Bleach by Tite Kubo
Yes I Do by mss Dhyta
Pair : Ichiruki slight Ishihime and RenTatsu
Chap 1 for Viva FFN !!!
Why you marry someone?
Because I want to protect her
Hari itu Ichigo menatap berbagai buku yang menumpuk diatas meja belajarnya, menghela nafas berat dan meletakkan kepalanya diatas lengan. Tugas liburan musim dingin menumpuk seperti salju yang sekarang telah lenyap. Setelah winter war Ichigo harus kembali menjadi siswa SMA biasa yang memiliki kekuatan shinigami, walaupun sebenarnya kekuatan itu tak pantas disebut biasa. Kehidupan sebagai shinigami pengganti yang ia jalani bersama Rukia, yang juga sering ribut dengan dirinya pun telah berlalu. Setelah Rukia kembali ke Soul Society dengan mengucapkan selamat tinggal, terlalu aneh baginya padahal mungkin saja mereka bisa bertemu lagi walaupun Ichigo belum tahu kapan hal itu akan terjadi.
"Sial, kenapa aku harus kembali ke dunia ini?" keluh Ichigo dan kembali membenamkan kepalanya diatas meja, terlalu malas untuk kembali ke pelajaran yang menyebalkan.
Seekor kupu-kupu hitam mengepakkan sayapnya masuk melalu jendela kamar Ichigo yang terbuka dan meniupkan angin malam, Ichigo melirik kupu-kupu itu dan menebak akan ada seorang shinigami yang mengunjunginya malam ini.
"Siapa lagi yang datang." Keluh Ichigo dan membuka jendela itu lebih lebar lagi, secara tiba-tiba seorang wanita bertubuh kecil masuk melalui jendela dan menendang wajah Ichigo secara –mungkin- tidak sengaja.
Ichigo mendongakkan kepalanya dan menatap wanita bermata violet yang telah mendarat di lantai dengan mulus. "Apa yang kau lakukan cebol! Kau seenaknya masuk dan menendang wajahku." Teriak Ichigo sembari berdiri dari posisi duduknya dan berteriak dihadapan nona Kuchiki itu.
"Maaf, aku kira kau tak akan membuka jendela itu. Dan apakah begini caramu menyambut tamu?" Rukia meletakkan tangan kanannya dipinggang dan menatap Ichigo dengan tatapan mengejek. "Kau tak tahu sopan santun ya tuan Jeruk?" tanyanya lagi, dengan wajah penuh kemenangan yang membuat gigi Ichigo menggertak kesal.
"Argh! Aku benci berdebat denganmu cebol! Ada apa lagi dengan Soul Society?" Ichigo kembali duduk dikursinya, berbeda dengan Rukia yang memilih tetap berdiri, karena jika ia ikut duduk dilantai posisinya akan terlihat sangat rendah.
"Tidak ada apa-apa, sebenarnya aku hanya ingin datang berkunjung." Jawab Rukia dengan santainya, Ichigo hampir saja menjatuhkan bola matanya ke lantai mendengar jawaban wanita itu.
"Kau bilang apa, hanya datang berkunjung? Kalau begitu sebaiknya kau kembali saja. Aku banyak tugas." Ichigo berbalik dan kembali menghadapi buku-buku diatas meja belajarnya.
"Huh, kau susah sekali diajak bercanda. Ada beberapa hal penting yang ingin kutanyakan dan keberitahu padamu." Rukia tetap berdiri di posisinya dan menunggu reaksi Ichigo yang masih tak berubah.
"Penting atau tidak?" Tanya Ichigo dengan wajah malas.
Rukia mengerjapkan matanya dan menghela nafas berat. "Aku tidak tahu, mungkin penting untukku."
Ichigo berbalik dan melihat mata violet yang penuh kecemasan itu. "Aku butuh jawabanmu Ichigo." Ucapnya pelan dan meyakinkan membuat mata coklat Ichigo tak berpaling dari mata indah milik Rukia.
.
.
