Melodi Kematian

By : Ishikawa Ayica

Naruto milik Masashi Kishimoto

Pair : SasuSaku, NaruHina, NejiTen, ShikaTema, SaIno, GaaMatsu

Rated : T

Genre : Horror/Mysteri/Romance/friendship

Warning : Jika anda tidak menyukainya harap jangan melanjutkan membaca, Jika anda terlanjur membaca dan masih tak suka harap tetap diam seolah-olah anda tidak pernah membacanya.

Warning, Again : Jika anda membaca sendiri di tengah malam, saya sarankan silahkan lanjutkan ketika pagi saat anda sedang bersama orang lain. Saya tidak menanggung khayalan atau ke-Parno-an yang akan menghantui anda nantinya.

Fict ini di persembahkan untuk semua pecinta cerita horor, atas Request dari Yang Terhormat Alifa Cherry Blossom. ^_^ Semoga tidak mengecewakan. Selamat membaca dan menikmati bagi anda semua.

Beritau saya jika masih begitu banyak yang kurang, meski saya merasa terlalu banyak kekurangan saya harap anda sekalian dapat memberi tau saya lewat kolom review yang telah tersedia. Terima Kasih sebelum dan Sesudahnya ^_^.


"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku melakukan kesalahan."

"Apa yang telah kau lakukan?"

"Aku tak tau, dia bilang aku harus di sini dan tetap diam."

/

/

Aku bertemu seorang gadis beberapa waktu lalu. Gadis itu begitu penyendiri dan minim ekspresi, mungkin dalam hal ekspresi dia sama sepertiku. Tapi ada yang berbeda darinya, setiap dia sendiri dia selalu terlihat ketakutan.

/

/

Ini kutukan dalam hidupku. Aku memiliki kemampuan itu, kemampuan yang selalu membuat aku meringkuk dalam ketakutan dan membawaku bertemu pemuda itu. Dia minim ekspresi sama sepertiku,aku sedikit tersenyum padanya namun hanya sebentar saja saat sosok yang lain hadir di antara kami.

/

/

Baru beberapa hari bertemu dan aku sudah merindukan sosok gadis itu.

.

.

"Yo. Melamun lagi huh? Sudah ku bilang, sana cari pacar. Biar waktumu tidak terbuang percuma."

Yang baru saja menegurku itu Naruto. Uzumaki Naruto. Dia sahabatku yang paling rewel, sudah 5 bulan ini ia terus mengangguku, setelah ia bertemu dan berpacaran dengan adik dari sahabatku yang lainnya.

"Jangan terlalu membanggakan diri, Naruto. Aku belum merestui hubunganmu dan Hinata."

Hyuuga Neji, kakak kembar dari Hyuuga Hinata. Ku lihat Naruto cemberut karena Neji menegurnya. Aku hanya berekspresi datar seperti biasanya, masih tak menyahut.

"Hey, kami duluan. Aku harus segera menjemput Ino."

Itu Sai, yang akan di jemputnya adalah Yamanaka Ino, kekasihnya. Aku hanya mengangguk menanggapinya dan Naruto serta Neji mendekatinya dan mulai berbicara dengannya, entah apa yang mereka bicarakan.

"Untuk kali ini aku setuju dengan Naruto. Carilah pacar agar kau bisa menghabiskan waktumu dengan tidak percuma." Kata Shikamaru menasehatiku. Aku hanya mengendikan bahu menanggapi sikap malasnya, dia kemudian melambaikan tangan tanda ia akan pergi meninggalkan kelas.

"Mau ku kenalkan dengan salah satu teman Matsuri?" tanya Gaara padaku. Aku hanya menggeleng menjawabnya, dia kemudian mengendikan bahu dan segera menyusul yang lainnya.

"Sasuke, kami duluan. Hati-hati pulangnya, sudah mulai gerimis lagi." Kata Naruto menasehatiku.

"Diamlah. Kau bukan ibuku." Ketusku padanya dan hanya di balas cengiran darinya.

