Hai Hai Hai! Kira kembali dengan fic baru yang gaje!
Disini Naruto mungkin agak OOC, aku buat dia agak lemah #Di Rasenggan! Tuntutan jalan cerita, tapi nanti karena suatu hal ia akan kembali menjadi kuat dan tangguh! dan juga cool~ XD
Kalian boleh ngeflame aku jika Naruto terlalu banci disini, agar aku tidak terlalu kebablasan.
Pasti setelah baca ini fanfic (Onegai... T_T) kalian akan bertanya.. "Kenapa begitu?" "Kenapa begini?" dan lain-lainnya. Jawabannya akan ada jika kalian terus mengikuti alur cerita fanfic ini.
Ok! Selamat menikmati cerita abal ku! ^_^
Naruto _ Masashi Kishimoto
Sebenarnya _ Akasaka Kirachiha
Genre : Romance and Drama
Rating : T
Warning : OOC, Gender Bender, Typo (s), nggak sesuai EYD, gaje.
HAPPY READING
.
.
Buagh!
Lelaki itu terengah-engah sesaat setelah memukul keras para penjahat yang berniat merampok uangnya, ia menyeka darah di ujung bibirnya lalu kembali berjalan dengan santai seakan tidak terjadi apa-apa.
Hanya keheningan malam yang menemani perjalanannya, rumah kecilnya masih jauh dan ia sudah terbiasa berjalan kaki, lagi pula pemandangan di malam hari tidak kalah dengan keindahan siang. Yah, kecuali perampok dan lelaki hidung belang yang berkeliaran sepanjang malam. Seperti kasusnya ia tadi dan remaja berambut pirang yang tengah terpojok di antara 4 pria berbadan besar yang memandangnya penuh nafsu.
Remaja berambut hitam itu menghela nafasnya, benar-benar merusak keindahan malam hari yang ia sukai.
'Astaga... Aku baru saja berkelehai tadi...'batinnya lelah, mata hitamnya memandang jijik remaja laki-laki yang tengah terkepung itu, mata birunya berair, dari wajahnya terlihat sekali jika ia sangat takut.
"Ternyata masih ada aja ya lelaki semanis dirimu... Bagaimana kalau kita bermain sebentar?"
"Le-lepaskan aku..."cicit pemuda pirang itu pelan, matanya menolak memandang ke empat orang yang tengah berdiri tegak mengelilingi tubuhnya yang telah terpojok dengan dinding.
"Melepaskan lelaki manis sepertimu? Sepertinya kita akan menyesalinya. Kau baru bisa bebas jika mau melayani kami berempat? Bagaimana...hm..?"
Pemuda pirang itu semakin menundukan kepalanya, badannya bergetar hebat karena ketakutan, ia sangat menyesali keputusannya untuk pulang sekolah sendirian padahal banyak bahaya yang akan mengancamnya dan kedua teman serumahnya telah memperingatinya.
Ia hanya bisa terisak lirih sembari memohon untuk dibebaskan, terkadang ia juga menyesali keinginannya untuk tidak berlatih bela diri seperti kedua sahabatnya.
Sekarang... Ia hanya bisa pasrah...
"Kalian semua pengecut dan pengecut seperti kalian pantas untuk binasa dari muka bumi ini."
Keempat orang berbadan besar itu memandang ganas remaja berambut hitam yang berdiri tegak seakan menantang di hadapan mereka, mata hitamnya memandang datar ke empat orang yang mulai berjalan ke arah dirinya.
"Apa yang kau katakan bocah?!" salah satu dari mereka mencengkram kerah seragamnya erat namun sama sekali tidak membuat remaja berambut hitam itu takut.
"HAH! Sepertinya sebelum kita menikmati 'makanan' manis, kita hajar dulu bocah tengik ini!"
Dan kepalan tinju melayang dengan bebasnya ke arah remaja berambut hitam itu.
BUAGHH!
$SKIP_TIME$
Mata safir itu memandang ngeri ke empat orang yang tadi mengepungnya dengan pandangan lapar, ke empat orang berbadan besar itu tergeletak tak berdaya di sekelilingnya, mata safirnya ganti memandang seseorang yang menjadi tersangka 'pemukulan' lelaki hidung belang itu dan juga penyelamatnya.
