~ Pesan Singkat dari Author ~

.

.

.

Hai Hai Hai semuanya. Azhu bikin ff lagi nih. Ceritanya di angkat dari komik Korea gitu tapi lupa judul komiknya apaan (-_-") tokoh-tokohnya diambil dari komik naruto hehehe… Tapi ada sebagian cerita/alurnya di rubah-rubah dan dibuat-buat olehku… (Kayanya ngga sebagian deh… Tapi banyak yang diubah-ubah)… Gara-gara bikin ff ini, aku jadi di marahin sama teman sesama pembuat ff juga huhuhuhu…

Miwa : Ya ampun… Belum selesai dengan FF kamu, malah bikin FF yang baru… Tamatin dulu FF kamu sebelumnya !

Author : Ta-tapi kan azhu pengen bikin cerita ini… Pengen pengen pengen pake bangeet huhu T_T *catty eyes*

Miwa : Bikin repot kamu aja tau… Huuh…

Author : Ayolah…. *catty eyes* Please Please Please….

Miwa : Haaaaaaaahhhh… Terserah ! Huuuhh….

Author : Horeeeeee ! ... ~ \(^o^)/~…

Dan perang mulut itu di menangkan oleh Azhu sendiri *plok plok plok* #LEBAY

Bagi teman-teman yang sudah baca ff chapter pertama ini, Azhu minta tolong… Kalau dari kalian tahu komik korea nya, beritahu azhu ya… Hehehehe… Masalahnya, azhu belum baca sampai habis -_-" *mohon dibantu-dibantu*

Okeh ! Kita baca FF ku yang terbaru…. *Jreeeng… Jreeeng…. Jreeeeng*

.

"My Fate"

Desklaimer : Yang terhormat, Bapak Masashi Kishimoto

Pairing : Sasuke & Naruko

Genre : Romance/Drama/Fantasy

Raiting : M

Warning : Typo, Gajje, Alur kecepatan, Gaya bahasa yang bercampur aduk, etc…

Keep Reading Minna !

.

"Nak, kau sangat cantik sekali…Hiks… Hiks…"

"Ayah bangga padamu nak…"

.

#Naruko POV#

Kedua orang memberI aku semangat agar aku dapat menerima kenyataan pahit ini atau bisa dibilang Takdirku. Para tetangga dan ibu ku sudah mendadaniku secantik mungkin bagai sang pengantin. Rambut panjangku sudah di sanggul dan kepalaku dihiasi manik manik dan aksesoris yang digunakan para mempelai wanita biasanya. Aku mengenakan kimono yang cantik. Aku seperti mempelai wanita yang siap untuk dinikahkan.

Aku memandang diriku di cermin yang berada di hadapanku. Aku hanya menyeringai melihat penampilanku sekarang. Aku akan menjadi selir dewa. Harusnya aku senang. Senang ? tidak !. Aku seperti tumbal untuk dewa.

Ini adalah Tradisi turun temurun di desaku. Selama 10 tahun didesa konoha selalu dilanda kekeringan. Air yang kami peroleh hanya air dari laut yang asin dan air kotor yang bencampur dengan tanah. Hujan tidak pernah mampir di desa kami selama 10 tahun. Agar tidak dilanda kekeringan selamanya, para tetuah dari desa akan mengorbankan salah satu gadis yang berumur 18 tahun dan masih perawan untuk di persembahkan dan menjadi selir dewa sekali selama 10 tahun. Orang tua mana yang mau anaknya di korbankan. Tapi bagi siapa orang tua yang bersuka rela mengorbankan anak gadisnya, maka akan diberikan hadiah berupa kepingan emas.

Mendengar bahwa mereka akan menghadiahkan kepingan emas. Ayah dan ibuku langsung menghampiriku dan membahas masalah keluarga. Orang tua ku membutuhkan harta agar adik-adikku-Konohamaru dan Yume- dapat membayar sekolahnya dan membeli beras beserta lauk pauk. Selama 5 hari ini, kami tidak pernah makan nasi. Kami hanya memakan ikan yang didapat ayahnya saat sedang memancing dan mentimun yang di beri oleh tetangga.

