Something In Your Eye!
Naruto © Masashi Kishimoto
Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Pair : NejiTentenAkashi, SaiIno, SasuSaku, NaruHina
Rate : T+
Genre : friendship and romance.
Warning : hujan typo, banjir OOC, abal, gaje, EYD ancur, gak layak baca.. etc
(Like? You can keep calm and happy with this or FnF, RnR)
(Don't like? keep Calm and press 'Back' bottom)
Request from Aura39panda
Chapter 1 : prolog
Aku…
Jika kau bertanya tentang aku, maka kau akan temukan satu kalimat yang menggambarkan segalanya tentang seorang 'aku'.
'Aku adalah apa yang terpantul dimatamu'
Cukup sederhana kedengarannya, sesederhana mengoleskan selai stroberi diatas sebuah roti, kelihatannya. Karena sekarang, itulah yang kulakukan.
Pagiku, sesederhana menu pagiku. Dan hidupku, sesederhana meja makan panjang nan besar yang hanya terisi seorang 'aku'. Sederhana bukan?! Bahkan terlampau sederhana untuk satu-satunya pewaris Omino Corporation yang tinggal diistana keemasan dengan dua orang penghuni.
Sebagaimana pagiku, seperti itu pula ada yang istimewa dari seorang 'aku'. Kegiatanku sama seperti kebanyakan remaja seumurku, bangun pagi, sarapan, berangkat sekolah, pulang, belanja, bimbel, hang out. Begitulah keseharian seorang 'aku'. Sekali lagi, sederhana bukan!? Bahkan terlampau sederhana untuk seorang siswi SMA yang mengendarai mobil Sport merah maroon dengan kecepatan rata-rata kesekolah menengah atas bernama Rakuzan ada yang istimewa, sepertinya.
Waktu-waktu yang kulalui disekolah sama saja. Sesederhana kaki-kaki jenjang seorang gadis bercepol dua dengan sebagian rambut tergerai yang melangkah gontai namun berirama, menyusuri koridor-koridor ramai dengan teratur. Seragam dengan skirt penuh lipatan dan kemeja putih tertutup blazer yang sama putih membalut tubuh rampingnya. Tas ransel hitam tersanggul asal dibahunya. Seperti itu biasanya, dan amat terlalu biasa baginya. Sebiasa para siswa-siswi yang memandangnya lekat dengan makna berbeda-beda. Begitulah aku, begitu pula hidupku.
"Ohayo, Tenten-san!"
"Hai Tenten-chan!"
"Apa kabar?"
"Ehem, Hai!"
Dan banyak lagi kata sapaan hangat lainnya, hanya kubalas sekenanya.
"Hn"
Sederhana saja. Bahkan terlampau sederhana dengan penampilan yang ala seperti mereka yang kini setengah berlari kearahku. Mereka? Yah mereka, tiga orang gadis cantik dengan warna rambut berbeda yang diketahui sebagai sahabat-sahabatku. Sahabat dari seorang 'aku' yang telah memberi sedikit warna dihari-hari gelapku. Lihatlah warna mahkota ketiganya, pirang, pink, dan hitam kebiruan. Cukup berwarna untuk bersanding dengan surai coklat milikku.
"Ten-chan! Kau lama!" gerutu si pirang panjang dengan poni yang menutup sebelah matanya. Langsung saja kuperkenalkan.
Nama : Yamanaka Ino
Callname :well, you can call her 'pig'! Ah tidak, jangan memanggilnya dengan sebutan itu. Karena panggilan itu hanya boleh dilontarkan oleh gadis berambut pendek merah muda yang kini tengah merangkul bahunya. So, Panggil saja dia INO.
Cukup lima kata yang dapat menggambarkan seorang gadis florist bermata langit ini. Cantik, cerewet, gossip, makan, dan belanja. Cukup jelas, bukan?!
Orang yang disuka dan orang yang dibenci?
Ehem, sebagai seorang gadis yang popular dikalangan para siswa, dia cukup setia dengan hanya mengagumi satu pemuda lebih dari separuh hidupnya. Ketika banyak mata yang memandang kagum kearahnya, ia hanya akan memandang kagum pada satu manusia, ketika banyak bibir yang tersenyum dengan binar untuknya, ia hanya akan tersenyum penuh binar pada satu orang saja. Sasuke Uchiha, siswa kelas XIA. Pemuda yang sedingin es dan sedatar triplek itu telah lama bersemayam dihatinya. Jangan tanya bagaimana aku tahu, karena itu sudah menjadi rahasia umum di antara kami berempat.
