagai pemain amefuto dan manajer, juga sebagai siswa siswi sekolahnya. Terlepas dari kehebatan mereka saat berada di lapangan, tentu mereka hanyalah remaja biasa yang sudah sewajarnya merasakan cinta. Dan celakanya, cinta itu terjadi tidak pada jalur masing-masing. Tiga sahabat itu mulai menemui konflik mereka. Perkelahian? Itu sudah biasa, mengingat dua laki-laki ini selalu meributkan hal-hal sepele.

Jadi apa konfliknya?

Memang benar perkelahian….

Namun yang diributkan kali ini adalah wanita, yang ternyata sahabat mereka sendiri, sang manajer, Julie. Kedua laki-laki itu selama ini sudah menyimpan rasa tersembunyi pada Julie. Kotaro, sang kicker SMART—meskipun itu menurut dirinya sendiri—dari Bando itu sangat menyukai Julie sejak dia pertama masuk Bando dan berpapasan dengan wanita berambut pendek itu di klub yang mereka ikuti bersama, amefuto. Sama halnya dengan Akaba, sang tight end handal dan jenius di Bando yang juga menyukai Julie pada waktu yang sama seperti Kotaro.

Dan sekarang mereka di sini, di ruang klub bersama dengan Julie yang sedang beres-beres, Akaba yang sedang menyetem gitarnya, dan Kotaro yang sibuk menyisir.

Hening saat itu, karena hari sudah sangat sore, dan hampir semua warga sekolah sudah kembali ke rumah masing-masing. Begitu juga anggota tim Bando Spider yang lain. Dimana setelah selesai latihan, mereka langsung berbondong-bondong keluar sekolah untuk menikmati lautan kapuk di rumahnya.

Lama suasana hening itu terjadi..

Hingga Kotaro membuka suara, "Hey, ayo kita pulang! Rambutku sudah SMART lagi berkat sisir SMART milikku!"

Akaba menyahut, "Sebentar lagi, aku hampir menemukan nada yang pas untuk gitarku…"

"Lupakan dulu sejenak gitar bodohmu itu! Kau 'kan bisa menyetemnya di rumah? Dan suara yang dihasilkan pasti bisa lebih SMART!"

"Tahu apa kau soal musik? Jangan sok mengajariku…"

"Tch, aku 'kan hanya memberi masukan! Kalau kau memang tak setuju, tak perlu meledekku seperti itu!"

"Fuu… irama musikmu sangat buruk hari ini.."

"Arrgh, aku tidak mengerti yang kau katakan! Kau memang tidak SMART!" Kotaro menunjuk Akaba dengan sisir lipatnya. Ia pun menoleh pada Julie. "Hei, Julie! Mau pulang sekarang?"

Julie pun menoleh, "Maaf kotaro, tapi aku ada janji dengan temanku… jadi, sepertinya tidak bisa…"

"Ah, sayang sekali... ya sudah, aku pulang sendiri saja…" Kotaro pun mengambil tasnya dan beranjak keluar. Baru saja ia memegang gagang pintu, tiba-tiba—

BRAK!

—dirinya terjepit ke dinding karena pintu itu dibuka dari luar oleh teman Julie dengan keras. Sepertinya wajah Kotaro sudah tidak smart lagi. Dengan wajah rusak dan hidung mimisan akibat terkena hantaman pintu, membuat dirinya kesal tiada banding.

"Julie! Ayo kita pergi!" ujar teman Julie itu dengan tanpa dosanya.

"Eh? I-iya…" Julie sweatdrop dengan sukses.

"Hng?" teman Julie itu melirik ke balik pintu. Ia terkejut melihat Kotaro yang tengah menempel di dinding yang hampir retak itu. Cepat-cepat ia meminta maaf.

Akaba tersenyum mengejek sambil membunyikan gitarnya dengan nada yang agak humor atau lucu,"Fuu… kurasa aku tahu apa yang akan kau katakan sebentar lagi…"

Kotaro segera bangkit dan menunjuk-nunjuk perempuan itu dengan sisirnya, "Tadi itu benar-benar tidak SMART!"

"Fuu… benar 'kan dugaanku.."

