Dimulai dengan panas matahari yang menyambut kedatangan mereka,

"Hei, namamu siapa?"

Dilindungi dinding api yang membara,

"Kau tidak apa-apa?"

Cahaya yang menyilaukan membimbing mereka,

"Jangan sentuh aku!"

Angin membisikkan lantunan lagu yang menenangkan,

"Ayolah, kalian berdua. Kita ini satu tim!"

Es membentuk jalan yang membantu menyebrangkan mereka,

"Terima kasih, kakak..."

Petir menemani mereka di tengah badai,

"Mulai sekarang, kita harus saling melindungi."

Kegelapan yang menemani tidur mereka,

"Aku bersyukur bisa bertemu kalian semua."

Diakhiri dengan tidur panjang dalam kegelapan yang dingin, menjadi akhir dari awal.

"Aku tak akan membiarkanmu sendirian lagi."

xxx

Digimon : Searching for Spirit

Disclaimer : Digimon owned by Akiyoshi Hongo and Toei Animation

Warning : Kinda AU, crossover Adventure/frontier, might be OOC, and typo(s)

Please Enjoy!

xxx

Real World, Odaiba, Japan.

"Daisuke! Ayo, banguuun huwaaa...!"

Teriakan dan lompatan Chibimon terputus ketika Daisuke terbangun dan langsung duduk di ranjangnya. Mata cowok itu terbuka lebar, tapi tidak fokus. Seperti sedang melihat sesuatu yang jauh. Ekspresi wajahnya antara kaget dan bingung. Chibimon, digimon kecil berwarna biru dan putih, melihat partnernya sambil mengedipkan mata.

"Daisuke...?"

Suara partner digimon yang memanggilnya membuat Daisuke benar-benar terbangun. Dia menoleh ke arah Chibimon, raut wajahnya masih menyiratkan suatu kebingungan.

"Kau kenapa, Daisuke...?" Daisuke tersenyum kecil mendengar nada suara partner yang mencemaskannya. Cowok berambut coklat itu lalu menggendong Chibimon dan menggelitiknya.

"Ahahahaha! Hentikan, Daisuke~!"

Pergulatan antara Daisuke dan Chibimon berlangsung selama beberapa menit. Dengan hasil, mereka berdua tertawa terbahak-bahak di atas ranjang. Daisuke masih memeluk Chibimon. Suara tawa mereka perlahan memelan. Daisuke dan Chibimon lalu mengambil napas. Disaat yang bersamaan, pintu kamar Daisuke dipukul dari luar. Siapa lagi kalau bukan perbuatan Jun, kakak perempuan Daisuke.

"Pagi-pagi sudah berisik! Bukannya kau ada janji? Cepat bangun dan pergi sana!"

Suara langkah kaki yang menjauh dari depan kamar Daisuke menjadi tanda cowok itu untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dia lalu menaruh Chibimon di atas ranjang dan mengelus kepala partnernya. Memintanya untuk menunggu sementara Daisuke cuci muka dan sikat gigi. Bersiap-siap untuk pergi menemui teman-temannya. Sesama anak-anak terpilih.

xxx

"Nee, Daisuke. Tadi pagi kamu kenapa?"

Sekarang Daisuke dan Chibimon sedang berjalan menuju tempat berkumpul anak-anak terpilih hari ini. Seperti biasa Daisuke mengenakan gogle pemberian Taichi di kepalanya. Kaos berwarna biru dan putih dilapisi dengan jaket tanpa lengan, celana selutut berwarna coklat, serta sepatu berwarna oranye dikenakannya. Chibimon, sang partner, duduk di bahunya. Mencoba untuk tidak terlalu banyak bergerak. Berpura-pura menjadi boneka.

"...Aku mimpi aneh." Daisuke memfokuskan pandangannya ke bawah. Melihat jalan yang ditempuhnya. Tangannya dimasukkan dalam kantong celana coklatnya. Raut wajahnya menandakan kalau dia sedang mengingat sekaligus memikirkan mimpinya.

"Mimpi apa?" Chibimon berpindah posisi, ke atas kepala Daisuke. Karena tadi Daisuke tanpa sadar berbelok tiba-tiba. Membuat Chibimon hampir terjatuh dari bahunya.

"Hmmm, pokoknya aneh!" Daisuke menyilangkan tangannya di belakang kepala. Senyuman khas miliknya menghiasi wajahnya. Daisuke lalu menambah kecepatannya, membuat Chibimon mengeratkan pegangannya. "Pegangan yang erat, Chibimon! Taman tempat janjian sudah di depan mata!"

