"Kek, jangan minum terus. Nanti radang lambung kakek kumat." Tegurku saat melihat pria lansia tengah tiduran di atas sofa ruang tengah dengan sebotol sake di tangan. Seperti dugaanku diawal, ia tak menjawab tapi hanya bergumam. Aku mendecih, bagaimana bisa menjawab kalau mendengar saja tidak. Orang mabuk memang menyusahkan.
"Terserah kakek saja kalau begitu. Aku berangkat, hati- hati di rumah." Ujarku, setelah itu berjalan keluar rumah. Suasana masih terlihat lenggang saat aku berjalan menyisiri jalan setapak menuju jalan raya. Rumahku dekat dengan pematang sawah, sebelumnya ada kebun- kebun luas milik tetangga, jadi harus menyusuri jalan setapak yang berkelok dan berkubang untuk mencapainya.
Aku tinggal dengan kakekku sejak umurku tujuh tahun, saat itu baru kelas tiga SD. Bukan tanpa alasan aku tinggal dengan kakekku di desa. Ayah serta ibuku bercerai, masing- masing mereka terlihat enggan membawaku. Ku akui, dulu aku cukup menyusahkan dan manja. Tapi begitu kakek membawaku, aku punya tekad baru untuk tidak menyusahkannya. Bagaimanapun kakekku sudah terlalu tua untuk merawat cucu manja sepertiku.
"Yo! Naruto! Kau mau kubonceng?" sapa salah seorang teman sekolahku, Lee. Mendapat tawaran itu, aku dengan senyum mengembang segera menghampirinya yang sedang membawa sepeda kayuh. "Slamat pagi, Lee. Kau terlihat semangat seperti biasanya."
"Tentu saja. Kita harus punya semangat masa muda." Serunya di sertai kepalan tangan ke atas. Rock lee, teman sepermainanku juga. Di desa, aku punya cukup banyak teman tetapi mayoritas laki- laki. Kebayakan anak perempuan lebih suka menghabiskan waktu membantu ibu mereka masing- masing.
"Nah, naiklah." Ucap Lee seraya menunjuk sedel belakang. Aku nyengir kemudian segera naik. Dan perjalanan kamipun berlanjut menuju gubuk sekolah. "Jadi Naruto. Setelah penerimaan raport hasil kenaikan kelas minggu besok, apa kau dan Kakekmu benar akan kembali ke Konoha?" Tanyanya, yang langsung membuatku termenung.
Konoha, kota kecil yang dulu tempatku dan keluargaku yang kurang harmonis tinggal. Tidak ada satupun kenangan baik di sana. Ya, seperti manusia pada umumnya, aku juga punya masa lalu yang suram. Dan sebentar lagi aku harus kembali menghadapi kenangan masa laluku, meninggalkan teman- teman desaku yang sangat kucintai, bahkan juga Lee.
"Ya, sepertinya begitu. Kakekku ingin melanjutkan profesinya sebagai pengarang novel. Maaf, karena sepertinya kita tidak akan bisa lulus SMA sama- sama, Lee."
"Hei, jangan begitu. Walaupun kita tidak lagi sama- sama kau tetap sahabatku, Naruto. Aku akan selalu mengingatmu. Jadi jangan patah semangat, Oke?!"
Aku tersenyum. Yah, lee memang Sahabat yang baik. Semoga, di sanapun aku bisa mempunyai teman sepertinya.
Langit pagi ini begitu cerah, di mana suara burung- burung yang hinggap di dahan pepohonan pinggir jalan saling bersahutan. Aroma angin pagi, asap kayu bakar yang mengepul, suara berisik orang- orang yang saling menyapa. Kurasa aku tidak akan pernah melupakan tempat indah ini.
_Uzumaky Naruto (16 tahun)
.
.
.
Disclaimer : Massashi Kishimoto
Chara : Naruto, Sasuke and Other
Genre : Friendship and Romance
Rated : T
Warning : Typo dan segala kekurangannya.
Alive by ; B "BROKE"
.
.
Chapter 1 : Prolog
Konoha Senior High School, sekolah besar yang cukup tervavorit. Tempat di mana mayoritas siswanya adalah anak- anak konglomerat. Salah satunya Uchiha Sasuke, putra dari pembisnis terkenal bernama Uchiha Fugaku. Tahun ini ia sedang duduk di bangku kelas dua, bersama sahabatnya Hyuuga Neji, keduanya cukup terkenal di kalangan siswi sebagai duo cover boy. Mempunyai lumayan banyak pengagum dan cukup memiliki otak yang encer.
"Sas, kau sedang nganggurkan? Bisa tolong kumpulkan tugas ini ke kantor?" Neji mendekati sahabat emonya itu dengan setumpuk buku di kedua tangannya. Sasuke melirik sejenak, setelah itu mendengus kesal. "Kenapa harus aku?" Tanyanya balik dengan nada datar.
Neji meringis begitu menangkap nada tak suka dalam suara sahabatnya, "Ayolah, kaukan wakil ketua. Apa susahnya sih mengantar buku ke kantor? Punya dua kaki kenapa tidak digunakan untuk beramal." Balas Neji sedikit gemas. Merasa percuma jika berdebat, Sasuke dengan sebal mengambil setumpuk buku dari tangan Neji dan melenggang keluar kelas tanpa mengucap sepatah katapun.
Berjalan pelan di koridor sepi sambil menggerutu. Sasuke berdecak pelan, saat melihat tali sepatunya terlepas. Ia berjongkok dan meletakkan tumpukan buku di sampingnya, tak menggubris bahwa ia tengah berjongkok di dekat persimpangan.