Orang yang dibenci?
Kalian sudah tau bahwa gadis ini begitu tergila-gila pada seorang Uchiha Sasuke lebih dari separuh hidupnya, dan seperti itu pula ia membenci satu manusia lebih dari separuh hidupnya. Sepupu si Uchiha, Shimura Sai-siswa kelas XIB, teman sekelas kami. Manusia yang sama beku dan kakunya dengan Sasuke, sama tampan dan dingin, dengan warna mata yang sama pula. Jika kalian bertanya bagaimana seorang Yamanaka Ino bisa kagum dan benci pada dua pemuda onyx yang bersaudara itu. Maka jawabannya sederhana.
Mereka bertiga adalah teman sejak SD. Ino yang cengeng selalu menjadi buly-an teman-temannya. Well, Sasuke dan Sai yang memang bertetangga dengannya akan datang menolongnya. Dan setelah itu, seperti ratusan hari sebelumnya, Sai akan melontarkan kata-kata yang menyakiti hatinya, seperti 'Gadis tidak berguna!'
'Dasar cengeng!'
'Bodoh! Menyusahkan!' atau
'Gadis lemah!'
Berbeda dengan Sasuke yang selalu mengulurkan tangan untuk menghapus air matanya- sama seperti ratusan hari sebelumnya. Perjalanan cinta dan benci yang lucu, menurutku.
…..
"Jadi, sampai kapan kita akan berdiri disini, hm?! Ayo langsung kekelas!" kini suara tegas dari si rambut Pink mulai terdengar, dan mendapat hadiah istimewa dengan anggukan persetujuan dari kami bertiga.
Nama : Haruno Sakura
Callname : 'Jidat', 'Jidatlebar', 'Forehead' dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dahinya. Tapi aku sarankan, jangan sekali-kali memanggilnya dengan nama itu, karena panggilan istimewa itu hanya boleh terlontar dari bibir kami. Jika kau tetap memaksa, kami tak akan bisa menolongmu dari tinjunya. Sekedar informasi, dia adalah atlet Taekwondo, tak ada maksud lain, selain peringatan agar kau berhati-hati.
Seperti halnya Ino, ada lima kata yang dapat menggambarkan gadis bermanik sapphire ini. Cantik, tegas, ganas, ganas, ?!
Orang yang disuka dan orang yang dibenci?
Sebagaimana Ino, seorang Haruno Sakura juga mengagumi satu manusia triplek sejak SMP, dan membenci satu manusia triplek sejak SMP pula. Siapakah dia? Well, kalian pasti akan terkejut mendengarnya. Tapi itulah yang terjadi. Haruno Sakura mengagumi seorang Shimura Sai, dan membenci sepupunya bernama Uchiha Sasuke. Jika ada orang yang berkata, dunia ini seperti roda, maka aku sangat setuju dengan pendapat mereka untuk kedua sahabatku itu. Ino menyukai sasuke, dan membenci Sai, sementara Sakura menyukai Sai dan membenci Sasuke. Alasan Sakura membenci dan menyukai dua orang ini jauh lebih sederhana, kurasa! Ceritanyapun sama sederhananya, Sakura berangkat sekolah dan Sasuke entah sengaja atau tidak menyerempetnya hingga ia terjatuh, lebih tepatnya hampir terjatuh jikalau tak ada seorang Sai yang menangkapnya. Begitulah singkatnya. Yang ini agak ke roman picisan, sepertinya.
…..
"Te-Tenten-chan! K-kau tanpak berbeda p-pagi ini!" suara lembut yang terdengar ragu menelisik indra pendengarku. Oh tidak hanya aku, tapi si blonde dan si pinky yang jaraknya berdekatan itu juga mendengar jelas suara terbata yang begitu khas.
"Ah! Tentu, aku menggerai rambutku pagi ini!" tanggapku tersenyum, tangan kananku terangkat menyentuh rambut coklat panjang yang agak bergelombang.