Aku, Uchiha Sasuke. Beberapa hari ini hidupku berubah semenjak aku bertemu gadis itu. Aku sering memikirkan apa yang sedang dia lakukan, aku jadi ingin tau mengapa ia begitu ketakutan. Hari ini hujan lagi, aku keluar kelas dan berjalan pulang. Perjalanan yang tenang dan sunyi senyap. Aku menatap mobilku di halaman parkir sekolah, namun entah mengapa aku ingin pulang dengan tidak membawanya. Ku lihat hanya ada beberapa siswa yang akan menuju arah yang sama denganku, yaitu pintu gerbang sekolah.

Aku mengedarkan pandanganku di depan pintu gerbang, menanti sosoknya yang waktu itu kutemui. Namun tak ada siapa-siapa di sana, tak ku temui dirinya.

"Sudahlah." Gumamku pada diriku sendiri, kemudian aku berjalan lurus dari arah gerbang. Hujan semakin deras, aku santai saja berjalan di bawah guyuran hujan tanpa payung, tanpa apapun yang dapat melindungiku, melangkah selangkah demi selangkah sambil bertanya sedang apa dirinya, gadis misterius yang ku temui waktu itu. Ku yakinkan pada diriku sendiri untuk berhenti mencarinya, namun tak bisa ku lakukan. Dengan harapan, sekali lagi aku menoleh ke belakang mencari sosok merah muda yang ku lihat tempo hari. Aku berhenti berjalan, mataku membelalak sempurna, saat ku lihat gadis itu tengah berlari kencang ke arahku sambil bergumam tak jelas, hanya mulutnya yang komat kamit seolah sedang bicara, sesekali matanya tertutup rapat dan dia menggelengkan kepalanya, membuat rambut panjangnya yang basah berayun seiring gerak kepalanya. Dan aku tak percaya dadaku berdebar senang saat itu. Ku lihat ia semakin mendekat dan berlari cepat, ia melewatiku dan tanpa ku sadari tanganku menggenggam tangannya. Aku menariknya, hatiku tak ingin ia pergi namun gerakan tiba-tiba yang tanpa ku sadari itu membuat ia yang berlari tertarik ke depanku dan secara tak sengaja kini berada dalam pelukanku. Aku terdiam, dia terdiam, namun dapat kurasa tubuhnya menggigil.

"Kau kedinginan." Kataku khawatir melepas pelukan kami dan memandang wajah pucatnya.

"Bu-bukan. A-aku ta-takut." Jawabnya susah payah karena menggigil. Aku menatapnya khawatir dan mencoba mengerti apa maksudnya tapi dia masih diam saja sambil dengan cemas selalu melihat ke arah belakangku, arah sekolah. Aku menoleh namun tak ada apapun di sana, meskipun begitu ku lihat wajahnya semakin pucat dan ia terlihat panik, terbukti dari genggaman tangannya yang menguat di jas seragam sekolahku.

"Rumahmu?" tanyaku khawatir padanya.

"Cherry's street blok B nomor 16." Katanya cepat dan gelisah.

"Rumahku di kompleks yang sama. Ku antar." Kataku pasti padanya, ia tak memperhatikanku, ia hanya terus mengawasi sesuatu yang ada di belakangku. Aku kemudian melepas pegangan tangannya yang masih menguat di jas sekolahku, untuk mengambil mobil yang tadinya berniat ku tinggalkan di sekolah.

Aku mengajaknya untuk masuk kembali melewati gerbang sekolah namun dia menahan tanganku dan menggeleng cepat, aku mengangguk mengerti padanya.

"Tunggu di sini, aku akan segera kembali. Jangan kemana-mana. Mengerti?" tanyaku masih khawatir padanya. Ia hanya mengangguk tapi masih tak menatapku, aku mempercepat langkahku untuk kembali ke halaman parkir sekolah, mengalahkan hatiku yang berteriak ingin berada di sampingnya. Ku kemudian mobilku cepat, aku kembali ke tempatnya berdiri namun gadis itu telah berlari lagi.

"Masuk." Kataku sambil membukakan pintu mobil tanpa turun dari mobil. Ia segera masuk dan menutup kembali pintu mobilku.

