The Flowers
Disclaimer : Akashi Seijuurou, Kuroko Tetsuya and Kuroko no Basket Fujimaki Tadatoshi
The Flowers Evilyoung
Warning : Fanfic ini banyak mengandung typo dan teman-temannya.
Cinta itu datang tiba-tiba, tak terduga tak direncanakan. Kau memandanginya terus-menerus. Tidakkah kau menyadarinya bahwa kau tertarik padanya? Layaknya bunga Daisy putih yang sedang mekar. Kepolosan cinta telah terukir di duniamu.
~The Flowers~
"Higaaa! Suman, hari ini aku ada latihan basket. Jadi tidak bisa pulang bersamamu. Kamu pulang duluan saja, ya." Ujar seorang pemuda bersurai hitam, beralis tebal, dan bertubuh jangkung merapatkan kedua telapak tangannya di depan hidungnya. Gadis di hadapannya hanya menatapnya polos, namun ekspresinya datar.
"Kira-kira, latihannya selesai jam berapa?" tanya sang gadis. Bersamaan dengan selesai pertanyaannya itu, angin berhembus menerpa wajah kedua remaja yang berada di lorong yang tak begitu ramai karena hampir setengah murid sekolah terkenal itu sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Mungkin jam 6. Paling lama jam 8 sudah selesai." Jawab si pemuda yang sudah berposisi seperti sebelum ia memautkan kedua telapak tangannya.
"Oh… aku tunggu saja." Sahut gadis itu dengan datar.
"Eh? Tidak. Kau tidak perlu menungguku."
"Daijoubu desu. Aku juga masih ada keperluan di sekolah. Lagi pula tadi pagi aku sudah janji padamu untuk pulang bersamamu hari ini."
"Hontou? Ah, aku lupa."
"Hai."
Si pemuda terdiam sesaat sambil memandang tak yakin pada gadis yang sekarang sedang memerhatikan layar handphonenya. Dia menghembuskan napas panjang.
"Baiklah, tunggu saja aku di depan gym kalau urusanmu sudah selesai. Aku latihan dulu ya." Pemuda itu mengangkat tangannya di udara menunggu orang di hadapannya itu melakukan hal yang sama. Tak perlu memberi perintah, si gadis sudah menepuk telapak tangan kanan si pemuda dengan telapak tangan kanannya.
"Jangan kemana-mana kalau aku belum selesai latihan, Higashikuni! Kalau tiba-tiba kau tidak ada di depan gym, aku tidak akan mentraktirmu lagi." Ancam pemuda itu dengan memberikan death-glare.
"Aku bukan anak kecil yang suka menghilang. Aku malah lebih sering terlupakan." Gadis bernama Higashikuni itu pun tersenyum tipis.
"Ah, benar juga. Sudahlah, aku pergi ya!"
"Hai."
-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-
Hari mulai senja, Higashikuni terus menatap layar handphonenya. 3 buah buku tebal yang baru 10 menit yang lalu selesai dibacanya, kini sudah ditelantarkan oleh pemilik manik blue obsidian itu. Ruangan ber-ac yang disinggahinya dan 2 orang penjaga perpustakaan tampak sepi sekali.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.54. Dengan cepat Higashikuni menaruh 3 buah buku tebal ke rak tempat buku-buku itu diambilnya. Setelah menyapa 2 orang penjaga perpustakaan yang masih sibuk dengan tugas mereka, Higashikuni segera pergi ke gym yang letaknya bersebelahan dengan gedung yang sekarang dilewatinya.
Sampailah ia di bench yang ada di depan gym. Ia melongokkan kepala dari pintu besi yang sedikit terbuka, menampakkan beberapa pemuda berlari di lapangan basket indoor itu. Merasa kalau latihan belum selesai, ia pun duduk di bench tersebut.
Alunan musik setia menemani gadis bersurai hitam lurus sebahu itu. Ekspresi datar namun menenangkan terus dipasangnya sejak 3 jam yang lalu. Kedua maniknya bergerak perlahan dari kanan ke kiri, menikmati lingkungan sekolahnya yang sangat baik untuk melepaskan kepenatan untuk beberapa lama.
Ketika ia masih asyik dengan pengamatannya, keluarlah seorang gadis bersurai cokelat panjang dan berkacamata dari dalam gym dengan memasang wajah cemberut. Lalu, gadis itu duduk di ujung bench lainnya –karena ujung bench dekat pintu gym sudah diduduki oleh Higashikuni.
