Kuroshitsuji by Yana Toboso

Cerita ini by saya

CielSebastian, Sho-ai aja, romance, slight AloisLizzy


Such as Cinderella part 1

Rumah kecil nan sederhana, seorang anak laki-laki duduk di teras depan yang sedang membaca buku. Hari ini langit terlihat cerah dan burung-burung bernyanyi dengan riang. Terlihat sangat bahagia dan menyenangkan. Sayangnya, kenyamanan cuaca ini tidak berpengaruh terdahap anak ini. Dari dalam rumah, terdengar suara pertengkaran kedua orangtuanya. Anak ini tidak peduli. Suara pertengkaran itu sudah terbiasa olehnya.

BRANG BRENG BRONG! Suara barang-barang dilempar terdengar keras. Anak ini masih acuh tak acuh. Buku yang dia baca bagaikan menutup telinganya dan terfokus pada apa yang dia lihat.

"Sendirian aja" sapa seorang anak lelaki lain yang tinggal satu rumah dengannya. Rambut anak ini pirang. Wajahnya terlihat licik tapi sebenarnya sangat baik. Matanya biru bagaikan langit bersih tanpa awan. Anak ini duduk di sebelah anak cuek yang sedang asik membaca buku. Anak ini memperhatikan si cuek dengan seksama. Memasang wajah senyuman bodoh.

"Apa maumu?" tanya anak cuek dengan tetap membaca buku.

"Buku apa yang kau baca?" tanya anak itu yang memasukan tangannya ke dalam baju kodok itu

"..." diam. Sibuk membaca. Anak cuek ini tidak memberikan perhatian sedikitpun. Sifatnya memang begitu. Sangat cuek dan dingin. Berbicara hanya seperlunya dan ketus. Bola mata yang bulat sempurna dengan warna biru yang sangat indah tergambar sangat fokus dan dingin.

"Hey aku bertanya padamu, yaampun" kata anak itu yang sedikit kesal pertanyaannya tidak dihiraukan sedikitpun

"Cerita" katanya cuek. Kata yang sangat singkat. Jika seseorang yang tidak mengenal anak ini ataupun tidak memahami sifatnya yang seperti ini, anak ini mungkin sudah terkena omelan dan makian karena sikapnya.

Anak pirang terus memperhatikan anak berambut biru yang dingin ini. Dia tersenyum. Wajah yang dingin ini sebenarnya mempunyai hati yang lembut. Hal itulah yang dia percaya.

"Aarrghhhh!, Ciel Cieeeeel!" suara ibunya berteriak histeris ketakutan memanggil nama anak cuek ini. Buku yang dia baca ditutup segera dan buru-buru masuk ke dalam. Anak pirang juga ikut buru-buru masuk ke dalam.

Di dalam kamar kedua orang tuanya, Ciel melihat ibunya terpojok ketakutan. Di depan ibunya berdiri ayahnya yang memegang sebatang tongkat baseball terangkat ke atas. Siap untuk memukul ibunya.

"Ibu!" Ciel berteriak. Segera berdiri di depan ibunya. Melindungi. Menatap kesal, marah, sekaligus takut kepada ayahnya. Ayahnya yang berpakaian berantakan, lusuh, gendut, rambut berantakan dan suka mabuk.

Anak pirang juga tidak tinggal diam. Dia menendang lutut ayahnya Ciel, merebut tongkat baseball, lari ke luar dan membuang tongkat itu jauh-jauh. Tongkat itu melambung tinggi dan tergeletak di tanah. Dalam tongkat itu tertulis: "Ciel and Alois. Forever". Ya, nama anak pirang itu adalah Alois. Alois kembali ke dalam. Entah bagaimana ceritanya, ayahnya Ciel meringkuk kesakitan sambil memegangi alatnya.