Ichigo menggeletakkan tubuhnya diatas kasur setelah Rukia meninggalkan kamarnya beberapa menit lalu. Ia menggenggam selembar kertas yang bisa saja tertiup angin dan terbang, karena pada dasarnya kertas itu memang hanya kertas biasa. Tapi entah kenapa bagi Ichigo kertas ini merupakan sebuah kejutan baginya, kejutan besar.
"Undangan pernikahan? Siapa orang yang berhasil merebut hati wanita dingin itu." Pikir Ichigo lalu membalik tubuhnya ke kiri dan kanan seperti ikan yang menunggu matang di penggorengan.
"Sangat tidak beruntung sekali pria itu." Ejek Ichigo tanpa ada yang menanggapi. Sebenarnya ada perasaan cemas yang menghantuinya tapi ia bukan orang peka yang dengan cepat menyadari perasaan itu.
Dan sebenarnya ada satu hal yang Ichigo pikirkan malam itu, sebuah pertanyaan aneh yang dilontarkan Rukia.
Flashback
Ichigo menunggu Rukia berbicara, karena sepertinya hal ini adalah hal serius dan ia tahu Rukia bukan orang yang suka bercanda untuk masalah serius.
"Siapa aku dalam hidupmu?" Tanya Rukia secara terus terang tanpa basa-basi dan Ichigo hampir tertawa keras mendengar pertanyaan konyol yang secara tiba-tiba ditanyakan wanita itu.
Ichigo menahan tawanya dan berusaha serius karena ternyata tak ada yang berubah dari raut wajah Rukia berarti ini bukan masalah yang patut ditertawakan. "Partner yang baik ."
Rukia membelalakkan matanya sebentar dan Ichigo menangkap ekspresi kaget itu tetapi ia tak akan pernah tahu apa maksud dari ekspresi itu.
"Baguslah, kalau begitu aku tak akan keberatan menyerahkan kertas ini." Rukia memberikan kertas itu, dan pergi begitu saja seperti angin.
End of flashback
Ichigo melirik kertas itu lagi, padahal ia sudah berniat untuk tidur , ia tidak punya mood untuk mengerjakan PR nya malam ini, mungkin saja karena kertas itu.
"Sudahlah lupakan!" Ichigo membalik tubuhnya dan menutupi wajahnya dengan selimut, terbenam dalam mimpi.
.
.
Rukia sudah kembali dari rumah Ichigo dan sedang duduk di sebuah sofa yang tertata rapi di ruang tamu Mansion Kuchiki. Ia menghela nafas panjang dan mengingat percakapan terpanjang yang pernah ia lakukan dengan kakak iparnya Byakuya Kuchiki.
"Rukia, kau akan dijodohkan dengan seorang bangsawan di Soul Society." Ucap Byakuya tanpa ekspresi ketika mereka sedang duduk di ruang tamu yang sepi itu. Rukia hampir menjerit ketika Byakuya mengucapkan kalimat itu.
"Nii-sama apa kau serius?" Tanya Rukia dengan ekspresi berusaha tetap tenang, ia tahu kakaknya tak akan menanggapi dengan tanggapan yang berbeda walaupun ia berteriak dan merusak rumah mewah itu.
"Tentu saja, kau akan dinikahkan dengan seorang bangsawan, karena kau sekarang keturunan Kuchiki." Byakuya tak mengalihkan pandangannya dari sebuah pintu kaca yang menembus pemandangan malam bunga sakura yang sudah tak mekar lagi.
"Siapa namanya? Dan apakah dia setuju dengan perjodohan ini?" Tanya Rukia berusaha tetap mengendalikan diri. Ia tak boleh gegabah, tak boleh menangis.
"Tsukumi Kurosagi. Aku yakin dia setuju dan aku pun telah membicarakannya dengan orang tua mereka. Kau tak sedang menyukai seseorang kan?"
Rukia mendengarkan nama itu dan menghela nafas panjang ia butuh sebuah jawaban jujur ya jawaban jujur. "Tidak, aku tidak sedang menyukai siapapun." Sekarang Rukia sadar kalau jawabannya waktu itu bukan jawaban jujur, ia hanya tak ingin mengecewakan kakaknya dan dirinya sendiri.