"Kak… Yume ingin cantik seperti kakak…" Yume menyadarkanku dari lamunan.

"Sini kakak sisir rambutmu"

Aku pun menyisir rambut yume dan menguncirnya serapi mungkin. Yume masih kecil, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang sedang dialami kakaknya ini.

"Yume sangat ingin seperti kakak.. Bisa menjadi selir dewa… Itu keren sekali kak…"

Mendengar Yume memujiku seperti itu hanya bisa membuatku semakinsedih saja. Tidak. Cukup aku saja. Jangan Yume.

"Yume… Jika kamu sudah besar nanti, kakak ingin kau menikah dengan lelaki didesa ini saja ya." Ucapku sambil membelai rambut adikku.

"Tapi kak, Yume ingin juga seperti kakak. Yume ingin menikah dengan dewa juga kak."

"Yume… Cukup kakak saja. Yume jangan seperti kakak. Ini adalah Takdir kakak. Kakak juga tidak ingin seperti ini, Yume."

Tanpa aku sadari, Yume sudah meneteskan air matanya. Aku langsung menghadapkan Yume kehadapanku dan menghapus air mata itu.

"Yume… Hiks… Yume tidak ingin kakak pergi… Hiks.." kata Yume yang langsung memelukku dan menangis.

"Tidak apa-apa Yume. Kakak iklas dengan takdir kakak sekarang. Lagipula ini demi Ayah, Ibu, Konohamaru, Yume dan desa ini juga." Tanpa sadar aku langsung memeluk Yume dengan erat dan berusaha menahan air mataku yang ingin keluar.

.

#POV end#

Pesta pun akan segera dimulai untuk menyambut Calon Pengantin Dewa. Pesta itu di selenggarakan di pinggir Laut. Saat suara goong pun akhirnya berbunyi, Calon pengantin-naruko- pun akhirnya datang juga. Naruko pun disambut oleh para tetuah desa ini. Memberi setetes air mawar merah di kepalanya, lalu di berikan setangkai bunga melati yang ditaruh para tetuah di sanggulannya dan yang terakhir kedua tangan naruko pun diikat menggunakan tali merah. Setelah selesai, para tetuah pun berdoa dan menyembah kepada dewa.

Setelah selesai, naruko pun diantar oleh kedua orang tuanya ke perahu kayu yang kecil dan hanya muat untuk satu orang saja. Akhirnya naruko pun duduk diperahu itu. Tanpa naruko sadari, naruko mendengar bisikan-bisikan warga desa mengenai dirinya.

"Kasihan sekali anak Kushina dan Minato.."

"Iya sangat tragis…"

"Lagipula dia pasti akan jadi santapan monster laut saja"

"Jika dia benar-benar akan bertemu dengan dewa, pasti dia akan dibunuh…"

"Anak yang sangat ceria, manis, periang dan cantik seperti naruko harus mengorbankan nyawanya demi desa kita."

"Iya.. Sungguh malang sekali nasibnya."

Naruko pun hanya terdiam dan menghadap ibu dan ayahnya yang masih menahan tali perahu itu agar tidak berlayar dahulu.

"Ayah… Ibu…" ucap ku.

"Nak… Ayah dan Ibu akan selalu merindukanmu… Selalu…" ayahnya pun menangis lalu disusul oleh ibu nya juga.

"Iya naruko… Ibu sangat mencintaimu nak… Terimakasih atas pengorbananmu… Hiks Hiks Hiks…"

Melihat kedua orang tua naruko mengangis tersedu-sedu, naruko tidak bisa berkata dan mengungkapkan bahwa sebenarnya dia sangat takut. Tapi ini demi Ayah, Ibu dan Kedua adiknya. Akhirnya naruko pun melebarkan senyumannya.

"Hehehe… Aku pasti akan merindukan kalian semua…" ujar naruko sambil tersenyum.

Dan melihat senyuman terakhir naruko itu, Kushina dan Minato pun semakin menangis sambil memeluk kedua adik naruko-konohamaru dan yume-. Minato pun mulai melepaskan tali yang digenggam erat olehnya tadi dan perahu naruko pun mulai berlayar dan semakin menjauh. Kedua adiknya melambaikan tangannya diikuti para warga desa juga.