"Huwawawa! Daisuke~!"

xxx

Yagami Taichi dan Yagami Hikari terlihat berada di bawah pohon besar di taman. Leader anak-anak terpilih dan adik perempuannya itu sedang menunggu teman-teman mereka di taman ini. Taichi sedang bermain sepak bola, memperlihatkan berbagai macam trik pada adiknya yang duduk bersandar pada batang pohon. Dipangkuan Hikari, ada Tailmon yang ikut menonton. Takjub pada keahlian Taichi dalam mengontrol bola.

"Taichi-san! Hikari-chan!"

"Tailmon!"

Taichi, Hikari, dan Tailmon menoleh ke arah suara yang memanggil mereka. Terlihat Daisuke yang berlari sambil melambaikan tangannya. Di kepalanya ada Chibimon yang ikut melambai dan berteriak memanggil nama Tailmon.

Begitu sampai di bawah pohon, Daisuke langsung mencoba merebut bola dari Taichi. Sayangnya, dia masih kurang cepat. Taichi langsung menjauhkan bola dari Daisuke. Membuat wajah juniornya cemberut.

"Coba lagi lain kali, Daisuke." Taichi memegang bolanya dan menyentil dahi Daisuke. Teriakan 'Aduh!' Daisuke dan 'Huwaa!' Chibimon (yang masih ada di kepala Daisuke dan terancam jatuh) membuat Taichi, Hikari, dan Tailmon tertawa.

"Hari ini Daisuke-kun cepat datang, ya." Setelah selesai tertawa, Hikari memulai pembicaraan. Kakaknya dan Daisuke ikut duduk di dekatnya. Chibimon pindah ke pangkuan Daisuke.

"Haha, kakakku berisik mengusirku dari rumah. Ya kan, Chibimon?" Daisuke mengelus kepala partnernya. Tangan satunya menggelitik pelan perut sang naga kecil.

"Bwahahaha! Jangan menggelitikku lagi~!" Daisuke mengeluarkan cengiran khasnya. Tapi menjauhkan tangannya dari Chibimon. Sang partner bernapas lega. "Bukannya karena kau mimpi aneh jadi cepat bangun?"

"Mimpi aneh?" Taichi dan Hikari bertanya secara bersamaan. Pandangan menyelidik diarahkan pada Daisuke. Tailmon yang masih dipangkuan Hikari, menoleh pelan ke arah cewek itu. Pandangan cemas tersirat di matanya.

"Eh, iya?" Daisuke bingung sendiri dipandangi begitu oleh senpai dan adik perempuannya. "Aneh banget. Semakin diingat, semakin nggak ngerti. Kalau mau dibilang, mimpi itu seperti... kenangan seseorang?"

Hening melanda. Daisuke langsung salah tingkah, mengira dirinya mengatakan hal yang salah. Chibimon memandang Daisuke, Taichi, dan Hikari secara bergantian. Taichi dan Tailmon memandang Hikari dengan pandangan cemas. Hikari menundukkan kepalanya, mengeratkan pelukannya pada Tailmon.

"...Aku juga mimpi aneh." Suara pelan Hikari memecah keheningan. "Mimpi itu... mungkin benar kata Daisuke-kun, seperti kenangan seseorang. Bukan, bukan seseorang. Kurasa lebih dari satu."

Hikari terdiam. Gadis itu terlihat bisa menangis kapan saja. Taichi mengelus kepala adiknya, menenangkan sang anak cahaya. Hikari mulai membuka mulutnya, tapi terpotong oleh teriakan teman-teman lainnya yang mulai berdatangan.

"Heeei, kalian! ! !"

xxx

01 Agustus. Bagi kebanyakan orang, atau setidaknya pelajar, ini adalah awal dari liburan musim panas. Tapi tidak bagi anak-anak terpilih yang sekarang sudah berkumpul semua dan duduk membentuk lingkaran di bawah pohon besar. 01 Agustus adalah hari peringatan bagi mereka semua. Hari di mana mereka, tujuh dari delapan anak-anak terpilih yang dipimpin Taichi pertama kali pergi ke Digital World dan bertemu partner Digimon mereka.

Bagi anak terpilih kedelapan, Hikari, hari ini adalah hari di mana kakaknya pulang ke rumah membawa digimon bulat berwarna pink bernama Koromon. Dan ini bukannlah pertama kali Hikari melihat Digimon. Walaupun kakaknya tidak ingat, Hikari dan Taichi pernah 'memelihara' seekor Koromon dulu. 01 Agustus juga menjadi awal dari petualangannya sebagai anak terpilih kedelapan.

