"Kazuma, bisakah kau mengampuni Ayah ku? Aku tau ayah ku bersalah tapi aku juga tidak ingin kehilangan ayah ku" Ujar sang gadis cantik bermata hijau giok yang sedang bersandar dengan manjanya pada Kazuma. Suasana ditaman tempat mereka berada sangat sepi, itulah sebabnya sang gadis berani bermanja-manja pada Kazuma. Kazuma tersenyum mengelus lembut puncak kepala gadis yang sangat dicintainya itu. "Kau tau ini sangat berat. Ayah mu sudah membunuh banyak nyawa yang tak bersalah. Salah satunya adalah nyawa paman ku sendiri.." ujar Kazuma. Ia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya. "Kadang aku lelah.. Aku ingin segera menyudahi semua ini. Tapi aku tidak berdaya.. Maafkan aku Tsui ling..."

Gadis bernama Tsui ling itu manatap Kazuma lekat-lekat. Ia dapat melihat dengan jelas betapa kacaunya pikiran Pria di sampingnya itu. Ia menangkup wajah Kazuma lalu mencium bibirnya singkat. Kazuma terkejut itu membuat Tsui Ling tertawa geli.

"Lihat kau kan sering melakukan itu pada ku! Tapi aku tidak pernah terkejut!" katanya. Kazuma pura-pura kesal lalu merangkul Tsui Ling.

"Jadi sekarang kau sudah berani ya?" tanya Kazuma sambil mengglitiki tubuh Tsui Ling. Tsui Ling tertawa kegelian. Ia meminta Kazuma menghentikannya. Kazuma menurut dan menghentikan aksinya itu. Mereka kembali ke pembicaraan semula. Kali ini lebih serius.

"Aku percaya bahwa kau bisa mengatasi semua ini.. Kau tidak akan mengecewakan ku.. Setelah semua ini selesai aku ingin kita hidup bahagia jauh dari tempat ini" Ujar Tsui Ling.

Kazuma tersenyum hangat pada Tsui Ling dan betkata "Aku berjanji pada mu Tsui Ling"

Keduanya saling melempar senyuman. Kazuma mendekatkan wajahnya pada Tsui Ling hendak melakukan hal yang sama dengan yang di lakukan Tsui Ling tadi. Tsui Ling tak menolak. Ia menutup matanya bersiap menerima ciuman Kazuma namun saat hampir berhasil ponsel Kazuma berdering. Kazuma berdecak kesal. Ia mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Ayano?" Kazuma yang awalnya kesal kini terlihat bahagia melihat nama orang yang menelfonnya. Tsui Ling tertawa lalu menyuruhnya mengangkat telfon itu. Kazuma segera mengangkatnya. Wajah Ayano muncul dilayar ponsel. (Dicerita ini Kazuma umurnya 26 tahun sedangkan Ayano 22 tahun)

"Kazuma kau dimana? Apa kau lupa kalau hari ini ulang tahun ku?! Kau kan sudah janji menemaniku hari ini!" diseberang sana Ayano tampak sangat kesal. Kazuma dan Tsui Ling tertawa geli melihat Ayano.

"Maaf Ayano. Aku tidak lupa dengan ulang tahun mu, tapi aku hampir saja lupa dengan janji yang kita buat. Sebentar lagi aku akan pulang dan membawakan mu banyak hadiah"

Ayano kesal. Kekesalannya bertambah ketika mendengar tawa Tsui Ling. "Kenapa ada Tsui Ling disamping mu Kazuma. Bukankah sudah ku bilang padanya kalau Kau itu pacar ku! Kenapa dia masih mendekati mu.. Cepatlah pulang kalau tidak aku tidak akan mau bicara dengan mu selamanya!" Ayano mengancam Kazuma lalu mengakhiri Vcall itu secara sepihak. Kazuma menjadi murung karena adik sepupu kesayangannya itu tampaknya benar-benar marah padanya. Tsui Ling menghiburnya.

