Yosh! Readers!

Akecchin is back!

Akhirnya, dengan sedikit mencuri-curi waktu untuk berinspirasi author bisa kembali menulis.

Yap, no more talkin about, Hajimettebayo!

.

.

.

.

.

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

This Fict originally written by Akecchin as an author.

Do not copy.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau yakin?"

"…"

"…"

"…"

"Aku tau kau masih di sana, katakan sesuatu."

Mendesah pelan. Itulah yang hanya bisa dijawabnya sebelum sepatah dua patah kata keluar dari bibirnya untuk menjawab suara berat yang akrab di telinganya dari seberang sana. Bila dipikir satu atau dua kali lagi, Ia masih memerlukan waktu untuk berpikir matang-matang sebelum mengatakan keputusannya dan menjawab sekedar kata 'Ya'.

"Kupikir aku pun tidak perlu mengatakannya lagi.", jawabnya, sedikit menekan rasa gugup.

"Hei, jika kuberi satu kesempatan lagi untuk menjawab, kau harus berpikir dulu. Aku benar-benar terkejut, kau tau? Tiba-tiba kau meneleponku di tengah malam, kupikir mengatakan suatu hal yang baik."

"Karena memang ini hal yang baik. Untuk semuanya."

"Sasuke, aku mengharapkan setelah malam ini, di mana pesta kelulusan yang kami tunggu, dan juga… Ayah. Aku berharap kau bisa menunjukkan bakatmu, bakat seorang Uchiha, melampaui diriku. Bukankah itu impianmu? Lagipula, kupikir Ayah sudah menyediakan tempat khusus untukmu jauh-jauh hari."

"Dan aku juga sudah mempersiapkan ini sejak lama.", jawab pria bernama Sasuke itu.

"…"

"Aku sudah mengerti dimana posisiku yang seharusnya. Dan aku juga sudah memikirkan tentang Ayah.", ucapnya seraya tersenyum tipis. Sebuah senyuman sarat akan kegetiran.

"Sasuke…"

"Hhhh. Kupikir hanya itu yang bisa kukatakan sekarang."

"…"

"…"

"Aku mengerti."

Dengan sebelah tangannya yang masih menggenggam handphone, Ia tersenyum sedikit lebih lebar. Senyuman tulus yang tak akan pernah Ia perlihatkan pada siapa pun. Bahkan oleh orang yang sedang berbicara dengannya saat ini, dari seberang sana.

"Arigatou… Nii-san."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Desingan pesawat-pesawat yang akan lepas landas maupun yang bersiap untuk take off hampir saja mengganggunya jika saja bandara ini tak memiliki ruang tunggu yang kedap masih terduduk dari setengah jam yang lalu, dengan merentangkan kedua belah tangannya di kursi tunggu yang panjang, tak memedulikan orang-orang yang mungkin saja membutuhkan kursi itu untuk sekedar duduk dan menunggu pesawatnya sebelum take off atau menunggu seseorang. Kepala tegaknya menatap datar ke arah pemandangan yang tersaji di depannya. Langit nan biru cerah berhiaskan mesin-mesin replika elang nan kokoh yang berterbangan dengan teratur.

Baru saja Ia akan memejamkan kedua matanya yang mulai terasa lelah, jika saja sebuah suara tidak menginterupsi pendengarannya.

"E-ehm!"

Buru-buru Sasuke menegakkan kepala sekaligus badannya yang sedari tadi dalam posisi santai, mengubahnya dalam posisi lebih normal. Tak lupa melatakkan kembali kedua tangannya yang terentang, mengubahnya dalam posisi bersilang di depan dada. Ia menganggukkan kepalanya pelan seakan mempersilakan wanita di depannya ini untuk duduk.

Bila Ia perhatikan lekat-lekat, wanita yang saat ini telah mendudukkan diri di sampingnya boleh jadi menarik minatnya andai saja Ia tidak memasang egonya terlalu tinggi. Ia melirik sedikit untuk memerhatikannya lebih dalam. Wanita itu cukup mungil dibandingkan ukuran tubuhnya. Kulitnya putih dan tampak mulus, Ia menaikkan alisnya heran ketika mengetahui warna surai wanita itu. Pink! Ia hanya berpikir, apakah itu rambut sintetis atau…asli? Surai pink itu hanya digelung sederhana ke atas, dengan kepalanya yang tertutup topi pantai putih berbentuk bundar yang lebar, cukup untuk menutupi sebagian besar wajah ayunya, apalagi posisi wanita itu yang kini dengan wajah menunduk.

Entah merasa diperhatikan atau karena apa, wanita itu menoleh sedikit ke arah pria di sampingnya. Cepat-cepat Sasuke memalingkan wajahnya ke depan, seolah-olah tidak memandangi apa pun dari wanita itu. Wanita itu hanya tersenyum kecil melihat wajah datar yang tampak tak berdosa di sampingnya ini. Ingin rasanya Ia terkikik geli melihatnya, namun ditahannya. Ia kembali menegakkan wajahnya ke arah depan seraya tangan kanannya yang mungil menyentuh ujung topinya.

"Uchiha Sasuke.", ucapnya pelan, hampir seperti berbisik.