"Setidaknya kau bisa mengetuk pintu dulu 'kan? Kau ini perempuan tapi kasar sekali! Lihat rambutku! Padahal tadi bentuknya indah dan SMART! Tapi jadi hancur dengan tidak elitnya gara-gara kau!"

"Sudahlah Kotaro.. lagipula dia sudah minta maaf.. iramamu kasar sekali.."

"BERHENTI MENYANGKUTKAN BERBAGAI HAL DENGAN MUSIK! ITU TIDAK SMART!"

Julie pun akhirnya melerai, "Sudahlah, kalian ini! Berhenti berkelahi! Aku dan temanku juga akan segera pergi sekarang! Jadi Akaba, tolong nanti kau kunci pintunya ya! Sampai jumpa!"

BLAM

Julie pun menutup pintu ruang klub, dan pergi bersama temannya.

"Tch, aku tak pernah mengerti kenapa perempuan itu sulit dimengerti!" ujar Kotaro sambil menyisir rambutnya kembali.

JENG JENG

Akaba memetik gitarnya. "Fuu, ini baru irama yang indah.."

"Sial, lama-lama aku bisa muak mendengar suara gitarmu itu! Bahkan bisa-bisa aku malah jadi benci musik gara-gara kau!"

"Jika kau jadi benci musik jangan salahkan aku.. jika kau memang tidak suka dengan iramaku, kau tinggal pakai penyumbat telinga… beres, 'kan?"

"Aku tak mungkin harus membawa penyumbat telinga kemana-mana bodoh! Itu tidak SMART! Lebih baik kau yang tidak usah membawa gitarmu kemana-mana!"

"Aku sudah menyatu dengan gitarku ini… kombinasi nada dan irama kami sudah tak dapat dipisahkan.. ditambah lagi, aku setiap saat harus selalu melantunkan lagu untuk bisa menarik perhatian dirinya…"

"Keh, masih belum mau mengalah juga kau, ya?"

"Kau sendiri?"

"Dalam soal cinta, jelas aku pemenangnya…"

"Jangan terlalu percaya diri… beat yang berlebihan bisa membuat suara sumbang.."

"Sudah kubilang jangan sangkut pautkan dengan musik!"

"Sebentar lagi dia ulang tahun… aku akan mendapatkannya lebih dulu…"

"Hm? Oh iya, dia ulang tahun 3 hari lagi…"

"Kau bahkan lupa ulang tahunnya? Tidak smart…"

"JANGAN MENIRU TRADEMARK MILIKKU!"

"Fuu… baiklah, aku menantangmu kali ini, Kotaro…"

"M-menantang?"

"Siapa yang bisa mendapatkannya dalam kurun waktu tiga hari dan menyatakan cinta padanya tepat di hari ulang tahunnya lebih dulu, maka si pemenang akan mendapat hadiah.."

"Apa hadiahnya?"

"Saat kencan pertama, semua biayanya ditanggung oleh yang kalah… bagaimana?"

"Hoo, terdengar cukup menantang! Kurasa, kau sangat SMART kali ini!"

"Baiklah, sepertinya kita seirama sekarang.. deal?"

"Deal!"

Maka dengan pernyataan perang tersebut, Akaba dan Kotaro memutuskan untuk pulang bersama menuju rumah masing-masing. Oh, dan tentu tak lupa, Akaba mengunci pintu ruang klub terlebih dahulu!

Sepertinya mulai besok, Kotaro dan Akaba akan semakin sulit diakurkan. Ditambah lagi, ini menyangkut gadis yang sama-sama mereka cintai..

Julie…

~malam harinya; kamar Akaba~

Pria berambut dan bermata merah ini tengah melantunkan suara-suara halus dari gitar elektriknya. Ketika tengah asyik bermain dengan melodi-melodi indahnya, ia berpikir tentang tantangannya bersama Kotaro.

"Fuu… sepertinya aku harus mulai mencari cara untuk melakukan pendekatan dengan Julie.." Akaba menaruh gitarnya sejenak, lalu merebahkan diri di kasur. Mencoba berpikir dengan tenang. "Hmm, mungkin sebaiknya aku meminta tolong saja pada seseorang.. tapi siapa ya?"