"Ibu ayo!" Ciel menarik tangan ibunya. Kabur. Untung saja semalam Ciel sudah mempersiapkan pakaiannya dan ibunya karena memang hari ini adalah rencana Ciel untuk kabur sejauh mungkin.

"Ciel kau mau kemana?!" teriak Alois.

"Anak sialan, jangan lari!" kata ayahnya Ciel marah. Ayahnya Ciel mengejar Ciel dan Ibunya yang melarikan diri. Di belakangnya, diikuti oleh Alois.

Ciel berlari bersama ibunya. Tangan ibunya ditarik oleh Ciel. Lari secepat mereka bisa. Lari sejauh mungkin. Lokasi rumah Ciel berada di daerah pegunungan, jadi Ciel harus melewati jalan turunan yang berbelok-belok. Ciel harus tetap berlari karena Ciel tidak menemukan tempat untuk sembunyi.

"Dia semakin dekat, apa yang harus kita lakukan?" kata ibunya Ciel sambil terus berlari menuruni jalanan yang berbelok-belok. Ciel terus berlari. Dia tidak mendengar ibunya bertanya. Melewati jembatan jalan yang dibawah sungai, ibunya sudah kelelahan.

"Ciel Ciel tunggu. Tunggu!" kata ibunya. Memaksa Ciel berhenti. Menepis tangan Ciel. "Pakaianku masih berantakan, kenapa kita harus lari dalam kedaan seperti ini, aku harus ganti" kata ibunya

"Ibu pikir ini waktunya untuk berpikiran seperti itu?! Kita harus cepat-cepat bu!" kata Ciel yang panik. Ibunya Ciel meskipun dalam kondisi kritis, dia masih saja sibuk memikirkan penampilan. Ciel tidak mengerti. Kenapa wanita selalu memperhatikan penampilannya. Padahal, penampilan ibunya Ciel masih bisa terbilang layak.

"Angela Blanc!" suara ayahnya Ciel terdengar. Di atas bukit yang mengelili jalan, di sanalah ayahnya Ciel berdiri menemukan Ciel dan ibunya.

"Sial! Ayo bu cepat!" kata Ciel kembali menarik ibunya pergi. Ciel dan ibunya lari kembali. Melewati komple-komplek dengan jalan yang sedang. Melewati orang-orang yang sedang berjalan menikmati hari.

"Angela jangan pergi!" kata ayahnya Ciel cukup juh di belakang Ciel dan ibunya.

Orang yang masih tidur di pinggir jalan dilompati seenaknya oleh mereka berdua. Ciel melihat ada belokan yang dikelilingi oleh tembok. Ciel menarik ibunya belok ke arah itu. Bersembunyi. Merapatkan tubuh. Membuat diam suara mereka. Aksi persembunyian mereka berhasil. Ciel dan ibunya melihat ayahnya terus berlari lurus mengikuti jalan.

Ciel kembali melanjutkan perjalanannya. Ciel mengambil arah yang berlawanan dari arah ayahnya. Ayahnya kembali menemukan Ciel dan ibunya di atas tanah yang lebih tinggi. Ciel dan ibunya berhenti sejenak karena kelelahan.

"Angela! Angela jangan pergi!" kata ayahnya Ciel berteriak seperti orang bodoh

"Ciel! Jangan biarkan pria ini menangkapmu! Pergilah!" kata Alois membela Ciel. Alois berdiri di atas tanah yang diinjak oleh ayahnya Ciel.

"Angela! Aku minta maaf, maafkan aku Angela!" kata ayahnya Ciel

Angela merasa tidak tega meninggalkannya, tapi Ciel tidak bisa menahan diri lagi dan sudah tidak tahan terhadapnya. Angela selalu dipukuli. Ayahnya Ciel selalu pulang dengan keadaan mabuk. Tidak mempunyai pekerjaan tetap. Selalu menghamburkan uang untuk minum. Meskipun bukan suami Angela, dia tetaplah orang yang telah membuat Ciel lahir ke dalam dunia yang keras ini. Dan karena perilakunya buruk, Ciel merasa tidak ada kewajiban untuk mengakui jika dia ayahnya.

