I dont own CT

.

.

.

.

Masih pukul 05.10 dan rumah keluarga Nakazawa sudah terlihat sibuk dengan tiga orang anak yang tengah bersiap.

"Ma, aku boleh makan cheese cake tidak di sana? Kata kakek cheese cake nya Hokkaido enak sekali!" tanya Daibu pada ibunya yang sedang memakaikannya sepatu.

"Boleh, sayang. Tapi ingat secukupnya saja ya!" Jawab sang ibu sambil mengikatkan tali sepatu Daibu.

"Ma, telurnya enak!" ucap anak perempuan Sanae, Yuki.

"Habiskan ya!" kata Sanae sambil tersenyum.

"Yeay! Akhirnya aku ke Hokkaido!" ucap Hayate dengan semangat.

"Ingat, sarapannya harus habis karena perjalanan kalian akan panjang. OK?" kata Sanae sambil meletakkan susu di setiap meja anak-anaknya.

"Ya, ma!" jawab mereka bersamaan.

"Hoam...pagi sekali aku bangun." kata Ayah Sanae yang baru sampai di meja makan. "Anak-anak, apa kalian siap pergi ke Hokkaido?"

"Ya!"

Dan ayah Sanae bergabung bersama cucu-cucunya di meja makan.

"Apa benar tidak apa-apa aku dan Tsubasa tidak ikut ke Hokkaido?"

"Tidak apa-apa. Lagi pula ada Sato kan?"

jawab ibu Sanae sambil tersenyum.

"Ah...baiklah. Nanti kalau ada apa-apa hubungi aku atau Tsubasa. Maaf merepotkan ya, Bu!"

"Ini tidak merepotkan. Ini menyenangkan bisa mengajak cucu ibu liburan. Kalian kan jarang ada waktu ke Jepang lama seperti ini. haha."

"Ma, Papa mana?" tanya Yuki.

Sanae merendahkan badannya sejajar dengan anak perempuannya yang berusia 5 tahun itu.

"Papa sedanh istirahat sayang. Jam 3 tadi baru sampai di Nankatsu."

"Yaah."

"Nanti kalau sudah bangun, mama akan langsung minta papa telpon kalian ok?"

"Baiklah."

"Ayo ayo yang siap pergi ke Hokkaido naik ke mobil!"

"Yeay! aku aku aku!"

Mereka bertiga berlari ke arah mobil yang siap melaju ke Hokkaido.

"Ingat nurut kata kakek, nenek, dan paman Sato ya sayang." kata Sanae dari luar mobil.

"Iya ma!"

"Ayah Ibu... titip mereka ya..."

"Baik. Kami berangkat dulu ya! Ja."

"Daaa... hati hati ya!"

"Daaa mama!"

.

.

.

.

Matahari sudah mulai meninggi. Sinarnya mulai mengintip sudut jendela rumah keluarga Nakazawa.

"Fuuh! akhirnya selesai juga!"

Ibu muda berusia 30 tahun itu tersenyum lega karena pekerjaan rumahnya dari cuci piring, mengepel, menyapu, sampai cuci baju akhirnya selesai.

Kini ia mulai masuk ke dalam rumah dan bersiap menyiapkan sarapan untuk suaminya yang mungkin masih tidur.

Adonan pancake yang telah ia kocok mulai ia tuangkan ke wajan berbentuk bulat. Satu per satu pancake yang ia buat mulai ia tata cantik di atas piring berwarna putih. Tak lupa ia beri se-skup es krim yang kemarin ia buat bersama anak-anaknya. Lalu disiram dengan madu yang nikmat rasanya.

Dan tak ketinggalan segelas susu putih favorit Tsubasa.

Semua siap dan ia mulai membawa sarapan ke kamar.

Sarapan? Ya.

Ini masih pukul 10 pagi dan masih bisa dibilang sarapan kan? Sanae tersenyum menyadari tak biasa suaminya bangun se"pagi" ini. Biasanya jam 4/5 sudah keluar rumah untuk lari pagi. Namun karena Tsubasa baru sampai rumah pukul 3 pagi karena perjalanan dari Australia selama 25 jam di udara membuatnya jetleg parah dan harus istirahat total.

Pintu kamar mulai Sanae buka. Ternyata Tsubasa masih terlelap di tempat tidur dengan posisi tangan kanan di atas dahi. Sanae jadi ingat saat Tsubasa datang ia bilang kepalanya sangat pusing sehingga suaminya itu ingin cepat pergi tidur.

Diletakkannya sarapan di meja kecil sebelah tempat tidur. Ia mulai buka tirai jendela agar sinar matahari bisa menembus masuk ke kamar.

Kini ia mrngambil posisi duduk di tepi ranjang. Tsubasa masih terlihat capek dan lelap. Ia jadi tak tega untuk membangunkan suaminya itu. Tapi ini sudah siang. Dia harus sarapan. Dan setelah itu tak apa jika mau tidur lagi.

Sanae mendekatkan wajahnya ke Tsubasa. So cute, pikirnya.

Cup. Cup. Cup.

Kecupan singkat di bibir mengawali Sanae membangunkan pria yang sudah menemani hidupnya selama 10 tahun.

Tubuh Tsubasa mulai bergeliat merespon kecupan dari sang istri. Matanya perlahan mulai terbuka.

"Pagi." ucap Sanae.

"Hn." respon Tsubasa. "Apa aku sekarang di surga?"

"Heeeh? Mengapa bilang begitu?"

Nyawa Tsubasa sudah mulai terkumpul.

"Karena begitu aku bangun, yang pertama aku lihat adalah bidadari cantik."