"Cepat pergi dari tempat ini, lelaki lemah sepertimu sama sekali tidak pantas hidup di dunia yang keras ini."ujar lelaki berambut hitam itu tajam lalu berbalik untuk melanjutkan perjalanannya. Meninggalkan seseorang yang baru saja di tolongnya.
Hatinya tertohok mendengar cibiran pedas dari seseorang yang menolongnya, ia menundukan kepalanya, menahan cairan hangat yang akan keluar dari sudut kedua matanya.
Pemuda berambut hitam itu berdecak sebal lalu kembali menghampiri seseorang yang baru saja ia selamatkan. "Dari pada membuang waktu dengan menangis, lebih baik kau segera pergi dari sini sebelum 4 lelaki gila itu terbangun dan kembali melakukan niatannya yang tertunda!" bentaknya keras.
Ia menghela nafas kasar setelah mendengar suara isakan kecil dari pemuda berambut pirang itu, ia mengacak-acak rambut hitamnya lalu memandang aneh sang remaja. "Baiklah! Kalau kau masih ingin bernangis ria disini, aku tidak peduli!" dan remaja berambut hitam itu benar-benar akan berniat pergi sebelum merasakan baju seragamnya di tarik pelan dari belakang.
"Ma-maaf... Tapi maukah kau mengantar aku pulang..?"pinta sang pirang lirih, "Aku... Takut..."
"Dimana rumahmu? Kalau berlainan arah dari sini aku tidak mau."
"Jalan Shuzouka timur, tidak jauh dari sini kok."
.*.
.*.
.*.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka berdua, pemuda yang berjalan mendahului memang dasarnya adalah pendiam dan pemuda yang satu lagi lebih memilih untuk diam karena takut, entah apa lagi yang ia takutkan.
Sampailah mereka di kediaman sang pemuda pirang, rumah sederhana yang berwarna sedikit cerah.
"Naruto...!" kedua remaja itu serentak menengokkan kepalanya kepada seseorang berambut merah yang tiba-tiba saja memeluk erat sang remaja pirang. Di susul remaja berambut coklat panjang di belakangnya yang tengah memegang kunci mobil, wajah mereka berdua terlihat sangat cemas. Pemuda berambut hitam itu lebih memilih untuk meneruskan perjalanannya karena rumahnya masih lumayan jauh dari rumah si remaja pirang.
"Sudah kubilang, jangan pulang sendirian di malam hari! Kau tidak apa-apa kan? Tidak ada yang mengganggumu kan?"
Sang pemuda berambut pirang melepaskan pelukan yang ia terima dengan pelan lalu memamerkan senyum cerahnya, "Aku tidak apa-apa kok. Beneran..." terpaksa ia sedikit berbohong kepada kedua sahabatnya ini, ia tidak mau menambah kekhawatiran mereka.
"Sudahlah, yang penting dia tidak apa-apa. Lebih baik kita masuk."sahut pemuda berambut panjang itu lalu memasuki rumahnya diikuti sang pemuda berambut merah yang masih menggandeng sang remaja pirang.
Sang pirang hanya terdiam saja sembari memandang jalanan, seseorang yang sudah menolongnya itu telah pergi, ia bahkan belum mengucapkan terima kasih kepadanya...
...dan sepertinya, sosok remaja berambut dan bermata hitam berkulit pucat itu akan selalu berkeliaran di pikirannya. Ya... Ia mengalami cinta pada pandangan pertama kepada seseorang yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
'Semoga saja kita bertemu kembali...'
*.*
Manusia memang sulit sekali mensyukuri apa yang Tuhan telah berikan kepada mereka.
Apapun yang diciptakan Tuhan kepada mereka, ciptaan itu ialah ciptaan yang suci.
Jika manusia mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, mereka akan mengeluh, marah, dan berusaha melakukan sesuatu untuk mendapatkan keinginannya.
Dan barang itulah yang akan menjadi korban atas keegoisan mereka.
*.*
"Sasuke! Kau sudah mengerjakan tugasmu?"
"Aku lihat dong! Kemarin malam aku ketiduran saat mau mengerjakannya, he.. he... he..."
Remaja yang di panggil Sasuke itu mengeluarkan buku dari dalam tasnya lalu melemparkannya dengan malas kepada remaja berambut putih (Dia masih berumur 17 tahun!) yang menangkapnya dengan senang hati.
"Ok! Thanks Yagamura!"
Sasuke membalasnya dengan gumaman lalu kembali membaca novel tebalnya.