"Jangan kembali bu!" kata Ciel kembali menarik tangan Angela.

"Ketika aku menangkapmu, mati kau!" kata ayahnya Ciel yang kesal terhadap Ciel.

Ketika ayahnya Ciel hendak kembali mengejar, Alois menyerbu ayahnya Ciel. Dia melompat dari tanah yang tinggi itu dan menimpa tubuh ayahnya Ciel sampai jatuh ke tanah. Alois memeluk ayahnya Ciel bagaikan membebani ayahnya Ciel untuk bangun dan mengear Ciel dan Angela.

"Ciel, jaga dirimu! Makan yang banyak buat mengisi tubuhmu yang kurus itu!" kata Alois berteriak. "Paman, kau mau membunuhku? Ketika kau akan membunuhku, maukah kau menunggu sampai aku sarapan dulu?" kata Alois terus memeluk erat ayahnya Ciel yang tubunya terkunci dengan nafas terengah-engah

########

Ciel dan ibunya sudah naik taksi menuju kereta. "Kita tidak punya rencana! Tidak punya!" kata Angela memaki Ciel yang duduk di sebelahnya. "Kita tidak mempunyai uang yang cukup, apa yang harus kita lakukan?!"

"Apakah kita memang pernah mempunyai uang sebelumnya?! Kita tidak pernah mempunyai uang setiap kali kita kabur!" balas Ciel dengan amarahnya.

"Kita tidak mempunyai tempat untuk pergi!" balas Angela, "Apa gunanya kita naik kereta tapi kita tidak tau harus kemana nanti!" tambah Angela

"Kemanapun! Asalkan kita tidak di sini!" balas Ciel

"You're make absolutely nonsense! Nonsense at all!" balas Angela. "Pak kita kembali ke tempat ketika kau menjemput kita" kata Angela

"Tetap terus ke stasiun pak!" kata Ciel

"Pak jika kau mau bonus, kembali ke tempat tadi" kata Angela tak mau kalah

"Kita tidak bisa kehilangan kereta yang keberangkatannya jam 13:00. Pak percepat" kata Ciel

Angela memukul lengan atas Ciel, "Kau ini!" kata Angela

"Sudah dipukuli berkali-kali seperti itu, dan kau masih mau kembali?! Bukankah kau berkata dia itu bukan apa-apa jadi kau bisa meninggalkannya?! Terus untuk apa kau kembali kepada orang yang tidak memiliki apapun, hanya memukulimu sampai seluruh tubuhmu memar dan biru-biru?" kata Ciel

"Kau tidak tau apapun, jadi tutup mulutmu you sh*t!" kata Angela

"Jangan mengataiku!" omel Ciel

Pertengkaran Ciel dan Angela membuat supir taksi tersebut mengerem secara tiba-tiba. Tubuh Ciel dan ibunya terdong ke depan. "Pak!" kompak Ciel dan Ibunya protes.

"Keluarlah. Aku tidak bisa konsentrasi mengemudi karena kalian berdua terlalu berisik. Kalian berdua keluar aja mendingan" kata supir taksi itu lelah

"Pak kembali ke tempat kau menjemput kami tadi" kata Angela, masih dengan keputusannya

"My godness!" gerutu supir taksi

"Bu, inikah hal yang benar-benar kau inginkan?" tanya Ciel mereda emosinya. Nafas Ciel sedikit terengah-engah. Ciel mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah benda yang terbungkus kain diserahkan kepada Angela. Angela dengan heran dan penasaran membuka pemberian Ciel. Wajah Angela berseri-seri melihat isi bingkisan itu. "Jika itu yang kau inginkan darinya, aku sudah berhasil mengambilnya ketika dia tidur pulas tadi malam. Jadi ayo lanjutkan perjalanan kita" kata Ciel

