.
Wildest Youth : Egoism
.
Jungie present
.
Main Cast :
Jung Daehyun
Yoo Youngjae
Bang Yongguk
Author :
Jungie
Summary :
"Yak, ku bilang jangan pernah lukai boneka Jepang itu." – Jung Daehyun.
Disclaimer :
All cast is god and their parent own.
Warning :
Typo(s) is allowed (?). Boys Love! Don't like? Just tab 'close' and don't judge!
Note : Cerita ini sebenarnya terinspirasi dari film "Hot Young Blood" yang di perankan Lee Jongsuk yang termasuk aktor favoritku. Untuk alur juga tempat agaknya menyerupai film itu. Tapi sungguh, aku sudah mencoba merevisi berulang-ulang supaya ceritanya ga sama plek (?) dengan filmnya. Ada beberapa karakter tokoh yang aku ambil dari orang sekitarku. Terinspirasi juga dari OTP baruku di kelas. Hahaha /diserbu se-geng abnorm/. Dan jujur aja, film ini sangat digemari sama kawan-kawan yang bahkan bukan Kpoppers juga maniak K-drama. Jadi dengan unsur film juga beberapa referensi dari real life, akhirnya aku buatlah fanfic berchapter ini.
Suara laju kereta berderak, memekakkan seisi jalanan luas yang terpapar rel-rel besi yang berpacu dengan cepatnya kereta. Suara-suara decitan besi rel seakan menjadi alarm setiap insan yang memulai segala kegiatannya. Youngjae mengusap matanya, kantuknya bahkan belum terpulihkan.
Ia menggoyangkan kacamata membenarkan posisi dari hidung bangirnya. Ia hanya menguap dengan kurang ajarnya pada bangku sembari merentangkan tangannya. Komik dan gadget — obat satu-satunya bagi seorang Yoo Youngjae sekarang. Ia merogoh tasnya, mengambil beberapa komik dari dalamnya.
"Gotcha." setelah bersusah payah mencarinya akhirnya diraihnya juga komik itu pada genggamannya. Headset ia gantungkan pada telinga dan beberapa playlist lagu-lagu Hatsune Miku dan LiSa mengalun-alun pada gendang telinganya.
'Stasiun Line 5'
"Sial." Youngjae menyumpah, sungguh rasanya menyebalkan sekali ketika keadaan kereta akan berubah dan tak ramai seperti awal. Apa alasan Yoo Youngjae menyumpah? Pastinya, geng-geng sekolah yang akan menjadi pengganggu hariannya dan — tidak, lupakan saja yang itu.
Youngjae mengeraskan volume MP3-nya penuh. Masa bodoh dengan gendang telinganya yang akan berdengung dan kepalanya yang terasa terpecah beberapa bagian. Matanya tak lepas pada komiknya, berpura-pura merasa asing pada sekitar dan tak acuh pada sundal-sundal sekolah pengganggunya.
Berakting dan tak begitu menonjolkan diri hanya bisa menjadi senjata satu-satunya.
Gadis belia anggun dengan tiba-tiba saja muncul di peredarannya dan duduk manis pada bangku depannya. Yoo Youngjae telah menyadarinya, namun sayang. Komik dan suara robotik Hatsune Miku lebih menarik baginya.
"Youngjae sunbae. Bisakah –"
"Aku dengar. Bicaralah." Sarkas Youngjae yang benar-benar masih menggeluti dunianya.
Gadis dengan surai tergerai itu tersenyum tipis berselingan dengan semburat-semburat tipis pada wajah merah jambunya. Cukup menawan dan memukau hati kaum adam – minus Yoo Youngjae. "A, aku suka padamu, sunbae."
Mata Yoo Youngjae masih tersembunyi di belakang komiknya. Bahkan sentakan kecil kakinya dapat ia rasakan dari dekat. "Aku suka dengan sikap pendiammu. Tergila-gila ketika sunbae tersenyum girang dan mendumal kesal. Caramu menatap dunia benar-benar menarik. Kau tahu, sunbae? Bahkan aku terjatuh akan pesona dan kharismamu. Setiap hari kau menatap ke arah jendela. Seakan merumuskan segalanya. Kau –"
"Sudah?" potong Youngjae, dengan posisinya yang tak ada bedanya. Nahyun membeliak. Dia tak menggagas pernyataan cinta si nomor satu angkatannya? Bahkan dengan paras dan kemolekan dan kecerdasan gadis ini? Youngjae, kau tak waras?