"Ayano hanya bercanda.. Dia tidak mungkin kesal pada mu dalam jangka waktu yang lama. Kau jangan murung begitu.. Pulanglah dia menunggu mu" ujar Tsui Ling sambil mengelus puncak kepala Kazuma. Kazuma tersenyum sambil menghela nafas sejenak. "Hhh... Sepertinya didunia ini hanya Ayano yang mampu menyaingi mu. Apa kau tidak cemburu?" tanya Kazuma. Tsui Ling tertawa geli. "Tidak. Karena Kami berdua sama pentingnya untuk mu!" Seru Tsui Ling. Kazuma ikut tertawa. Ia berkata akan mengantar Tsui Ling pulang terlebih dahulu. Tsui ling menolaknya. Ia takut anak buah ayahnya mencelekai Kazuma.

"Aku tidak takut pada mereka Tsui Ling"

"Ya aku tau. Tapi kau bisa benar-benar membuat Ayano marah. Kau melupakan janji mu dengannya dan sekarang kau terlambat"

Kazuma tak punya pilihan lain. Ia memeluk Tsui Ling lalu segera pergi dari situ.

Ayano baru saja selesai memakai dress pemberian Kazuma yang kemarin diberikan padanya. Ia tampak Cantik menggunakan dress itu. Rambut indahnya yang tergerai diikatnya, itu membuatnya terlihat lebih cantik. Dari arah belakangnya Kazuma berjalan mengendap-endap sambil membawa beberapa tas berisi kado. Ayano menyadari Kazuma yang berjalan mendekatinya. Ia berbalik berlari ke arah datangnya Kazuma, tapi Kazuma tak ada. Ia hanya melihat tirai yang bergerak karena tertiup angin.

"Apa aku salah ya" gumam Ayano. Ayano berjalan kembali ke tempat semula. Betapa terkejutnya Ayano saat melihat Kazuma sudah berdiri dibelakangnnya. Kazuma tertawa lalu menggendong Ayano. Ayano berteriak kesal.

"Kenapa kau senang sekali membuat ku terkejut!" serunya sambil memukul pelan pundak Kazuma. Kazuma menurunkan Ayano dari gendongannya lalu menyerahkan beberapa tas berisi kado yang tadi dipegangnya.

"Hehe. Maaf.. Ini hadiah untuk mu"

Ayano tersenyum senang melihat kado-kado itu. Kekesalannya pada Kazuma hilang dengan cepatnya seperti yang dikatakan Tsui Ling. Kazuma mencium kening Ayano lalu mengucapkan selamat ulang tahun. Ayano memeluk Kazuma erat. Ia berterimakasih pada Kazuma.

"Wah kau sangat cantik.. Itu (dress) cocok dengan mu." Kazuma memuji Ayano. Ayano tersenyum senang mendengar pujian Kazuma.

"Benarkah?" tanyanya sambil berjalan memutar memamerkan dress itu pada Kazuma.

"Tentu saja. Apa kau sudah tidak kesal lagi pada ku?" tanya Kazuma.

"Yah.. Aku tidak kesal lagi..." kata Ayano sambil melihat kado-kado miliknya. Ia berdecak kagum karena kado pemberian Kazuma berisi benda-benda dan makanan kesukaannya. Kazuma merajuk karena merasa diabaikan oleh Ayano.

"Aku benci kau mengabaikan ku! Sebaiknya kado-kado itu ku buang saja!" seru Kazuma. Ayano tertawa geli. Ia kembali memeluk Kazuma dan berkata kalau kado-kado itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Kazuma.

"Aku lapar. Aku ingin makan" ujar Ayano.

"Ah bagaimana kalau hari ini kita makan diluar? Direstaurant kesukaan mu!" usul Kazuma yang langsung disambut dengan anggukan semangat dari Ayano.

"Ayo kita segera pergi!" ajak Ayano seraya menggandeng Kazuma. Keduanya berjalan meninggalkan Kamar Ayano. Diluar mereka bertemu Misao, maid yang bekerja disitu.

