Cast : Yunjae and Other
Disclaimer : YUNJAE bukan milik saya T^T tapi cerita milik saya sepenuhnya.
Warning : BL/Shounen-ai/ apalah itu-_- , alur sesuai mood, cerita pasaran.
Don't like don't read.
Happy reading *^^*
.
.
.
"hah~ kau lagi, ini sudah kali ketiga kau terlambat di minggu ini." Terdengar helaan nafas dari satpam di depan pintu gerbang di SHINKI high school. "Kali ini, apa alasanmu?" bentaknya.
Yang dibentak hanya menundukkan kepalanya. Takut. "Mi-mian, izinkan saya masuk kali ini, saya janji tidak akan terlambat lagi, jebal~" cicitnya takut.
"Tidak bisa! Kau! Tunggu disini, sampai guru pengawas piket harian datang kesini!" titahnya sambil menunjuk-nunjuk muka namja cantik itu.
"Ayolah~ kali ini saja," rengeknya.
"Tetap tidak bisa!" ucapnya sambil berlalu menuju pos jaganya. Membiarkan namja cantik itu berdiri dan menundukkan kepalanya di depan pintu gerbang.
Lama menunggu, akhirnya guru pengawas piket datang menemuinya. Melihat orang yang sama selama tiga hari ini membuatnya berdecak, "ck! Kim Jaejoong, kau lagi! Ikut saya."
Jaejoong menurut, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia membayangkan hukuman yang akan didapatnya, mungkin hanya membersihkan toilet. Pikirnya.
. . .
"Hukuman untukmu adalah membersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini ditambah mengerjakan tugas sejarah dari buku kelas sepuluh sampai sebelas, dikumpul minggu depan!"
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian! Membantah akan saya hukum dua kali lipat!" tegasnya.
Jaejoong menunduk diam, "Ne, songsaengnim."
"Kau boleh keluar dari ruangan saya."
Namja cantik itu keluar dengan lesu, berjalan lunglai menuju kelasnya. Sekarang sudah masuk jam pelajaran kedua, pelajaran Matematika. Sebenarnya ia ingin membolos pada pelajaran ini dan menenangkan diri di atap sekolah. Namun, niat itu ia urungkan mengingat ini adalah salah satu pelajaran favoritnya.
Kim Jaejoong, hwaiting!
.
.
.
"Hai Boo, kau terlambat lagi? Kenapa, hm? Apa kau sakit?" tanya seorang namja bermata musang, dari nada bicaranya sudah pasti ia khawatir pada namja cantik ini.
"Aku.. menunggumu." Singkat, padat, dan jelas namun berhasil membuat hati namja tampan ini tertohok.
"Boo, mianhae. Aku lupa, kemarin malam Ahra meneleponku hingga larut malam, sehingga paginya aku kesiangan..dan.."
"Gwenchana Yunho-ya," potongnya cepat karena ia tahu akhir dari penjelasan namja didepannya ini. Hanya menampilkan senyum teduhnya untuk meyakinkan Yunho kemudian berlalu pergi dari hadapannya.
"Ka-kau mau kemana, Boo?" tanyanya bingung juga panik.
"Aku akan menjalankan hukumanku, annyeong aku pergi." Perasaan bersalah langsung menyergap hatinya, ia sudah membiarkan namja cantiknya itu terlambat dan sekarang ia harus menjalani hukuman atas keterlambatanya.
"Mau kubantu?" tawar Yunho.
Jaejoong menggeleng, "Ani! Tak usah," tolaknya halus dan langsung meninggalkan namja tampan itu.
. . .
Disinilah ia berada, toilet sekolah. Membersihkannya dari toilet yang berada di lantai satu dengan telaten hingga tak ada noda lagi. Jaejoong merasa kepalanya berdenyut, pandangannya mulai berkunang-kunang. Ia ingat, dirinya belum istirahat sejak sejam yang lalu. Tapi ia tetap memaksakan diri membersihkan toilet ini, agar besoknya ia tak perlu membersihkannya lagi dan fokus pada tugas sejarah yang diberikan padanya.
"Ukh," ringisnya saat merasakan kepalanya semakin berdenyut, pandangannya mulai mengabur hingga-
Bruuk
-ia jatuh tak sadarkan diri.
"OMO! Jaejoong!" pekik seorang namja tampan saat melihat Jaejoong tak sadarkan diri. Dengan sigap diangkatnya tubuh kurus Jaejoong dan berlari menuju ruang kesehatan.
.
.
.
"Hyun, Jaejoong kenapa?" tanya Yunho saat tak sengaja ia melihat Hyunjoong berlari membawa Jaejoong ke ruang kesehatan. Namun Hyunjoong tak menggubris pertanyaan Yunho, sekarang ia tengah sibuk membuka pintu ruang kesehatan menggunakan kaki.