Namun tidak bagi Sasuke, Ia mendengarnya dengan jelas. Sangat jelas, suara manis itu menyebutkan namanya. Ia menoleh cepat ke samping, ketika wanita itu dengan perlahan mengangkat topinya dan menampakkan wajah manisnya yang bersinar. Semua adegan itu sudah pasti akan tertancap di otaknya seperti sebuah melodrama. Yang paling menarik hatinya adalah sepasang bola mata hijau yang nampak teduh dan cerdas di mata kelamnya yang tajam.

"B-bagaimana kau?!", desis Sasuke menunjukkan sedikit raut keterkejutannya.

Wanita itu hanya tersenyum lebih lebar, tampak sangat manis di mata Sasuke.

"Sepertinya penyamaranku tidak tercium olehmu, Sasuke-kun.", jawab wanita itu santai.

"Apa maksudmu?!", desis Sasuke.

Tak segera mendapat jawaban yang diinginkan, sekarang wanita itu dengan berani memegang tangan kanannya erat. Mimik wajahnya berubah serius, Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri seolah-olah mencari situasi aman.

"Ikut aku.", ujarnya singkat.

"Apa maumu?", desis Sasuke sengit. Ia menahan tangannya yang kini tengah ditarik oleh wanita itu.

Pegangan di tangan kanannya sedikit mengendur, ditatapnya dalam wajah wanita yang juga menatapnya tajam seolah menantangnya. Matanya terlihat nyalang.

"Bisakah kita menunda perdebatannya, dan kau ikut denganku sekarang?", ujar wanita itu.

Sasuke hanya menggeleng pelan seraya mengalihkan pandangannya. Ia mencibir pelan, "Aku tidak bisa mempercayaimu."

Dengan ketus, wanita itu melepaskan pegangannya dengan kasar. Ia merogoh sesuatu dari dalam tas yang tergantung di bahu kirinya. Tak lama kemudian, Ia menyodorkan sebuah kunci mobil ke arah Sasuke dengan cepat, dan tentunya dengan raut wajahnya yang masih menampakkan kekesalan.

"Hn?"

"Ambil. Ini kunci mobilku, kau ikut aku sekarang dan kau yang menyetir. Ini untuk menghindari 'antisipasi'mu terhadapku. Puas?"

Menimbang-nimbang penawaran wanita di depannya, perlahan tangan kanannya meraih kunci itu dan memerhatikannya sejenak. Sebentar saja Ia sudah menampakkan raut seringai licik sarat akan ejekan terhadap benda di tangannya.

"Apa yang lucu?", tantang wanita itu sedikit tersindir.

Sasuke sedikit terkejut dengan suara lantang wanita itu. Ia cepat-cepat memasukkan kunci itu ke dalam saku celananya. "Aa, tidak."

Wanita itu segera saja membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya cepat seakan-akan dirinya sedang terkejar oleh ribuan zombie di belakangnya. Sasuke hanya mengikutinya dengan sedikit enggan, satu langkah kakinya yang lebar dan panjang sudah cukup untuk menyusul dua atau tiga langkah cepat wanita itu. Sehingga tak membutuhkan waktu lama untuk menyusulnya.

Tak lama, mereka sampai di area parkir, terutama di depan sebuah VW Beatle, satu-satunya yang berwarna putih di barisan itu. Sasuke menengokkan kepalanya ke arah lain seolah-olah sedang mencari mobil yang lebih pantas. Merasa sedikit tersinggung, wanita itu menyahut.

"Kalau kau mencari sebuah Ferrari atau Lamborghini, kau tak akan menemukan yang cocok dengan kunci itu. Sudah cepat masuk!", tukasnya ketus.

Sasuke hanya terkekeh kecil dan menuruti perkataan wanita itu. Sesaat setelah Ia mendudukkan dirinya di belakang meja kemudi, Ia memasang sabuk pengamannya.

"Aku tak mengerti beberapa daerah di sini.", ujar Sasuke datar.

"Oh, omong kosong, Uchiha. Bahkan kau sudah sering kemari dan memiliki apartemen di tanah Britania Raya ini untuk kau tinggali, hm?", jawab wanita itu santai seraya menyunggingkan seringai licik di wajah manisnya.

Sasuke hanya terkejut mengetahui wanita itu benar-benar tau segalanya atas dirinya, bahkan Ia belum mengenal wanita itu. Sedangkan wanita itu hanya menyamankan posisi duduknya seraya menyilangkan kedua tangannya ke depan dengan senyum penuh kemenangan.

"K-kau?! Sial! Aku benar-benar butuh penjelasan sekarang.", tukas Sasuke.

"Baik. Akan kujelaskan setelah kita sampai nanti, Uchiha."

"Ckh!"

Ia hanya bisa mendecih pelan. Sebuah kesialan baginya di hari pertama di Negara perantauannya. VW Beatle putih itu perlahan melaju membelah jalanan padat kota London. Semakin lama semakin kencang seiring rasa penasaran sang Uchiha muda.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sankyuu karena udah membaca apalagi review, fav, dan follow. Karena masih dalam tahap penyegaran otak, author akan mengupdate dalam versi short fic/chap dulu ya, hehe. Gomen deh. Kalo imajinasi normalnya udah balik pasti bakal jadi fic panjang juga kok. Apalagi author Akecchin selama ini hobi update kilat, kan? Kan?

Hm, maaf kalo gaya bahasanya agak berubah. 'otak' dari fic2 Akecchin yang terdahulu lagi berhalangan buat nyumbang ide. Jadinya, editornya nih turun tangan (tapi inti fic masih berasal dari mastahnya). Yup, ditunggu kritik dan sarannya! :D