Kobayakawa Sena yang begitu dielukan-kini termenung sendirian.
Malam itu hanyalah satu dari banyak malam yang ia habiskan dalam diam. Hanya suara desir angin malam yang terdengar dan jarum jam yang berderik bergema di dalam kamar. Ia memandang dinding putih polos di hadapannya. Insomnia.
Ia sedang berada dalam kamarnya di Amerika, duduk diam di atas kasur super empuk dengan selimut membungkus hangat sampai sebatas perut. Dahinya berkerut, tapi tidak juga. Dari raut rupa, mungkin ia sedang berpikir keras, atau menghitung domba ilusi dalam imaji. Ia tak tahu, tak ada yang tahu. Tapi ia mengingat betul percakapan singkatnya dengan Mamori, kakak tak sekandung-nya, tiga jam yang lalu.
Mamori bercerita banyak hal. Mulai dari Monta dan Suzuna yang masih saja seperti anjing dan kucing, Taki-san yang mengikuti kelas dansa, Hiruma yang masih saja bersikap seenaknya...
Bercerita banyak hal yang tidak bisa ia lihat, rasakan-ia tak bisa alami. Hal yang begitu ia rindukan. Tentu ia bahagia dengan kehidupannya di Amerika. Semua orang begitu ramah, mau membantunya dalam banyak hal mengingat Bahasa Inggrisnya yang begitu terbatas. Semua pemain american football di Amerika juga sangat kuat, seakan menantangnya untuk terus berkembang dan lebih kuat.
Namun, di satu sisi, ia merasa-tertinggal.
Semuanya berjalan maju ke depan, sedangkan ia hanya berjalan di tempat, jika tak ingin dibilang mundur ke belakang. Ia merasa semua orang berjalan menjauh... meninggalkannya sendirian.
Atau dirinya yang malah menjauh ke belakang?
Tanpa sadar tangan mengepal dan menggenggam ujung selimut begitu erat.
Ia merasa seperti sampah sekarang.
Kobayakawa Sena, sang pahlawan yang begitu dielukan, ternyata hanya bisa sampai di tahap ini. Berhenti di sebuah fase di mana ia tak bisa mengambil langkah maju atau berbalik ke belakang.
Apakah ia menyerah?
"Aku...," gumamnya pada ruangan kosong. "Aku harus... mengejar."
"Karena hanya itu yang bisa kulakukan..."
Setidaknya untuk sekarang, demi meraih apa yang dinamakan tujuan, impian, harapan, yang telah dibebankan di atas pundaknya yang kecil; kepadanya yang memiliki hati yang besar.
Karena dia adalah Kobayakawa Sena.
Disclaimer: Eyeshield 21 milik Yuusuke Murata dan Riichiro Inagaki.
p.s. Di upload via hape. Segala kekurangan akan akan diedit besok.
p.p.s. edited. Well, mind to RnR and give me a piece of your mind about this story, please? ^~^