"Kakak Hati-hati !" teriak konohamaru

"Kakak, mampir lagi ke desa ya…" teriak yume.

Naruko masih dapat mendengar teriakan kedua adiknya. Tanpa sadar, kedua matanya pun tidak dapat menahan air yang ingin keluar dari kedua matanya.

"Kakak janji akan menjenguk kalian semua…..!" teriak naruko dan akhirnya naruko semakin menjauh, menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan mereka.

.

.

-2 jam kemudian-

Perahu kecil itu pun terus berlayar tak tentu arah. Naruko pun menatap sejauh matanya memandang laut yang begitu luas dan sesekali naruko berbuang nafasnya.

"Hah… Apakah aku akan jadi santapan para monster laut ya… Tapi aku sudah terlanjut dan memilih jalan takdirku sendiri. Aku harus kuat ! Naruko, kau harus tegar dan kuat…!" batin naruko yang menyemangati dirinya sendiri.

Naruko merasakan ada guncangan dari laut tersebut dan semakin lama guncangan ombak itu semakin cepat, naruko pun akhirnya mulai panic.

"Ap-apaakah…. Ini ulah Dewa ?" ucap naruko.

Semakin lama ombak-ombak laut yang awalnya kecil akhirnya menjadi ombak yang besar dan menyiram naruko dan perahu kecilnya. Naruko benar-benar sangat takut sekarang. Dia akan mati. Oleh amukan sang Dewa.

Yang makin membuat naruko terkejut lagi, dihadapanya sudah ada pusaran air laut yang sangat besar. Naruko dan perahunya semakin mendekati pusaran air itu akibat hisapan dari pusaran itu sangat kuat. Naruko mulai pasrah dan menutup kedua matanya.

"Ini adalah Takdirku ! Lindungi aku, Dewa… Aku mohon !"

Naruko dan perahu pun akhirnya terjatuh dan tenggelam dengan perahunya juga. Lalu pusaran air itu pun akhirnya hilang.

.

.

.

#Naruko POV#

Tiba-tiba aku dapat mendengar seorang yang dari suaranya pasti wanita yang sepertinya sedang membangunkanku. Mendengar suara yang semakin keras itu, akhirnya aku membangunkan diri dan mengucek-ngucek kedua mataku.

"Hei manusia, sampai kapan kau akan tidur dipasir terus."

Aku berusaha menyadarkan diriku dan menatap wanita yang berdiri menghadapku. Wanita itu berambut Pink, mengenakan Kimono berwarna hitam dan bermotif bunga sakura. Wanita itu sangat cantik,bermata seperti batu emerald. Seperti dewi saja. Beda jauh dariku.

"Kau ini tuli atau apa sih… Jika Tuan Sasuke tahu kau tuli, pasti dia akan mengembalikanmu ke desamu !"

Gadis itu membentakku. Akhirnya aku tersadar dan memandang di sekelilingku. Ini pantai, tapi kenapa pantai ini sangat indah. Sedangkan pasirnya saja sangat putih dan berkilauan. Pepohonan yang sangat tinggi dan terlihat sangat cantik. Angin yang menghembus menyentuh kulitku terasa sangat sejuk. Apakah ini surga ?

"Hei dengar tidak !" wanita itu menyadarkanku.

"Aaah… Sa-saya tidak tuli… Maaf.. Anda siapa dan aku sedang berada disurga ? Apakah anda adalah malaikat penjaga surga ?" ucapku.

Wanita itu yang mendengar ucapanku itu hanya terdiam bingung dan setelah itu, dia tertawa terbahak-bahak. Lalu menarik lenganku. Sontak membuatku berdiri dan hampir menabraknya. Lalu wanita itu berjalan dan sambil menggenggam pergelangan tanganku.

"Aa-aku mau dibawa kemanaa…?" tanyaku kepada wanita dihadapanku yang masih menarikku dan memasuki hutan.

"Tentu aku mengantarkanmu ke Calon Suami mu… Namanya Tuan Sasuke. Dia adalah seorang Dewa. Jadi kau harus tunduk didepan beliau…" kata wanita berambut pink itu yang masih menarik pergelangan tanganku

"A-anda siapa ?"