"Meski telinga pandamu masih berdiri tegak diatas sana!" Celetuk Sakura menunjuk dua cepol yang telah menjadi ciri khas seorang 'aku'. Ino tertawa lebar. Sedang gadis berambut kebiruan itu sedikit terkekeh. Yah dia….
Nama : Hyuuga Hinata
Callname : Hinata, Hina-chan, Hinata-chan.
Seperti halnya yang lain, ada lima kata yang dapat menggambarkan sosok gadis pemain biola ini. Cantik, lembut, pemalu, lugu, dan pingsan. Just it!
Orang yang disuka & orang yang dibenci?
Well, sudah menjadi rahasia bersama, bahwa gadis bermanik perakini hanya akan berwajah padam dengan keringat dingin mengucur deras disertai dengan ucapan terbata yang begitu sangat, kemudian berakhir dengan pingsan, dihadapan satu manusia saja. Si pirang jabrik dengan tanda lahir kumis kucing di kedua pipinya, Naruto Uzumaki, siswa kelas XIA (sekelas dengan Sasuke)-sepupu Ino. Si pahlawan kesiangan yang memberinya tumpangan mobil saat ia telat berangkat ketempat kursus biolanya.
Cinta itu aneh bukan? Hanya dengan melihat manusia konyol nan ceroboh seperti Naruto tersenyum, mampu membuat seorang gadis lugu nan polos seperti Hinata berbunga-bunga. Bahkan tak mampu berkata-kata dan tak sadarkan diri seketika. Aneh! Tapi menarik!
Seseorang yang dibenci?
Oh ayolah! Bagaimana mungkin gadis lemah lembut sepertinya membenci seseorang?! So, jawabannya, ADA!
Hinata yang ramah akan berubah sikap menjadi sebaliknya, ia selalu tampak malas dan enggan jika membahas sesuatu yang berhubungan dengan dia, Seorang kapten basket tampan bersurai merah apel, Pemilik mata Heterochrome yang unik, Sang Emperor eye, Akashi Seijuro, anak kelas XIA. Alasannya? Entahlah... sudah kubilang, dia enggan bercerita jika ada hubungannya dengan dia.
.
.
.
And than….Its all about us!
.
.
.
"Tak kusangka kelas sudah ramai sepagi ini" Ino mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru. Dan tampaklah bagaimana teman-teman sekelas kami bergerumbul dengan koloninya masing-masing. Sebagian diantara mereka tampak memberikan senyum dan sebagian yang lain memberikan sapaan hangat diiringi lambaian tangan.
Kami sama-sama menarik nafas, kemudian menghembuskannya bersamaan. Melangkah pasti menuju bangku paling tengah, tempat duduk kami. Aku bersama Hinata duduk didepan, sedang Sakura dan Ino dibelakang kami.
Tak butuh waktu lama bagi kami untuk duduk dengan cantik dikursi nyaman kami. Tak butuh waktu lama pula bagiku untuk bersiap menenggelamkan wajahku kemeja kesayanganku, Sebelum…
"Te-tenten.." suara berbeda terdengar menggumamkan namaku. Membuatku harus mendongak malas.
"Ya!" balasku cepat.
Tak ada jawaban, hanya sebuah benda persegi berbungkus indah yang ia julurkan padaku. Aku hanya mengerjapkan mataku. Tanda tak mengerti, tanda tak mau mengerti.
"U-untukmu!" katanya. Aku mengerjap lagi, untuk kemudian kedua tanganku terangkat meraih benda dengan pita merabela itu. Belum sempat aku mengeluarkan suara, sosok berkacamata yang kutahu bernama Choujuro anak kelas XII B itu langsung berlari cepat menjauh, meninggalkan kelasku dengan gaduh. Para penghuni kelas tanpak acuh, yah… tentu saja, ini adalah pemandangan biasa selama lebih dari sebulan ini. Tidak hanya Choujuro Senpai, banyak para siswa-siswi lain yang sering datang kekelas hanya untuk memberiku sebuah bingkisan semacam ini.
"Hadiah dari penggemar lagi, eh?" ucapan Sakura hanya kubalas dengan satu kedikan bahu.