"Tuan muda, Tuan Genma ingin menemui anda" ujar Misao.

"Katakan pada Ayah ku. Hari ini aku tidak bisa menemuinya"

"Tapi tuan. Tuan Genma mengatakan kalau ini sangat penting"

Kazuma memandangi Ayano seolah meminta maaf padanya. Ayano mengerti dan berkata kalau mereka masih punya banyak waktu untuk makan bersama.

"Pergilah paman menunggu mu!" seru Ayano.

"Pergilah Ayano menunggu mu!" Kazuma tersenyum karena kata-kata Ayano mengingatkannya pada kata-kata Tsui Ling.

"Terimakasih Ayano" ujarnya sambil mengacak lembut rambut ayano lalu ia beranjak pergi dari situ.

Genma sedang duduk meminum tehnya sambil sesekali membuka lembaran buku tebal dihadapannya. Kazuma sudah tiba disitu. Genma menyuruhnya masuk.

"Ayah memanggil ku?" Tanya Kazuma.

"Ya duduklah disini. Ada hal penting yang ingin ku bicarakan"

Kazuma segera duduk lalu ayahnya menyerahkan buku tebal yang tadi dibukanya pada Kazuma. Kazuma membacanya dengan seksama. Buku itu adalah kumpulan laporan tentang pelaku kriminal yang sudah ataupun belum dibereskan. Ia membuka lembaran demi lembaran buku itu lalu terhenti pada lembaran berisi foto pelaku kriminal yang bernama Chen yang tak lain adalah ayah kekasihnya, Tsui Ling. Kazuma melihat semua info tentang Chen. Ia sangat geram.

"Pengedar narkoba terbesar. Menjual hampir 50 gadis muda untuk dijadikan PSK dan masih banyak kejahatan lainnya" ujar Genma. Genma kembali menjelaskan pada Kazuma.

"Baru-baru ini targetnya adalah gadis berusia 22 tahun ke atas. Kau harus waspada terhadapnya. Dia juga mengincar Adik mu, Ayano"

Kazuma bertambah geram."Mengapa Ayano?"

Genma menghela nafas. "Paman mu Yuzuki berhasil menggagalkan aksinya meskipun pada akhirnya nyawanya tak bisa diselamatkan juga. Dia dendam pada paman mu Yuzuki dan ingin membalas dendamnya itu pada keluarga Kannagi. Tapi sasaran utamanya bisa saja adalah adik mu. Aku meminta mu untuk bergabung dalam misi menangkapnya. Kau akan bekerja sama dengan Kirika."

Kazuma bimbang ia kembali teringat pada permintaan Tsui Ling agar mengampuni ayahnya disisi lain ia juga tidak mau adik kesayangannya menjadi korban. Pikirannya Kacau.

"Apa yang akan ayah lakukan padanya?" tanya Kazuma.

"Kami tak punya pilihan lain selalin menangkap dan mengeksekusi Chen. Itu dilakukan karena kerap kali ia berhasil keluar dengan mudahnya dari penjara, membuat masyarakat resah. Aku tau kau memiliki hubungan dengan putrinya dari Kirika. Itulah sebabnya aku ingin kau ikut bergabung."

"Jadi Ayah ingin aku memanfaatkan Tsui Ling untuk menangkap Ayahnya?" Emosi Kazuma pecah. Genma berkata tidak ada pilihan lain selain memanfaatkan Tsui Ling untuk mengetahui markas-markas tempat persembunyian Chen yang lainnya. Kazuma berdiri lalu menggebrak meja Ayahnya. Ia menolak bergabung dengan kirika, ia tak suka jika mereka melibatkan Tsui Ling orang yang sangat dicintainya itu. Lalu ia pun segera keluar dan menutup pintu dengan kasar. Genma hanya kembali menghela nafas. Ia sudah tau dari awal kalau Kazuma pasti akan menolak.