Higashikuni melirik sesaat pada gadis yang berkulit putih susu itu. Matanya lembab, hidungnya memerah, tampaknya ia sehabis menangis. Tak lama, seorang pemuda bersurai crimson juga keluar dari tempat yang sama dengan gadis bersurai cokelat itu. Pemuda itu segera duduk di antara Higashikuni dan gadis itu.
Higashikuni kembali melihat-lihat pemandangan di depan gym yang sungguh mendamaikan jiwa. Terdengar suara kedua orang di sampingnya yang sedang mengobrol. Sepertinya, si gadis bersurai cokelat baru saja mengalami masalah dan si pemuda sedang mencoba mendengar keluh kesahnya serta menenangkannya.
Pemuda yang baik, ujar Higashikuni dalam hati.
Tiba-tiba saja, handphone Higashikuni bergetar. Ada sebuah pesan masuk. Gadis yang sekarang ini berkulit putih pucat itu tahu, pasti orang-orang di tempat tinggalnya sedang mencarinya. Bagaimana tidak? Higashikuni bukanlah anak yang suka keluyuran hingga malam. Tidak mungkin bagi Higashikuni pulang tidak seperti biasanya jika tidak ada alasan yang bisa meyakini orang tuanya.
Kedua mata Higashikuni mulai sayup. Tampaknya gadis itu kelelahan dan terserang kantuk. Ia hampir saja membiarkan dirinya terlelap di tempat sesepi itu. Kini dia duduk sendiri lagi di depan gym. Sesekali dia menutup mulurnya yang terbuka untuk menguap dan menghapus air mata karena mengantuk.
Akhirnya, yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Higashikuni memasukkan handphonenya ke saku jaketnya. Dilepas salah satu headset yang sedari tadi menutup kedua lubang telinganya.
"Sudah berapa lama kamu duduk di sini?" tanya pemuda berwajah manis yang berdiri di hadapan Higashikuni.
"Entahlah." Jawab Higashikuni datar, "Ayo pulang! Sudah hampir jam 8." Ajak Higashikuni sembari bangkit dari duduknya. Pemuda itu hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
~The Flowers~
Hari itu, tim basket sekolah Higashikuni baru saja selesai dari latih tanding. Higashikuni menuggu teman satu SMP-nya, Kouichi Matsuya yang bermain di latih tanding itu. Mereka berdua satu sekolah sejak masuk SMP, walaupun hanya pernah satu kelas saat kelas 3 SMP. Di SMA, mereka berbeda kelas dan juga berbeda gedung, jadi mereka berkomunikasi lewat handphone.
Beberapa menit yang lalu, Kouichi meminta Higashikuni untuk menunggunya di luar gym. Dengan sabar gadis yang cukup miskin ekspresi itu duduk di bench sambil mengetuk-ketuk lantai dengan kakinya.
"Higa!" panggil seseorang dari arah gerbang sekolah yang jaraknya 20 meter dari gedung olahraga. Higashikuni mendongak. Terlihat Kouichi sedang berjalan di depan seorang pemuda yang lebih pendek darinya namun lebih tinggi dari Higashikuni. Keduanya berjalan menuju pintu masuk gym.
Langkah Kouichi terhenti di hadapan Higashikuni, "Yosh!" Kouichi nyengir kuda.
"Kamu kenapa?" heran Higashikuni.
"Iie!" sahut Kouichi.
PUK!
Pemuda bersurai crimson menepuk pundak kiri Kouichi. Seketika Kouichi serta Higashikuni menoleh padanya. Pemuda itu tersenyum tipis pada Kouichi, lalu juga pada Higashikuni. Setelah itu, dia berjalan memasuki gym.
Higashikuni berdiri dan memasang tasnya. Kouichi yang bingung langsung bertanya, "Kamu mau kemana?"
"Pulang." Jawab Higashikuni polos dan singkat.
"Chotto! Lihat mini-game hari ini dulu, ok! Setelah itu kita pulang." Ujar Kouichi yang mengutus Higashikuni secara sepihak.
"Tapi.."
"Hari ini memang ada latih tanding. Tapi kapten memutuskan untuk mengadakan mini-game dan tidak ada latihan untuk sekarang. Katanya, kamu boleh masuk ke gym karena tidak baik perempuan duduk sendirian di tempat yang sepi." Kata Kouichi yang menarik lengan jaket Higashikuni atau menuntun gadis itu masuk ke dalam gym.
"Kapten?" tanya Higashikuni.
