Terima Kasih

.

.

.


Casts : Jongin, Sehun, EXO members

Pairing : KaiHun (Kai x Sehun)

Genre : romance, angst, fluff

Rated : T Length : chaptered

Warning : boys love, don't like don't read, don't plagiarism please


Chapter 1


"Jongin cepat kita hampir terlambat tauu!", Sehun menggerutu sambil menarik lengan Jongin yang sedang sibuk berkutat dengan sepatunya yang baru terpasang sebelah.

"Hehe, tunggu sebentar", Jongin nyengir sambil mengacungnya dua jarinya membentuk 'peace'

Huh, Jongin memang lambat. Sehun cemberut sambil melirik jam yang melingkar di tangannya. Matanya membulat sempurna. Sepuluh menit lagi.

"JONGIN CEPAT ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU!", Sehun menarik paksa lengan Jongin, menyeretnya dengan tidak berperikemanusiaan (?) sambil mengentak-hentakkan kakinya kesal. Mulutnya terus berkomat-kamit mengeluarkan sumpah serapah tentang betapa buruknya hari ini dan sebagainya. Tidak memerhatikan Jongin yang justru tertawa geli melihatnya.

"Sudahlah, bukankah kita sudah biasa terlambat?", Jongin menggoda Sehun yang tengah menyeretnya dengan kecepatan super menuju halte bus.

"Jongin, jangan bercanda! Hari ini pelajaran Park Seonsaengnim tau! Kau mau jadi arang karena berjemur seharian di lapangan?!", Sehun menggerutu kembali.

"Jadi arang juga tidak apa-apa, asal denganmu aku rela", Jongin tertawa lepas, seolah tidak memerdulikan keadaan super genting yang sedang mereka hadapi sekarang.

Sehun memutar bola matanya malas. Di saat kacau seperti ini, sempat-sempatnya Jongin menggombal.

Brukk

"Jongin!", Sehun terkejut. Jongin tiba-tiba jatuh tersungkur.

"Kau tidak apa-apa?", Sehun bergegas menolong Jongin yang sepertinya kesulitan untuk bangun. Kepalanya berdarah. Banyak. Sampai membuat Sehun merinding. Belum lagi luka lecet di tangan dan kakinya. Jongin memang sering terjatuh beberapa bulan belakangan ini, oleh karena itu, Sehun selalu menggandeng tangan Jongin ketika pergi bersama. Takut Jongin terjatuh.

Hari ini juga begitu, tapi kenapa Jongin bisa jatuh? Apa ia terlalu cepat tadi?

"Hehe, aku baik. Ayo kita lanjutkan perjalanan, haltenya sudah dekat", Jongin malah tertawa seolah tidak merasakan sakit. Padahal di pelipisnya, darah segar terus mengucur dari sana. Tapi anak itu malah tertawa-tawa.

"Tsk. Kau ini.", Sehun berdecih, Jongin hanya menatapnya dengan cengiran lebarnya. Dengan segera, Sehun mengeluarkan plester dari dalam tasnya. Plester itu selalu ada di tasnya karena seiring dengan intensitas jatuh Jongin yang semakin banyak belakangan ini, entah mengapa Sehun jadi paranoid sendiri terhadap Jongin. Takut Jongin kenapa-kenapa akibat terjatuh.

"Terima kasih", Jongin tersenyum setelah Sehun menempelkan plester bergambar dinosaurus di pelipisnya.

"Mm", Sehun hanya mengangguk.

"Sehun", panggil Jongin lagi.

"Hmm?", Sehun masih merapikan tasnya.

"Kita hampir terlambat"

"ASTAGA KIM! AKU LUPA!", Sehun menepuk dahinya. Secepat kilat mereka kembali berlari. Menuju sekolah tentu saja. Semoga hari mereka menyenangkan.


o-o-o-o-o-o


Bel istirahat telah berbunyi, hampir semua murid telah menuju ke kantin. Hanya ada beberapa orang saja yang masih tinggal di kelas, Sehun dan Jongin termasuk diataranya. Dan teman mereka, Luhan, juga ada di sana.

