Mungkin akan terlihat banyak typo yang tidak enak dilihat karena saya punya bakat dyslexia jadi sense of phonology saya dull dan sering tidak bisa memperhatikan kalau ada salah spelling. Tidak menerima flame karena saya menulis fic untuk kesenangan diri, tidak dibayar dan tidak menerima keuntungan dari tulisan ini
Kouki berusaha berdiri dengan sepatu es skatingnya. Kakinya lelah sekali, pantatnya juga sakit karena terjatuh di atas rink es. Semangatnya tak akan menyerah begitu saja, tarian orang itu diatas es begitu indah. Wajah cubbynya anak 4 tahun terlihat serius dengan pipi kemerahan.
"Yosh..semangat!"
"Hey ada Babi disini!"
"Hahaha...lihat dia terlihat bodoh sekali"
"Gendut pergi sana kami akan latihan"
Beberapa anak sekitar umur 10-12 tahun meneriakinya saat mulai memasuki rink es. Mereka memakai seragam abu-abu berakses biru. Dengan tulisan biru di belakang punggung mereka Nipon National Team of Ice skating.
Tangan Kouki mengepal, dia sekarang sudah hampir menangis. Pandanganya mulai kabur karena matanya berair.
Seorang pria memasuki rink es dengan nada tinggi berbicara lantang.
"Kalian bicara seolah bisa melakukan hal yang lebih baik"
"Benar begitu?"
"KENAPA DIAM, AYO JAWAB?!"
"Tidak pelatih Celestino!"
Jawab mereka.
"Kalau begitu mulai pemanasan!"
"Baik pelatih"
Jawab mereka bersamaan dengan kompak. Pelatih Celestino mendekati Kouki yang sekarang sedang duduk berjongkok dengan kedua lengan menutupi wajahnya yang sedang menangis tersedu dengan keras. Pelatih Celestino ikut berjongkok menyamakan tingginya dengan Kouki, cih dia selain mewarisi bentuk wajah, gen gemuk, rupanya putra Katsuki Yuri ini juga mewarisi kepribadian sang daddy. Mungkin dengan pedekatan yang sama juga bisa dilakukan untuk menanngkan anak ini.
"hei buddy, kenapa kamu menangis?"
Paman ini bodoh atau bagaimana, dia menangis karena anak-anak itu bicara buruk pada dia. Kouki marah kesal. Itu membuatnya ingin menangis lebih keras.
"Ah bagaimana ini?!"
Pelatih Celestino mulai sakit kepala menghadapi bocah-bocah ini, dia bodoh dalam menghadapi dan melatih anak-anak dengan segala sikap kekanakan mereka.
Pelatih Celestino mengangkat dan mengendong Kouki dengan kepala kaori dipundaknya, dengan pelan dia menepuk-nepuk punggung sang bocah yang masih terisak.
"Sudah...sudah..Jangan dengarkan bocah-bocah itu. Mereka hanya bicara begitu karena mereka pikir mereka lebih hebat padahal mereka tidak sehebat yang mereka pikir"
Pelatih Celestino meniup peluitnya untuk mendapat perhatian anak-anak yang dilatihnya.
"Dengarkan baik-baik kalian. Sekali lagi kalian berani menganggu anak ini, akan kupastikan kalian keluar dari Tim nasional jepang"
"no way"
"I'm serious"
"Tapi pelatih, dia hanya bocah ingusan. Dia hanya akan menganggu kita jika di dalam rink es, bahkan dia bisa terluka."
"Itu benar, dia bisa terluka jika satu rink es dengan kalian yang belum bisa mengontrol gerakan dengan baik dan ceroboh tapi bukan berarti dengan berbicara buruk pada orang yang sama-sama menyukai es skating seperti kalian. Kalian bisa meminta anak manis ini dengan sopan dan baik"
"Kalian akan menyesal setelah kuberitahu siapa anak ini, dia adalah putra Katsuki Yuri, juara dunia grand prix figure skating"
Beberapa wajah bahkan melonggo mendengar ini. Semua anak ini mengagumi Katsuki Yuri, namanya melegenda dalam dunia es skating jepang. Mereka tahu pak Celestino adalah mantan pelatih Katsuki Yuri. Celestino bukan pelatih yang buruk hanya saja dia tidak cocok menghadapi sikap dan kepribadian anak-anak. Dalam dua minggu ini akan ada pelatih baru untuk mereka. Celestino tidak tahu dia harusnya bersukur atau kecewa dengan dirinya sendiri atas hal ini.
"Paman mengenal Daddy?"
Kouki yang sudah mulai berhenti menangis, dengan mata yang masih berair dan merah. Mata dengan iris biru itu menatap pelatih Celestino. Rambut poni abu-abu berantakan mencuat dari sela-sela topi biru rajutan yang dipakainya.
"Iya, aku adalah teman daddymu?"
Alih-alih menjelaskan kalau dia adalah mantan pelatih Yuri dia mengatakan bahwa dia adalah teman Yuri. Toh tidak salah juga dia mengatakan sebagai teman lama Yuri.
"Apakah nanti akan ada yang menjemputmu?"
"Ya nenek akan menjemput pukul 4"
Kouki mengakat keempat jarinya
Pelatih Celestino melihat jam tangannya, emm...masih satu setengah jam. Dia heran sekali Yuri membiarkan putranya belajar es skating sendirian. Ah jangan-jangan...
"Apa biasanya ada orang menjagamu saat berlatih es skating?, anak sekecilmu tidak seharusnya belajar es skating sendiri"
"Emmm.. itu.."
Ah begitu rupanya, yuri tidak mengetahui putranya belajar es skating
"Bibi Yuko yang menjagaku biasanya, tapi sekarang dia sangat sibuk"
Kouki menjawab dengan gugup
"Ok kalau begitu paman akan menemanimu belajar es skating"
"Benarkah?"