Bingkisan yang berupa cincin emas putih itu membuat Angela senang. Dengan hati gembira, Angela kembali menaruh bingkisan Ciel itu ke dalam tasnya. "Pak cepat pergi ke stasiun ya!" kata Angela bersemangat. "Jika kita ketinggalan keretanya, kau mau tanggung jawab memang? Cepat ayo pak!" sambung Angela

Ciel mendengar perkataan ibunya memutarkan kedua bola matanya dan membuang mukanya ke arah jendela. Ibunya yang bisa dibilang matre ini membuat Ciel gondok. Meskipun Angela matre, Ciel tetap menyayangi Angela karena dia adalah ibunya Ciel.

Di rumah yang sederhana ini, ayahnya Ciel mengeluarkan semua barang-barangnya. Dia mencari sebuah cincin putih. Ayahnya Ciel tidak tau jika Cincin itu sudah dicuri oleh Ciel semalam.

"Hanya itu apa takdir dalam hidupmu. Kau kan mau memberikannya kepada bibi Angela Blanc. Kau bilang, dia akan mengambil itu dan akan kabur ketika menemukan benda itu, jadi kau menyembunyikannya kan" kata Alois berdiri di ambang pintu. Wajah Alois sudah memar-memar karena dipukul oleh ayahnya Ciel. Tapi Alois tidak masalah dan masih berani berkata seperti itu.

"Panggilkan Escate Rippers" perintah ayahnya Ciel

"E-Escate Rippers?!" kata Alois terkejut "Apa yang kau inginkan dari para gengster itu?!" tanya panik Alois.

"Kau mau aku pukul lagi ha?!" kata ayahnya Ciel mengambil botol minum.

"No, I don't!" kata Alois kabur. Alois pergi menemui para preman yang terkenal itu untu memenuhi permintaan ayahnya Ciel.

#######

Mobil hitam terparkir di depan stasiun. Empat orang berjas hitam dengan wajah seram keluar dari mobil. Orang-orang ini mencari seseorang. Foto yang mereka pegang dicocokan kepada setiap orang yang berada di daerah stasium itu. Kemudian mereka hendak naik ke dalam kereta, namun kereta sudah berangkat.

"Hey pak" salah satu dari mereka memegang bahu petugas kereta yang sedang bekerja. "Jam berapa kereta berikutnya sampai?" tanya orang itu.

"Jam 4 sore nanti"

"Kita bisa ke sana tepat waktu kan?" tanya yang lainnya

"Ya kita bisa. Ayo" kata orang itu. Tanpa mengucapkan terimakasih, mereka berempat pergi.

Di dalam kereta, Ciel menunggu di luar. Ibunya berada di dalam kamar mandi. Bersender di pintu. Pakaian Ciel hanya memakai kaos putih dengan jaket coklat yang kegedean dengan celana jeans biru dongker. Tubunya yang kurus itu seperti tertelan oleh jaketnya sendiri.

"Bagaimana bisa kau mengepak baju-baju ini?! Padahalkan kau lelaki" kata Ibunya dari dalam kamar mandi

"Cepatlah bu" kata Ciel

"Ini benar-benar bagus sekali Ciel. Kau hebat. Tapi untuk memakai pakaian ini, aku harus menata rambutku dan berdandan. Di kereta ini ada tidak ya salon kecantikan?" tanya Angela

Ciel kembali memutarkan kedua bola matanya. Pertanyaan bodoh ini tidak usah dijawab oleh Ciel. Mengabaikan pertanyaan Angela. Setelah ganti baju, Ciel dan ibunya pergi ke tempat duduk yang kosong. Ciel kemudian menerima pesan dari Alois yang memanggilnya lewas ponsel.

"Ciel, aku berpikir aku akan mati karena dipukuli, jadi aku pergi mencari Escate Rippers. Jangan sampai dirimu tertangkap oleh mereka dan berhati-hatilah. Jika kau berhasil tertangkap oleh mereka, kau habis total" kata Ciel.