Sedangkan bagi anak-anak terpilih generasi selanjutnya, yang dipimpin Daisuke, hari ini adalah hari dimana mereka berkumpul bersama senior mereka. Mendengarkan kisah-kisah menarik yang pernah terjadi. Atau hanya duduk berkumpul bersama semuanya. Seperti yang mereka lakukan hari ini.

"Nggh, jadi kita mau ngapain hari ini?" Mimi membuka pembicaraan. Dia datang jauh-jauh dari Amerika untuk berkumpul pada hari ini. Rambut coklatnya yang bergelombang diikat ponytail. Disamping kirinya duduk Miyako dan partnernya, Poromon. Dikanannya ada Koushirou yang memangku laptop kesayangannya.

"Bagaiman kalau kita pergi ke Digital world?" Koushirou menjawab. "Sebenarnya Gennai-san mengirimkan e-mail yang mengundang kita untuk datang ke rumahnya." Cowok berambut merah itu lalu membuka laptopnya untuk menunjukkan e-mail yang dimaksud.

"Tunggu." Satu kata dari Taichi membuat mereka semua menoleh ke arah sang leader. Leader itu sendiri sekarang menoleh cemas pada adik perempuan yang duduk di sampingnya. Hikari hanya menundukkan kepalanya.

"Ada apa Hikari-chan? Tidak enak badan?" Jou, anak terpilih yang bercita-cita menjadi dokter ikut terlihat cemas. Sebagai yang tertua, dia merasa bertanggung jawab pada teman-temannya. Dan memang, bila ada anggota yang sakit, Jou-lah orang pertama yang akan datang menjenguk.

"Sepertinya bukan Hikari-chan saja, ya." Sora, anak terpilih yang memegang simbol kasih sayang mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Jou, Koushiro, dan Mimi mengikuti tingkahnya. Dan memang bukan hanya Hikari yang sepertinya kurang bersemangat. Yamato memandang adiknya, Takeru yang terihat sedih dan bingung. Patamon, partner Takeru, yang ada di kepala Takeru memandang cemas ke arah anak harapan. Ekspresi yang sama tergambar di wajah Miyako, Iori, Ken, bahkan Daisuke. Partner mereka masing-masing hanya bisa memandang cemas.

"Baiklah. Kenapa kalau bisa gloomy dalam waktu bersamaan?" Mimi bertanya sambil mengangkat alisnya. Walaupun begitu, jelas dia ikut cemas melihat juniornya seperti ini. Miyako yang sudah dianggapnya adik itu pun menjawab pertanyaan 'Onee-sama'nya.

"Aku bermimpi aneh..." Miyako berhenti sesaat. Disambung dengan teriakan Daisuke dan Chibimon, "Miyako juga? !" Semuanya lalu menoleh ke arah Daisuke.

"Aku juga bermimpi aneh." Takeru akhinya mulai berbicara. Dan akhirnya, semua anak terpilih yang dipimpin Daisuke mengaku kalau mereka semua bermimpi aneh. Anehnya, mimpi mereka sepertinya sama. Seperti kenangan beberapa orang...

xxx

"Api yang hangat. Cahaya yang menyilaukan. Angin yang bernyanyi. Salju yang berjatuhan. Petir yang menyinari jalan. Juga... Kegelapan yang menenangkan." Hikari mulai mendeskripsikan mimpinya. Diikuti anggukan Daisuke, Ken, Takeru, Miyako, dan Iori. Menandakan kalau mereka juga bermimpi seperti itu.

Semuanya memikirkan kata-kata Hikari. Dan banyak yang memikirkan kata-kata terakhir. 'Kegelapan yang menenangkan'... Anak-anak terpilih tidak pernah memiliki kenangan indah tentang kegelapan. Kecuali BlackWargreymon yang pernah membantu mereka. Tapi, ketika Hikari mendeskripsikan kegelapan itu sebagai sesuatu yang menenangkan hati, mereka hanya bisa menyimpn pertanyaan itu di dalam hati.

"Jadi, apa maksudnya kenangan beberapa orang?" Sora bertanya pelan pada Hikari. Gadis itu terdiam, dan ekspresi wajahnya mulai menjadi sedih. Seperti ingin menangis. Semua anak terpilih generasi kedua juga sama. Membuat senior mereka salah tingkah.

"...Aku nggak terlalu ngerti." Daisuke akhirnya berbicara mewakilkan teman-temannya. "Tapi entah kenapa terasa seperti itu. Seperti cerita, mungkin? Cerita yang dimulai dengan cahaya matahari dan ditutup dengan kegelapan..."