"Perkenalkan, saya Haruno Sakura. Saya adalah adalah Dewi Musim Semi. Namamu ?"

"Na-naruko… Uzumaki Naruko…"

"Hmm… Salam kenal…" ucap sang Dewi itu sambil tersenyum sangat lembut.

Ternyata dia adalah seorang Dewi. Pantas saja paras wajahnya seperti malaikat.

Ternyata Dewi ini mengantarkanku kehadapan Dewa yang bernama Sasuke. Apakah Dewa Sasuke seperti kakek-kakek ? Atau om-om ? Memikirkannya saja sudah membuatku merinding. Aku takut jika calon suamiku seperti kakek-kakek.

.

#POV End#

Akhirnya mereka keluar dari hutan yang penuh dengan pepohonan yang sangat tinggi. Betapa terkejutnya saat melihat sebuah Istana Kaisar saja. Tapi ini sangat megah dan sangat luas. Ini membuat naruko merasa di tempat surga sekarang. Akhirnya mereka berdua pun masuk di istana itu dan berjalan cepat di sepanjang koridor. Tiba-tiba Dewi Sakura yang berada dihadapan naruko berhenti dan langsung menghadap naruko yang berada dibelakangnya.

"Sebentar ya, naru chan. Aku akan menyiampkan sesuatu. Kamu jalan-jalan saja. Dah…"

Dewi Sakura pergi meninggalkan naruko yang masih kaget Dewi itu pergi meninggalkannya begitu saja. Sekarang naruko bingung harus jalan kearah mana. Akhirnya naruko pun melangkah lurus terus kedepan. Naruko pun akhirnya berjalan, berjalan dan terus berjalan hingga tanpa disadari dia sudah mengelilingi tempat yang sama. Beberapa lama dia berjalan, akhirnya dia menyadari bahwa dia tersesat.

"Eeh… Sepertinya aku tersesat. Bagus naruko, kau memang bodoh…"

Naruko akhirnya terduduk di tepi lantai koridor dan menyandarkan tubuhnya di dinding. Dipikirannya apakah dia sudah mati atau ini hanya mimpi. Jika ini semua hanya mimpi, tolong segera bangunkan dia. Akhirnya naruko mencoba untuk memejamkan matanya dan rileks sejenak.

Tiba-tiba sebuah bola yang melayang dengan kuatnya mengenai kepalanya yang di bagian kiri. Naruko sontak kaget akibat bola yang sangat keras mengenai kepalanya itu. Akhirnya dia menghadap ke sumber dimana bola itu berasal dan ternyata yang melemparnya seorang anak kecil berambut raven, mengenakan baju kimono putih, bermata onyx dan lebih lucunya lagi rambutnya mengingatkan naruko dengan pantat ayam-ayamnya.

Naruko pun mengambil bola itu dan menghampiri anak kecil yang berada di hadapannya. Naruko pun terduduk agar menyamai tinggi anak itu lalu menyerahkan bola itu kepada anak lelaki itu.

"Lain kali, jangan melempar bola sembarangan ya, anak kecil…" ucap naruko sambil mengelus kepalanya.

"He-hei… Tidak sopan… Lepaskan tangan kotormu !" ucap anak kecil itu meronta dan membuat naruko yang melihatnya sedikit gemas dan ingin mencubit pipinya.

"Kamu imut sekali, adik kecil… Hehehehe…" kata naruko sambil menyubit kedua pipi anak kecil itu dan sontak membuat anak kecil itu meronakan wajahnya.

"Le-lepaskaan tangan kotormu, nona !" anak kecil itu semakin meronta.

"Iiih… Imut sekali… Main sebentar yuk…"

Tiba-tiba anak kecil itu kembali melempar bola ke depan wajahnya dengan sangat keras dan 'Buuugg' tepat mengenai wajahnya. Naruko langsung pingsan dan hidungnya mengeluarkan darah.

.

.

.

"Naru chan…Sadarlah…."

Naruko pun membuka matanya perlahan-lahan dan mendapati Sakura sang Dewi sedang berusaha membangunkan naruko dari tadi.