"Aku tidak akan tertangkap. Hang up" kata Ciel dengan cueknya dia menutup telpon.

Angela membuka bungkusan yang diberikan oleh Ciel. Wajahya selalu berseri melihat cincin berlian itu. Jari manis Angela dibuat tempat untuk menaruh cincin itu. Angela memandang jemarinya yang terhias cincin berlian yang indah. "Siapa yang memintamu untuk melakukan hal ini, kau anak nakal" kata Angela

"Jangan ngatain. Itu membuat kau terdengar matre" kata Ciel

"Dasar pencuri" kata Angela menuduh Ciel seperti ledekan sekaligus ungkapan pujian jika Ciel telah berhasil membuat hatinya gembira. Ciel menatap ibunya dan berpikir,

'Ketika dia sedang senang, dia mengataiku. Bahkan jika dia sedang marah, dia juga mengataiku' Angela melepaskan kembali cincin itu dan memasukan kembali ke dalam bingkisan kain. Ciel membantu. "Terimakasih" kata Angela. Wajahnya menatap kemudian menghadap depan. Wajah yang senang. 'Dia adalah seorang ibu tapi inilah bagaimana dia hidup. Dan aku mengerti ini. Dia melakukan hal yang lebih buruk, namun hal itu bukanlah apapun baginya. Dia adalah ibuku bagaimanapun juga.' Ciel menaruh sikutnya di pinggiran tembok bawah jendela. Menyanggah kepalanya. Melihat pemandangan luar.

Kereta berhenti di stasiun berikutnya. Sesuai dengan informasi. Ciel yang sedang asik memandang pemanangan luar, melihat 4 orang berjas hitam yang merupakan geng Escate Rippers. Ciel berbalik badan untuk menyembunyikan dirinya. Angela tertidur. Ciel mulai panik. "Bu, bu" kata Ciel membangunkan ibunya. Namun Angela tidak bangun. Gengster itu sudah masuk ke dalam kereta. Ciel dan ibunya hampir berjarak dengan mereka.

Ciel takut tertangkap. Ciel tidak mau kembali lagi ke rumah neraka itu. Ciel mengambil tasnya secara tenang dan perlahan. Menundukan kepala dan membalikan badan secara tenang. Ciel berjalan menuju pintu keluar. 'Ibuku telah mempunyai banyak hubungan dengan banyak pria sebelum aku lahir dan sebelum pria itu telah berhasil membuat dia mempunyai diriku. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya.' langkah kaki Ciel sudah berada di ambang pintu keluar. Ciel ingin sekali pergi. Namun tubuh Ciel berkata lain. Kaki Ciel terus berdiam diri di tempat. Bunyi pluit kereta terdengar menandakan kereta akan jalan. Roda-roda di rel kreta mulai bergerak. Sebelum kereta melaju cepat, kaki kanan Ciel terangkat.

"Bu! Bu!" Ciel berusaha membangunkan ibunya cepat-cepat. Ya, Ciel mengurungkan diri untuk meninggalkan ibunya. Ciel tidak bisa melakukan hal itu.

Empat orang itu terus mencari wajah penumpang satu persatu. "Bu! Bu!" Ciel terus berusaha untuk membuatnya terbangun. Angela membuak matanya. Angela terkejut dan panik melihat Escate Rippers. Angela sudah tau siapa mereka. Dan untuk apa mereka ke sini.