"K, kau tak mendengarku?" ucap Nahyun bergemetar. Bahkan beratus-ratus pria selalu mengejarnya dan tak pernah ia diberi penolakan. Dan Yoo Youngjae menolak si nomor satu?
Youngjae menutup komiknya cepat dan melepas setengah headset dari telinganya. "Dengar," Youngjae menghela sejenak "kau bahkan tak lebih menarik dari Hamakaze dan Kongou. Kalau ada pintu dua dimensi, akan kupilih mereka dan membuangmu jauh. Jadi, bisakah kau pergi sekarang?"
Nahyun berkaca-kaca, air matanya bahkan merembes tanpa izin dari pemilik matanya. Jadi ini yang dinamakan ditolak mentah-mentah? – pekik Nahyun dalam hati seraya menutup bibir bergetarnya agar tangisannya tak pecah. "K, kau sinting."
Gadis bergerai itu segugupan, berlari kalang kabut dan menjauhkan punggungnya dari mata Youngjae. Ia menghela kembali dengan tangan yang mengurut pelipisnya. Masih ingat dengan kata '– tidak, lupakan saja yang itu.'? Nah, ini jawabannya. Meladeni setiap gadis yang menyatakan cinta pada dirinya. Bahkan tumpukan surat dan bungkusan kado di loker sekolahnya sudah jadi bagian yang awam bagi Yoo Youngjae. Hei, menjadi seorang ulzzang – baik, ku ralat – cosplayer ternama di kotanya ternyata tak semudah dengan apa yang ada di otaknya. Gadis bertiga dimensi itu merepotkan.
"Wah, wah, wah. Satu gadis kau buat merengek lagi, Youngjae-ah? Dasar, keparat." Sebuah tangan tiba-tiba saja menekik tenggorokannya dari belakang. Youngjae sempat tercekat, bahkan tak bernapas ketika ia rasakan tangan kekar melingkari lehernya. Jahanam ini –
"A, ah, Bang Yongguk hyung. K, kau datang lebih lama dari biasanya." Youngjae membuat senyum palsu pada wajahnya. Lihai akting juga dirinya. Ia perlahan-lahan melepas belenggu yang merantai lehernya dengan tangan perkasa Yongguk.
"Benarkah? Karena aku barusaja ku melihat perilaku bancimu, membuat gadis rengek dan ditolak mentah olehmu. Pecundang."
"A, ah." Belenggu dari lehernya sudah terlepas, namun Yongguk malah menggantinya dengan menarik kasar kerah bajunya. Membuat kerah pakaian Youngjae kumal karena tangan kotornya dan membuat Youngjae merintih di depan tatapan mengintimidasinya.
"Ku dengar dia anak tenar di sekolah." kekeh Yongguk seakan menakuti dan membuat setiap bulu romanya berdiri seketika.
Tangan Yongguk mengeras dan bersiap untuk menghantam wajah mulus Youngjae. "Kau pantas menerima –"
"Yak," teriak seseorang dari ambang pintu kereta "ku bilang jangan pernah lukai si boneka Jepang itu."
Pria itu bersandar dengan tenangnya pada tepi pintu pemisah gerbong. Ia mengusap-usap tengkuknya dan menatap dingin pada Yongguk yang hampir menghajar Youngjae. Yongguk berdecih dan membalas tatapan dinginnya dengan seringai buas. Yongguk mendorong tubuh ringan Youngjae dengan mudahnya. Hingga membuat dirinya terjerembap dan mengerang pilu kesakitan. Jung Daehyun – tak ada alasan lain untuk dirinya agar berhenti membuli Youngjae lemah yang tersungkur di bawahnya.
Youngjae terbatuk sembari meringis. Sungguh sial benar dirinya bisa berurusan dengan ketua berandalan dan sebut saja tangan kakinya semacam Bang Yongguk dan Jung Daehyun.
"Kajja." Jung Daehyun menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan agar dirinya juga Yongguk menjauh dari sini secepatnya.