"Sasuke-kun! Kau di panggil Hyuga-senpai di aula sekolah!" teriak teman sekelasnya dari arah pintu.
Ia menutup novelnya, memasukkannya kembali ke dalam tas lalu berjalan keluar kelas menuju ke aula sekolah. Jika senpai bermata putih itu yang memanggilnya, pasti ada hubungannya dengan kejuaraan yang sebentar lagi akan ia ikuti.
Aula sekolah memang tampak luas, di pinggir aula, tepatnya pada tempat dudukan yang berjejer dengan rapi, terlihat 4 orang tengah mendiskusikan sesuatu sembari menunggu kehadiran dirinya.
Lelaki berambut coklat panjang yang melihat kehadirannya memutuskan untuk berbicara langsung pada intinya, "Satu bulan lagi kejuaran Jujutsu antar sekolah menengah akan di laksanakan di sekolah kita, aku dan Lee memutuskan untuk tidak ikut kejuaraan lagi karena Ujian kelulusan semakin dekat, jadi pelatih menginginkan kalian ber tiga yang mengikutinya."ujar Hyuga Neji, selaku ketua dari Jujutsu di Konoha High School.
"Aku satu-satunya wanita yang mewakili KHS? Kyaa! Sesuatu sekali!"teriak remaja berambut merah muda senang.
"Kenapa hanya tiga saja? Banyak adik kelas dan juga teman kita yang hebat kan?"tanya Kiba heran.
"Peraturan, sekolah hanya boleh mengeluarkan 3 orang dengan 3 cabang yang dilombakan. Sakura pelatih katakan akan di masukkan pada cabang kelas bebas untuk wanita, kau pelatih lombakan pada kelas 50-60 kg dan Sasuke pelatih lombakan pada kelas 60-70 kg."jelas Neji panjang lebar. "Kalian bertiga adalah yang terhebat menurut pelatih dan ju-"
"Eh? Yang benar saja Sasuke di lombakan pada kelas itu? Aku bahkan sanksi berat tubuhnya tidak sampai 50 kg, mending kau katakan pada pelatih untuk menukar kelas kita."sahut Kiba.
"Kau meremehkanku?"tanya Sasuke dengan sinisnya.
"Aku yakin Sasuke-kun bisa, dia hebat Kiba! Bahkan kemarin saja ia berhasil mengalahkan pelatih yang badannya 3 kali lebih besar dari Sasuke-kun!"
"Itu salah satu yang membuat pelatih berani mengirimnya pada kelas berat itu. Baiklah, silahkan kembali ke kelas kalian masing-masing, bel masuk sebentar lagi akan berbunyi, khusus untuk kalian bertiga setiap sabtu sepulang sekolah kita akan berlatih di dojo."ujar Neji lalu bangkit dari duduknya, diikuti Kiba dan Sakura di belakangnya.
"Neji-senpai!"
Neji menghentikan langkahnya, "Hm, ada apa?"
Sasuke melangkahkan kakinya untuk berdiri tepat di samping Neji, "Lain kali jangan biarkan dia pulang sendirian lagi." Ia menyerahkan secarik kertas lusuh kepada orang yang lebih tua satu tahun darinya.
"Hah! Karena aku menolongnya, aku juga kena ancaman tapi aku sama sekali tidak peduli tapi tidak dengan lelaki pengecut itu. Aku pergi!"ujarnya santai lalu berjalan keluar dari aula, meninggalkan Neji yang masih membaca isi kertas itu dengan mata membelalak.
Akan kupastikan hidup kalian berdua tidak akan bahagia.
Kami akan menghajarmu dan kami akan merampas keperjakaannya.
Ingat itu, bocah brengsek!
"Brengsek..."
*.*.*.*.*.*
"Arigatou Gouzaimasu..." Sasuke hanya membalasnya dengan anggukan lalu berjalan keluar dari kedai onigiri, di tangannya terdapat 2 bungkus onigiri yang akan ia makan untuk malam dan pagi hari. Ia hanya anak SMA biasa yang mendapat gaji tidak seberapa di dojo Konoha sebagai pelatih anak sekolah dasar dan pelayan di cafe dekat rumahnya. Ia hidup sendirian, Kakek dan Nenek yang merawatnya telah meninggal.
