I held tight onto this time

This moment that seemed would last forever

The break up that followed love

Pushes me out as if it was planned

"Jungkook? Jeon Jungkook? Ya!"

Tersentak, pemuda itu hanya menunjukkan eskpresi terkejutnya dan menatap lawan bicaranya.

"Kau mengatakan sesuatu, hyung? Maaf aku-"

"Aku hanya mengatakan, mau sampai kau seperti ini? Taehyung sudah meninggalkanmu hampir dua bulan yang lalu. Apa kau sebegitu mencintainya, huh?"

"Ah, mianhae Yoongi hyung. Sepertinya kita lanjutkan kapan – kapan saja kelas pianonya. Aku pulang, ya? Selamat malam hyung"

Dengan gontai Jungkook melangkah keluar dari flat sahabatnya. Dengan meremas kuat jaket yang ia genggam di tangan kanannya, ia mencoba untuk menghempaskan bayangan – bayangan tentang mantan kekasihnya yang kerap kali masih menghantui.

You always smiled

My foolishness makes me think that you'll still greet me

My love left for a faraway journey

Now it's the end

Sekeras apapun Jungkook berusaha untuk terlihat baik – baik saja. Tetap saja semua orang bisa melihat bagaimana ia memaksakan dirinya terlalu keras. Semua orang tahu kisahnya. Semua orang tau bagaimana tergila – gilanya Jungkook dengan pemuda bergaris wajah tegas itu. Dan melihat ekspresi Jungkook yang begitu resah, kecewa, dan gugup di saat yang bersamaan ketika kedua pemuda itu bertemu, semakin menunjukkan bahwa Jungkook belum baik – baik saja.

"Hey, Jungkook"

"Ah, Hai hyung"

"Tumben ke perpustakaan? Mencari apa?"

"Ah, hanya sekedar berkunjung tanpa tujuan, hyung"

Senyum Taehyung melembut sebagai respon jawaban Jungkook. Saat Taehyung hendak berbicara lebih panjang, niatannya diinterupsi oleh kedatangan seseorang.

"Oppa! Jangan suka main tinggal sembarangan, do- ah, annyeong Jungkook sunbae!"

Dengan kikuk Jungkook membalas, "Annyeong Yerin-a. hyung kalau begitu aku pergi dulu"

Jungkook hanya mencari cara bagaimana tak terlihat lebih menyedihkan lagi selain lari dari mantan kekasihnya. Karena sungguh, Jungkook tak mau tertipu dengan bagaimana lembutnya Taehyung menatapnya dan senyuman yang nampak tak memiliki rasa bersalah karena sudah mencampakannya itu. Seolah semua tak pernah terjadi. Seolah Jungkook bukan sesuatu yang pernah berharga di kehidupan pemuda itu.

When my tears, become starlight

And shine brightly over there

Maybe you'll see from somewhere

So every night, I become the starlight and shine

Jungkook menengadahkan kepalanya yang mulai sakit karena terlalu banyak menangis. Jungkook tak tahu kalau ternyata berhadapan dengan mantan kekasihnya bisa sesesak ini. Padahal di bayangannya, ia berpikir bahwa ia sudah mampu menghadapinya suatu saat. Tapi apa itu tadi? Bahkan hanya dengan mengingat teduhnya senyum Taehyung, ia hanya mampu menggigit bibirnya dan menahan buliran air mata yang lain turun.

"Hey Jeon Jungkook"

"Apa hyung?"

"Kau lihat bintang – bintang diatas sana?"

"Tentu saja"

"Ingatlah satu hal. Setiap kali kau menangis, tatap saja bintang – bintang di langit. Itu semua adalah aku yang memperhatikanmu dari jauh. Kau paling benci kalau diperhatikan saat sedang menangis, kan?"

"You know me so well, hyung"

"Tentu saja. Ingat – ingat ya. Dengan begitu, kau pasti akan malu dengan dirimu sendiri yang cengeng itu"

Tangisan Jungkook semakin menjadi kala mengingat sepenggal kenangannya saat memandang taburan bintang yang berpendar diatasnya.

Kenapa kau harus setega itu, hyung? Aku sangat – sangat mencintaimu.