Disebuah ruangan, seorang pria paruh baya sangat marah mendengar laporan anak buahnya kalau aksi mereka digagalkan oleh Kirika dkk, ia juga kesal karena Kirika berhasil menemukan salah satu tempat persembunyian mereka. Pria itu adalah Chen ayah Tsui Ling.

"Jadi wanita itu berhasil menemukan markas kita yang lain?" Tanyanya yang kemudian dibenarkan oleh anak buahnya.

"Mereka dibantu oleh keluarga Kannagi" Mendengar nama Kannagi, amarah Chen bertambah.

"Sudah ku duga dalang semua ini adalah Kannagi. Aku bosan mendengar nama keluarga itu! Kenapa kalian begitu ceroboh hah?" Bentaknya lalu mengeluarkan senjatanya dan menembak pada sasaran tembak yang terletak disamping anak buahnya itu hingga membuatnya gemetar ketakutan.

"Rupanya mereka mencari gara-gara dengan ku. Henhh Aku sudah muak. Segera tangkap dan bawa putri dari keluarga kannagi itu pada ku"

Para anak buahnya mengerti dan segera meninggalkan tempat itu. Setelah mereka pergi Chen tertawa menyeringai. Bersamaan dengan itu Tsui Ling memasuki ruangannya. Ia kembali bersikap normal.

"Ayah aku membawakan sarapan untuk Ayah. ini.." Tsui Ling menyodorkan nampan berisi makanan pada Chen. Chen tersenyum hangat pada putrinya itu lalu menyuruhnya duduk disampingnya. Tsui Ling menurutinya. Ia menemani ayahnya makan hingga selesai.

Chen mengambil beberapa lembar foto dilacinya lalu menyuruh Tsui Ling untuk memilih salah satu foto itu. Tsui Ling bingung apa sebenarnya maksud ayahnya.

"Pria-pria itu adalah pria pilihan ayah untuk menjadi suami mu" jelas Chen. Tsui Ling meletakan foto-foto itu.

"Tapi ayah aku sudah memiliki pilihan ku sendiri.."

Chen sedikit kesal mendengar perkataan Tsui Ling. "Apa maksud mu pria pilihan mu itu adalah anak dari orang yang ingin membunuh ayah mu?" tanyanya dengan nada meninggi. Tsui Ling mencoba menenangkan ayahnya.

"Ayah Kazuma tidak seburuk yang ayah pikirkan dia..."

"Tsui Ling.. Ayah tidak akan setuju jika kau menikah dengannya!" Chen keukeuh menolak Kazuma pria pilihan Tsui Ling. Tsui Ling masih mencoba meyakinkan ayahnya. Ayahnya tak percaya bagaimana bisa Tsui Ling jatuh cinta pada putra musuh terbesarnya sendiri.

"Ayah aku mohon..." Tsui Ling menangis ia memohon pada Ayahnya. Namun ayahnya tak juga bergeming.

"Ayah..."

"Cepat keluar dari sini!"

"Ayah ku mohon..."

"Aku bilang cepat keluar dari sini. Dan ingat besok kau harus memilih salah satu pria pilihan ayah. Kalau tidak kali ini ayah akan benar-benar membunuhnya" Ancam Chen. Tsui Ling terkejut. Ia ketakutan. Ia kembali memohon agar ayahnya tidak membunuh Kazuma.

"Jangan Ayah.. Aku berjanji akan menuruti kemauan Ayah tapi aku mohon jangan bunuh Kazuma"

Chen melihat Tsui Ling yang masih menangis. Ia tak sanggup melihat putri kesayangannya itu menangis tapi ia tetap mengeraskan hatinya dan berkata kalau itu mau Tsui Ling maka Tsui Ling harus melupakan Kazuma dan harus menikah dengan salah satu pria pilihannya. Ia juga meminta agar Tsui membereskan barang-barangnya karena mereka besok akan pindah dari kota ini. Dengan berat hati Tsui Ling menyanggupi permintaan Ayahnya dan berjalan keluar dengan langkah gontai.

