GENIUS
Diclaimer
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
This story belongs to Matsukata Sakura
Pairing : SasuSaku
Warning : OOC (Out of Character), Typo(s)
Don't like, Don't read!
Happy Reading, minna~
Seorang gadis berambut pink sedang menatap sebuah papan pengumuman dengan wajah cemberut. Ada sebuah pengumuman peringkat murid-murid di Konoha High School (KHS). Meskipun ini hanya peringkat hasil Mid Semester, ia tetap menganggap itu sebagai hal penting.
Seorang pemuda berambut biru dongker berdiri di belakang gadis itu. Ia menampakkan seringai tipisnya.
"Sudah kubilang kau tidak mungkin bisa mengalahkanku." ucapnya dengan nada meremehkan.
"Urusai. Aku tidak kalah. Hanya ada selisih satu poin." kata gadis itu, Sakura, membela dirinya.
"Sudahlah. Kita lebih baik keluar dari kerumunan ini sekarang." saran Sasuke, pemuda itu.
Sasuke menarik tangan Sakura untuk membantunya keluar dari kerumunan itu. Mereka bersusah payah mencari jalan untuk keluar. Tak lama kemudian mereka telah berhasil menerobos keluar.
Mengingat jumlah murid KHS yang sangat banyak, mereka tidak ingin lama-lama berada di situ. Jika mereka masih di situ sampai 10 menit lagi, mereka akan kembali masuk ke dalam kerumunan murid-murid.
Sasuke dan Sakura memutuskan untuk kembali ke kelas mereka, kelas 2-1.
"Oi, teme!" seru Naruto yang baru saja keluar dari kelas.
"Hn. Ada apa, dobe?" tanya Sasuke cuek.
"Kau jenius bisa tetap di peringkat pertama!" puji Naruto.
"Arigato. Tapi aku tidak memerlukan pujian darimu." kata Sasuke sedikit sombong.
"Apa-apaan kau, teme?!" Naruto menarik kerah seragam Sasuke dengan sedikit kesal.
"Lagipula itu hal yang sudah biasa, dobe." katanya lagi.
"Kau selalu saja sombong, Uchiha." gumam Sakura cukup pelan namun masih dapat didengar Sasuke.
"Apa kau iri padaku?" tanya Sasuke sambil menampakkan cengiran tipis.
"Aku tidak akan iri padamu. Dan satu lagi, biarkan aku sendiri!" tegas Sakura.
Detik berikutnya, Sakura sudah meninggalkan mereka dan masuk ke dalam kelas. Naruto hanya bisa melongo melihat reaksi Sakura.
"A-Aku baru ingat aku ada janji dengan Hinata. Jaa, teme." ucap Naruto yang kemudian berjalan meninggalkan Sasuke.
Sementara itu, Sakura sudah duduk dan berkutat dengan buku matematikanya. Ino, sahabatnya, dibuat bingung oleh perilakunya.
"Hei, jidat. Kau sedang apa?" tanya Ino sambil mendekati Sakura.
"Mengerjakan soal." jawab Sakura singkat.
"Mengerjakan soal? Buat apa? Pelajaran kan belum di mulai lagi." Ino heran oleh perkataan Sakura.
"Biar saja." Sakura berhenti mengerjakan soal sebentar dan menatap mata Ino. "Bisakah kau melakukan sesuatu untukku, Ino?"
"Tentu saja."
"Begini, aku ingin fokus belajar. Tolong biarkan aku sendiri selama beberapa waktu, ne?" pinta Sakura.
"Hah? Kalau begitu maumu, ya sudah." kata Ino pasrah.
"Arigato." Sakura kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Ia telah bertekad akan lebih fokus belajar agar ia bisa mengalahkan Sasuke. Sakura akan melakukan apa pun untuk mencapai itu.
Sejak saat itu, Sakura menjadi lebih pendiam dan tertutup. Beberapa temannya menjadi bingung dan mereka tak bisa berbuat apa pun selain membiarkannya.
Sakura mengabaikan semua pesan yang masuk ke ponselnya. Bahkan ia tak segan-segan untuk me-reject telpon dari teman-temannya. Ia benar-benar tidak mau diganggu. Atau bisa dibilang ia sedikit agak berlebihan.
Gadis itu pernah nyaris pingsan saat pelajaran olahraga. Namun ia tetap berkata bahwa ia tidak apa-apa. Ino menjadi khawatir dengan sahabatnya itu.
"Daijōbu, ka?" tanya Ino pada Sakura.