"Atlet kendo yang cantik peraih olimpiade kau cukup popular sekarang, Ten-chan!" goda si Pirang, menyolek sedikit lenganku dan sukses mendapatkan deathglare tajam dariku. Ino tertawa renyah.
"Etto,, banyak siswa-siswi yang membicarakanmu, Ten-chan" Hinata bersuara. Aku memutar bola mataku bosan.
Yah… aku, Tenten Umino. Seorang siswi biasa yang mendadak menjadi sorotan setelah memenangkan turnamen Kendo dan olimpiade Fisika dua bulan yang lalu. Aku tak pernah menyangka jika hal itu malah membuatku menjadi sorotan, dan aku tak suka itu. Aku hanya bisa menghela nafas dalam. Sebenarnya tidak buruk mendapat perhatian mereka, meski tak bisa juga disebut baik. Seperti Spiderman yang menyelamatkan kota New York, aku pikir ia suka ketika namanya dielu-elukan, tapi tentu dia tak suka jati dirinya yang telah lama ia sembunyikan menjadi sorotan. Seperti itu yang kurasakan sekarang, meski mungkin aku terlalu berlebihan.
Aku menghela nafasku lagi, kemudian berancang-ancang mengambil posisi paling nyaman untuk menyembunyikan wajahku lagi di meja, sebagaimana kebiasaanku setiap pagi selama menunggu guru datang. Namun….
Tuk'!
"Nanti sore, latihan tambahan. Jangan telat!" lagi-lagi sebuah suara menggagalkan rencanaku. Dan jangan lupakan tangan asing yang seenak jidat menyentil dahiku. Aku mendongak, bersiap menyemprot sang empu tangan.
"Bisakah_"
Tuk'!
"Tidak ada protes!" sekali lagi, suara itu menggagalkan aksiku dan sentilannya kembali mendarat didahiku. Aku hanya mengeram tertahan, sementara sipemilik suara mengambil langkah menjauh dengan santai, menuju sebuah bangku digarda depan dekat jendela. Bangkunya.
Lagi-lagi, aku hanya bisa menghela nafasku. Ini masih pagi dan dia sudah membuatku kesal?! Dan parahnya lagi, aku tak bisa melawan! Hell..! Siapa lagi manusia angkuh yang bisa membuat seorang Tenten yang terkenal lebih ganas(?) dari pada Sakura itu tak berkutik, kalau bukan orang itu, dia, Master dan ketuanya di club Kendo, teman sekelasnya yang jenius, rekannya yang angkuh dan jangan lupakan wajah datarnya yang membosankan, Neji Hyuuga. Orang paling menyebalkan seantero Rakuzan, orang paling menjengkelkan yang pernah kukenal, juga orang paling keras kepala yang pernah ada. Itu sebabnya aku enggan meladeninya, malas menanggapinya, karena orang (yang tak boleh kusebut namanya itu) akan tetap dengan keputusannya, tak peduli sekeras apapun aku membantahnya. Dan perlu diketahui, aku malas berdebat! Jika kalian bertanya siapa orang yang tak aku sukai? Dialah jawabannya, meski tak bisa kubilang benci seperti apa yang terjadi pada ketiga temanku, karena bagaimanapun aku suka cara dia yang tegas dan disiplin dalam mengajar tehnik Kendo, tapi tetap saja menyebalkan!
Helaan nafasku terdengar lagi, entah sudah yang keberapa kali.
'Baiklah Tenten, kali ini jangan biarkan ada lagi yang menganggu tidur lima menitmu, okey?!' Aku membatin kesal dengan wajah yang sudah tenggelam dilingkaran tangan. Belum seperempat menit aku memeluk meja, tiba-tiba..
"Tenten-Chan.."
"APA LAGI!?APA KAU INGIN MATI DITANGANKU?!"
Bruk~
Dan Hinata langsung tak sadarkan diri seketika itu juga.
.
.
.
.
.
Normal POV
Tap~
Tap~
Tap~
Langkah tenang terdengar merdu ditengah koridor yang telah sepi, langkah penuh irama dan pasti, kedua belah bibirnya membentuk garis lurus horizontal, sebelah tangannya terselip disaku celana, sementara yang satu menenteng tas hitamnya santai. Kaki-kakinya berbelok kekanan, kemudian kembali melangkah tenang menuju sebuah ruang yang nampak ramai.