Akaba mengambil ponselnya, dan melihat-lihat daftar orang-orang yang ada di kontaknya. "Hmm… jelas aku tak mungkin minta tolong pada Kotaro atau Julie.. jadi, mungkin sebaiknya aku mencari bantuan dari tim luar…"

Akaba menekan tombol ponselnya ke bawah. Ia telusuri kontaknya. "Ichiro Takami…" gumamnya. "Tidak, kurasa, dia kurang pas iramanya dengan hal-hal berbau cinta…"

Maka Akaba kembali menelurusi kontaknya. "Habashira Rui… tidak.. dia terlalu kasar dalam hal percintaan.." maka Akaba kembali menjelajah. "Kongo Agon…. Hmm, dia cukup populer di kalangan wanita, dia juga selalu bisa mendapatkan wanita dengan mudah.. tapi, cara dia mendapatkan wanita tidak senada dengan prinsipku… sebaiknya aku cari lagi yang lain.." kembali Akaba menjelajah.

"Hiruma Youichi… tidak, setan Deimon itu pasti tak akan mau terlibat…" Akaba kembali menjelajah. "Anezaki Mamori…"

Akaba diam sejenak. "Dia perempuan, selain itu, dia juga dekat dengan Julie… tapi…. Kalau aku dekat-dekat dengannya, si setan itu bisa marah-marah.. ah, siapa ya?" akhirnya, pilihan Akaba jatuh pada list di kontaknya dengan awalan huruf K.

"Ini dia! Dia orang yang tepat!" maka Akaba langsung bergegas menelepon orang itu.

~sementara itu; kamar Sena~

Sena tengah asyik mengerjakan tugas sekolahnya. Hingga tak lama, ponselnya berdering. Ia pun memutuskan mengangkat telepon itu terlebih dahulu.

"Halo?" sapa Sena pada sang penelepon di ujung sana.

"Halo? Sena, aku minta bantuanmu!" ucap sang penelepon, Akaba.

"Akaba? Ada apa?"

"Err… begini, aku sedang menyukai seorang gadis.. dan… dan.. aku harap kau bisa membantuku.."

"HIIE! Aku tak pengalaman soal cinta! M-mungkin, kau lebih baik bertanya pada Suzuna, cheerleader kami… kau punya nomor ponselnya tidak? Kalau tidak, aku akan—"

"Kumohon Sena! Aku tidak mungkin meminta tolong pada cheerleader Deimon… aku ingin dibantu olehmu, karena kita bisa memandanganya dari sudut pandang laki-laki!"

"T-tapi—"

"Aku tidak mungkin meminta tolong pada gadis yang dekat dengan Julie, karena mereka bisa-bisa membocorkannya pada Julie—"

"Tunggu! Kau… kau suka pada Julie? Manajermu sendiri?"

"Kenapa? Apa itu salah?"

"T-tidak juga sih.. tapi, entah kenapa mengingatkanku pada dua orang yang aku kenal…" Sena sekilas membayangkan Hiruma dan Mamori.

"Fuu.. kurasa aku tahu siapa yang kau maksud…"

"Ah, kalau begitu, kenapa kau tidak minta tolong pada Kak Hiruma? Dia punya pengalaman dalam menyukai manajernya sendiri…" betapa polosnya kau Sena.

"Aku juga sempat memikirkannya, tapi ayolah, kita bicara dengan si setan itu di sini.. kau pikir dia mau membantu? Sekalipun dibujuk oleh Anezaki, belum tentu dia mau.."

"Iya ya… apalagi masalah cinta… dia pasti tak akan mau ikut campur…"

"Fuu.. baiklah, sudah diputuskan, kau yang akan menjadi cupid ku…"

"Cu—apa?"

"Lagipula, kita seirama, jadi pasti akan lancar.. baiklah, sudah dulu ya… aku harus mengelap gitarku agar terlihat lebih berkilau.. dan satu lagi! Jangan bocorkan pada siapa-siapa, kalau aku menyukai Julie! Mengerti?"

"B-baiklah…" lagi-lagi, hanya bisa pasrah.

"Bagus… selamat malam.."

"Malam…"

KLIK

Telepon terputus.