Di waktu yang sama, seorang siswa berambut blonde berlari dari arah berlawanan. Ini hari pertamanya masuk, karena kakeknya baru mendaftarkannya kemarin. Karena terlalu tergesa- gesa, ia tidak melihat begitu berbelok di persimpangan koridor di sana ada Sasuke yang sedang berjongkok, dan terjadilah tabrakan itu. Ke duanya jatuh terjerembab, tumpukan buku berserakan, dan Sasuke meringis kesakitan karena kepalanya sempat terhantam lutut siswa blonde yang saat ini merintih karena wajahnya menghantam lantai terlebih dahulu.
"Hei! Apa kau tidak punya mata, berengsek?!" Maki Sasuke setelah sebelumnya berdiri dan mengepalkan tangan. ia memandang tajam siswa berambut blonde yang juga berusaha bangkit.
"Ugh.. hidungku.. sakit sekali.." Ringis siswa itu pelan, sukses menyulut emosi Sasuke yang merasa terabaikan. "Hei! Kau_" Sasuke tercekat, begitu siswa blonde itu menghadap padanya. Menampakkan sepasang mata biru sejernih lautan dan sebiru langit musim panas.
Bukannya Sasuke terpesona, ia hanya tercengang saat ingatannya berkelana di delapan tahun yang lalu, pada seorang gadis blonde bertubuh gendut dan berkucir dua dengan pita merah sebagai hiasannya. "Na_"
"Oh, Sasuke?" Potong siswa itu seraya berdiri, raut wajahnya berubah sedikit antusias. Membuat Sasuke melangkah mundur. "Kau nggak berubah ya. Rambutmu masih saja model ChickenButt." Ujar siswa itu seraya tersenyum jenaka.
Sasuke memelototkan matanya, mendesis pelan karena model rambutnya diejek. "Apa katamu?"
"Bercanda kok. Tapi kulitmu masih tetap saja putih ya. Ganteng seperti biasa. Masih emosian juga sepertinya." Lanjut Siswa itu. Sasuke terdiam, mengamati siswa itu dari atas ke bawah. Ia cukup terkejut saat melihat penampilan teman masa kecilnya yang berubah drastis. Bukan hanya berat badannya saja, tetapi penampilannya yang dulu selalu berusaha terlihat cantik kini berubah layaknya pemuda seusianya, dengan seragam yang sama persis dengannya. Ah, kulitnya yang dulu putih sekarangpun menjadi sedikit gelap atau tan. Jangan lupakan rambutnya yang dipotong pendek dengan gaya spyke.
"Hn. Kau berubah cukup drastis, Naruto." Komentar Sasuke, dengan tatapan datarnya seperti biasa. Dibalas Naruto dengan senyum kecil. Gadis itupun kemudian membantu mengumpulkan buku- buku Sasuke yang berserakan dan menyerahkannya pada pemuda emo.
"Baiklah. Karena aku harus segera menemui kepala sekolah, jadi aku harus pergi. Sampai jumpa, Sasuke." Serunya sambil berlalu, meninggalkan Sasuke yang terdiam dengan perasaan yang berkecamuk.
.
.
.
"Uzumaky Naruto deshu. Yoroshiku onegaisimas." Naruto membungkukkan badannya sejenak, setelah itu menegakkannya kembali sambil tersenyum lima jari ke arah teman- temannya.
Ia melambaikan tangannya pada dua orang siswi yang terlihat shock menatapnya. Naruto mengenalnya, dua gadis itu juga temannya semasa kecil, ah bukan teman tapi rival. Naruto masih ingat, mereka sering mencacinya hanya karena kondisi tubuhnya yang obesitas.
"Naruto ini pindahan dari desa. Dulu pernah tinggal di konoha, jadi mungkin masih ada yang mengenalnya. Oke, baik- baiklah dengannya. Nah, Naruto, silahkan duduk di kursi yang sudah di sediakan."
Naruto mengangguk memberi hormat. Setelah itu berjalan pelan menuju bangkunya, sedikitnya ia melihat tatapan ketidaksukaan kedua gadis yang sudah lama tidak ia temui. Dia tahu, cepat atau lambat masalah ini akan menghampirinya lagi. Memaksanya mengingat kenangan yang berusaha ia lupakan. Tapi, kali ini ia tidak akan jatuh. Ia akan berusaha menjalani kehidupannya dengan tenang, mencari teman yang banyak dan tidak akan lagi terjebak cinta monyet. Ya, cinta monyet itu hanya akan menjatuhkannya, apalagi baginya semua pria akan menjadi berengsek saat menjalani hubungan. Tidak- tidak!, kecuali teman- teman di desanya yang masih polos- polos. Lee-nya yang polos dekil lugu tapi dia suka karena asik di ajak berteman. Yah, Naruto masih berharap untuk bisa mendapat teman baik di sini. Jadi ia hanya tersenyum saat beberapa anak menyapanya dan tertawa kecil menyambutnya.
Abaikan saja kedua gadis merah jambu dan pirang pucat yang memelototi punggungnya hingga serasa berlubang. Ah, juga tatapan tajam seorang pemuda emo di pojok sana. Uuuh, Naruto benar- benar berdebar menjalani haripertamanya di sekolah baru ini.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Nah, ada yang berkenan cerita ini dilanjutkan? Ini femNaru ya, jadi jangan terkecoh sama karakternya nanti.
Dan buat yang udah review di Fic 'Usil' punya saya, makasih banyak.. apalagi yang sudah nge-fav sama Foll, saya seneng lho. Hehehe.
Hmm, itu saja sepertinya.. terimakasih telah membaca, saya akan senang jika anda juga meninggalkan jejak di kolom 'review'. Sampai jumpa di chapter berikutnya! \(^.^)/ Babay!
.
.
.
Salam hangat
B "Broke"
