Disclaimer : Berbahasa Indonesia jadi aku bukan orang Jepang yang punya haknya

Akan kuceritakan ceritaku. Cerita yang terkesan mainstream namun kuyakin ada beberapa hal yang bisa menjadi keunikan serta ciri khas dari ceritaku ini. Kisah yang kuharap dapat membuatmu merasakan apa yang kurasakan waktu itu, bagaimana pedihnya perang. Tetapi tidak asyik kan bila aku memulai cerita pada bagian yang seru dan menegangkan? Maka dari itu ceritaku akan kumulai ketika aku masih hijau dan belum matang, dan perlahan kalian akan menyaksikan bagaimana aku berubah dari lemah menjadi kuat.

Inilah kisahku, yang kuharap dapat menginspirasi kalian. Mungkin ini membosankan, mungkin ini menarik, siapa tahu... Yang jelas cerita ini menceritakan seorang pemuda yang bernama Uzumaki Naruto. Orang biasa yang menjadi legenda!

ENJOY MY STORY!

Generasi Baru. Itulah kami, penerus dari Generasi Lama yang merupakan orang tua kami. Dunia ini adalah dunia sihir, terdengar konyol bukan? Tapi itulah kenyataannya, kau tidak bisa hidup jika tak punya sihir itulah semboyan dari orang-orang yang sering kudengar. Menurutku itu omong kosong, kenapa? Hal itu karena orang yang tak bisa atau tak punya sihir dicap sebagai sampah masyarakat... Seperti diriku. Diskriminasi terhadap Dirt, sebutan untuk orang tanpa sihir, sudah sangat keterlaluan. Mereka bukan hanya menindas tapi melukai, memperkosa, bahkan membunuh kami.

Akan tetapi, hal itu tidak mematahkan semangat kami bahkan semangat kami semakin berkobar... Itu mungkin hal yang dipikirkan seorang pahlawan tetapi aku bukan seorang pahlawan, aku lebih suka menyebut diriku Anti-Hero atau mungkin Villain. Kalau aku sendiri sudah malas meladeni orang seperti mereka, tetapi jika ada kesempatan aku mau saja membengkakkan wajah orang tersebut.

Di kota ini terdapat sebuah akademi khusus sihir, Konoha Magic Academy, akademi ini menerima siswa yang bisa sihir maupun yang tidak. Untuk membedakan mana yang bisa sihir maupun tidak, setiap siswa diberi pin yang berbeda bentuk maupun warna, lingkaran untuk yang bisa dan segitiga untuk yang tidak bisa. Untuk warnanya adalah putih untuk pemula, merah untuk amatir, perak untuk pro, emas untuk master, hitam untuk super, dan tanpa warna untuk 'Dewa'. Kalau kalian bertanya tingkatanku tentu saja aku menjawab putih, memangnya apa lagi...

"Naruto, kenapa kau melamun seperti itu?" Ah,itu dia Rivalku Uchiha Satsuki adik dari Kapten Pasukan Sihir Khusus Uchiha Itachi. Gadis paling populer di akademiku ini merupakan seorang yang dingin, tak punya hati, dan tsundere. Memang sih dia cantik, dengan rambut hitam indah yang diikat ponytail dan poni yang menutupi mata kirinya serta badan yang wow memang membuatnya banyak disukai para pemuda dan menjadi idola bagi gadis lainnya. Dia sendiri memiliki pin berwarna perak yang menandakan bahwa dia seorang pro, berbeda denganku yang hanya seorang pemula.

"Tak apa-apa, aku hanya bosan" Kenyataannya aku memang sedang bosan..

"Dasar kau ini! Daripada bengong seperti itu lebih baik kau berlatih agar menjadi lebih kuat!" Dasar dia ini, mungkin menggodanya akan sedikit menyenangkan..

"Dan daripada kau berkata seperti itu lebih baik kita kencan saja" Nah, lihatlah mukanya yang langsung memerah, reaksi yang benar-benar lucu..

"A-apa! K-kau jangan macam-macam denganku, Naruto!" Wah, dia marah tapi dia makin imut saja waktu marah..