Lagi. Kata-kata kegelapan memang tidak sesuai dengan anak-anak terpilih. Wormon memandang cemas partnernya, tahu kalau Ken takut dengan kegelapan yang pernah menelan dirinya. Daisuke yang sadar ini menepuk bahu teman baiknya itu. Dibalas dengan senyuman kecil sang anak kebaikan.

"Kegelapan yang di dalam mimpi kami, sepertinya sedikit berbeda..." Ken mulai angkat bicara. Tangannya mengelus-elus kepala Wormon secara reflek. "Seperti kata Hikari-san, kegelapan yang menenangkan. Bahkan bisa dibilang melindungi. Kegelapan memang memiliki tempat di situ. Bersama api, cahaya, dan lainnya..."

Anak-anak terpilih memikirkan baik-baik perkataan Ken. Kegelapan yang melindungi. Kegelapan yang berdampingan dengan cahaya. Apa sebenarnya arti mimpi yang dilihat keenam anak terpilih?

"Kalian berenam melihat mimpi yang sama pasti bukan sebuah kebetulan." Koushiro, anak terpilih ilmu pengetahuan, mulai berbicara. "Saranku, kita pergi ke Digital World dan menemui Gennai-san. Pasti Gennai-san bisa menjelaskan fenomena dan arti mimpi kalian."

Anggukan anak-anak lain menjadi pertanda keputusan sudah dibuat.

"Okay, Let's Go to Digital World...?" Suara Mimi yang awalnya nyaring dan akhirnya memelan membuat semuanya menoleh ke arah gadis itu. Pandangan gadis itu mengarah pada pohon besar yang menaungi mereka. Semuanya pun ikut mendongak ke atas.

"Hei, itu!" Yamato menunjuk salah satu dahan. Dahan yang dipenuhi daun hijau yang lebat itu perlahan mulai berubah. Daun hijau berubah menjadi coklat. Semakin coklat, rapuh, dan akhirnya gugur. Bukan hanya satu batang. Batang yang lain, daun hijau yang lain, mengalami hal yang sama. Pemandangan daun gugur yang dilihat anak-anak terpilih persis dengan keadaan pohon di musim gugur. Yang tidak mungkin terjadi pada waktu sekarang, musim panas.

"Kyaa!" Semuanya menoleh ke arah Hikari dan Sora yang berteriak. Mereka semua langsung mengerti dan sebagian ikut berteriak. Alasannya hanya satu. Di daun yang perlahan jatuh ke tanah, muncul api merah yang membakar habis daun-daun sau persatu. Seperti lentera api yang menyala dan mati secara otomatis. Ketika daun itu terbakar habis, api yang membakar mereka pun hilang entah kemana.

"Semuanya, lihat!" Iori memanggil semuanya. Satu hal lagi yang membuat mereka terkejut. Bila tadi daun gugur dan api, sekarang adalah salju yang perlahan turun dan menumpuk di tanah. Bukan hanya itu, dari tempat mereka sekarang terlihat awan badai yang mulai berkumpul di kejauhan.

"Kita semua kerumahku dan pergi ke Digital World. Kakek Gennai pasti bisa menjelaskan apa yang terjadi!" Perkataan, atau perintah Taichi, didengarkan oleh semuanya. Mereka berduabelas pun segera berlari ke kediaman keluarga Yagami. Enam orang dari mereka merasa mimpi mereka adalah awal dari semuanya.

xxx

"Digital Gate, Open!" Seperti biasanya, Miyako membuka Digital Gate untuk semuanya. Walaupun tidak sesemangat biasanya, gadis berkacamata itu tetap mengeluarkan kata-kata khasnya. Sikapnya juga tidak gloomy seperti tadi. Daisuke, Ken, Iori, Takeru, dan Hikari juga sama. Mereka mulai terlihat bersemangat untuk menemukan jawaban dari mimpi mereka. Juga cemas karena mereka baru mengetahui lewat televisi, fenomena aneh yang mereka lihat bukan hanya terjadi di sekitar mereka. Seluruh Jepang dan Dunia mengalami hal yang sama.

"Anak-anak terpilih berangkat!"

Semuanya mengarahkan digivice mereka masing-masing ke layar komputer. Mereka pun terhisap masuk ke Digital World. Untuk jaga-jaga, Taichi sudah meninggalkan pesan pada Ibunya kalau mereka semua pergi ke Digital World.

"Huwaaa!"