Memories of wanting to find you

Give me hope that you might return

But my hopes can't endure

I guess it's really over

Jungkook nampak tergesaa – gesa dengan ponsel yang menempel di telinga kirinya. Sambil mengaduk isi tasnya untuk mencari sesuatu, ia tak mendengar sorakan yang sedang berlangsung di lapangan kampusnya. Iapun tak menyadari bahwa bola voli yang cukup keras itu mengarah ke arahnya akibat service dari seorang server yang memberikan tekanan terlampau kuat hingga melampaui lapangan voli dan mendarat dengan tepat di sisi kiri kepalanya. Membuat Jungkook kehilangan keseimbangannya dan secara tak sengaja sisi kanan kepalanya terantuk kaca tipis yang melapisi majalah dinding di sisinya.

Suasana yang tadinya begitu hidup kini terdiam sejenak. Terkejut dingan little accident yang terjadi. Dengan tergopoh – gopoh, Taehyung – si server kelebihan tenaga – berlari menghampiri Jungkook yang terduduk menahan perih dan panas di kedua sisi kepalanya.

"Astaga Jungkook, maafkan aku. Ayo kubantu ke UKS"

Dengan meringis, Jungkook masih tak menyadari siapa yang membantunya berdiri. Karena telinganya berdengung mengganggu.

Perlahan ia mendapatkan kesadarannya, sudah mampu menahan perihnya goresan kaca yang pecah dan melukai pipi dan pelipisnya. Juga dengungan yang tak sudah begitu menganggu di telinga kirinya.

"Loh, Tae hyung?", Jungkook membeku, memerhatikan lelaki yang sedang panik mencari sesuatu di kotak putih. Jungkook melangkah menghampiri. Sengaja menghentikan Taehyung melakukan hal yang sama sekali tak membantu lukanya lebih baik.

"Kalau mencari sesuatu jangan sambil panik. Ditambah kau yang buta dengan perlengkapan pertolongan pertama, hyung"

Dengan santai Jungkook mengambil beberapa kapas dan sebotol alkohol. Taehyung masih membeku di tempatnya. Kemudian menarik nafas untuk mengendalikan diri.

"Biar kubantu, Kook. Sungguh maafkan aku, aku tak sengaja memukul bolanya terlalu keras tadi"

"gwenchana hyung"

"Kau dan kebiasaanmu yang hanya bisa fokus dengan satu hal itu sering membahayakanmu, Kook. Berhati – hatilah"

Jungkook merasa tergelitik dan membuatnya harus menahan diri sekuat tenaga untuk tak tersenyum di hadapan mantan kekasihnya. Taehyung yang sedang telaten berusaha membersihkan lukanya membuat hati Jungkook menghangat.

Kau dan sikapmu yang perhatian itu juga membahayakanku, hyung.

Baru saja Jungkook hendak mencoba berbicara lebih santai dengan mantan kekasihnya, lagi – lagi sebuah suara menginterupsi pendengarannya.

"Taehyung oppa! Kau baik – baik saja? Kudengar kau tiba – tiba ke UKS". Taehyung terpaksa menghentikan pekerjaannya karena tangannya ditarik begitu saja oleh kekasihnya.

"Aku baik – baik saja. Justru orang lain terluka karenaku. Kau keluar dulu, ya? Setelah ini selesai, akan kutemui ditempat biasanya"

Ciuman Taehyung di kening gadis itu membuat Jungkook mau tak mau menundukkan kepalanya. Berhenti menyaksikan drama di hadapannya.

'Aku baik – baik saja. Justru orang lain terluka karenaku'

'Justru orang lain terluka karenaku'

'Orang lain terluka karenaku'

'Orang lain'

Dengan tanpa ijin, kalimat itu terus berputar di kepalanya. Rasanya sakit bukan main saat mengetahui kini Jungkook hanyalah orang lain bagi Taehyung. Membuatnya tersenyum kecut. Menghancurkan khayalannya bahwa keduanya bisa kembali lagi seperti dahulu.