"Daijoubu." jawab Sakura santai.
Walaupun ia menjawab begitu, wajahnya tetap terlihat pucat. Jujur saja, ia memang merasa sedikit pusing.
"Apa kau yakin, Sakura? Dari kemarin wajahmu selalu terlihat pucat." tanya Ino lagi.
"Aku tidak apa-apa, Ino." ucap Sakura meyakinkan Ino sambil membuat senyuman agar ia percaya.
"Aku tahu itu adalah senyum palsu, Saku. Bagaimana kalau kau istirahat sebentar dan hari Sabtu kau ikut kami ke rumah Sasuke-kun?" usul Ino.
"Ke rumah Uchiha itu? Untuk apa?"
"Aku, Naruto, dan Hinata mau ke sana untuk belajar bersama. Apa kau mau ikut?"
"Hn.. Baiklah." ucap Sakura pada akhirnya.
"Yosh! Jam setengah delapan pagi, ya." pesan Ino.
Setelah berkata begitu, Ino pergi entah ke mana. Sakura hanya bisa menghela napas. Ia tidak begitu suka belajar berkelompok. Tapi masalahnya ia tidak bisa menolak ajakkan sahabatnya.
Ya sudahlah. Sepertinya menarik juga. pikir Sakura.
Detik berikutnya ia heran sendiri.
Eh, apanya yang menarik? Belajar di rumah Uchiha itu sama sekali tidak menarik! Kenapa tadi aku bilang sepertinya itu menarik? batinnya.
"Hooaamm..." Sakura menguap lalu perlahan membuka matanya.
Ia terkejut karena sinar matahari sudah masuk melalui jendela kamarnya. Gadis itu melirik ke arah jam yang berada di samping tempat tidurnya.
Kami-sama! Sudah jam 7?! Kenapa aku bisa kesiangan? Aku harus cepat-cepat. pikir Sakura.
Sakura segera turun dari tempat tidurnya dan mengambil beberapa potong pakaian lalu segera masuk ke kamar mandi. Ia mengenakan celana pendek berwarna pink dan kaus bergambar cherry.
"Ohayo, kaa-san." Ucap Sakura ketika ia menemui Mebuki, ibunya, di ruamg makan.
"Ohayo, Saku-chan. Ayo sarapan dulu, makanannya sudah siap." tawar Mebuki.
"Ha'i." kata Sakura.
Gadis itu pun mulai mengambil makanan dan duduk di meja makan. Kedua orang tuanya juga ikut menyantap sarapan bersamanya.
"Aku pergi dulu ya, kaa-san, tou-san." Kata Sakura pada orangtuanya saat ia sudah mau berangkat.
"Iya. Hati-hati, Saku. Jaa na~" pesan Mebuki sambil melambaikan tangannya.
Sakura membalas lambaian tangan ibunya dan berjalan keluar rumah. Untunglah hari ini cuacanya cerah, jadi ia tidak perlu membawa payung.
'Kuso. Aku pasti telat.' umpatnya dalam hati.
Ia mempercepat langkahnya menuju halte bis dekat rumahnya. Ia harap ia belum ketinggalan bis berikutnya.
'Tunggu, aku kan bukan ke sekolah. Siapa yang peduli jika aku terlambat?' pikirnya.
Sakura pun mengurungkan niatnya untuk mempercepat langkahnya. Ia tidak peduli jika ia terlambat atau tidak. Yang penting nanti dia datang ke sana.
Tak lama setelah itu, sebuah bis berhenti di depan halte tersebut. Biasanya, bis itu tidak akan menunggu sampai ada penumpang. Intinya, Sakura harus mempercepat langkahnya kembali agar tidak ketinggalan bis.
"Matte, jii-san." ucap Sakura agak kencang sehingga terdengar oleh sang supir bis.
"Sakura-chan. Mau ke mana kau pagi-pagi begini?" tanya supir itu.
"Hanya ke rumah teman." kata Sakura sambil tersenyum tipis pada supir tersebut.
Supir bis itu sudah mengenal Sakura karena setiap pagi Sakura menaiki bis yang ia supiri untuk ke sekolah.
"Aku turun di sini saja, jii-san." ucap Sakura.
"Tepat di depan belokan menuju rumah keluarga Uchiha?" tanya supir itu.
Sakura hanya mengangguk. "Arigato, jii-san."
Pintu bis langsung menutup kembali setelah gadis itu turun.