"Yup"
Kouki sudah melupakan soal menangisnya, dengan serius mengikuti instruksi Celestino dan dengan cepat belajar.
"Kamu tahu Kouki, setelah kamu tahu sebuah gerakan dengan benar, gerakan itu perlu dilatih berkali-kali, sehingga tubuhmu akan mengingat gerakan itu"
Kouki tersenyum dengan lebar mendengar penjelasan pak Celestino. Daddy mengatakan dia tidak ingin kembali ke rink es, daddy menunjukkan wajah sedih saat mengatakan hal itu. Kouki tidak mau membuat daddy sedih, sehingga dia tidak meminta dilatih oleh daddy. Kouki tahu daddy pemain es skating yang hebat saat melihat video di laptop bibi Yuko. Tapi ada satu orang lagi yang hebat namanya Victor.
"Pak Celestino, bisakah melatihku lagi?"
"Emmm bagaimana ya, dua minggu lagi akan ada pelatih baru. Aku akan cukup sibuk"
Kouki mulai akan menangis lagi. Bagaimana lagi, masa pergantian pelatih akan cukup sibuk. Menyesuikan anak-anak ini dengan pelatih baru dan menyesuaikan pelatih baru dengan anak-anak ini dan segalam macam yang berhubungan dengan team.
"Tapi aku akan berusaha meluangkan waktu pada akhir pekan ini dan depan hanya untuk melatihmu, bagaimana?"
Kouki ingin dilatih lebih lama oleh pelatih Celatino cukup kecewa, tapi hanya bisa mengangguk sedih. Daddy mengatakan dia tidak selalu mendapat apa yang dia inginkan, sekeras apapun dia ingin dan berusaha, dan dia harus belajar menerima itu.
Victor berdiri disebuah sudut gelap gedung es rink, mengawasi anak-anak yang harus dilatihnya minggu depan. Victor mengamati bagaimana performa anak-anak ini sebelum dia latih, dengan cara ini dia akan lebih memahami bagaimana mereka, apa yang harus diperbaiki dan dioptimalkan. Victor juga melihat interkasi Celestino dan seorang bocah kecil yang Victor perkirakan berusia 5 tahun (Kouki cukup tinggi dan besar untuk ukuran orang jepang). Manager team mengatakan Celestino tidak begitu menyukai melatih anak kecil, tapi bagaimana dia bisa terlihat sabar mengajari anak balita es skating. Tak seberapa lama victor meninggalkan tempat itu, ada beberapa hal yang harus dia lakukan, seperti mengurus tempat tinggal selama dia menjadi pelatih dan masih memikirkan bagimana untuk menemui seseorang. Alasan utamanya melatih ditempat ini karena orang itu, dia masih bingung apa yang akan dia lakukan, memperbaiki? atau memulai kembali hubungan dengan orang itu. Bagaimana ini. Dia tahu dia yang salah, tanpa penjelasan dia mengucapkan selamat tinggal pada Yuri di malam setelah Yuri menerima mendali emas. Saat itu tidak ada banyak pilihan untuknya. Keluarganya mengancam akan menyakiti yuri saat tahu hubungan putra tertua keluarga mereka dengan Yuri. Victor tidak pernah menceritakan soal keluarganya pada siapapun, untuk keluarga Nikiforov berkarir di dunia es skating adalah sia-sia. Keluarga Nikiforov adalah keluarga mafia kuat di rusia. Mafia menguasai dua pertiga ekonomi Rusia. Diam-diam Victor menjalankan rencananya, dalam waktu hampir sekitar 5 tahun Victor berhasil mengambil alih posisi kepala keluarga mafia Nikiforov, sekarang tidak ada orang yang akan menghalanginya kembali pada Yuri. Selama di Jepang "urusan keluarga" diurus sang adik.
Selama dijepang victor tinggal di hotel. Dia sebenarnya lebih suka tinggl di ryokan, tapi ryokan satu-satunya di kota ini adalah milik keluarga katsuki. Tanpa disadari oleh dirinya sendiri Victor sudah berdiri di pintu depan ryokan keluarga Katsuki. Victor saat ini bahkan tidak tahu kepalanya sedang berpikir apa.
"Selamat Datang"
Yuri mendengar seorang datang ke ryokan, beberapa tahun ini ryokan keluarga katsuki sepi, apa lagi sekarang bukan musim libur.
Raut wajah yuri seketika berubah melihat siapa yang bediri di depannya. Wajah itu... tanpa banyak berpikir Yuri memeluk Victor seperti serangan pemain rugbi. Tanpa kembali skating Yuri sekarang cukup gemuk. Yuri mulai menangis.
Dengan lirih victor berkata.
"Yuri aku pulang"
Sekarang Yuri, Victor dan Toshiya Katsuki ayah yuri di ruang keluarga saling berhadapan dengan wajah tegang. Tidak hanya Victor, Yuri dan sang ayah juga tidak punya ide memulai pembicaraan dari mana. Toshiya tahu dia harus memulai memecah keheningan ini.
"Jadi Victor ada tujuan apa kamu kembali"
Tanpa berkata apapun Victor memenundukan kepala hampir bersujut pada ayah yuri.
"Hei apa yang kau lakukan sampai begitu"
"Saya salah telah menyakiti putra anda. Saya akan menerima semua hukuman yang akan anda berikan pada saya"
"Victor bahkan kamu bukan menantuku, kenapa aku menghukummu saat kamu berbuat suatu yang buruk pada Yuri"
"Kalau begitu jadikan saya menantu anda"
Yuri yang melihat adegan di depannya tak bisa berkata-apa. Apa tadi?marriege proposal?. Yuri mulai pusing dan blank.
Tbc...