Blush.

"Dan sekarang aku melihat bidadarinya merona. Tambah cantik."

"Iiih Tsubasa!"

Tsubasa tertawa. Belum mau bangkit dari posisi tidurnya.

"Kepalamu masih pusing?"

"Sudah tidak begitu. Tapi aku ingin tidur lagi. Jam berapa ini?"

"Jam 10. Sarapan dulu, lalu mandi, lalu tidur lagi."

"Kalau tidur lagi dulu bagaimana?"

"Yasudah kalau begitu."

Sanae bangkit dan akan mengambil sarapan yang ia buat untuk suaminya.

Menyadari Sanae telah membuatkan dan membawakannya ke kamar, ia segera menghentikan langkah Sanae.

"Eh- aku mau sarapan dulu!"

"Katanya mau tidur lagi? Aku akan bawa ini turun dan membiarkanmu tidur lagi."

"Tidak." jawab Tsubasa lembut. "Aku ingin makan makanan buatan istriku. Aku kangen masakannya."

Eh?

"Baiklah."

"Tapi temani aku. Suapi juga"

"Gosh! Kau ini papanya Yuki atau anak seumuran Yuki, sih?" tanya Sanae heran melihat tingkah suaminya.

"Please..." kata Tsubasa sambil memberikan senyuman maut yang membuat Sanae tak bisa menolak.

"Baiklah."

"Thank you, love"

Tsubasa mulai bangkit.

"Aku mau cuci muka dulu biar bisa lebih jelas lihat bidadari cantiknya. haha." dan dia berlalu menuju kamar mandi. Membiarkan Sanae semakin merona hebat. Dan dari dulu selalu begini kalau mereka hanya berdua. Meskipun sekarang punya 3 orang anak. Tetap aaja begini. Tapi ini juga yang membuat Sanae jatuh cinta setiap hari pada Tsubasa. Tak pernah terbayang kalau Tsubasa-nya akan memujinya setiap hari seperti ini.

"Anak-anak jadi ke Sapporo?"

Pertanyaan Tsubasa membuat Sanae kembali dari lamunannya.

"Eh? Iya. Tadi pagi-pagi sekali berangkat.

" ucap Sanae sambil memotong pancake untuk disuapkan ke Tsubasa.

"Tadi Yuki tanya dimana papanya. Aku bilang kau sedang istirahat karena baru jam 3 pagi tadi pulang." tambah Sanae sambil menyuapkan pancake ke mulut Tsubasa.

"Habis ini kau telpon mereka ya. Aku bilang kalau kau sudah bangun aku akan meminta kau langsung menghubungi mereka."

Tsubasa menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan pancake.

"Oya... kita diundang makan malam Ishizaki dan Yukari hari ini." masih dengan menyuapi Tsubasa.

"Yukari habis melahirkan kan?"

"Iya. Anaknya perempuan. Lucu sekali. Aku pengen gendong."

"Gendong saja. Ajak tidur sini." kata Tsubasa sambil memotong pancake sarapannya.

"Boleh?"

"Tanyanya ke Yukari bukan ke aku."

"Kalau begitu pasti tidak boleh. Dia pasti sedang senang senangnya punya baby. Eh?"

Tsubasa menyodorkan pancake yang ia gigit ke Sanae.

"Apa?"

Masih dengan bahasa tubuh untuk meminta Sanae menggigit ujung satunya.

Mengerti maksud Tsubasa, Sanae akhirnya menggigit ujung pancake yang sedang digigit Tsubasa hingga bibir mereka bersentuhan. Dan mereja berciuman beberapa detik.

"I love you." bisik Tsubasa dengan tatapan lembut.

Sanae terkekeh geli. Mau menciumnya saja pakai pancake segala. Aneh, pikirnya.

"I love you too."

Sanae mengambil alih garpu yang diambil Tsubasa dan mulai memotong kembali pancakenya untuk disuapkan ke Tsubasa.

"Kita berangkat jam 5 ya ke tempat Ishizaki. Biar aku bisa gendong baby-nya dulu."

" gak gendong bayi sendiri?"

"Maksudnya?"

"Kita punya anak lagi."

"Eh?"

Sanae terkejut mendengar perkataan Tsubasa.

"Kalau kau mau."

"Boleh. Tapi ada syaratnya." ucap Sanae sambil menyerahkan segelas susu.

"Syarat? Apa?"

"Temani aku saat melahirkan."

"Uhuk uhuk" Tsubasa langsung tersedak mendengar syarat yang dikatakan Sanae.

"Kau kenapa? Hati-hati minumnya."

"Tidak...tidak... tidak apa-apa."

"Pelan-pelan saja minumnya."

Tsubasa menghabiskan susunya sampai habis.

"Istirahatlah."

Ketika hendak bangkit dari duduk, Tsubasa menahan tangan Sanae.

"Kau mau kemana?"

"Mau ke bawah."

"Temani aku tidur."

Blush.

"Ini aku saja atau kau memang hari ini sedang manja, Tsubasa?"

Tsubasa mengangkat bahunya.

"Aku kan sudah 2 minggu tidak tidur dengan istriku. Aku rindu."

Sanae hanya terkekeh geli.

"Ya baiklah. Aku kembalikan ini dulu. Nanti aku naik lagi. Dan kau harus mandi dulu, aku tidak mau tidur dengan suami yang tidak mandi."

"Baiklah bidadari cantik."

.

.

.

.

.

Hi! Hello! Hello Hi! hahaha

Semoga kalian suka!

Ingat tinggalkan jejak di kolom review

See you on chap 2!

Muach