"Kau selamat lagi." Lirih Yongguk dengan tatapan tak terartikan kemudian berlalu dari diri Youngjae yang masih berusaha menopang tubuhnya pada bangku kereta.
"A, a, aigoo! Pelan sedikit! Ck." Pekik Youngjae.
"Aku sudah pelan, bodoh." Yukwon masih mengompres memar pada lutut Youngjae yang terbentur oleh bangku kereta tadi. Youngjae terus merintih menahan sakitnya.
Yukwon melongok ke arah pintu utama sekolahnya. Mengecek kalau-kalau istirahat akan segera berakhir. Tangannya kembali fokus pada bongakahan es yang terbalut handuk kecil miliknya. Masih mengompres Youngjae yang mengeluh kesah terus-terusan hingga membuatnya kesal.
"Kau ada masalah apa lagi dengan begundal itu, eoh?" Pekik Yukwon, tangannya mengeraskan kompresannya dengan kesal.
Youngjae memekik, "Yak! Kubilang jangan keras-keras!"
"Jadi apa masalahnya?"
Youngjae mendengus, bahkan dirinya tak tahu persis apa salahnya. "Molla."
"Stress! Kau mau ke kontes atau menjadi guest di acara cosplay dengan langkah terseok semacam ini? Hash .." gerutu Yukwon yang sekarang sudah duduk di samping Youngjae.
Youngjae mengusap wajahnya geram. "Mungkin sejak kau menolak Hyerin mentah-mentah seperti yang kau lakukan pada perempuan lainnya membuat kakaknya alias Yongguk benar-benar membencimu," terang Yukwon mengingat kejadian setahun silam "dia tidak pulang 3 bulan karenamu."
"Sudahlah, jangan bicarakan si mata bulat juga kakak beringasnya itu." Youngjae mengasak poninya yang tertiup hembusan angin yang agaknya sedikit dingin dari biasanya.
"Kau lama-lama tak waras karena imaginasi terlalu tinggimu, Yoo."
Youngjae malah tertawa, bukan merasa kalau ucapannya adalah sebuah hinaan baginya. Malah menganggap sebagai sebuah pujian yang sangat patut ditujukan pada dirinya. "Terima kasih sekali atas pujian manismu, Kim Yukwon."
"Jadi kau lebih suka dengan wanita dua dimensi daripada tiga dimensi?"
"Tepat sekali."
"Lihat, kau gila." Decih Yukwon rendah.
"Hei, hei!" sebuah tangan merangkul kedua pundak lelaki yang duduk tenang pada bangku taman sekolahnya "aku sangat terlambat, ya?"
Youngjae berdesah berat, sedangkan Yukwon menyapanya dengan telapak terbuka yang siap menerima highfive dari sohib satunya, "Kau memang selalu terlambat, perek." Kekeh kecil Youngjae seakan mencairkan segala suasana tegang yang tercipta oleh dua orang yang sedaritadi mendumal kesal dan berkeluh kesah.
"Guru Lee memintaku memotong rambutku. Gila saja," Ujar Jeonghan sembari menyempilkan dirinya di tengah-tengah kedua sahabatnya "aku susah payah menabung untuk menyambung rambutku dan guru Lee seenaknya memintaku memotongnya."
"Karena ia tak tahan melihat kecantikanmu." Bayol Yukwon.
"Aku tampan, sial." Jeonghan mencubit pinggang Yukwon.
"Dia takut kalau kau susah dibedakan dengan perempuan. Hahaha. Ah Aigoo, jangan sentuh memarku, bodoh." Pekik pria berkacamata merintih perih ketika lututnya tersenggol lagi oleh Jeonghan.
"Maaf, maaf. Hahaha."
Malam hari hampir mencekat, cakrawala jingga hampir tenggelam dari peredarannya. Bahkan kicauan ribut burung-burung kecil kalang kabut bergegas kembali ke sarangnya. Pusaran angin menghembus sepoi pada tubuh Youngjae yang terus mengayuh sepeda. Kaki Youngjae terus bergerak, tubuhnya mengangkat mempercepat jalannya. Segera ingin pulang rasanya hari ini. Entah rasanya benar-benar melelahkan hari ini baginya.