Traces that resemble you, stop me

They say it's no use even if I wait

Jungkook sadar. Sadar sepenuhnya setelah kejadian siang tadi di UKS. Bahwa rasanya pasti tak mungkin untuk mengharapkan orang yang ia kasihi akan kembali padanya. Tak akan ada gunanya lagi ia menunggu. Tak ada gunanya lagi mengharapkan hal yang ia inginkan terjadi. Hatinya begitu sakit hanya dengan mengingat beberapa tingkah Taehyung yang menyakitinya sebelum mereka berpisah. Rasanya perih memikirkan kemungkinan bahwa Taehyung sudah menduakannya saat mereka masih bersama. Dan semakin menguatkan cemoohan yang ia tujukan untuk dirinya sendiri. Bahwa rasanya tak mungkin mengharapkan Kim Taehyung kembali lagi kepada Jeon Jungkook.

Rasanya lelah, dan Jungkook ingin berhenti.

Entah bisa, atau tidak.

In the sky, resembles you

The countless stars

They are my longing of not being able to reach you

Tears hide the starlight

Jungkook mengeratkan cengkeramannya pada pagar balkon kamarnya. Lagi dan lagi ia menatap ribuan bintang yang tersaji begitu indah namun menyakitkan untuknya. Perasaannya yang lelah tetap saja merasakan sakit. Padahal ia sendiri sudah lelah dengan perasaannya. Tapi menyingkirkannya terasa tak mungkin untuk Jungkook lakukan.

"Lukamu baik – baik saja, Kook?"

"Ya, hyung"

"Sebenarnya apa yang sudah berandal kecil itu lakukan pada adikku, wahai bintang. Sampai lelaki manis ini seolah kehilangan jiwanya", dengan menghela nafas kasar Yoongi menyindir Jungkook. Tentu saja Jungkook tahu makna tersirat dari hyungnya. Maka dari itu ia hanya tertawa kecil dan mengabaikan Yoongi.

"Hyung, kau lihat ribuan bintang diatas sana, kan? Sebanyak itulah aku merindukannya, hyung. Sebanyak itulah aku menyukainya" dengan tersenyum Jungkook memberi pengakuan. Yoongi tersenyum simpul dan menyampirkan lengannya di bahu Jungkook.

"Aku tahu, Kook. Aku tahu"

When my sadness become rain, with the memories

And fall in your heart

Maybe you'll come back to me

So today, I become rain and fall

Jungkook sudah bertekad untuk menyerah dan berhenti. Tekadnya sudah bulat kali ini. Ia menguatkan hatinya sendiri. Ia berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa kali ini adalah kali terakhir ia akan menangisi kekasihnya. Hari ini saja. Hari ini. Maka tak akan ada lagi tangisan Jungkook untuk mantan kekasihnya.

Maka dari itu ia memutuskan untuk tak berpaling dari dimana ia berpijak sekarang. Di hadapannya, seorang Kim Taehyung yang nampak begitu mesra mengungkapkan rasa cintanya untuk gadis yang ia cintai. Berbagi kasih dengan kedua pasang mata yang terpejam. Mengabaikan kehadirannya. Dengan air mata yang berlinang, Jungkook tetap bersikeras untuk tak beranjak. Mengabaikan ajakan hyungnya dan seperti orang bodoh menunggu Taehyung selesai dengan urusannya.

Begitu Taehyung dan gadis itu membuka mata dan saling tersenyum, mereka berpelukan. Dan tubuh Taehyung terdiam kaku saat melihat mantan kekasihnya sedang tersenyum kepadanya dengan air mata yang membasahi kedua pipinya.

Taehyung bahkan bisa membaca gerak bibir Jungkook.

"Selamat tinggal, hyung"

Dan Jungkook berpaling dari tatapan Taehyung yang seolah meminta penjelasan. Kakinya melangkah dengan tegas untuk pergi. Tanpa menoleh lagi.

19. 11. 2016. 1.11 pm

. End .

Penggalan – penggalan lirik yang aku pakai diatas itu adalah translate lirik lagunya SHINee – Wish Upon A Star. Kalian yang belum mendengarkan, itu adalah lagu yang aku rekomendasiin banget sih. Bagus banget lagunya. Hehe.