Ada yang tidak berubah setiap mereka beramai-ramai ke Digital World. Mereka pasti datang dengan saling 'tumpuk-menumpuk'. Hari ini yang jadi korban adalah Daisuke dan Chibimon, yang sudah berevolusi menjadi V-mon.

"Berat! Berat! Minggir semua!" Daisuke dan V-mon berteriak dari tumpukan manusia paling bawah. Anak-anak lain yang ada di atas mereka hanya bisa tertawa pelan. Setelah mereka semua bangun, Ken dan Takeru membantu Daisuke dan V-mon berdiri. Leader kedua dan partner naga birunya langsung mengeluh tentang betapa beratnya mereka semua. Juga berkomentar kalau salah satu dari mereka semua pasti berat badannya naik. Menyebabkan benjol besar di kepala Daisuke dan V-mon, hasil tinju cinta dari para cewek.

"Ini di mana?" Iori dan Armadimon berdiri menghadap danau yang tertutup kabut. Di sampingnya ada Koushiro yang sibuk mengetik dan memegang laptopnya secara bersamaan. "Apa rumah Gennai-san ada di sekitar sini?"

Koushiro tersenyum pada Juniornya yang sama-sama memegang lambang ilmu pengetahuan itu. Dia lalu mengarahkan pandangannya ke arah danau. Iori yang tahu pertanyaannya akan segera terjawab, mengikuti Koushiro. Anak-anak lainnya yang tidak mengerti juga memandang danau. Sedangkan yang mengerti tertawa pelan.

"Lihat itu, dagyaa!" Armadimon berteriak tepat ketika danau mulai berguncang. Danau besar di depan mereka mulai terbelah. Menampakkan jalan menuju bawah air. Daisuke dan kawan-kawannya, kecuali Takeru dan Patamon, memandang takjub.

"Ayo." Dipimpin Taichi, mereka semua lalu menuruni tangga yang membimbing mereka menuju bawah air. Semakin ke bawah, danau yang terbelah pun kembali seperti semula. "Tenang saja, kita bisa bernapas normal di sini." Jou menenangkan para junior yang terlihat sangat cemas karena air mulai memenuhi sekitar mereka.

"Oh, rumah dengan gaya Jepang!" Hawkmon yang terbang duluan, melihat rumah itu dengan mata berbinar. Rumah seperti ini hanya pernah dilihatnya di Digital World daerah timur, dunia nyata di sebuah kota bernama Kyoto yang dulu sempat dikunjunginya, juga film-film samurai dan ninja yang sering dilihatnya di televisi.

Anak-anak pun memasuki rumah itu. Di depan pintu masuk, mereka langsung disambut oleh laki-laki muda berambut coklat yang diikat, memakai jubah berwarna putih.

"Selamat datang anak-anak terpilih. Masuklah, aku akan menjawab pertanyaan kalian."

To The Next Episode!

xxx

Umur anak-anak terpilih sekarang :

Taichi, Yamato, Sora : 16 tahun kelas 1 SMA

Koushiro, Mimi : 15 tahun kelas 3 SMP

Jou : 17 tahun kelas 2 SMA

Daisuke, Takeru, Hikari : 13 tahun kelas 1 SMP

Miyako, Ken : 14 tahun kelas 2 SMP

Iori : 10-11 tahun kelas 5 SD

A/N : Etoo, Salam kenal semua. Fanfic pertama di fandom Digimon. Fanfic ini crossover Digimon Adventure 02 dengan Digimon Frontier. Fanfic ini dimulai ketika saya (nggak sengaja) baca fic Takouji, dengerin Get The Biggest Fire! – nya Frontier (yang sukses bikin saya ngakak tanpa henti), dapet sub-english Digimon 1 dan 2 dari temen saya, dan saya lagi nganggur setelah Ujian.

...Coret yang terakhir. Pokoknya sekarang saya lagi demen sama digimon dan pengen bikin fic-nya! Sebagai peringatan, saya belum nonton ulang Digimon Frontier! Jadi saya mohon maaf duluan kalau misalnya ada kesalahan dalam pendeskripsian DigiFro nantinya. Peringatan lagi, fanfic ini mungkin jadinya Shonen-Ai. Yang pasti akan ada Takuya/Kouji. Pairing sisanya tergantung readers, mau het atau sho-ai :3

Terakhir, saya mohon bantuan Reader yang pernah nonton Digimon Frontier. Bisa kasih tau saya nama-nama evolusi mereka semua? Kayak Agnimon sama Wolfmon. Nama Jepangnya ya ;3

Dan akhirnya~ (nggak selesai-selesai ini...), Mohon Reviewnya?