Ia kembali pada kenyataan bahwa ia telah mengirimkan kertas itu kehadapan orang yang membuatnya berat menyetujui perjodohan itu, dan lebih parahnya lagi ia meninggalkan sebuah pertanyaan yang bodoh untuk didengar.
"Aku harus kuat untuk keluarga ini. Dan untuk nii-sama." Rukia menutup mata dengan lengannya ia tersenyum walaupun harus menahan tangis yang tak pantas untuk ditunjukkan.
.
.
Ichigo benar-benar heran kenapa dirinya bisa berada di Soul Society hari itu, dan ia tak pernah berpikir hari ini ia datang untuk mencari tahu siapa calon suami Rukia. Setelah sampai ditempat itu dengan alasan konyol yang ia buat agar Urahara mau membukakan pintu menuju Soul Society, ia menyesal kenapa melakukan hal bodoh kali ini.
"Hei, Ichigo!" sapa seseorang yang membuat Ichigo berbalik, melihat wajah sang penyapa hari itu. "Tumben kau kesini. Ada yang menarik?" Tanya pria berambut merah itu dan menepuk bahu Ichigo pelan.
"Tidak apa-apa hanya berkunjung." Ichigo berbohong lagi dengan alasan yang lebih konyol, berkunjung benar-benar bukan alasan yang bagus.
"Berkunjung? Ah sudahlah, kau sudah tahu kalau Rukia akan menikah lusa." Tanya Renji tanpa menanyakan alasan konyol yang baru saja dilontarkan Ichigo.
Ichigo menggaruk rambut oranyenya yang tak gatal. "Aku sudah tahu Rukia baru saja memberikan suratnya padaku." Ichigo menunjukkan selembar kertas yang diberikan Rukia kemarin malam.
"Kau tahu siapa calonnya? Seorang bangsawan Soul Society. Tetapi aku kira Rukia akan menolak waktu Byakuya-taichou menawarkan perjodohan itu." Jelas Renji dan menyerocos begitu saja. Ichigo membelalakan matanya tanda kalau ia terkejut mendengar penjelasan Renji.
"Perjodohan? Aku kira itu pilihan Rukia?" Tanya Ichigo dengan wajah heran.
Renji menepuk bahu Ichigo dan tertawa. "Kau pikir wanita dingin itu akan memilih pria yang tidak ia kenal. Tentu saja tidak, sebenarnya—" Renji menarik tubuh Ichigo dan membisikkan beberapa kata ke telinga si rambut oranye itu.
"—aku berharap pria itu kau. Dan aku rasa sebenarnya Rukia ingin menolak perjodohan itu." Ichigo terkejut di sela-sela kalimat yang dilontarkan Renji, setelah tangan Renji terlepas dari bahunya ia menatap babon merah itu dengan terheran-heran.
"Apa maksudmu dengan mengharapkan aku sebagai pria yang dinikahi Rukia?" Tanya Ichigo heran karena ia benar-benar bukan pria yang peka dan nyaris saja membuat Renji tertawa terbahak-bahak.
"Sudahlah lupakan, kasihan sekali Rukia berharap pada pria sepertimu." Renji meninggalkan Ichigo dengan tanda tanya yang melayang-layang diudara.
.
.
Rukia berdiri di dalam sebuah gereja yang akan menjadi tempat pernikahannya lusa, ia menatap altar yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Hanya sebuah altar dan lusa ia akan berdiri di sana mengucapkan sumpah hidup semati bersama dengan seorang pria yang bahkan ia baru tahu namanya beberapa hari lalu.
Ia melangkah meninggalkan gereja itu dengan hati bimbang, ia tak pernah sebimbang ini sebelumnya ia mungkin akan membuat kakak iparnya senang dengan pernikahan ini tetapi haruskah ia mengorbankan rasa lain yang ada di hatinya.
"Partner yang baik."
Rukia mengingat kata-kata itu dan terus mengulangnya dalam hati.
"Hanya seorang partner Rukia, tidak lebih." Dan kakinya pun melangkah meninggalkan tempat itu.
