Bertahap

.

.

All Member of Seventeen

.

.

Genre bertahap, masih awal, jadi ini adalah Friendship.

K+

Umur mereka akan bertahap, awal mungkin adalah anak Sekolah dasar yang baru saling kenal. Oneshoot berseries ala Seventeen!

Ini adalah Official Couple Seventeen. Jadi, Seokmin, Jisoo dan Chan mau bagaimana? Note seperti ini akan aku tanyakan di bawah juga.

Seventeen's own their Parents and Pledis Entertaiment and also Carat(s)

.

.

.

Bagian Pertama:

Perkenalan, bertengkar dan Berteman!

.

.

"Ummaaaa! Aniyaaa! Nggak mauu! Mingyu nggak mau macukk! Huweee!"

Suara tangis anak sekolah dasar. Mendengar tangisan anak di hari pertama sekolah memang sudah biasa.

"Mingyu, ayo masuk. Tuh, lihat. Nanti Mingyu punya banyak teman." Bujuk Umma anak yang menangis tadi. Mingyu namanya. Umma Mingyu menunjuk beberapa anak yang juga masih diluar kelas.

"Aniyaa, Mingyu nggak mau cekolah! Mingyu mau main, umma! Huwee." Mingyu menggelengkan kepalanya sambil mengucek matanya yang basah karena air mata. Satu tangan yang lain digenggam Ummanya.

"Mingyu-ya, kata Appa tadi apa? Mingyu harus sekolah dulu baru main. Saat appa pulang nanti, appa akan membelikan Mingyu mainan!" Bujuk Umma Mingyu. Umma Mingyu masih terus membujuk anaknya setelah dua puluh menit sampai disekolah ini.

Banyak juga anak yang seperti Mingyu, menangis dihari pertama sekolah. Beberapa bahkan sampai seongsaengnim harus turun tangan juga membujuk. Walaupun hasilnya para anak bersembunyi dibalik orangtuanya.

"Nggak maaauuuu! Mingyu nggak mau cekolaaah!" Mingyu kecil masih menolak bujukan Ummanya. Umma Min menghela nafas. Dia hampir saja menyerah jika saja seorang anak kecil dengan wajah datar berdiri didepan dia dan Mingyu dengan tangan kecil seperti ingin berkenalan.

Tapi Mingyu malah bersembunyi dibalik Ummanya. Umma Ming sudah akan menarik Mingyu. Mingyu menolak.

"Mingyu, ayo ikut aku macuk. Dicana ada banyak pelmainaaan dan teman-teman! Aku punya lobot(robot) juga! Kita bica belmain belcama!" Ajak anak berwajah datar. Walaupun nadanya suaranya semangat tapi ekspresi wajahnya tidak berubah.

Umma Ming menatap anaknya yang sudah tidak menangis tapi masih sesegukan itu. Tangan kecil anaknya menggenggam erat rok yang dipakai Umma Ming.

Tidak ada respon dari anaknya. Mingyu hanya diam memandang anak didepannya. Anak itu diam menunggu respon Mingyu, karena lelah mungkin. Anak itu menarik tangannya dan menunduk. Anak itu sedih ajakannya ditolak Mingyu.

Umma Ming tersenyum. Dia jadi ikut merasa bersalah karena maksud anak tanpa ekspresi itu baik. Tapi Mingyu menolak. Dasar Kim Mingyu.

"Nak-"

"A-Aku Mingyu. Namamu ciapa?" Umma Ming terdiam ketika anaknya keluar dari persembunyiannya, berjalan maju mendekati si anak tanpa ekspresi dan menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

"Wonwoo, Jeon Wonwoo. Mingyu-ya, ayo kita macuk! Kau mau kan?" Dengan senyum tersemat dibibirnya, anak tanpa ekspresi itu menyalami Mingyu. Senyum anak bernama Wonwoo dibalas senyum manis Mingyu.

"Ayo! Kita belmain belcama dengan lobotmu, Wonwoo! Nanti aku minta umma membelikanku cepelti mu. Bial cama!" Dengan semangat Mingyu mengajak Wonwoo mengobrol. Mereka berjalan dengan kedua tangan yang saling berpegangan.

Umma Ming mengikuti dengan senyum menghiasi diwajahnya. Dia harus bertemu dengan Umma Wonwoo nanti.

.

.

"Umma! Umma! Yeoja itu cantik cekali~ Seungcheollie cukaa!" Seorang anak dengan tinggi sepaha Ummanya itu menarik tangan Ummanya yang sedang mengobrol dengan seongsaengnim. Umma Cheol menoleh kearah anaknya sebelum mengikuti arah telunjuk anaknya yang menunjuk seorang anak bersama Ummanya yang sedang mengobrol.

Umma Cheol meneliti sigender anak yang ditunjuk Seungcheol. Anak tersebut memakai celana seperti anaknya. Hanya saja rambutnya yang panjang dan wajahnya yang cantik membuat Seungcheol tertipu sepertinya.

"Cheollie, itu namja. Bukan yeoja." Koreksi Umma Cheol. Hal itu membuat seongsaengnim terkekeh dan Seungcheol mengernyit.

"Bukan, umma. Itu yeoja! Dia cantik!" Seungcheol bersikeras. Umma Cheol mengelus kepala anaknya. "Coba kau kenalan dengannya. Dia itu namja." Seungcheol mendongak menatap Ummanya dan mengangguk dengan wajah yakin.