*ke esokan harinya*

Kazuma dan Ayano sudah sampai di bandara mereka berdua ingin pergi liburan bersama sebagai ganti karena kemarin Kazuma tak bisa memenuhi janjinya. Ayano tampak senang. Namun Kazuma hanya diam saja merenungkan sesuatu.

"Kazuma... Hei Kazuma!" Ayano memanggil-manggil Kazuma namun yang dipanggilnya itu tak mendengarnya. Tampaknya Kazuma masih sibuk berkutat dengan pikirannya. Ayano tersenyum jahil lalu mengglitiki Kazuma. Kazuma sadar dari alam pikirannya. Ia meminta ayano berhenti mengglitikinya. Ayano tertawa dan menghentikannya.

"Aku memanggil mu tapi kau tidak mendengar ku" ujar Ayano disela tawanya. Kazuma pura-pura kesal dan berkata "Mengapa kau masih ada disini?"

"Kau kan belum membuka pintu mobil untuk ku"

Kazuma menatap Ayano dengan tatapan tak percaya. "Hanya berada disebelah mu (letak pintu mobil) dan kau menyuruhku turun untuk membuka pintu untuk mu?! Apa kau ini seorang putri kerajaan?" keluhnya. Ayano tertawa. "Tentu saja !" Kazuma tertawa geli lalu turun membuka pintu.

"Ayano maaf aku harus pergi sebentar" ujar Kazuma.

Ayano heran. "Kau mau kemana? kita kan akan berangkat. Ah biar ku tebak kau mau menemui Tsui Ling kan?"

Kazuma kaget. "Kenapa kau bisa tau? Lagi pula masih ada waktu 3 jam lagi kan untuk berangkat"

Ayano cemburu dan kesal namun Kazuma mengira itu hanya kecemburuan ayano sebagai seorang adik. Ayano berjalan masuk ke ruang tunggu. Kazuma melambaikan tangannya lalu masuk ke mobil dan pergi dari situ. Tanpa mereka sadari 2 orang anak buah Chen sedang mengawasi mereka. Ia menelfon chen yang sudah berada bersama semua anak buahnya di atas pesawat, menunggu keberangkatan.

"Tuan nona Ayano sekarang benar-benar sendirian, pria itu tak bersamanya"

Chen tau itu. Karena Kazuma sedang pergi menemui Tsui Ling. Ia meminta salah satu dari mereka fokus menangkap Ayano. Dan yang lain segera menjemput Tsui Ling.

Tsui Ling menunggu Kazuma ditaman tempat mereka bertemu kemarin. Beberapa menit kemudian Kazuma sudah sampai. Ia tersenyum senang melihat Tsui Ling lalu berjalan dan memeluknya. Tsui Ling tak membalas pelukan Kazuma. Ia hanya diam saja, ia juga tak tersenyum. Kazuma menyadari keanehan pada diri Tsui Ling.

"Padahal baru kemarin kita bertemu sekarang kita bertemu lagi!" ucap Kazuma setengah bercanda, ia berusaha membuat Tsui Ling tertawa. Namun reaksi Tsui Ling masih sama.

"Hubungan kita cukup sampai disini saja"

Kazuma tertawa tak percaya. "Kau hanya bercanda kan? Hahaha candaan mu itu tidak lucu Tsui Ling"

Tsui Ling menghela nafas berusaha mengeraskan hatinya. "Aku serius! Aku sudah bosan dengan hubungan ini.. Aku bosan kau selalu saja meninggalkan ku hanya untuk menemui Ayano. Aku bosan kau lebih memperhatikan Ayano dari pada memperhatikan ku. Jika aku teruskan hubungan ini, menjadi istri mu tinggal dirumah bersama keluarga mu, aku pasti hanya selalu melihat mu bermesraan dengan Ayano"

Kazuma tertegun. "Hei kau sedang menguji ku kan? Selama ini yang aku tau kau juga menyayangi Ayano. Ada apa dengan mu apa ini karena Ayah mu?" Tanya Kazuma menyelidik.