"Hai. Pemuda crimson itu kapten tim basket Rakuzan. Namanya Akashi Seijuurou dari kelas 2-A. Kau kenal dia? Dia salah satu anggota Kiseki no Sedai!"
"Iie. Aku sama sekali tidak mengenalnya." Jawab HHigashikuni jujur.
"Ah, kau ini! Apa yang kau ketahui, huh? Dunia ini luas untuk kau sendiri, Higa! Makanya jangan mengurung diri di perpustakaan. Nanti kau semakin tidak tahu dunia luar." Gerutu Kouichi.
"Terima kasih atas omelannya. Cepat kumpul! Kau tidak dengar suara pluit dari kaptemu itu?"
"Eh? Ya, ya!"
Kouichi pun berlari meninggalkan Higashikuni yang berdiri di samping pintu masuk. Kedua manik blue obsidian itu tertuju pada pemuda yang baru saja diperkenalkan secara tidak langsung oleh Kouichi. Orang yang waktu itu, ya? Namanya mirip Onii-san-ku. Batin Higashikuni.
Selama mini-game untuk pemain di tingkat 1 berlangsung, Higashikuni duduk bersama seorang gadis yang baru saja menjabat sebagai manajer tim basket Rakuzan. Gadis yang beberapa hari yang lalu menangis tersedu-sedu dan ditenangkan oleh Akashi. Gadis itu bernama Sakamoto Saya.
Dari cerita Sakamoto sendiri, waktu itu dia menangis karena bertengkar dengan pacarnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah rekan tim Akashi. Sakamoto sebenarnya menyadari kehadiran Higashikuni. Namun dia sangat enggan menyapa orang lain di saat seperti itu. Higashikuni memakluminya karena Higashikuni sendiri bukanlah orang yang terbilang ramah yang suka menyapa orang.
Tiba saatnya mini-game antara tim inti Rakuzan melawan pemain cadangan. Siswa kelas tiga tidak diperbolehkan main oleh pelatih mereka dikarenakan peraturan sekolah yang tentang siswa-siswi kelas 3 tidak diwajibkan ikut dalam ekstrakulikuler.
Akashi dan Kouichi ada dalam 1 tim. Higashikuni tahu kalau temannya itu sangat mencintai basket dan kemampuannya dalam olahraga tersebut sangat baik. Postur tubuh dan kekuatannya pun sebanding dengan pemain basket professional. Tidak heran kalau Kouichi bisa ada di tingkat 1 dan menjadi salah satu tim inti yang baru.
"Higashikuni-chan pacarnya Kouichi-kun, ya?" tanya Sakamoto tiba-tiba.
Higashikuni menoleh dan memasang wajah bingung serta tidak percaya, "Sumimasen, tadi senpai tanya apa?"
"Kamu pacarnya Kouichi-kun?" tanya Sakamoto lagi.
"Hah?" Higashikuni mengangkat sebelah alisnya, "Mana mungkin."
"Eh? Doushite desuka?"
"Aku tidak menyukai anak itu. Lagi pula Kouichi juga sudah punya pacar."
"Hontou ni?"
"Hai. Tapi pacarnya di sekolah yang berbeda dengan kami."
"Ooh.."
Kedua gadis yang secara fisik, mental, jiwa, dan cara berpakaian berbeda itu kembali menikmati mini-game yang sudah berlangsung 5 menit di quarter pertama. Dalam waktu yang singkat, tim inti sudah unggul 10 angka. Ya, kalau tidak bisa unggul, mereka tidak bisa disebut tim inti, bukan?
"Kouichi-kun cepat sekali berkembang." Kata Sakamoto. Higashikuni hanya berdehem membenarkan perkataan senpainya itu. Gadis bersurai hitam itu tahu kalau Kouichi giat sekali melatih teknik-teknik basket yang belum ia kuasai atau hanya sekedar melatih ketahanan tubuhnya.
"Mungkin ini berkat porsi latihan yang diberikan oleh Akashi-kun." Lanjut Sakamoto, membuat Higashikuni menoleh padanya.
"Aku kira yang memberi porsi latihan Sakamoto-senpai." Ujar Higashikuni.
"Aku memang memberi porsi latihan pada yang lain. Tapi kalau untuk pemain di tingkat 1 atau hanya tim inti, yang memberi porsi latihan dan melatih pemain lainnya itu adalah Akashi-kun."
"Kenapa seperti itu?"