"Jonginie terjatuh lagi?", Luhan bertanya dengan lembut pada Jongin yang sedang sibuk menggambar di samping Sehun. Luhan menatap prihatin pada plester di pelipis Jongin yang beberapa luka lecet yang masih nampak baru di lengannya.

"Um, tapi untung ada Sehun yang menolong tadi", Jongin berkata ceria. Sehun di sampingnya hanya meliriknya sekilas dengan malas.

"Lain kali kau harus berhati-hati ya, lihat tubuhmu penuh dengan luka", Luhan menasihati.

"Baik Lulu, selama ada Sehunie aku pasti aman kok", Jongin menjawab sambil tertawa-tawa ketika Luhan mencubit pipinya gemas.

"Baiklah kalau begitu, aku mau ke kantin, kalian mau ikut?" Luhan menawarkan.

Baik Jongin maupun Sehun menggeleng.

Luhan hanya mengendikkan bahunya, lalu melenggang pergi ke kantin. "Bye"

"Sehun tidak makan?" Jongin bertanya setelah Luhan pergi. Dia menatap Sehun dengan mata bulatnya yang berwarna hitam. Mata yang jujur dan indah.

Sehun hanya menggeleng, dia memainkan ponselnya dengan malas.

"Makanlah walaupun hanya sedikit", Jongin berusaha membujuk Sehun. "Sayang sekali aku tidak membawa bekal hari ini, tapi aku punya ini—" Jongin mengulurkan sesuatu ke arah Sehun.

"Permen?" Sehun menatap Jongin terkejut. Di depannya sekarang ada dua buah permen lolipop yang kelihatan lezat. Sehun sih sebenarnya lapar, sangat—, tapi malas ke kantin.

"Sehun tidak mau?" Jongin memiringkan kepalanya bingung. "Ya sudah—"

Sehun melotot. "Eh, siapa bilang tidak mau—!" Sehun berkata cepat, dia merebut satu permen dari tangan Jongin secepat kilat lalu memakannya. "—aku mau kok"

Jongin terkikik melihat ulah Sehun, lucu sekali. Dari luar terlihat tenang sekali, tapi kalau kau mengenalnya lebih jauh, dia adalah pribadi yang sulit ditebak dan sedikit kikuk. Dan hanya Jongin, yang mengetahui sisi Sehun yang satu itu.

"Pelan-pelan saja makannya," ujar Jongin kalem. Dia lalu ikut memakan permen bagiannya juga.

Sehun mendelik, dia perlahan berhenti mengemut lolipopnya dengan brutal. "Huh?!" keningnya berkerut.

"Tidak usah terburu-buru, santai saja" jawab Jongin. Sehun kini malah cemberut berat, bibir bawahnya maju beberapa senti ke depan. Terlihat berkilau akibat makan permen tadi. Dia memalingkan mukanya ke arah lain, membuat Jongin terbahak. Sehun memang manis, membuatnya berdebar.

"Kenapa tidak ke kantin?" ujar Sehun tiba-tiba setelah mereka terdiam beberapa saat.

"Karena kau juga tidak," jawab Jongin singkat. Sehun mendengus. "Ngomong-ngomong— besok kau ada acara tidak?" lanjut Jongin.

Sehun terlihat berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, kenapa?"

Jongin tersenyum lebar lalu menyerahkan sebuah tiket bioskop pada Sehun.

"Ayo nonton bersamaku,"


o-o-o-o-o-o


sial!sial!sial!

Dalam hati Sehun mengumpat pelan. Dia mengayuh sepedanya dengan begitu cepat tanpa memerdulikan napasnya yang sudah hampir putus saat ini. Hawa dingin khas musim gugur yang mulai datang pun tidak dia hiraukan. Sehun benar-benar terlambat!

Setelah menyetujui ajakan Jongin untuk menonton bersama kemarin, Sehun sudah mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak melupakan jamnya seperti biasa —jika mereka pergi bersama. Sehun punya kebiasaan buruk mudah melupakan hal-hal yang penting disekitarnya —termasuk janji hari ini.

Sudah hampir 4 jam dia terlambat, Sehun ketiduran. Salahkan si Jongin menyebalkan itu tidak menelponnya. Dia bahkan tidak ingat jika tidak menemukan tiket bioskop yang tergeletak di nakas dekat tempat tidurnya ketika ia terbangun tadi.