Ciel dan ibunya secara diam-diam buru-buru menjauh dari tempat itu. Sayangnya, Escate Rippers melihat mereka berdua. "Di sana!" kata salah satu dari mereka. Escate Rippers mengejar Ciel dan ibunya. Ciel dan ibunya terus berlari melewati ruang-ruanga kereta. Menabrak orang yang berjalan, memaksa orang untuk minggir sampai mereka harus melewati kaum SMA yang yang sedang mengadakan acara di kereta yang sama. 'Beginilah akhirnya. Sungguh hidup yang menyebalkan' gerutu pikiran Ciel

"Hey anak-anak! Minggir! Minggir!" kata Angela. Angela bersusah payah melewati anak-anak SMA yang sedang asik mengadakan pesta bersama. Ruangan yang sempit ditambah jumlah anak SMA yang banyak membuat Angela harus mendorong salah satu dari mereka ke kursi.

"Jangan dorong mereka begitu bu!" kata Ciel terus berjalan meskipun dia sendiri juga kesusahan.

"Bagaimana jika Blouseku rusak?! Inikan bagus!" kata Angela

"Bukan saatnya memikirkan hal itu!" kata Ciel membuat ibunya di depan.

"Move, you brats!" kata salah satu Escate Rippers. Sangat sulit di lewati. Sampai ketika kereta melewati terowongan, cahaya menjadi gelap. Ciel dan Angela berhasil keluar dari ruangan itu, namun Escate Rippers tidak. Akibatnya Escate Rippers ikut-ikut tertumpahan tepung dari anak SMA. Ciel dan Angela terus berlari sampai jalan buntu. Untung saja samping kanan kiri adalah toilet.

Ketika Ciel masuk, di belakangnya berdiri seorang pria yang lebih tinggi darinya. Ciel kaget. Matanya yang bulat semakin bulat melihat pria ini. Wajahnya tampan tapi ada kesan mesum. Tubuhnya juga sangat proposional. Kaos warna biru dengan kejema hitam tanpa terkancing sangat pas untuknya. Warna rambut Jet black sangat masuk dengan warna matanya yang merah.

"Errr-"

"Ssssttt!" Ciel menempelkan telunjuknya di depan bibinya yang memberikan kode diam.

DOR DOR DOR! "Angela Blanc! Buka pintunya!" Ciel mendengar orang-orang itu menggedor-gedor pintu tempat persembunyian ibunya. "Angela Blanc!"

'Apa yang harus aku lakukan?!" kata batin Ciel panik. Ciel menggenggam erat tangannya. Gemetar dan ketakutan. Tangan Ciel terangkat dengan perlahan untuk membuka pintu. Ciel ingin membuka. Tapi dia sangat takut. Ciel sangat takut. Escate Rippers adalah orang suruhan ayahnya. Preman terkeji. Bahkan polisi angkat tangan dengan preman ini.

Pria di belakang Ciel melihat tubuh Ciel yang gemetaran ketakutan. Pria itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Hal yang bisa dia tangkap adalah anak bertubuh kurus dan berwajah manis ini sedang ketakutan. Dia ingin keluar, tapi takut.

"Kau butuh bantuan?" tawar pria jangkung itu

Ciel langsung melihat wajah orang itu. Dengan penuh ambisi, Ciel berkata, "Kau mau membantu? Sungguh kau mau membantuku?!" desak Ciel sangat berharap apa yang dia dengar adalah sebuah kejujuran

Pria jangkung itu bingung. Dan menahan nafasnya karena wajah anak ini sangat dekat. Rasa ambisinya kuat. Sangat berharap terhadap apa yang dia ucapkan.

"Ya tentu. Katakan saja apa yang kau inginkan" kata pria jangkung memberikan senyum keramahan.

TBC


Halo para senpaaai:D maaf baru buat lagi, soalnya lagi sibuk mau UN hehehehe. Saya mohon doanya para Senpai, semoga UN saya lancar dan bisa keterima di PTN tujuan saya dengan jurusan pertama saya:D. Terimakasih sudah bersedia follow, fav dan reviewnya, saya sangat senang:D. Saya mau kembali ke neraka dulu, dan mohon doanya para senpai:D:D:D.

Jangan lupa Riview cerita baru ini hehehe:D