Youngjae membenarkan tas selempangnya. Tak membiarkan tasnya jatuh dari pundak bidangnya. Hari semakin sore. Pria berkacamata itu mengedar pada cakrawala yang berubah perlahan-lahan meredup. Tangannya mendapati jam tangannya – jam 04.30. Waktu semestinya anak-anak sekolah ada di rumahnya.
Suara derikan roda terus mengisi kekosongan jalanan aspal yang terhampar di tengah ilalang dan berpadu alam. Youngjae mengangguk kecil ketika alunan lagu tak hentinya mengaliri pendengarannya. Hari ini cukup tenang untuknya. Walau jujur saja, lututnya masih berdengung nyeri kala menggowes sepeda.
'Kriett ..'
Decitan sepeda terdengar nyaring ketika Youngjae dengan tak terduga mengerem sepedanya. Youngjae melongo kala melihat segerombol manusia berjalan melintas menghalangi jalan pulangnya. "Bocah ini." dengus Youngjae seakan melumrahkan sekumpulan orang-orang yang ada di hadapan.
Youngjae masih menyedekapkan tangannya, menunggu jalan pulangnya. Merepotkan – bahkan aspal-aspal hangat di bawah kakinya lebih menarik daripada orang-orang di depannya.
"Yo!" sapaan seseorang seakan mengintrupsi dari jauh. Seseorang melambai tangannya angkuh padanya.
Youngjae mendecih. Tak membalas sambutan Jung Daehyun angkuh yang melangkah dengan santai menyebrang dengan gerombolan tak jelasnya. Tak ada Yongguk, pantas saja bocah tengil ini berani-beraninya menyapa.
Youngjae masih tak berkutik. Ah, bajingan. Jung Daehyun malah berjalan kearahnya – dan menutup jalannya untuk segera kembali kepada kamarnya yang penuh komik, CD, dan games-nya juga klan-nya yang akan mengoceh karena menanti. "Menyingkir, bodoh."
Daehyun menyeringai, malah meremehkan sarkasme Youngjae yang kelewatan dingin itu, "Tak mau berterima kasih soal yang tadi pagi?"
"Tidak."
Lelaki berpenampilan ngawur di depannya melonggarkan dasinya saking geramnya. Mata elangnya menancap dalam pada permata Youngjae, "Baiklah, aku akan menagihnya," Tangan Daehyun dengan dugal pada kerahnya. Youngjae tersentak, terkejut kala menyadari wajah Daehyun terlalu dekat dengannya sekarang.
"karena kau tahu? Aku tak suka dengan hutang." Daehyun mengernyihkan sudut bibirnya. Membiarkan Youngjae yang berdiri kikuk di depannya.
'Cup ..'
Kecupan kilat mendarat pada gundukan pipi Youngjae. Jantungnya terbakar bahkan berdenyut nyeri di rongga dadanya. Terkejut ketika Daehyun kehilangan rasionya sendiri.
Pria yang masih menunggangi sepedanya mendorong dada Daehyun kuat. Menepuk-nepuk pipinya cepat seakan ada milyaran bakteri yang menghinggap pada bekas ciuman menjijikan Daehyun. Tak menghiraukan reaksi Youngjae, Daehyun kembali menegakkan tubuhnya. Dan berlalu begitu saja dari hadapan Youngjae yang menatap hina padanya.
"Pulanglah," kaki Daehyun menjejak gontai dan perlahan meninggalkan Youngjae yang berdiri di sana "lupakan yang tadi. Itu sekedar hutang."
Youngjae menatap punggung Daehyun yang semakin menjauh, ia malah terdiam dengan ribuan pertanyaan pada benaknya. Youngjae benar-benar tak dapat menyelesaikan pikiran ruwetnya. Youngjae menghela, beruntung saja kali ini tak ada yang melihat mereka berdua. Atau kau akan mati keesokan hari.
Youngjae bergidik, menyadari betapa menjijikannya semua hal yang ada di benaknya sekarang. Ia kembali mengayuh cepat sepeda. Mengabaikan pikiran-pikiran dan peristiwa hitungan menit silam. Membuangnya jauh seiring melajunya sepeda yang di membawa dia pulang ke rumahnya.