Sakura berjalan ke depan gerbang Uchiha Mansion. Ia sudah pernah masuk ke dalam mansion itu. Mansion sangat besar dan mewah. Di sekitarnya terdapat taman sakura dan kolam ikan.
Ting.. Tong..
Sakura memencet bel yang ada di situ. Beberapa menit kemudian ada seseorang membukakan pintu. Itu adalah salah satu butler keluarga Uchiha, Kabuto.
"Ohayogozaimasu. Ada perlu apa?" tanya Kabuto ramah.
"Aku Sakura Haruno, temannya Sasuke Uchiha, aku ke sini karena ada undangan berlajar bersama." jelas Sakura singkat.
"Kau temannya Sasuke-sama? Silahkan masuk." Kabuto mempersilahkan Sakura memasuki area Uchiha Mansion.
Kabuto membimbing Sakura menuju ke mansion utama. Jarak antara pintu gerbang dan mansion tidak jauh, namun lumayan juga.
"Haruno-san, silahkan masuk. Sasuke-sama sudah menunggu di perpustakaan." kata Kabuto sambil membukakan pintu mansion.
"Ha'i. Arigato, Kabuto-san." Ucap Sakura lalu tersenyum pada Kabuto dan memasuki mansion.
Kabuto berjalan pergi meninggalkan Sakura. Ia memang hanya bertugas di luar mansion atau di sekitar taman Uchiha Mansion.
Belum lama setelah Sakura masuk, seorang maid datang menyambutnya.
"Ohayogozaimasu. Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanya Shion, maid tersebut.
"Ano.. Aku Sakura Haruno, temannya Sasuke Uchiha. Aku datang ke sini untuk belajar bersama." jelas Sakura.
"Ah, Sasuke-sama sudah menunggu di perpustakaan. Beberapa orang lainnya juga sudah datang. Mari saya antarkan ke sana." tawar Shion.
Sakura hanya mengangguk. Ia berjalan mengikuti Shion menuju ke perpustakaan. Ia merasa kagum terhadap Shion. Gadis yang kira-kira umurnya tidak beda jauh dengannya itu mempunyai rambut pirang dan mata yang indah.
Sudah sejak lama ia tahu bahwa keluarga Uchiha mempunyai beberapa maid dengan paras cantik dan manis. Tapi ia tidak mengira akan akan gadis yang umurnya tidak beda jauh dengannya.
Tok. Tok. Tok.
Shion mengetuk pintu perpustakaan begitu mereka sampai di depannya. Dari luar sudah bisa terdengar suara berisik Naruto. Sakura sudah bisa membayangkan bagaimana suasana di dalam sana.
Kita tidak mungkin akan benar-benar belajar. pikir Sakura.
"Hn?" gumam seseorang yang membukakan pintu.
"Sasuke-sama, ini teman anda." Shion menunding Sakura yang berada di sebelahnya.
"Sakura, eh? Ya sudah, ayo masuk." ajak Sasuke.
"Um." ucap Sakura singkat sambil berjalan masuk.
"Kalau ada perlu apa-apa, panggil saja." pesan Shion kepada Sasuke.
"Hn."
Sasuke dan Sakura pun masuk ke dalam perpustakaan. Tempat itu sangat besar jika disebut sebagai sebuah perpustakaan. Ada beratus-ratus buku tersusun rapi dalam beberapa rak besar.
"Hei, jidat!" sapa Ino ketika melihat Sakura datang.
"Ohayo, minna." gadis pink itu menyapa balik semua orang.
"Kukira kau tidak akan datang." canda Ino.
"Aku pasti datang. Aku kan sudah janji." ucap Sakura mencari alasan.
"Ya sudah. Duduk saja di sebelah Ino." perintah Naruto.
Sakura menuruti Naruto dan ia duduk di sebelah Ino.
"Hey, habis ujain, jalan-jalan ke taman hiburan, yuk!" usul Naruto.
"Ya. Itu ide bagus. Aku ikut!" Ino langsung setuju.
"K-kalau ka-kalian berdua ikut, a-aku juga i-ikut.." kata Hinata malu-malu.
"Kalian ini bagaimana? Pikirkan dulu ujian." protes Sasuke.
"Kalau kau tidak mau ikut ya tidak usah ikut, teme. Biar kami saja yang pergi." bela Naruto.
"Lagipula sebluan lalu kan baru saja ada pengumuman peringkat untuk ujian mid-semester." tambah Sakrua.