"Hem… awalnya aku juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Tapi, aku sadar kalau apa yang direncanakan oleh Akashi-kun pasti sudah matang dipikirannya dan selalu diterima karena rencana yang diberikannya itu baik untuk tim."
"Secara tidak langsung kalian menuruti semua yang diberikannya, ya?"
"Mungkin benar."
Higashikuni terdiam. Ia tampak sedang berpikir. Kini ia kembali menatap sosok yang sedang mendribble bola.
Akashi menggiring bola oranye di tangan kanannya. Dia berhenti ketika salah seorang lawannya menghadang. Dengan cepat dan tanpa melihat sekelilingnya, pemuda itu mempassing bole pada Kouichi yang baru membebaskan diri dari defence lawannya.
Kouichi menangkap bola tersebut dan berseru, "Nice pass, Kapten!" lalu anak itu langsung memasukkan bola ke dalam ring dengan three point.
"Nice shot, Kouichi." Puji Akashi sembari berlari menuju ring timnya untuk defence.
"Hehehe…" kekeh Kouichi.
Higashikuni yang menonton adegan itu secara live hanya memasang ekspresi datar dan bergumam, "Tidak berubah. Senang sekali dipuji."
Higashikuni terus mengikuti kemana arah bola didribble atau dipassing, dan sesekali ia mencuri pandang pada pemuda bersurai crimson yang sibuk mengatur jalannya permainan, layaknya ialah sang pemain catur yang dengan mudah menjatuhkan bidak-bidak lawan yang ada di hadapannya. Tanpa gadis itu sadari, pemuda bernama Akashi Seijuurou itu telah mengambil hati dan perhatiannya lewat cara ia bermain basket.
Selesai mini-game dan mengganti pakaian, Kouichi menemui Higashikuni yang duduk di depan gym. Dia melihat gadis berkulit pucat itu duduk bersandar ke dinding dan menatap layar handphone flip berwarna biru tua di tangan kanan gadis itu. Tanpa basa-basi, Kouichi duduk di sampingnya.
"Bagaimana menurutmu mini-game tadi?" tanya Kouichi dengan ekspresi sumringah.
"Biasa saja." Jawab Higashikuni datar.
"Kau tidak seru, Higa! Aku pulang duluan, ah!" kesal Kouichi yang pergi meninggalkan Higashikuni.
"Kau itu laki-laki, tapi cepat sekali marahnya." Komentar Higashikuni, "Tunggu, Kou!" dia pun berlari kecil mengikuti Kouichi yang berjalan cepat.
Akashi keluar dari gym bersama beberapa pemain di tingkat 1 lainnya. Awalnya dia hanya menatap datar ke depan, namun matanya langsung terfokus pada dua orang yang sudah jauh dari posisinya saat ini. Seuntai senyum tipis menghiasi wajahnya yang tampan.
"Permainan dimulai." Gumamnya.
.
.
.
.
To Be Continue
Halo~~~ Evilyoung kembali lagi dengan cerita baru bersama Akashi /rangkul bahu Akashi/
Yaa... Author memang lagi semi hiatus sih. Tapi kalau nggak buat cerita atau apalah itu, rasanya kurang klop -,- kok kayak iklan ya? wkwk
Hem.. ini fanfic ketiga Author di fandom KuroBasu. Masih dengan main character si emperor eye, Akashi Seijuurou. Kenapa Akashi? Karena.. alasannya mudah dan singkat. Aku suka karakter Akashi. Hehehe.
fanfic So, Listen to My Story gimana?
Masih bersambung. Author lagi cari referensi dulu, ya. Lagipula juga Author mau kencan dulu sama buku-buku sekolah yang menumpuk di atas laci. Nggak baik ilmu berharga dianggurin, iya nggak? /mengangguk-angguk sendiri/
Fanfic ini mungkin lebih simple dan lebih mudah digambarkan karena terinspirasi dari kisah seorang manusia yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi, menurutku kisah orang itu masih menggantung karena keduanya saling memerhatikan satu sama lain. Well, memang membuat cerita cinta itu lebih gampang daripada yang lainnya. Tapi kalau sudah ke dunia nyata, itu pasti rumit.
Kenapa jadi ngomongin beginian? -_-a
Yah, sudahlah. Intinya, terima kasih sudah mau membaca apalagi mereview fanfic ini. Author sangat mengharapkan tanggapan berupa kritik atau yang lainnya agar Author bisa membuat cerita ini dan yang lainnya lebih baik lagi.
Yosh! Sampai bertemu di chap selanjutnya, minna-san~ :)