"Sa-sakura… Ugh…!"

Naruko yang ingin langsung bangkit, tiba-tiba daerah dahi dan hidungnya sangat sakit dan nyeri, akibatnya jadi merah. Naruko pun mulai mencari anak laki-laki itu tapi hasilnya nihil.

"Cepatlah naruko, Tuan Sasuke sudah datang dan duduk di singgahsana nya."

Naruko pun akhirnya berhenti mencari anak kecil itu dan menurut kepada sakura. Naruko berjalan bersebelahan dengan sakura.

.

.

.

#Naruko POV#

Lamanya kami berjalan sepanjang koridor istana ini, akhirnya aku dan Dewi ini sampai juga. Kami berhenti didepan pintu yang sangat megah dan terukir naga yang cukup besar. Jadi ini singgahsana Dewa.

"Jaga perilakumu, naru chan"

"Hai !"

Sakura pun akhirnya membukaan pintu dan kami pun masuk ke dalam. Secara perlahan dan menghormati Dewa yang ada dihadapan kami, tapi aku tidak ingin menghormatinya. Ternyata Dewa itu adalah seorang anak kecil yang melempar bola ke wajahku.

"Hei anak baka ! Kau sudah melempar bola ke wajahku ! Dasar Teme.."

Aku pun kesal melihat wajah angkuhnya. Saat mendengar perkataanku, seisi ruangan itu sontak terkaget termasuk Dewa yang sedang duduk itu.

"Cih… Nyalimu cukup besar juga, nona…"

Anak kecil itu malah nyengir tidak jelas. Itu semakin membuatku jengkel dan kesal saja.

"Aa-apa apaan kau naru chan ! Beliau adalah Dewa Sasuke."

Mendengar perkataan Dewi Sakura itu membuat aku terkejut dan mulai keringat dingin. Ternyata yang aku marahi tadi dan dihadapan kami ini adalah Dewa Sasuke, Calon Suamiku. Tunggu sebentar, calon suamiku seorang dewa, yaitu seorang anak kecil, apakah aku sedang bermimpi ?

"Hei nona, jaga kesopananmu saat berada di singgahsanaku, atau aku akan menghukummu.!" Dewa kecil itu pun sepertinya murka dengan perkataanku.

"Naru chan, minta maaf lah. Dewa Sasuke akan semakin murka dan akan menghacurkan desamu juga. Cepatlah" ucap Sakura.

Akhirnya aku pun dengan terpaksa berlutut, bersujud dan meminta maaf kepada anak kecil itu.

"Ma-maafkan saya, Dewa Sasuke. Sa-saya tidak tahu…" ucapku.

Aku pun memberanikan diri mengangkat kepalaku dan melihat apakah Dewa itu masih murka atau tidak.

"Hn, baiklah… Aku maafkan kau… Jadi kau adalah calon istriku ?" Ucap Dewa kecil itu.

Dewa kecil itu turun dari singgahsananya dan menghampiriku yang masih terduduk bersujud didepannya. Lalu dilihatnya aku dari kepala sampai kebawah. Apa yang sedang dilihatnya.

"Hn… Kau lelah ?" ucap Dewa kecil itu dan aku pun membalas dengan anggukan.

"Baiklah… Dewi Sakura.."

"Saya disini, Tuan…" tanggap Dewi Sakura

"Berikan dia makanan yang lezat untuk calon istriku ini dan gantilah pakaiannya."

"Baik, saya laksanakan, Tuan"

Dengan segera sakura pun menarik pergelangan tanganku dan membawa ku pergi dari ruangan itu.

"Haaah… untung saja Tuan Sasuke tidak semurka dulu. Jika tidak, kau dan desa kecilmu itu akan musnah, naru chan…" kata Dewi sakura itu kepadaku.

"Go-gomen, Dewi…" kata ku sedikit gugup.

"Panggil aku Sakura saja… Suatu saat kau akan menjadi pendamping Tuan Sasuke dan menjadi Dewi."

Perkataan sakura tadi membuat aku sedikit kaget. Aku akan menjadi Dewi jika aku menikah dengan anak kecil itu. Tapi kenapa harus dengan anak kecil. Bagaimana malam pertama kami nanti. Aku di perkosa oleh anak kecil ? Sungguh tragis.