"Sudahlah Satsuki, kau kembali saja kekelasmu nanti jika ada orang yang lihat seorang idola sepertimu berbicara dengan Dirt sepertiku reputasimu akan rusak" Ow, kenapa dia tiba-tiba menatapku dengan tatapan dinginnya?

"Aku tidak peduli dengan hal itu, kau adalah rival serta sahabatku, omongan dari sampah seperti mereka tidak kupedulikan!" Satsuki.. Kau ini memang..

"Terima kasih Satsuki, ucapanmu benar-benar menghangatkan hatiku" Hehe, wajahnya memerah lagi, benar-benar tsundere..

*Suara bel berbunyi*

"Ah, sudah masuk ya? Kalau begitu aku duluan, Satsuki"

"Hn"

Pelajarannya sangat membosankan...

Kurasa tak ada gunanya belajar sihir secara teori, yang ada siswanya malah pada bosan dan mengantuk... Sebaiknya sistem belajar yang seperti ini segera diganti karena aku merasa hal ini membuat siswa Dirt menjadi semakin lemah. Tetapi aku hanya murid biasa, mana mungkin aku bisa mengubah tatanan dunia ini.

Kulihat ke segala arah yang ada hanya siswa berbakat yang terlihat bosan dan mengantuk serta para Dirt yang kelihatan kesusahan atau kebingungan memahami teori yang diajarkan oleh guru kami. Tapi aku tahu bahwa itulah tujuan sebenarnya,memperlemah yang lemah dan memperkuat yang kuat.

"Guru, bisa anda jelaskan tentang sihir perubahan wujud"

"Hm, bukankah itu sudah ada buku? Mengapa kau bertanya lagi?"

"Saya kurang paham dengan yang dijelaskan di buku"

"Ya ampun... Seperti yang diharapkan oleh Dirt... Baiklah akan kujelaskan, sebaiknya kau dengar baik-baik karena aku takkan mengulanginya!"

"B-baik guru"

Cih! Dasar! Memang apa salahnya bertanya?! Aku bertaruh kalau siswa berbakat yang bertanya pasti dia akan menjawabnya dengan lemah lembut. Sekali lagi kutekankan bahwa dunia ini sangat busuk.

Walaupun begitu aku masih bingung kenapa akademi ini menjadi nomor 1 di negara ini. Mungkin karena di setiap perlombaan mereka hanya mengirim siswa berbakat, tidak seperti akademi lain yang juga mengirimkan Dirt mereka.

*Bel pulang berbunyi*

Sudah waktunya pulang, akhirnya aku bisa kembali ke istanaku... Bukan istana sungguhan sih tapi Rumahku adalah Istanaku bukan begitu? Aku tinggal sendiri di rumahku karena kedua orangtuaku sudah meninggal ketika... Ketika... The Great Kills, sebuah peristiwa dimana ratusan ribu orang mati dibunuh oleh The Order karena tuduhan pengkhianatan terhadap Raja dan Ratu. Orang tuaku menjadi salah satu korbannya, tapi aku tidak menangis maupun sedih karena mereka tidak mati sia-sia, mereka mati untuk melindungiku. Setelah peristiwa itu terdengar kabar bahwa keluarga dari korban yang terbunuh mulai bersatu untuk membentuk pasuka revolusi demi menggulingkan pemerintahan saat ini, tapi aku tidak tahu apa kabar itu benar atau hanya hoax.

"Aku pulang" Dan sama seperti sebelumnya, tidak ada yang menjawab panggilan-

"Selamat datang, Naruto" Eh, Satsuki?

"Kenapa kau ada disini?!"

"Memangnya salah jika sahabatmu berkunjung kerumahmu?" Sangat salah Satsuki, terlebih karena kau gadis yang sangat cantik bersamaku pemuda yang masih sehat dan berada dirumahku sendirian.

"Tidak apa-apa sih, hanya saja tidak biasanya kau kemari, memang ada apa?" Oh, mukanya langsung berubah sedikit.. Sedih?

"Oh, aku hanya sedikit bertengkar dengan ayah karena suatu hal"

"Lalu kau kabur dari rumahmu menuju rumahku begitu?"

"Hn, jadi aku akan tidur dirumahmu malam ini" A-apa! Jangan bercanda!