"Ayah ku tidak ada kaitannya. Aku sudah bilang ini karena aku sudah bosan dengan mu. Hubungan kita sudah berakhir" Katanya berbohong lalu pergi meninggalkan Kazuma. Kazuma menahan tangannya, Tsui Ling berbalik melihat kazuma dengan tatapan memohon. Ia menangis. Kazuma sadar Tsui Ling benar-benar serius. Dengan perasaan kecewa Ia melepaskan tangan Tsui Ling, membiarkannya pergi. Setelahnya, Kazuma teringat ia meninggalkan Ayano di bandara sendirian. Ia tertawa miris. "Bahkan disaat begini aku masih ingat padanya. Kau pantas marah pada ku. Tapi kenapa kau tidak mengerti juga aku hanya mencintai mu" gumamnya frustasi.

*2 jam kemudian*

Dibandara. Para polisi berdatangan mengamankan para penumpang yang syok, akibat beberapa orang beserta polisi yang terbunuh karena berusaha menyelamatkan Ayano. Anak buah Chen dengan mudahnya melumpuhkan mereka dan menculik Ayano. Akibat insiden itu untuk sementara penerbangan dari Tokyo atau sebaliknya ditunda. Kirika datang lalu bertanya pada salah satu polisi disitu.

"Mereka membawa nona Ayano pergi menggunakan salah satu pesawat yang rencananya akan terbang ke Sanghai hari ini" jelas polisi itu.

"Apa kau yakin? Lalu apa kau melihat seorang pria bersamanya?" Tanya Kirika. Polisi itu tau pria yang dImaksud Kirika.

"Tadi aku melihat tuan Kazuma tapi ia pergi lagi lalu nona Ayano masuk sendirian ke ruang tunggu. Orang-orang itu membawa pesawat itu bersama pilotnya. Kami tidak tau kemana mereka pergi. Kami sudah berusaha namun kami kehilangan kontak. Kita semua harus menunggu sampai pesawat itu mendarat kami sudah meminta bantuan"

Kirika berdecak kesal. "Kemana perginya Kazuma"

"Kirika-san aku menemukan ini"

Anak buah kirika berjalan mendekatinya lalu menyerahkan alat pelacak yang ditemukan tergletak ditanah. Kirika menduga itu alat pelacak yang sengaja diletakan Kazuma pada Ayano.

"Bahkan pria itu juga sudah tau kalau kazuma meletakan ini pada Ayano. Cepat cari mereka" ujar Kirika.

Kazuma juga sudah hadir disitu. Ia turun dengan penampilan yang sedikit kacau. Ia heran melihat banyak polisi dimana-mana. Firasatnya mulai buruk. Dari kejauhan Kirika melihat kedatangan Kazuma. Ia mendekati Kazuma.

"Kau dari mana saja? Mengapa kau begitu ceroboh meninggalkan Ayano sendirian"

Kazuma bingung. "Apa maksud mu?"

Kirika menghela nafas. "Ayano diculik oleh Chen. Chen menyuruh tangan kanannya untuk menculik Ayano. Kau lihat bahkan mereka juga bukan tandingannya"

Kazuma melihat beberapa orang yang kirika maksud, sudah lemas tak berdaya. Ia sangat marah dan geram.

"Sekarang kita tak tau mereka pergi kemana. Mereka membawa salah satu pesawat untuk melarikan diri" jelas Kirika.

"Apa tidak ada sesuatu yang bisa kau lakukan hah?" teriak Kazuma.

"Untuk sementara tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu dimana pesawat itu akan mendarat dan menunggu kabar dari Chen. Aku yakin Chen menginginkan sesuatu"

Kazuma sadar kalau ia telah dijebak. Ia juga sadar sedari awal Tsui Ling bersikap aneh karena Ayahnya. Kazuma memukul dinding yang ada disitu. ia tampak frustasi.

TBC