Aku pun di bawa ke sebuah kamar yang lumayan besar, terlihat anggun dan di setiap sudut kamar itu dipenuhi oleh bunga-bunga yang cantik. Sakura pun langsung menarik aku masuk ke ruangan itu.

"Ini adalah kamarmu, naru chan." Kata sakura.

Ini adalah kamar impianku dari dulu. Aku begitu bahagia dan pasti akan betah berada di kamar ini. Di ranjang, sudah ada sebuah kimono berwarna putih bercorak gelombang air berwarna biru. Dengan segera aku pun mengenakan kimono itu dan siap menuju ruang makan dan didampingi oleh Dewi Sakura yang tidak pernah bosan selalu menemaniku.

.

#POV end#

Akhirnya sore pun berganti malam. Naruko yang terus memandang kamarnya yang sangat cantik dan anggun. Dipenuhi bunga melati yang sangat dia sukai. Naruko terus merapikan bunga-bunga itu dan sesekali mencium aroma nya. Merasa bosan, akhirnya naruko menuju ke jendela. Naruko dapat melihat bulan purnama yang begitu indah dan pantulan cahayanya masuk ke kamar naruko.

Tiba-tiba naruko melihat seseorang dari kejauhan tepat di depan bulan purnama sedang terbang mendekatinya dan berhenti tepat didepan jendela itu. Naruko terkejut dan terdiam mendapati seseorang yang berada di jendelanya. Naruko dapat melihatnya dengan jelas siapa lelaki itu. Naruko dapat melihat kimono untuk pria yang sedang dia gunakan dan sedikit melorot, sehingga dada bidangnya terlihat jelas, rambut raven yang seperti pantat ayam, mata yang sehitam onyx, wajahnya yang stoic dan tentu sangat tampan.

Pemuda ini begitu mirip dengan Dewa kecil yang akan menjadi calon suaminya. Tapi yang berbeda adalah Dewa atau bisa dibilang calon suaminya itu bertubuh kecil sedangkan pria dihadapanya sekarang begitu tinggi. 'Siapa pemuda ini'. Naruko yang masih membatu itu tanpa disadari, pria itu langsung masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya ke ranjangnya. Naruko pun memberanikan dirinya menghampiri pria itu.

"Si-siapa kau…" Tanya naruko.

Mendengar pertanyaan naruko tadi, pria itu pun membuka kedua matanya dan membangkitkan tubuhnya lalu menghampiri naruko. Pria itu begitu tinggi sehingga naruko hanya setinggi dagunya.

"Kau tidak mengenaliku ?" Tanya pria itu. Naruko pun memundurkan dirinya sambil menggelengkan kepalanya.

"Hn" jawab pria itu.

Naruko merasa terpojok sekarang. Tubuhnya menyentuh dinding kamarnya. Dan pria itu semakin mendekatkan tubuhnya dan wajahnya menunduk. Sekarang naruko begitu terkejut. Pria yang tidak dia kenal tiba-tiba mencium bibirnya dengan lembut. Naruko pun mulai memberontak, tapi tangan kekar dari pria itu begitu kuat, sehingga naruko tidak bisa begitu banyak bergerak. Akhirnya dia pasrah apa yang akan dilakukan oleh pria itu.

Ciuman itu semakin memanas, ketika pria yang menciuminya itu beradu lidah dengan naruko dan menjilati setiap rongga didalam mulut naruko. Wajah naruko semakin memerah. Ketika mereka berdua membutuhkan oksigen, akhirnya pria itu melepas ciuman ganasnya dan ciuman itu terus berlanjut hingga turun ke leher jenjang milik naruko. Lalu digigit dan dihisapnya kulit leher naruko, membuat yang memiliki leher itu pun mendesah dan semakin meronakan wajahnya. Naruko tidak bisa melawannya. Akhirnya pria itu pun mulai membangkitkan kepalanya, meninggalkan kissmark dileher naruko dan memandang wajah naruko begitu dalam.

"Layani aku malam ini…"

.

.

~To Be Continue ~~

RnR ? Silahkan :) ~