Chronology

Huang ZiTao - Wu YiFan – Etc

Disc : Cerita ini sungguhan milik Hyun. Terinspirasi oleh mimpi saya beberapa hari yang lalu. Ini sama sekali ga nyata.

Warn : GenderSwitch – Awkward

Genre : Hurt – Romance

N.B : Disini Hyun menjadikan Tao sebagai main POV sampai akhir cerita. So, jangan nanya lagi jika ini POV Tao semua :) dan disini aku jadiin Tao kelahiran 1990 hehe. Satu Chapter, satu hari!

.

.

.

2 Mei 2006

"Selamat ulang tahun, Zitao!" suara gembira dari penghuni kelas ketika aku membuka pintu untuk masuk kekelas. Aku terkejut bukan main, karena ini adalah pertama kali surprise dari teman temanku.

"Hey, Happy born day, Zitao!" teriak gadis bersurai merah menantang dan gadis bertubuh kecil, Krystal dan Baekhyun. Mereka termasuk teman dekatku di kelas ini. Oh hai, namaku Huang Zitao. Kalian bisa memanggilku Zitao atau Mrs Panda hihi. Aku bahagia sekali . Selama aku ulang tahun, tidak pernah ada yang yang menulis ucapan selamat ulang tahun dan tagihan untuk pajak ultah seperti ini. Yah aku disini cukup terpandang, menjadi ketua kelas. Aku juga tidak tahu mengapa dulu mereka dan wali kelasku memilihku menjadi seorang yang bertanggung jawab di kelas.

Aku berterima kasih sebelumnya kepada teman temanku yang mengucapkannya yang disertai doa agar aku semakin lebih baik di usiaku yang ke tujuh belas tahun ini. Sampai akhirnya seorang temanku berteriak memanggil namaku.

"Zitaooooo!" aku menoleh kearahnya yang baru saja datang dari luar.

"Ayok ikut aku keluar" dia menarik pergelangan tanganku. Aku hanya pasrah yang ditarik keluar dan what the..?

Salah satu temanku yang ada diluar kelas bersama dengan… orang yang aku sukai?

Kalian salah jika temanku yang menarikku keluar hanya untuk menunjukkan orang yang kusukai sedang berduaan dengan salah satu teman sekelasku. Dia malah menarikku ke tempat mereka berdua.

"Ivan, ucapkan selamat ulang tahun dulu pada Zitao" ucap temanku yang tadi berdua dengan orang yang kusukai, Ivan Li. Ketua kelas dari kelas sebelah. Satu kelas mereka sudah tau jika aku menyukainya. Begitupun dengan kelasku. Tetapi aku tidak berani untuk mendekatkan orang yang aku suka. Karena aku cukup tau diri sebagai wanita.

Ivan melipatkan tangannya di depan dadanya dan mendelik kearahku "Cih, aku tidak sudi mengucapkan kepada gadis gila dan tomboy sepertinya!"

JDER

Aku tersenyum miris ketika ia berkata seperti itu. Dia pergi dari hadapanku dengan angkuh. Ya, aku membenarkan perkataannya. Terkadang aku bersikap tak tau malu dihadapan orang lain. Dengan tertawa membuka mulut dengan lebar, berbicara layaknya berteriak, menjahili kakak atau adik kelas, dan banyak lagi. Membuat orang-orang menjadi ilfil.

Luhan dan Xiumin, mereka mencibirkan kata kata kasar untuk Ivan.

"Maafkan dia Zitao, terkadang dia seperti itu. Maafkan kita juga yah. Tadinya kita hanya ingin kau bahagia dengan menyuruhnya untuk mengucapkan kepadamu" aku tersenyum mengangguk untuk memaafkannya walaupun hati masih sakit dengan perkataannya. Sebenarnya aku sering dihina seperti ini, tapi mengapa sakitnya ketika ia berbicara seperti itu sampai seluruh tubuhku bergetar.

Aku berjalan masuk kedalam kelas dan duduk dengan tangan dilipat diatas meja sebagai tumpuan untuk kepalaku yang tiba tiba pening.

Aku sakit hati. Bukan . bukan sakit hati karena ia tidak memiliki perasaan sepertiku. Karena dari tatapannya dan ucapannya yang tajam membuatku percaya bahwa dia tidak suka keberadaanku atau dia membenciku.

Mengapa dia seperti itu denganku? Dia bisa diam saja jika ada seorang gadis yang menyukainya. Aku kesal dan emosi. Aku benci sekali dibenci dengan seseorang.

"Zitao, dirimu telah di benci oleh seseorang. Apa kau ingin membalasnya?" gumamku dengan seringai cantik menyeramkan milikku.

Keesokan Harinya,

Aku sudah tidak peduli lagi dengan kejadian kemarin. aku sudah tidak peduli lagi dengan ledekan teman temanku ketika Ivan lewat didepanku. Yang sekarang aku butuhkan adalah melupakannya.

Dan sekarang aku juga tidak peduli dengan gossip yang beredar jika ada kakak kelas yang menyukainya. Aku sering melihatnya, dia cantik tetapi… like a bitch dengan rok pendek dan memakai kaos kaki pun sangat pendek. Dan dia troublemaker yang sering mencari ketenaran. Ya dia adalah Wang Likun.

Hah aku sudah tidak peduli lagi untuk semua yang menyangkut tentang Ivan Li.

