ame
(c) Ulilil Olala
Kuroko no Basuke (c) Tadatoshi Fujimaki
.
Midorima Shintarou x Takao Kazunari
.
.
.
Hari itu hujan deras menguyur Tokyo, membawa serta beragam bebauan musim semi yang menenangkan hati Shintarou. Kazunari sudah tertidur lelap, memeluk apa yang dikenali Shintarou sebagai jas dokter miliknya. Sulit sekali untuk menahan lengkung samar yang terpola di bibir tipisnya.
Jam digital di meja nakas disebelah tempat tidur, telah menunjukkan pukul tiga lebih empat. Jika boleh dibilang, akhir-akhir ini Shintarou sering tidur larut karena membaca ulang berbagai laporan kesehatan milik pasiennya. Hal ini jelas membuat Kazunari menertawakannya lebih sering dari biasanya, karena bukan hal yang tidak lucu jika Shintarou menyarankan pasiennya untuk tidur lebih awal, tetapi dirinya sendiri terjaga sampai larut.
Sembari sesekali menyesap secangkir kopi hitam yang tadi dibuatkan Kazunari (ini memang bukan kesukaannya, tetapi Shintarou cukup menikmatinya), afeksi Shintarou terpancang pada hujan yang semakin deras. Hujan tentu saja membuat suhu turun sedikit dan sesekali Kazunari bergidik kedinginan, dan meringkuk merasakan kenyamanan selimut tebal berwarna putih tulang. Dan sekali lagi, Shintarou sulit menahan sudut bibirnya tertarik ke atas.
(Ssst. Jangan bilang pada siapa-siapa ya, kalau Kazunari itu manis sekali.)
Kopi hitam dalam cangkir sudah surut, maka perlahan Shintarou mematikan lampu dan berjalan mendekati tempat tidur. Kacamata diletakkan sudah di atas meja nakas, dan Shintarou bergerak perlahan, agar Kazunari tidak terbangun.
Dan seperti biasa, Kazunari akan meringkuk mendekati Shintarou, mencari ceruk lengan Shintarou yang kekar, dan membiarkan telapak tangan itu mengelus surai eboni miliknya. Kemudian sebelah tangan Kazunari akan memeluk perut Shintarou erat, sembari menghirup dalam-dalam aroma tubuh Shintarou yang menenangkan.
"Oi! Bakao, kau memelukku terlalu erat. Lepaskan sedikit bodoh!" Shintarou bergumam pelan. Pelukan semakin dieratkan, dan Shintarou hanya mendengar suara tidak jelas yang keluar dari bibir Kazunari. Kemudian Shintarou terkekeh pelan, dan memejamkan matanya.
.
Ketika mata Shintarou terbuka, jam masih menujukkan pukul empat dua puluh tiga. Hujan masih mengguyur deras diluar, dan lengan Kazunari masih melingkar di perutnya. Maka, Shintarou akan mengangkat kepalanya perlahan, kemudian mengecup puncak kening Kazunari yang terlelap dan kembali memejamkan matanya, sembari menunggu hujan reda. Shintarou memang membenci hujan, tetapi jika dihabiskan bersama Kazunari, rasanya tidak buruk juga.
[Shintarou tidak tahu, bahwa Kazunari terus tersenyum, dan balas mencium lengan Shintarou.]
.
FIN
.
.
.
A/n: wat de madafaka is dis really. Anggap aja ceritanya mau fluff tapi gagal. Eniwei, apakah ada yang kenal ulil disini? :v