Ia mengeratkan pegangannya pada tas hitam yang agak bergoyang mengikuti gerak tubuhnya, sementara kedua matanya ia tajamkan. Sedetik kemudian, bibir horizontalnya sedikit terangkat keatas membentuk sabit, meski kontras dengan tatapan tajamnya yang menguarkan aura tak nyaman. Ia semakin dekat, dan bunyi sepatunya semakin teredam terdengar.
Tap~
Ia hentikan langkahnya tepat didepan pintu, suara riuh nan bingar yang berasal dari dalam kelas menyambut kedatangannya. Ia terdiam beberapa saat hanya untuk melengkungkan ujung bibirnya setengah inchi keatas membentuk senyuman, atau mungkin lebih tepatnya, seringaian. Tak lama tangan kanannya yang telah keluar dari saku celana mulai terulur memutar knop pintu...
Cklek~
Dan seketika keramaian itu mendadak senyap. Suasana riuh berubah hening, kebingaran berganti sepi. Semua mata terbengong pada satu direksi. Sedang seseorang yang sedari tadi menelungkupkan wajahnya dimeja itu mendongak malas dan lekas merapikan seragamnya, namun seketika tatapannya berubah bingung saat ia tahu penyebab kesunyian yang tiba-tiba.
Sosok itu kembali melanjutkan langkahnya tenang, menuju sebuah bangku dibarirasn depan. Kemudian menaruh tasnya dimeja dan mengambil posisi duduk dibangku paling tengah dengan santai. Membuat seorang siswi disebelahnya mengerjapkan matanya cepat. Tak terkecuali semua mata yang memandangnya tampa kedip.
"Ehem, maaf sebelumnya Akashi-san! Tapi ini tempat duduk temanku" beberapa detik kemudian, terdengar suara seorang gadis yang masih memandang lekat kearahnya.
"Aku tak melihat teman yang kau maksud" balas pemuda bernama Akashi itu enteng tampa melirik sesenti-pun, jemarinya saling terkait, untuk kemudian membiarkan dagunya beristirahat disana.
"Dia sedang kebelakang, kau bis_"
"Dia bisa pindah!" potong orang itu cepat.
"Apa?! Bukankah seharusnya kau yang pindah?!" gadis berambut coklat itu menaikkan suaranya satu tingkat. Ia sudah merasa cukup dibuat kesal pagi ini.
"Aku… Tak suka dibantah!" tandasnya mutlak.
Tenten cengo beberapa saat, Apa-apaan dia?! Ini tempat duduk temanku, dia yang seenaknya duduk, dan dia menyuruh temanku pindah?! Dia pikir, dia itu siapa?! Dan jangan lupakan kalimatnya yang menjengkelkan.
"Maaf, Akashi-san! Tapi sepertinya kau salah tempat! Ini kelas XIB, bukankah kau kelas XIA?!," tutur Tenten jengkel. Ia lipat tangannya didada tak kalah angkuh "Dan satu lagi! Maaf, tapi titahmu tak berlaku !" lanjutnya tersenyum sinis. Sementara teman-teman sekelasnya hanya membulatkan matanya lebar, menjadi penonton setia Live Debate dengan khusyuk nan khidmad.
"Mulai sekarang aku pindah, dan itu bukan urusanmu, Micky mouse!"
Tek~
Terdengar bunyi urat yang putus, perempatan siku-siku tiba-tiba muncul dikeningnya, aura panas membara menguar disekujur tubuhnya. Matanya memancarkan asap hitam yang meremangkan kulit.
"APA KATAMU?!" geram Tenten penuh penekanan. Ia mulai berdiri dengan aura malaikat maut. Telunjuknya terangkat menunjuk tepat dihidung pemuda yang masih enggan menoleh. Bibirnya menguarkan smirk menyeramkan sedang mata kecoklatannya menyorot tajam, sangat tajam "TUAN BATU BATA! APA KAU SEDANG MENCOBA MEMBUATKU MARAH?!"
"Tidak! Kau saja yang pemarah"
BRAK!
Gebrakan tangan dimeja membuat semua mata terlonjak seketika. Hawa dingin tiba-tiba menyapa, membuat mereka terdiam tak bersuara. Terkecuali pemuda merah yang masih duduk anteng tak bergeser ditempatnya.