"Ku mohon, cepatlah." Katanya memelas sambil sesekali menatap ke belakang. Aku mengangguk tanpa bertanya apapun, aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan tinggi untuk bisa segera sampai ke rumahnya.

Aku lihat dia sudah bisa menguasai dirinya sendiri, meski ia masih menunduk dan terlihat bingung.

"Kau ingat aku?" tanyaku sambil menyetir dan berusaha mengalihkan pikirannya saat ini.

"Kau? Akh, aku ingat yang waktu itu di depan gerbang?" katanya tak yakin padaku. Aku mengangguk sambil menatap kaca yang ada di atas kepalaku sambil terus mengemudi.

"Uchiha Sasuke, kau?" tanyaku padanya yang terdiam lagi.

"Kau anaknya bibi Mikoto?" tanya gadis itu berbinar dan tersenyum padaku, aku tak menyangka ia bisa berekspresi seperti itu, ku fikir dia sama sepertiku.

"Hn. Aku anak bungsunya." Kataku tersenyum tipis pada gadis berambut merah muda sepunggung dan bermata emerald ini.

"Aa, aku pernah mendengar dari kak Itachi, tapi aku tak pernah melihatmu." Kata gadis itu merogoh tasnya dan mengambil sebuah handuk dan mengeringkan rambut basahnya.

"Kau sering ke rumah? Aku tak pernah melihatmu." Kataku heran padanya. Ia hanya tersenyum menanggapiku sambil masih mengeringkan rambutnya. Aku terus menyetir, memperhatikan jalan di depan yang sulit terlihat karena hujan yang semakin deras. Aku menengok kaca spionku untuk melihat kenderaan yang ada di belakangku, kemudian tak sengaja menengok kaca yang ada di atas kepaku. Aku terkejut kala ku lihat ada pantulan bayangan seorang gadis di kaca tersebut sedang menyeringai menatapku balik dengan seringai yang menyeramkan. wajahnya setengah terbakar, ku lihat ia memiringkan kepalanya dan ketika ku rasa kepala itu terlalu miring, ku dapati kepala itu nyaris putus di depan mataku. Aku yang terkejut segera mengerem mendadak, ku palingkan wajahku segera ke jok belakang, namun tak ada siapapun di sana. Ku coba mengecek lagi di kaca spionku, terlihat samar dari arah belakang ada bayangan hitam yang sangat tinggi dan besar, bulu kudukku meremang, aku terpaku dan terdiam mencoba mengira apa yang ku lihat saat ini. Sebelum aku mendengar teriakan Sakura,

"Uchiha-san! Jalan.!" Katanya berteriak panik. Aku yang kaget segera menancap gas dan kami mengebut di tengah cuaca buruk seperti ini. Ku rasakan angin sepoi membelai tengukku, hawa dingin mulai terasa padahal AC sedang ku matikan, dan kaca mobil tak kuturunkan karena sedang hujan. Aku menatap gadis itu, terlihat ia tengah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tubuhnya bergetar hebat. Aku tak mengerti namun aku tak dapat melakukan apa-apa saat ini, hingga akhirnya kami sampai di rumahnya. Ia segera turun dan berlari memasuki rumahnya, aku menyusulnya, meski hanya sampai di depan pintu rumahnya, ku fikir mungkin sebaiknya aku pulang namun seseorang menghentikanku.

"Sebaiknya kau tetap di sini sampai hujannya reda. Ku rasa ada sesuatu yang sedang mengikuti." Kata seorang pemuda berambut merah padaku. Aku hanya mengangguk dan mengikuti usulnya.

"Permisi." Salamku memasuki rumah gadis itu.

"Pakailah handuk ini dan keringkan tubuhmu. Kau boleh memakai kamar mandi yang ada di bawah tangga itu dan ini untuk sementara kenakanlah bajuku. Semoga muat untukmu." Kata pemuda itu lagi. Aku masih tak mengerti namun ku ikuti sarannya.