"Daripada kau berdiri seperti orang bodoh di sana lebih baik kau membantuku membuka pintu ini! Cepat! Apa yang kau tunggu!" bentak Hyunjoong saat melihat Yunho masih berdiri mematung.
"Eo-eoh? Ne.."
"Sebenarnya yang kekasihnya itu aku atau dia sih? Menjaga Jaejoong saja tak becus," gerutu Hyunjoong pelan. Ia jelas tau penyebab Jaejoong pingsan, lagi-lagi karena keterlambatannya.
Hyunjoong menghela nafas melihat Jaejoong yang terbaring damai, andai saja pagi tadi Jaejoong tak menolak saat ia memberikan tumpangan kepadanya pasti ia tak akan terlambat. Andai saja ia yang diposisi Yunho –menjadi kekasih Jaejoong, ia tak akan membuat Jaejoong seperti ini.
"Apa yang kau lakukan disana? Cepat kemari." Yunho berjalan menuju ranjang Jaejoong, dipandanginya wajah pucat Jaejoong. Seulas senyum sendu tercetak saat mengingat ialah yang paling bertanggung jawab atas pingsannya Jaejoong.
"Cepat sembuh, baby.." bisiknya di telinga Jaejoong lalu dikecupnya pelan kening Jaejoong.
"Mau kemana Hyun?" tanya Yunho heran melihat Hyunjoong beranjak dari tempatnya.
"Menggantikan tugas Jaejoong, kau taukan Lee songsaengnim akan menghukum Jaejoong lebih berat lagi jika tugasnya tak selesai? Aku pergi dulu.. annyeong."
Perkataan Hyunjoong barusan membuatnya terpukul, ia tersenyum getir. Merasa sangat gagal menjadi kekasih Jaejoong. Namun, ia tak ingin melepas Jaejoong yang ia inginkan sekarang berubah menjadi lebih baik, ia tak ingin melupakan janji-janjinya kepada Jaejoong.
"Aku akan berubah Boo.."
.
.
.
"Annyeong jumma," sapa Yunho ramah ketika bertamu di rumah Jaejoong.
"Oh Yunho-ya! mencari Joongie?" Yunho mengangguk dan tersenyum lebar.
"Sayang sekali, Joongie sudah berangkat bersama Hyunjoong." Seketika senyum Yunho langsung pudar, namun ia memaklumi karena Jaejoong pasti tak mau terlambat seperti hari-hari sebelumnya.
"Gomawo jumma, saya berangkat dulu. Annyeong."
"Ne, hati-hati Yunho-ya~"
. . .
"Hi Boo~" sapa Yunho.
"Yunnie~~" balas Jaejoong senang dan langsung memeluk Yunho erat seakan-akan baru bertemu setelah bertahun-tahun lamanya.
"Boo.. bagaimana kalau hari ini kita berkencan? Kau mau 'kan?" ajak Yunho, Jaejoong menatap Yunho ragu.
"Tenang saja aku pasti mengingatnya, kau tak usah khawatir." Yunho mencoba merayu kekasihnya saat dilihat pancaran keraguan dari mata Jaejoong.
Jaejoong menggeleng, "Bukan itu, aku harus mengerjakan tugas sejarah dari songsaengnim." Ia mengakhiri perkataannya dengan bibir yang terpout sempurna.
Dahi Yunho mengernyit samar. "Bukankah kita tak ada tugas Boo?"
"Yunnie~ itu hukuman atas keterlambatanku. Kau tau? Aku harus mengerjakannya dari buku kelas sepuluh, itu sangat menjengkelkan ani?"
"Aku akan membantumu nanti, kita kencan dulu oke?" ajak Yunho harap-harap cemas.
Jaejoong tampak menimbang-nimbang ajakan Yunho, namun akhirnya ia tetap mengaggukkan kepalanya yang membuat Yunho berteriak girang.
"Geurae! Minggu ini jam 10 di taman kota. Tak masalah 'kan Boo?" Jaejoong mengangguk.
"Tak perlu dandan, karena kau sudah cantik dan pasti bersinar." Kali ini Jaejoong terkekeh sambil memukul pelan bahu Yunho, tapi tak dapat dipungkiri rona merah menjalar di kedua pipinya. Aigo.
Melihat hal itu, Yunho jadi gemas sendiri. Ia menangkup wajah Jaejoong dengan kedua tangannya yang besar.
"Kekasihku ini sangat cantik," ucapnya gemas.
Cup
"Yuunn~" ucapnya malu dan membuat Yunho harus menahan diri agar tak menyerang Jaejoong saat itu juga.
.
.
.
TBC or delete?
Gimana tuh si appa? Bakal inget ga ya kira-kira? Hihihi *evil laugh
Review please.. :3