Ini masih sore hari, jadi keempat orang dan anggota gank yang selalu mangkal di jalan yang selalu ia lalui itu belum menampakkan badan jeleknya, jadi ia masih bisa melenggang dengan bebas tanpa harus bertarung.
Suara mesin mobil terdengar berhenti tepat di belakangnya, disusul teriakan 'Tunggu!' dari seseorang yang dengan cepat keluar dari mobil tersebut.
"Anoo.." ia membalikkan badannya dan menunggu seorang lelaki berambut hitam panjang itu mengatakan sesuatu. "Apakah anda tahu jalan Shuzouka timur?"tanya lelaki itu ramah.
Sasuke mengangukkan kepalanya, "Dari sini lurus saja, jika anda melihat pohon Sakura yang masih sedikit utuh di kanan jalan, anda bisa memasuki gank disamping pohon Sakura itu. Mungkin dari sini masih sekitar 1 km." Jelas Sasuke.
"Bagaimana kalau ada pohon Sakura yang lain?"
"Saya selalu melewati gang itu jika akan pulang, pohon Sakura yang lain telah gugur dan hanya itu yang masih bisa bertahan walau tinggal sedikit."ujar Sasuke menyakinkan lelaki yang mungkin tersesat itu.
"Oh... Terima kasih atas infonya, bagaimana kalau saya mengantar anda pulang sebagai rasa terima kasih saya?"tawar lelaki itu ramah, Sasuke mengernyitkan dahinya seakan merasa familiar dengan sikap ramah lelaki berambut panjang itu.
"Tidak perlu, saya juga masih ada urusan lain."tolaknya halus.
"Baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih atas infonya!"
Sasuke menganggukkan kepalanya lalu kembali berjalan di pinggir trotoar, mobil berwarna hitam itu telah melaju kencang menuju ke alamat yang sedang ditujunya.
Bicara tentang geng perampok hidung belang itu, memang tadi pagi seorang pemuda kurus dengan baju compang-camping menghampirinya dan memberikan secarik kertas lusuh kepadanya, entah siapa pemuda itu tetapi yang pasti ia adalah salah satu anggota geng tersebut.
Isinya memang sama seperti pesan yang mereka kirimkan kepadanya seperti hari-hari sebelumnya, hanya yang berbeda adalah ada satu lagi orang yang terancam oleh ancaman mereka dan ia yakin itu bukanlah dirinya.
Sasuke tidak pernah peduli dengan hubungan sesama jenis, banyak sekali teman di sekolahnya yang melakukan hubungan terlarang tersebut dan karena itulah ia sedikit mengerti posisi mereka dalam berhubungan.
Seme dan Uke. Ia pernah mendengar kata itu dari salah satu teman sekelasnya, Seme menurut mereka adalah lelaki dalam hubungan biasa, dan Uke adalah wanita dalam hubungan biasa, biasanya Seme lebih 'Cowok' dari pada Ukenya dan sepanjang yang ia lihat, sosok Uke menurutnya lebih ke arah 'Banci' dari pada perempuan. Memang tidak semuanya begitu, contohnya saja kekasih dari senpai sesama ektra bela diri, Uke senpainya bahkan tidak terlihat Uke sama sekali baginya, lelaki berambut merah itu bahkan mengikuti bela diri Kenpo.
Ia berharap Uke-Uke menjijikan (Menurutnya) yang bertingkah seperti banci itu mau menjadi seperti lelaki berambut merah itu.
... dan sialnya, ia terkena masalah kembali dengan geng berandal itu karena sosok Uke lemah dan penakut yang ia temui kemarin malam.
Ia menggelengkan kepalanya, urusan itu akan ia selesaikan sendiri, yang penting ia telah memberi tahu Neji yang ia yakini dekat dengan pemuda berambut pirang jika adiknya itu dalam bahaya.
Eh... Jadi Sasuke sudah tahu jika pemuda pirang itu satu sekolahan dengannya? Tapi bagaimana Naruto tidak mengenalinya?
*. .. .. .*
Naruto menundukan kepalanya, kedua mata safirnya menolak memandang Neji yang tengah melayangkan pandangan penuh tanya yang menuntut jawaban kepadanya, Gaara di sampingnya hanya menaikkan sebelah alisnya, ia tidak tahu kenapa Neji berbicara seemosi itu kepada Naruto sesaat setelah mereka pulang sekolah.
"Kenapa kau berbohong kepada kami?"
"Berbohong apa?"