Sena menghela nafas panjang. "Bagaimana bisa aku membantu Akaba dalam soal percintaan?" dia membuka ponselnya lagi, dan melihat wallpaper ponselnya dengan gambar dia sedang memakai seragam Eyeshield 21 bersama seorang gadis berambut biru tua dan memakai seragam cheerleader Deimon. "Mana mungkin aku bisa membantu Akaba… kalau kisah cintaku sendiri saja belum bisa kuselesaikan.."

*sementara itu…*

~Kanagawa Street~

Ditengah gemerlapnya kota, serta lampu-lampu dari berbagai sumber menyinari, hati seorang kicker dari Bando yang sedang berjalan santai di tengah malam ini nampaknya redup. Ia kebingungan. Ia memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa menyaingi sahabatnya sekaligus rivalnya itu dalam tantangan cinta mereka.

Pria itu—Kotaro—menendang batu kecil yang ada di hadapannya. "Hiyaaaaaah!"

DUAK

"Itte!"

"Eh?"

Betapa kagetnya Kotaro, saat ternyata batu yang dia tendang melayang tepat ke kepala Musashi!

"Waaah! Maaf, Paman!" sahut Kotaro tanpa dosa karena ditambah lagi sudah menyebutnya paman.

Musashi swetadrop sambil mengelus kepalanya. "Aku tahu kau ini penendang yang akurat, tapi bukan berarti kau harus menendang APAPUN ke arah MANAPUN dengan SESUKAMU…"

"Hahaha, maaf maaf! Habisnya, aku sedang kesal, Paman!"

"Dan jangan panggil aku Paman… aku ini masih sebaya denganmu…"

"Supaya lebih akrab… hahaha!"

"Terserah.."

"Wah, wah.. sepertinya kau memang benar-benar marah! Ya sudah, kutraktir secangkir kopi panas! Bagaimana?"

"Boleh…"

*lalu…..*

~di sebuah cafè~

Musashi dan Kotaro terlihat sedang menikmati kopi mereka masing-masing sambil sedikit bercakap-cakap.

"Jadi, bagaimana?" tanya Kotaro tiba-tiba.

"Apanya?" sahut Musashi agak heran sambil tetap meminum kopinya.

"Kau sudah memaafkanku 'kan?"

"Bagaimana ya?"

"Ah, kau ternyata kadang bisa benar-benar kejam… yah, kuakui, cukup SMART!"

"Hm…"

Hening sesaat. Sepertinya, dari raut wajahnya, dia sudah memaafkan Kotaro. Musashi 'kan memang bukan pria pendendam. Malah dia cenderung tidak terlalu mempedulikan lingkungan sekitar.

Hanya seorang pria yang…

Datar-datar saja…

Kotaro pun memecah keheningan diantara mereka, "Hey… apa kau… pernah jatuh cinta?"

Musashi sontak kaget dengan pertanyaan Kotaro, "Maksudmu?"

"Ya… kita 'kan masih remaja… jadi… err… mungkin saja kau pernah berpengalaman dalam hal cinta!"

"Tidak…"

"Apa? Ah, tidak SMART!"

"Memangnya kenapa?"

"Yah, kau tahu… wajar bukan, kalau remaja sepertiku—ehem—maksudku, remaja seperti kita merasakan cinta?"

"Jadi, kau sedang jatuh cinta dan ingin meminta bantuanku dalam urusan cintamu itu?"

"TEPAT! SMART SEKALI!"

"Kau salah orang, aku tidak tahu apa-apa soal yang seperti itu…"

"Ya, sudah kuduga dari awal.."

"Tapi, kalau untuk memberikan sedikit nasehat yang aku tahu, mungkin aku bisa.."

Mata Kotaro mendadak berkilau, "Benarkah?"

"Ya, tak ada salahnya mencoba.. lagipula, aku sedang menganggur…"

Sontak Kotaro menyalami tangan Musashi, "Terima kasih! Selain kicker yang SMART, kau juga cupid yang SMART!"

Musashi sweatdrop, "Tak masalah…" namun kemudian Musashi mempertanyakan satu hal, "Siapa gadis yang kau sukai?"