Akhirnya dia sampai, di bioskop. Sehun memarkir sepedanya asal lalu mencari Jongin kesana kemari.

Akhirnya matanya tertuju pada seseorang yang duduk sendirian di bangku dekat pintu masuk. Itu Jongin. Dia segera berlari menghampiri Jongin yang langsung tersenyum lebar begitu melihatnya.

"Hosh—hosh— maaf aku—" Sehun berusaha mengatur napasnya yang tak beraturan.

"Tidak apa-apa, duduklah, kau terlihat lelah" tawa Jongin berderai. Dia menepuk tempat di sampingnya, isyarat agar Sehun duduk di sana. Eh— Jongin tidak marah?

Sehun mengangguk canggung, lalu duduk di samping Jongin. Sahabatnya ini memang aneh.

"Apa filmnya sudah diputar?" Sehun bertanya, memecah keheningan di antara mereka.

Jongin menolehkan kepalanya lalu tersenyum cerah. Dia mengangguk. "Ya, kini bahkan sudah berakhir" ucapnya seolah tanpa beban.

Sehun tercekat. "Berapa lama kau di sini?"

"Entahlah, kurasa beberapa jam yang lalu. Aku tidak terlalu yakin..." ucap Jongin pelan. Terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Maaf..." Sehun tertunduk. "aku terlambat". Walaupun ia sering kesal pada Jongin yang banyak ulah tapi ia tak akan setega itu mengingkari janji mereka dengan sengaja. Sehun tahu sekarang ia yang bersalah sekarang.

Jongin mengacak rambut Sehun pelan lalu kembali tertawa. "Tidak apa-apa," ujarnya ringan.

Sehun mendongak, tiba-tiba menyadari sesuatu.

Dingin.

Tangan cokelat Jongin yang mengacak rambutnya begitu dingin.

Sehun memerhatikan wajah Jongin dengan seksama.

Pucat, dengan bibir yang memutih. Dia kedinginan, tetapi berhasil menutupinya dengan terlalu baik dengan tawa dan meminimalkan kontaknya dengan Sehun.

Sehun menarik Jongin mendekat.

"—kau kedinginan!" pekiknya.

Jongin terlihat terkejut. "tidak, aku—"

"Jangan bohong, kita harus pulang dan menghangatkanmu sekarang!" ucap Sehun tegas. Dia segera berdiri dan meraih lengan Jongin.

"Aduh!" Jongin berteriak tanpa sadar. Membuat Sehun menghentikan langkahnya.

"Astaga, kau terjatuh lagi!" ucapnya panik ketika melihat luka gores melintang yang ada di lengan Jongin. Terlihat jelas karena Jongin memakai baju lengan pendek. Mungkin Sehun tidak sengaja menyenggolnya tadi, sehingga membuat Jongin kesakitan.

"Tidak apa-apa kok—"

"Bodoh" Sehun mencubit pinggang Jongin gemas. Sahabatnya ini memang suka tidak memerdulikan dirinya sendiri. Padahal jelas-jelas luka itu terasa sakit.

Sehun lalu mengajak Jongin duduk kembali, dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya —plester lagi dan menempelkannya pada lengan Jongin. Dia tertawa pahit, luka yang kemarin bahkan belum sembuh. Lengan Jongin sudah terluka lagi.

"—kau seharusnya ke rumahku dulu tadi, kita kan bisa berangkat bersama sehingga kau tidak perlu jatuh seperti ini" Sehun menasihati Jongin panjang lebar sambil menempelkan plester di lengannya.

Jongin hanya tertawa. Dia sibuk memerhatikan wajah Sehun yang berada begitu dekat dengannya ketika ia menempelkan plester dengan telaten di lengan Jongin. Bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung, dan bibir merah muda sewarna cherry. Sehun begitu cantik, dan Jongin benar-benar mengagumi kecantikan itu.

Walaupun kata-katanya seringkali pedas dan terkesan kasar, Sehun sebenarnya sangat baik dan perhatian. Dia selalu menjaga orang-orang di sekitarnya dengan baik.

—selalu seperti itu semenjak mereka masih kecil.