Neji memandang Gaara lalu menghembuskan nafas lelah, "Kemarin ia dicegat oleh anggota gank berandalan itu dan Naruto tidak mengatakannya pada kita. Kau tahu kan jika sudah bermasalah dengan mereka, pasti tidak akan selesai-selesai."ujarnya.
Gaara memandang Naruto dengan kecewa, "Benar apa yang dikatakan Neji, Naruto?"tanyanya memastikan.
Tidak bisa mengelak lagi, pemuda pirang itu memutuskan untuk menganggukkan kepalanya tanpa berani memandang Neji dan Gaara di hadapannya.
"Seseorang mengatakan kepadaku dan memberi tahuku jika dia dan kau ada dalam masalah, mulai sekarang kau tidak boleh pulang sendirian. Kau tidak bisa membela dirimu sendiri jika berhadapan dengan mereka."ujar Neji datar lalu melangkahka kakinya ke kamar, meninggalkan Gaara dan juga Naruto yang tengah terdiam.
Suara ketukan pintu membuat Gaara memiliki alasan untuk meninggalkan Naruto, bukannya ia marah namun hanya merasa kecewa, ia tahu tentang genk berandal di sekitar jalan ke arah rumahnya yang cukup berbahaya, walaupun sudah banyak anggota genk tersebut yang dijebloskan ke penjara namun sama sekali tidak membuat organisasi gila itu berhenti. Dan Naruto yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu memiliki masalah dengan mereka.
Ia memegang gagang pintu lalu membukanya perlahan, seorang lelaki memakai kemeja biru dengan rambut hitam panjang lah yang pertama kali ia lihat.
"Hai Gaara, lama tidak bertemu ya."
Gaara membelalakan matanya, ia tahu orang di hadapannya ini, ia tahu tamu yang mengetuk pintu rumahnya saat ini. Seseorang yang sudah lama tidak ia lihat karena menuntut ilmu di negeri lain dan seseorang yang mempunyai hubungan erat dengan mereka bertiga.
"Uchiha... Itachi?"
#.#.#.#.#.#.#.#.#.#.#.#.#.#.#
"Kapan kau pulang?"
"Kemarin, aku memang sengaja tidak memberi tahu kalian sebagai sedikit kejutan, yah kalau kalian terkejut."
"Tentu saja aku terkejut Nii-chan!"seru Naruto tiba-tiba, mata birunya berbinar senang, Itachi adalah kakak kesayangannya. Bukan berarti ia tidak menyayangi Neji dan Gaara yang sudah mau merawatnya sejak kelas 1 SMA, tetapi tetap saja Itachi lah yang paling ia sayang.
"Kau masih belum berubah ya Naruto. Bagaimana sekolahmu?" tanya lelaki berambut panjang itu sembari mengelus rambut pirang Naruto.
"Tidak ada yang spesial, hanya duduk diam di bangku, memperhatikan pelajaran guru sambil mengantuk dan... digoda kakak-kakak kelas."jawab Naruto merengut. Itachi tertawa mendengarnya.
"Makanya jangan terlalu manis jadi orang, pasti akan banyak semut-semut yang mengerubungimu~"
"Huuu Nii-chan~~"
Itachi hanya membalas dengan senyum, "Naruto..."panggilnya pelan.
"Ya?"
"Maukah kau menemaniku berkunjung hari ini?"tanyanya perlahan.
Suasana yang semula bahagia mendadak suram. Neji dan Gaara yang sedari tadi tertawa kecil memutuskan untuk diam, pandangan mereka tampak sendu, sama seperti Naruto yang tiba-tiba menghentikan tawa kerasnya.
Pemuda pirang itu mengusap kedua matanya yang mulai basah lalu memaksakan senyum, "Tentu saja, aku juga sudah lama tidak mengunjunginya."
.
.
.
.
TBC
Bagaimana?
Gaje ya?
Narutonya terlalu lebay? Gaje? Banci? Lemah? Pukul saya saja #plak!
Entah kenapa ide untuk fanfic ini mengalir begitu saja dan aku sudah nggak tahan untuk ngepublish ini fic.
Dan... KENAPA FANFIC NARUSASU BERKURANG?! #capslock jebol.
Aku laper fanfic NS nih! Yang Indonesia tapi.
Lebih baik aku sudahi ocehan gaje ini, yang penting...
REVIEW PLEASE!
Akasaka Kirachiha