"CEPAT-PINDAH-SEKARANG-JUGA!" Smirknya makin mengembang, sedang tangannya beralih mencengkram kerah Blezer sang kapten basket dengan kuat.
"A-anoo, Akashi-nii, sebaiknya_"
"Akashi-nii? Apa maksudnya, Sakura-chan?! Dan kau.. Apa yang kau lakukan dibangkuku?!" kalimat Sakura dijeda oleh kalimat lain yang terdengar tiba-tiba. Hinata telah berdiri didepan pintu, dan berjalan mendekat dengan raut yang sangat tak enak dilihat. Sakura nampak kaget. Sedang Ino hanya memandang mereka semua bergantian, satu keringat dingin meluncur dipelipisnya. 'Ini tidak baik!'
Tenten tak bergeming diposisinya, masih dengan manik madu yang memandang tajam pemuda apel disampingnya. Ini hari apa sebenarnya?! Seseorang menggagalkan acara tidurnya, Neji yang sudah membuatnya kesal pagi-pagi, munculnya orang aneh yang menyebalkan, ucapan Sakura yang mencurigakan, dan Hinata yang lemah lembut sekarang berwajah sangar. 'Oh pagiku yang indah!'
Sementara diseberang sana, tampa mereka sadari, sepasang manik perak menyorot tajam tak terbaca. Dan si objek sorotan, menyunggingkan seringai penuh makna.
'Bidikanku, tak akan meleset!'
.
.
.
.
.
To Be Continued
Oke, ane sadar dan amat teramat sangat sadar, Fic ini kelewat gaje untuk dimengerti, pun kelewat sangat abal untuk menyakiti mata kalian. Maafkeun daku semua,,,, sungguh maafkan dakuuuuu….. Terlebih kepada sahabat ane Aura39panda yang telah merequest Fic ini. Ane minta maaf jika tak sesuai harapan dan begitu mengecewakan Aura-chan, sekali lagi maaf ya! #nunduk
Dan satu lagi, ane tau chap ini adalah prolog yang gagal, ehehehe…. Jadi anggaplah ini siluman prolog(?) #Maksud Lu ape? XD :v*ah lupakan sajalah! :"(
Dan mengenai Rakuzan, mungkin akan sedikit tidak sesuai dengan penggambaran aslinya, dan mungkin nanti akan ada tambahan pemain GOM dan tokoh KnB lain yang ane masukkan ke Rakuzan.Silahkan gebukin ane, ane ikhlas! XD
Kritik dan saran selalu ane tunggu, guna memperbaiki tulisan tak jelas ane ini kedepannya.Ane mohon kesudiannya bagi para senvai untuk membagi sedikit ilmunya kepada amatiran gagal macam ane ini. :"D ane doain moga kalian yang berkenan memberi ane arahan, dilancarkan rejeki dan jodohnya, diberikan kesuksesan didunia dan akhirat, amien...
Lope yu oll *tebar kissu
.
.
.
.
.
.
.
"Apa yang kau rencanakan, Seijuro?"
"Kau cukup jenius untuk menebaknya, bukan?!"
"Kheh! Kalau begitu, kau-pun cukup jenius untuk tau. Ini tak akan berhasil!"
"Begitukah?! Sayangnya mataku berkata sebaliknya, Hyuuga!"
Sang pemuda Hyuuga mengambil langkah berbalik, meninggalkan sang Kaisar yang masih diam ditempatnya.
"Apa yang terlihat oleh Matamu, hanyalah fatamorgana di Gurun Sahara. Kupastikan itu." Ucapnya dengan nada pelan namun menekan, mengiring langkah kakinya untuk menghilang dibelokan.
"Cih! Kau lupa satu hal. Aku selalu menang, dan aku selalu benar, Hyuuga!"
.
.
.
KEEP OR DELETE?
Silahkan berikan pendapat anda.Ane menerima segala bentuk kritik dan saran, asal bukan flame yg hanya bisa menghina orang. XDBecare to someone, and someone 'll cares you '-') (.-. :v
Terimakasih banyak bagi yang mampir, maaf ane hanya bisa membalas dengan mendoakan yang terbaik bagi kalian. \('-')/