"Kau terlalu banyak berpikir, Sakura. Dua bulan lagi kita ujian kenaikan kelas. Dan dua bulan itu sangat singkat." kata Ino sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya.
"Aku yakin sebagian dari kalian tidak akan mendapat nilai yang cukup." ucap Sasuke dingin dan terkesan sedikit menghina.
"Apa maksudmu, teme?!" bentak Naruto tidak terima.
"Santai saja, dobe. Aku kan tidak bilang bahwa kau pasti tidak naik kelas." elak Sasuke.
"Bisakah kalian diam? Kita datang ke sini untuk belajar, bukan untuk ribut." Sakura menengahi kedua pemuda itu yang akan bertangkar.
Seketika mereka langsung diam. Tidak ada yang berani menghadapi Sakura bila sedang bad-mood seperti ini. Bahkan Sasuke pun tidak. Ia paling malas berurusan dengan gadis yang dianggapnya cerewet dan menyebalkan.
Pukul 12:00
"Teme, aku lapar." rengek Naruto tiba-tiba.
"Ya sudah. Makan saja." jawab Sasuke seenaknya.
"Tapi kan tidak ada makanan." kata Naruto lesu.
"Sa-Sakura-chan.." panggil Hinata pada gadis pink yang ada di sebelahnya.
Semua orang menoleh ke arah suara Hinata. Mereka melihat Sakura tertidur dengan kepala di atas meja. Wajahnya terlihat sedikit merah.
"Saku.. Sakura.." Ino mencoba membangunkan Sakura dengan mengguncangkan pundaknya.
Ia yang merasa penasaran pada wajah merah sahabatnya itu menyentuh jidatnya. Ino terkejut ketika jidat Sakura terasa sangat panas saat ia menyentuhnya.
"Dia demam." Ino memberitahu yang lain.
"HE?!" seru Naruto kaget.
"Dia juga tidak mungkin kita suruh pulang." kata Ino khawatir.
"Apa di rumahnya ada orang? Kalau ada aku antar saja dan kau menemani dia di sana." usul Sasuke.
"Baiklah. Tapi bagaimana dengan kalian yang di sini? Tidak mungkin kalian tetap di sini selama Sasuke mengantar kami." kata Ino.
"Jangan pedulikan kita. Kita tidak akan ke mana-mana, kok." ujar Naruto.
"Kau harus memegang janjimu, Naruto." ucap Sasuke agak ragu.
"Pasti." Naruto meyakinkan Sasuke.
"Terserahlah. Aku tidak akan lama-lama. Ayo, Ino." perintah Sasuke pada Ino.
"Bagaimana caranya kita membawa Sakura ke mobilmu?" tanya Ino.
"Aku akan menggendongnya." jawab Sasuke singkat.
Tanpa basa-basi Sasuke mengangkat badan Sakura dan menggendongnya ala bridal-style. Ino membereskan buku-buku Sakura. Kemudian ia mengikuti Sasuke keluar dari perpustakaan dan ia membukakan pintu untuk pemuda itu.
Di mobil, Sasuke mendudukkan Sakura di kursi sebelah kursi pengemudi. Sementara itu, Ino terpaksa duduk di belakang. Gadis itu dapat melihat dengan jelas raut khawatir di wajah Sasuke. Pemuda itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang karena tidak mau Sakura terbangun dari tidurnya.
Di tengah-tengah perjalanan, mereka sempat terjebak dalam kemacetan. Ternyata itu hanya disebabkan oleh kecelakaan yang baru saja terjadi. Untung saja ada petugas yang mengatur lalu lintas.
Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah Sakura. Ino turun dari mobil sambil mencari kunci rumah sahabatnya itu. Sedangkan Sasuke, ia sudah berdiri di samping Ino sambil menggendong Sakura.
Setelah berhasil menemukan kuncinya, mereka pun masuk. Ino menunjukkan di mana letak kamar Sakura. Sasuke meletakkan tubuh Sakura di atas ranjangnya.
"Aku akan pergi sekarang. Kau yakin kau bisa mengurusnya?" tanya Sasuke ketika ia sudah mau pulang.
"Ya. Jangan khawatir. Sakura akan baik-baik saja." kata Ino.
Sasuke mengangguk dan keluar dari kamar itu meninggalkan Ino bersama Sakura.
To Be Continued..
Author's note:
Yokatta nee~ Akhirnya selesai satu chapter.. Chapter selanjutnya akan di-update secepatnya, ya.. Mohon Kritik dan Saran-nya di kotak Review.. No flame ya.. RnR, please?