"Oi Satsuki, kita ini dua remaja yang sehat kan, bisa-bisa terjadi hal yang berbahaya" Mukanya Satsuki langsung memerah..

"Tapi mana mungkin kita tidur bersama! Bukannya masih ada kamar tamu!?" Ah, benar juga, kenapa aku bisa lupa ya?

"Ah... Kau benar juga" Ouch, deathglarenya masih saja menakutkan..

"Dasar otak mesum" O-oi aku ini tidak mesum, dasar tsundere kelas paus!

"Terserah kau saja, Satsuki"

Setelah mandi dan makan malam, yang dimasak olehku karena Satsuki benar-benar tidak bisa memasak, dia langsung menuju ke kamar tamu dan aku hanya berbaring di kasurku sambil membaca buku tentang sihir. Sihir ya? Aku terkadang berpikir kenapa aku terlahir dengan tidak memiliki sihir, walau begitu aku tetap yakin dibalik kekuranganku itu aku pasti memiliki kemampuan lain yang akan menutupi kelemahanku. Aku hanya berharap aku dapat melindungi orang-orang yang berharga bagiku... Hanya itu.. Jadi kumohon kepada tuhan agar aku diberi kekuatan mental maupun fisik dalam menghadapi cobaan ini. Setelah aku berdoa akupun tidur dan menuju alam mimpi.

Keesokan harinya setelah aku bangun dan mandi, akupun memasak sarapan untuk diriku sendiri dan Satsuki. Aku memasak makanan dengan tambahan tomat karena kutahu itu kesukaannya.

"Kau masak apa Naruto?" Oh, dia sudah bangun tapi sepertinya dia belum mandi kah?

"Mandilah dulu Satsuki, aku memasak sup tomat dan sosis bakar" Hm, dia terlihat sedikit bersemangat setelah aku mengatakan makanannya? Ah, pasti karena tomatnya..

"Hn, aku akan segera mandi, dan sebaiknya makanannya sudah matang ketika aku selesai mandi, Naruto" Ya terserah kau sa-... Eh dia pakai baju apa?

"Woi! Kau pakai baju apa Satsuki?!" Dia melirik dengan tatapan... Menggoda?

"Tentu saja bajumu, Na-ru-to" Uh, kurasa wajahku mulai memanas..

"Cepat mandi sana!" Dasar dia ini, dia ini tsundere atau apa sih?!

Setelah dia selesai mandi, kamipun menikmati sarapan kami dengan tenang. Ah, rasanya enak sekali, aku ini memang koki yang hebat!

"Hei, Naruto. Kira-kira siapa yang akan kau pilih dalam Festival 1000 Bulan?" Ah, festival itu ya.. Festival dimana beberapa siswa harus membentuk sebuah tim untuk saling bertarung dimana pemenangnya akan ditingkatkan tingkatannya menjadi satu tingkat di atasnya. Aku selalu tidak mendapat teman untuk membuat sebuah tim, karena kau tahulah aku ini Dirt, tapi mungkin tahun ini aku bisa menunjukan kemampuanku.

"Bagaimana denganmu Satsuki? Kau sudah memiliki rencana?"

"Kurasa aku akan bertim denganmu saja Naruto" Eh, sungguh?!

"Kenapa aku? Kau ini salah satu siswa paling berbakat di akademi, pasti banyak yang ingin satu tim denganmu"

"Hubungan kita sudah kuat kau tahu, kerjasama itu lebih penting daripada kekuatan individu, bukannya hal itu yang diajarkan Guru Kakashi kepada kita?" Hm, kau benar juga Satsuki..Heh, aku tak percaya kata-kata seperti itu keluar dari mulut seorang Uchiha sepertimu..

"Kalau begitu baiklah, tapi kita masih harus mencari 2 anggota lagi kan?"

"Hn, kau tahu siapa yang mau bergabung dengan kita?" Bergabung ya..Ah, mungkin 'mereka', mau bergabung..

"Aku tahu siapa yang mau bergabung"

"Siapa?"

"... Vali Lucifer dan Kuroka"

Don't Like Don't Read...

Read and Reviews...