Setelah membersihkan diri, aku keluar dan duduk di ruang tamu, ku dapati pemuda tadi sedang menonton TV bersama ayah dan ibunya ku rasa. Jika tebakanku benar mungkin pemuda ini adalah kakak dari gadis itu.

"Terima kasih sudah mengantarkan adikku." Katanya tersenyum lembut padaku.

"Bukan apa-apa." Jawabku mencoba tersenyum padanya.

"Kau adik Itachi-kun bukan?" tanya Ibunya padaku tersenyum.

"Akh ya, saya Uchiha Sasuke. Salam kenal." Kataku memperkenalkan diri pada keluarga ini.

"Aku Haruno Sasori, aku ada di organisasi yang sama dengan Kakakmu." Kata pemuda tersbut tersenyum padaku.

"Jangan hanya berdiri di sana. Silahkan duduk." Kata kepala keluarga di rumah ini tersenyum padaku. Aku tersenyum dan mengikuti ajakannya untuk duduk di sebelahnya.

Setelah beberapa menit berlalu hujan akhirnya reda, hari sudah sangat sore dengan matahari yang akan tenggelam dan membiaskan cahaya merah. Aku baru saja akan pamit pulang saat tak juga ku dapati gadis itu keluar dari kamarnya, namun tiba-tiba saja lampu padam dan mengakibatkan gelap gulita.

"Hah, sudah berapa kali terjadi dalam minggu ini." Keluh ibu Sasori berdiri dan menyalakan lilin, aku ingin segera pamit namun—

"KYAAAAAAAA.. Onii-chan..."

suara teriakan gadis itu menghentikanku.

Tanpa bisa ku kendalikan kakiku segera berlari ke arah sumber suara dengan bantuan cahaya ponselku, aku membuka pintu kamarnya yang tak terkunci saat ku buka, aku terkejut mendapati sosok yang ada di mobil tadi, dengan kepalanya yang nyaris putus dia sedang merangkak di langit-langit kamar sambil menatap gadis itu, rambutnya sangat panjang dan tergerai hingga menyentuh lantai, suaranya serak seperti tenggorokan yang tergorok.

Aku terkejut dan jatuh terduduk, namun gadis itu meringkuk sendiri di atas tempat tidurnya, ku lihat ia menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya sambil terisak. Melihatnya seperti itu membuatku berdiri dan berlari lagi kemudian aku memeluknya. Sasori dan kedua orang tuanya masuk kedalam kamar dengan membawa beberapa batang lilin dan senter. Ayahnya menyenter seisi ruangan namun tak ada apa-apa. Aku terus memeluk gadis itu, lagi-lagi dia menggigil, dapat ku dengar suara giginya yang bergemeletuk aku memeluknya semakin kencang.

Suasana menjadi begitu mencekam di dalam ruangan yang begitu remang. Hawa dingin segera menerobos entah dari mana, dan di saat bersamaan terdengar suara lolongan anjing yang sarat akan kepiluan dan menakutkan, menandakan kehadiran sesuatu yang lain di sini yang begitu dekat dengan kami, dan untuk kedua kalinya, bulu kudukku meremang dan kepalaku seolah membesar. Dan ketika itu, hujan mulai turun bergerimis masih di sertai lolongan anjing. Ku dapati gadis itu memelukku dengan sangat kencang seolah tak ingin terlepas.

/

/

/

Setelah gadis itu tertidur, aku mohon pamit pada keluarganya.

"Terima Kasih, Sasuke." Kata Kakaknya tersenyum sendu padaku. Aku hanya mengangguk meresponnya. Aku tak tau harus bagaimana, aku ingin bertanya namun aku tau ini bukan waktu yang ku putuskan pulang ke rumah yang hanya berbeda beberapa blok dari rumahnya.

.

.

"Tadaima." Seruku begitu aku sampai di rumah.

"Okaeri Sasuke-kun." Jawab ibuku yang menyambut kepulanganku.

"Kanapa kau bisa memakai baju Sasori?" Tanya kakakku mengernyit padku. Aku mengikuti arah pandangnya dan kemudian menjelaskan kejadian yang baru saja ku alami, minus sosok aneh yang kulihat.