"aku suka Sehun," Jongin tiba-tiba berkata. Terlihat sebuah kerutan samar di dahi Sehun, dia lalu mendongak dan menatap Jongin tidak mengerti. Lalu sedetik kemudian dia tersenyum.

"aku juga suka Jongin" ujarnya lembut. Senyum Sehun sangat manis, matanya melengkung membentuk bulan sabit. Membuatnya terlihat —cute? "kau sahabat terbaik yang kumiliki," ujarnya berbinar.

Dan saat itu senyum Jongin memudar.

Batas.

Sehun hanya menganggapnya sebagai sahabat. Tidak lebih. Hatinya terasa sakit.

Memang sulit memiliki perasaan seperti itu pada seseorang yang kau anggap lebih dari sekedar sahabat.

Hubungan mereka memang tidak pernah terlepas semenjak mereka masih kanak-kanak. Orang tua mereka bersahabat sehingga Sehun dan Jongin pun lama-kelamaan menjadi teman baik pula.

Mereka selalu bersama kemanapun —tak terpisahkan, bahkan sampai saat ini. Menjadi sahabat secara tidak sadar dan saling melengkapi satu sama lain.

Jongin menunduk sedih.

Perasaannya tidak akan tersampaikan.

"Ayo pulang," tangan Sehun terulur di depan Jongin.

Jongin mendongak. Dilihatnya Sehun tersenyum lagi ke arahnya. Jongin mendesah pelan. Dia menyambut uluran tangan Sehun. "Baiklah—"

"Sehun," panggil Jongin.

"Hn?"

"Terima kasih"

"Untuk?" kali ini Sehun berhenti berjalan. Ditatapnya Jongin dengan bingung.

"Karena kau telah datang" Sehun hanya tersenyum. Dia mengangguk lalu kembali berjalan menggandeng Jongin menuju tempat sepedanya terparkir.

Jongin tertawa. Dia rasa seperti ini juga tidak apa-apa.

Asalkan Sehun selalu ada di sampingnya.


o-o-o-o-o-o


"Ini," Sehun mengulurkan sekotak kue bluberry di depan Jongin. Mereka saat ini sedang berada di rumah Sehun untuk mengerjakan PR bersama.

"Apa ini?" Jongin mengeryit heran. Dia tatapnya kue itu dengan bingung. Bentuknya lucu dengan lelehan blueberry yang terlihat lezat di atasnya.

"Ini sebagai permintaan maafku karena terlambat waktu itu sehingga kau tidak jadi menonton film" jelas Sehun. "maafkan aku"

Jongin terkekeh. "Tidak apa-apa, kau kan sudah datang dulu"

"Tidak, gara-gara aku kau jadi tidak jadi menonton film itu..." gumamnya pelan penuh penyesalan. "...lagipula kita juga harus menghangatkan tubuhmu di depan perapian selama 2 jam gara-gara kau hampir membeku"

Jongin mengacak rambut Sehun pelan, dia lalu tertawa . "Kubilang tidak apa-apa"

"Terima kasih," mata Sehun berpendar menatap Jongin. Terlihat benar-benar senang.

Jongin mengangguk lalu mereka tertawa bersama —sambil makan kue tentu saja.

Sahabat memang harus saling mengerti bukan?

—dan Jongin sangat mengerti itu...


Bersambung...


Hi, Im newbie here. Kalian bisa panggil saya Momo. Ini fanfic pertama saya yang dipublish di sini. Saya tahu ini berantakan dan aneh, jadi maafkan aku.

Terinspirasi dari dorama Jepang One Litre of Tears tapi hanya terinspirasi bukan remake atau semacamnya. Ini akhir dan awalnya akan sama dengan pemeran tokoh utama di cerita tersebut, jadi udah pasti ketebak kalau di endingnya nanti bakalan ada tokoh yang mati. Saya harap kalian menikmati proses (?) yang ada sampai kematian tokoh utama yang akan ada di akhir cerita.

Sekian, kuharap kalian mau memberi saya review tentang bagaimana cerita saya ini atau yang lainnya juga boleh. apa ajau dipikiran kalian tuangin aja di kotak review, saya pasti senang sekali. Jadi jangan sungkan untuk review^^

Momo