Semburat pink muncul di wajah Kotaro. Sambil pura-pura menggaruk pipinya, ia menjawab, "I-itu… manajer timku sendiri, Julie…"

"Oh.." Musashi hanya ber-oh ria.

"Apa? Kupikir reaksimu akan sangat mengejutkan?"

"Hm? Memangnya harus ya?"

"HARUS!"

"Tapi aku sudah biasa melihat kejadian cinta lokasi seperti itu.. jadi bagiku tidak ada yang harus dikejutkan.."

"Agh, kau ini… sangat tidak SMART!"

"Baiklah, jadi?"

"Eh?"

"Bagaimana langkah pertama kita?"

"Err, begini, aku dan Akaba sama-sama jatuh cinta pada Julie. Lalu kami membuat tantangan, barang siapa yang bisa mendapatkan Julie tepat pada hari ulang tahunnya nanti, saat kencan pertama semua biayanya akan ditanggung oleh yang kalah… dan aku tak bisa membiarkan uangku keluar dari dompetku untuk membiayai kencan Akaba dan Julie nanti! Sangat tidak SMART!"

"Jadi, maka dari itu kau sangat ingin menang?"

"Iya! Sangat ingin menang! Tidak boleh kalah dari si pemain gitar murahan itu!"

"Hm, baiklah, aku coba membantumu… ulang tahun Julie kapan?"

"Sekitar tiga hari lagi.."

"Kalau begitu kita masih ada waktu…"

"Yah! Tolong bantu aku ya?"

"Kuusahakan… baiklah, waktunya aku pulang.. ayahku bisa mengomel banyak kalau aku pulang terlambat.. " Musashi bergegas menghabiskan kopinya, "Oh, dan terima kasih untuk kopinya.."

"Haha, tak masalah!" ujar Kotaro sambil mengacungkan sisirnya.

Maka tak lama kemudian, Musashi kembali beranjak ke rumahnya, begitu juga dengan Kotaro.

*esok harinya…*

~ruang klub amefuto Bando~

CKLEK

Kotaro memasuki ruang klub. Ia kaget sejenak ketika melihat Akaba dan Julie tengah mengobrol membicarakan strategi tim. Yak! Kotaro panas saudara-saudara! Api cemburu membakarnya!

"Ehem!" Kotaro membuat suara dari keheningan itu. Spontan Julie dan Akaba menoleh.

"Pagi, Kotaro!" sapa mereka berdua yang menghentikan sejenak aktivitasnya.

"Pagi.." sahut Kotaro ketus.

"Baiklah.." Julie beranjak keluar klub. "Kalian mau ganti baju dengan seragam amefuto dulu 'kan? Aku akan menunggu diluar saja… bye…"

BLAM

Julie menutup pintu klub, menyisakan Kotaro dan Akaba yang tengah berpandangan dengan sinis.

"Fuu.. sepertinya aku sudah selangkah di depanmu.." ucap Akaba meledek.

"Tch, tak akan semudah itu!" tukas Kotaro sambil menyisir.

"Kita lihat saja nanti… siapa yang akan mendapatkan dia lebih dulu!"

"Sudah jelas aku yang SMART ini!"

"Jangan terlalu bersemangat… ketika kau melantunkan salah satu nada yang fals, akibatnya akan fatal.."

"Sudah kubilang jangan melibatkan segala sesuatu dengan musik!"

"Fuu.. berarti kau yang tidak smart.."

"SUDAH KUBILANG JANGAN MENIRU TRADE MARKKU!"

Dan seterusnya, Akaba hanya beradu argumen dengan Kotaro tanpa jeda. Hingga pada akhirnya, Julie masuk ke ruang klub dan melerai mereka.

.

Fuu… TO BE CONTINUED dengan SMART!

.

Well? Gimana nih kesan buat prolognya? Jelek? Ancur? Kependekkan? Sudah pastii.. xD

Yah, yang jelas saya cuma minta reviewnyaaaa~

*bawa pom pom kaya Suzuna*

Dan NOT FLAME, please? *puppy eyes*

Sekian dari saya, sampai jumpa di chap depaaaan~ xD/

.

Keep Spirit Up!

Mayu-chan