"Ya sudah, kalau begitu ayo segera makan dan istrahatlah." Seru ibuku tersenyum padaku.

"Aku sudah kenyang." Kataku menolak kemudian segera memasuki kamarku dan merebahkan diriku.

Aku terus melamunkan sosok itu, hingga akhirnya aku malah takut sendiri, tak ingin terbayang lagi mencoba memejamkan mataku, sampai sesuatu membuatku terbelalak hebat ketika aku memandang langit-langit kamarku.

"Shit! Aku lupa menanyakan namanya." Gumamku kesal dan meghajar bantal gulingku.

"Besok saja, ku tanyakan." Kataku tersenyum membayangkan dirinya. Perjumpaan kami yang tak di sengaja membuatku tak bisa melupakannya, ini aneh tapi aku merasa merindukannya dan selalu ingin ada di dekatnya. Memikirkannya membuatku mulai mengantuk dan mataku mulai terpejam, aku hampir jatuh tertidur namun suara ketukan di jendela mengagetkanku.

Tuk..Tuk..

Aku menatap jendela itu bingung, tak ada angin, hujanpun tinggal gerimis. Aku mencoba mengabaikannya namun dia tak mau mengabaikanku.

Tuk..Tuk..

Aku ingin memeriksanya, namun aku melihat ada bayangan orang yang sedang berdiri di baliknya membuat aku mengurungkan niatku. Ku pejamkan kuat-kuat mataku dan aku membiarkan tubuhku tenggelam dalam selimut besarku, meskipun suara ketukan itu semakin lama semakin besar, aku tak peduli. Sampai pecahpun kaca itu aku tak peduli. Aku tetap memjamkan mataku hingga akhirnya aku tertidur dengan keringat dan ketakutan yang semakin nyata kurasa.

Hari dimana aku bertemu dengan dirinya, adalah hari dimana hidupku berubah, aku terjebak pada sosok misterius yang indah, dan duniaku di penuhi oleh makluk kegelapan yang mistis semenjak saat itu.

/

/

Hidup terkadang membuatmu melupakan apa yang tak seharusnya kau lupakan,

Membuatmu mengingat apa yang ingin kau lupakan..

Bagaimana mata menatap dunia yang di penuhi keindahan, namun bagaimana mata membawamu menjelajah dunia yang tak terjamah oleh manusia yang masih bernyawa..

Dunia kita hanya berbeda tipis setipis selaput salak dengan kehidupan lain yang kita anggap tak pernah ada,

Jika kau membuka mata, jika kau lebih peka,

Meski kau tak melihat jika dapat kau rasakan,

Kehadiran mereka benar-benar ada dan nyata..

Bahkan jika hanya suara bisikan yang terdengar besama belaian angin yang membuat bulu kuduk-mu meremang..

Dan hati-hatilah, mereka ada di sekitarmu..

/

/


To be Continued.

.

.

Kyaaaaaaa... Buset, merinding sendiri jadinya.

Yapz, ini fic Requestnya Alifa Cherry blossom (Maaf bila ada penulisan nama dan gelar) = Undangan kaleee :D

Gimana? Udah dapat horornya? Atau masih kurang kali ya? Yah, di chap depan saya usahakan bisa lebih horor lagi. Maaf yah, semoga tidak mengecewakan. Soal Ino dan lain-lain nanti akan ada di chap selanjutnya. Saya sih berharapnya semoga Alifa-chan (boleh ku panggil begitu? ^_^) nggak kecewa-kecewa amat.

Dan untuk para Readers semoga menikmati. Ekh btw makasih banyak atas reviewnya di fict Me and Him, Terima kasih juga yang sudah memfav. Terima kasih juga sudah membaca fict yang ini, terima kasih yang sebesar-besarnya, kalau ada kata yang lebih dari terima kasih akan saya ucapkan untuk kalian semua. Sekali lagi terima kasih atas dukungannya yah, untuk kali ini pun, mohon dukungannya melalu reviewnya..

Yosh, sampai jumpa di chap depan. ^_^

Yoroshiku ne, Minna-san..