.
.
Ichigo kembali dari Soul Society dan berada di kamarnya sekarang, sendirian tanpa ada seorang wanita cebol yang ribut dengan segala ocehannya tentang hollow, atau bersama dengan seorang wanita yang akan meloncat dari lemari ketika ada sebuah bunyi 'bip' di handphonenya atau seorang wanita yang membanggakan kelinci bernama chappy atau—
"Apa yang kupikirkan kenapa aku mengingat wanita itu terus." Ichigo menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, ia ingin membuang ingatan itu untuk beberapa saat.
Ichigo membaringkan kepalanya dan mencoba untuk tertidur tetapi entah kenapa yang muncul hanya wajah Rukia yang berdiri di altar dengan gaun putih yang panjang, menggandeng seorang pria yang hanya terlihat gelap di kepala Ichigo.
Ichigo melihat Rukia berbalik dan menatapnya, pelan-pelan Ichigo mampu membaca gerak bibir Rukia yang mengucapkan 'sayonara'.
Deg..
Ichigo bangkit dari tidurnya dan terduduk, ia bermimpi, hanya bermimpi dan saat ini ichigo pun berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak seperti jam rusak, terlalu cepat dari biasanya.
"Apa yang sebenarnya aku cemaskan?" Ichigo memegang kepalanya dan berusaha untuk tetap tenang malam itu.
.
.
Hari itu hari pertama mereka kembali ke sekolah, dan besok adalah hari pernikahan Rukia. Ichigo masih bingung akan datang atau tidak. Sejujurnya ia tidak menyukai acara resmi seperti itu tetapi sebenarnya ada alasan lain yang lebih mendasar.
"Pagi Kurosaki-kun!" sapa Orihime membangunkkannya dari lamunan.
"Ah iya, ada apa Inoue?" tanya Ichigo dengan sedikit tergagap baru pertama kali ia melamunkan hal yang benar-benar tak penting baginya.
"Kau sudah terima undangannya kan?" tanya Inoue dengan wajah sedikit cemas, ia takut kalau berita pernikahan Rukia akan membuat Ichigo sedikit emosional.
"Ya, aku sudah terima, tapi kau juga?" tanya Ichigo dengan heran sembari menunjuk Inoue.
"Tentu saja, kau pikir kau saja yang akan diundang Kurosaki?" Ishida menjawab dan menaikkan kacamatanya disaat yang bersamaan.
"Kalau begitu kalian akan datang kan?" tanya Ichigo dengan wajah menahan kesal mendengar jawaban Ishida yang menyebalkan itu.
"Sebenarnya aku ingin datang tapi kami akan kesulitan jika terlalu sering ke Soul Society. Jadi aku pikir kami bisa menitipkan ucapan selamat berbahagia padamu Kurosaki-kun." Jawab Inoue dengan gembira, ia sebenarnya menahan sebuah pertanyaan tentang reaksi Ichigo ketika tahu kalau Rukia akan menikah.
"Oh. Aku pun tak yakin akan datang ke acara itu. Aku tak terlalu suka acara formal." Ichigo menjawab dengan wajah tak peduli.
"Oh ya? Aku pikir kau cemburu karena Kuchiki-san menikah dengan pria lain." Ishida menyangkal jawaban itu dengan telak, Ichigo hanya terdiam dan tak menanggapi ucapan Ishida.
"Apakah itu benar Kurosaki-kun? Inoue yang cemas mencoba menebak air muka Ichigo yang berubah dalam hitungan detik.
"Aku juga tidak tahu Inoue."
.
.
Author Note :
Yak! Buat Viva FFN kali ini mss bikin romance lagi *digetak seluruh penghuni FFN*
Aduh gomen kalau udah pada bosen ma romance apalagi ma Ichiruki _
Bener-bener gomen ya...
Mss bakal upload chapter selanjutnya malam ini juga, kenapa harus entar malam??
Supaya bikin penasaran *getoked*
Yak!! Buat FFN moga jaya terus terutama fandom bleach moga aja makin rame…
Review Please!!