"Aku pulang" teriakku ketika aku sudah membuka pintuku. Aku hanya melihat kakakku yang sedang terduduk lesu dengan mata yang merah. Huang Zhoumi, dia adalah kakakku yang sudah kuliah smester empat dengan jurusan teknik pemesinan. Ia menatapku sayu dan tersenyum.

"Bagaimana sekolahmu, Zi?" aku melangkahkan kaki jenjang milikku ini kearahnya.

"Ada apa ini ge? Katakan padaku, aku yakin ini ada apa apa " aku menatap kakakku dengan memohon. Dia hanya memasang senyum remeh "Kakak, ada ap-"

"Mama dan Papa bercerai" aku menghentikan perkataanku. Aku menganga. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kakakku.

"Gege pasti bohong! Gege pasti bercanda. Kakak memang sering berbohong dan bercanda padakukan?" aku tertawa kencang seperti orang tidak waras "Aku tadi pulang cepat, dan mama meletakkan secarik kertas ini" kakakku melempar gulungan kertas itu padaku. Aku membacanya dengan berkaca-kaca. Oh tuhan, ini pasti tidak benar. Aku ini anak baik-baik, Aku rajin beribadah, rajin belajar sampai aku selalu mendapat peringkat lima besar.

"Aku memilih untuk hidup dengan Mama. Dan kau?" tiba tiba kakakku bertanya dengan nada serius. Aku tidak tau harus hidup dengan siapa. Aku menyayangi kedua orang tuaku. Dan aku juga menyayangi kakakku. Aku tidak mau berpisah dengan kakakku yang selalu membantuku ketika kesusahan. Dan yang selalu melindungiku.

"Jika kau hidup dengan Mama, Papa akan tetap memberikan nafkah untuk kita. Jangan khawatir kau tidak akan kelaparan dan kau akan tetap sekolah."

"Aku ingin hidup disini! Rumah ini saksi keharmonisan keluarga kita, ge. Walaupun rumah ini tidak besar dan mewah, aku tidak mau rumah ini dijual atau ditempati orang lain! Aku ingin hidup disini saja! Aku ingin sendiri sampai kalian kembali kesini" aku terisak. Aku berlari ke kamarku. Aku ingin sendiri tanpa di ganggu orang lain.

TOK TOK

"Zie, kita bicarakan dulu. Ayo keluarlah"

CKLEK

"Zie" kakakku membuka pintu kamarku dan memelukku yang sedang menangis sambil memeluk kaki rampingku. Aku membalas pelukan kakakku yang sama sepertiku. Menangis. Tubuh kakakku tiba tiba bergetar dan terisak. Mungkin kakakku tidak bisa menahan rasa sedihnya. Sama sepertiku.

"Ziezie, gege mohon pilihlah salah satu dari mereka. Kita tidak bisa meninggalkanmu sendirian disini. Jika kau disini, siapa yang mau mengurusimu?" ucap kakakku dengan suara serak yang masih memelukku.

"Aku bisa mengurusi diriku sendiri, ge. Mungkin aku akan bekerja apapun untuk kebutuhan hidupku" jawabku dengan melepaskan pelukkan kasih sayang.

"Tidak! Kau tidak boleh bekerja. Itu akan mengganggu belajarmu. Dan fisik kau juga sangat lemah jika kau sering kecapean"

"Tidak apa, ge. Aku akan berusaha mandiri disini. Sering sering lah kalian kemari dan jangan lupa kasih tau kabar kalian padaku. Dan sampaikan salam kasih sayangku pada Mama dan Papa" tubuhku kembali bergetar. Air mataku tak bisa dihentikan. Jika dulu aku selalu di sayang, dilindungi, dan dimanja. Mulai hari ini aku akan berusaha belajar mandiri.

Zhoumi gege terdiam sejenak. Menerawang mata indahku yang menurunkan hujan air mata.

"Aku janji, setiap bulan aku akan kemari. Aku akan memberikanmu uang untuk sekolah dan kebutuhanmu. Ingat! Kau jangan bekerja. Raihlah cita-citamu, fikirkan masa depanmu saja. Aku, Mama, dan Papa ingin melihatmu bahagia nantinya. Kami menyayangimu, Zie"

CUP

Satu kecupan di kening yang diberikan oleh kakakku. Lalu ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Aku sayang kalian"

"Ah, ini aku ada sedikit uang untukmu. Mungkin ini cukup untuk iuran sekolah dan kebutuhanmu. Ambillah"

"Tidak! Ini pasti uang bulananmu. Aku tidak mau jatah orang aku ambil untuk kebutuhanku"

"Ambil saja. Gege masih punya uang lagi didompet. Kau harus menerimanya, jika tidak aku tidak akan pernah kesini lagi"

Aku menghela nafasku kasar. Aku mengelap air mataku yang sudah mengering di pipi. Aku menerima uang yang tidak bisa dikatakan sedikit itu dari kakakku.

"Terima kasih"

"Yasudah, gege pergi dulu. Kau juga harus sering-sering kesana jika libur telah tiba. Hanya menggunakan kereta api saja kau sudah sampai. Kabari aku jika kau nanti ke rumah mama" ujar kakakku. Mengambil tas yang berisi pakaian atau barang milik dirinya.

Aku mengangguk imut "Hm, Mimi ge sebaiknya kau cuci mukamu dulu. Masa kau akan pergi ke rumah mama dengan wajah bekas air mata dan ingus yang mengering. Para gadis tidak akan kepincut denganmu lagi jika melihatmu seperti itu hihi" aku meledeki kakakku dan ia langsung berlari ke kamar mandi.

'Aku harus semangat hidup tanpa kalian di sampingku'

TBC