Tapi, tentang perasaan tak enak perihal Daehyun? Dia masih meragukannya. Ah, bagaimana kalau bocah tengil itu terluka? Atau ketahuan? Atau mati?! Heh? Apa yang ada pada benaknya?
Youngjae memelankan genjotannya, menilik ke arah bawah jembatan tempat Daehyun berdiri bersama kawan-kawannya. Tawuran lagi – itu cukup memuakkan Youngjae. Ia berhenti di tengah jembatan tanpa sadar. Sekedar mengintip sekolah mana lagi yang akan jadi lawannya.
Sibuk mengintip, tiba-tiba saja Daehyun mendangakkan kepalanya dan menatapnya dari sana. Youngjae membelalak, sepertinya sesi intip-mengintipnya terpergoki oleh Jung Daehyun. Youngjae menancap gas, bergegas pergi dari sana sebelum Daehyun dan semua orang disana semakin curiga padanya.
"Padahal dia tak sebandel itu dulu." Ujar Youngjae seraya menggulung bibirnya resah.
Lembayung senja membias setiap sudut dunia. Bersamaan dengan Youngjae yang mengayuh sepedanya tanpa lelah. Hari sudah amat sore, bahkan hampir petang. Ia harus segera pulang. Dan Daehyun? biarkan saja dia. Karena, Youngjae yakin dia bukan orang lemah. Tidak, bahkan dia orang yang kuat akan segala hal.
#TBC or #END ?
A/n :
Annyeong yeorebunn~
Kembali lagi malming Anda terganggu oleh Jungie si pengangguran sekolah (?)
Hyaaaa~ gua patut berterimakasih pada temen-temen gua yang mengingatkan aku buat nonton ulang film "Hot Young Blood" dan berkat itu gua semakin lancar jaya untuk ngeluarin imaginasi edanku. dan makasihh banget buat si kawan super saya, yaitu si penggila waifu jepang berdunia 4D /kek gua/ yang ngasih beberapa referensi bagus buat ff gua. Makasi juga buat OTP baru gua dan doaku makin banyak moment yaaaaaa KYAAAAA~~ /fujonya kambuh/. Makasi buat komunitasi "Abnorm youth" /gua buat nama komunitas sepihak :v/ yang udah bener-bener ngeluarin gua dari dunia kekalutan jadi dunia yang semakin amburadul akan Kpop, Banglung /betewe, ntu nama panggilan buat tukang cilung yang ketemu beberapa minggu kemaren :'' noh, pacar si olla ama puth (?) gua mah ga ngaku ngahahaq/, anime, lagu-lagu Hatsune Miku, dan lainnya.
Dan, yang terpenting. Karena mereka suka andil dalam beberapa ff ku. Buat unniedeul yang dengan sabarnya dengerin ocehan ga mutunya Jungie, udah ngasih saran dan pencerahan bla bla bla ke aku. Dan si adek gua dari Kebumen yang hp-nya suka ilang-ilangan. Gua gak bisa beli dagangan lu vroh ke sono. Kejauhan :''
Oh, ya. Sedikit info aja nih buat reader-nim yang baik hatinya #Jungieteguhgoldenways. Maafkan aku karena penulisanku yang agak menjerumus ke bahasa novel dan puitis. Karena jujur aja otakku di kontaminasi sama novel terjemah rusia yang sungguh ku kagumi bahasa juga isinya. Dan buat yang minta ff chap kemarin. Aku sudah berusaha mewujudkannya. Jadi maaf aja kalo nantinya malah macet-macetan buat ff chapternya. Maklum profesiku kan pengacara (alias Pengangguran Banyak Acara :v). Mungkin reader-nim butuh KBBI online kalo ada kata yang susah dipahami. Soalnya aku nambah diksiku lewat itu. Mwehehe. Oh ya, maafkan daku juga buat ff-nya agak pendek. Ehehehe. Mungkin kesininya bisa agak panjang.
Ah, mungkin di chap selanjutnya aku bakal bales beberapa anonim review. EHEHE, gua baru tau kalo authornim pada bales di ffnya -_- buat yang punya akun, udah aku jawabin di PM kok. tenang :'v
.
.
.
Ok, salam hangat dari si jomblostan,
Jungie.