"Pasti dia yeoja!" Ujarnya yakin. Umma Cheol terkekeh. "Coba buktikan!"

Seungcheol mengangguk dan kemudian berlari menghampiri si yeoja cantik menurutnya. Ketika Seungcheol mengajaknya berkenalan dan mengatakan kalau dia itu cantik. Yeoja yang dikira Seungcheol itu malah marah dan mengatakan kalau dia itu namja. Seungcheol terdiam, dia malu.

Setelah mengatakan maaf, Seungcheol kecil pergi dari sana dan menghampiri Ummanya beserta seongsaengnim dengan menunduk.

Umma Cheol yang sedari tadi melihat masih terkekeh melihat tingkah anaknya. "Bagaimana? Masih mau bilang yeoja?" Seungcheol mendongak menatap Ummanya manyun. "Habis dia cantik cekaliii, umma."

Umma Seungcheol tertawa mendengarnya dan membuat Seungcheol makin memanyunkan bibirnya.

Seungcheol sungguh lucu.

.

.

"Hansol, diam disini sama Seungkwan dulu ya. Umma mau bicara sebentar sama wali kelasmu."

Anak yang berdiri diam dengan wajah bulenya itu menatap anak lain yang namanya Seungkwan sedang tertawa menatapnya.

"Wajahmu milip aktol di televici umma!" itu katanya. Hansol masih diam. Sampai akhirnya dia menghampiri Seungkwan yang duduk didepan kelas sendiri daritadi.

"Cudahlah, Kwan." Hansol sebenarnya kesal. Tapi dia tidak ingin menunjukkan pada Seungkwan.

Akhirnya Seungkwan diam sambil mengayunkan kedua kakinya. "Kwan, ummanya mana? Hansol tidak melihat daritadi." Hansol bertanya.

"Umma tadi pulang duluan. Kwan cedih umma pelgi. Tapi cekalang kan udah ada Hansol, jadi Kwan udah ngga cedih lagi." Jelas Seungkwan dengan imutnya. Hansol jadi gemas. Dia meraih kedua pipi Seungkwan dan dicubitnya kedua pipi chubby itu sampai Seungkwan meringis sakit.

Hansol tertawa ketika melepaskannya. Kedua pipi gembil Seungkwan memerah. Seungkwan manyun sambil mengelus kedua pipinya.

"Maafkan Hansol, Kwan. Abic Kwan lucuu cih hehe." Hansol nyengir kearah Seungkwan. Seungkwan walaupun masih manyun tapi dia mengangguk.

Hansol yang melihat Seungkwan masih diam saja sambil mengelus pipinya akhirnya memeluk Seungkwan dari samping. "Ay, jangan malaaah(marah) nanti Hansol cedih~" Seungkwan yang bingung hanya bisa membalas pelukan Hansol.

"Ay? Apa itu Hansol? Ngga apa-apa. Kwan ngga malah(marah) kok." Seungkwan mengelus punggung Hansol.

"Mama dan Daddy memanggil catu cama lain ay, Kwan. Katanya itu panggilan cayang. Hansol cayang Seungkwan makanya Hansol panggil Seungkwan Ay." Seungkwan tersenyum mendengarnya.

"Kalau begitu, Kwan juga panggil Hansol, Ay. Hehe."

Mereka tersenyum satu sama lain. Tentu saja setelah melepas pelukannya.

"Ay, hehe." Kwan.

"Iya, Ay." Hansol.

.

.

"Mama dan Baba? Hao dimana ini?" Kali ini seorang anak imut sekali dengan bahasa chinanya bertanya seraya melihat sekeliling tempat.

"Ini di sekolah, Hao sayang. Nanti Hao akan belajar dan menemukan teman disini." Ini jawaban Babanya. Hao mengangguk. Dia melepas genggaman tangan kedua orangtuanya dan menghampiri seorang anak seusianya.

"Ni hao. Aku Xu Minghao. Namamu ciapa?" Minghao mengajak anak itu berkenalan dengan bahasa china. Tapi anak tersebut malah menatap Hao bingung. Ummanya anak itu juga menatapnya bingung.

"Eh? Kau menggunakan bahasa china, sayang?" Umma anak tadi mendekati Hao dan bertanya menggunakan bahasa korea. Hao yang sedikit mengerti hanya mengangguk.

Mama dan Babanya hanya bisa tertawa melihatnya. Akhirnya mereka turun tangan.

"Chan-ah, dia ini Xu Minghao. Ayo beri salam." umma Chan menuntun tangan anaknya berjabat tangan dengan Minghao. Minghao sih langsung menanggapi. Soalnya dia ingat apa yang sudah diajarkan orangtuanya.

"Halo, Minghao. Aku Chan." Itu kata Chan dengan aksennya yang menggemaskan. Membuat orangdewasa disekeliling mereka menahan diri untuk tidak mencubit.

"Halo, Chanie. Mali(mari) kita belteman." Ajak Minghao. Kali ini menggunakan bahasa korea yang acak-acakan. Umma Chan tertawa mendengarnya diikuti Orangtua Hao.

"Ayo! Ayo kita main! Tadi, tadi. Chan cudah berteman dengan Jun. Jun juga berlbahaca cepelti Hao tadi. Ayo kita menghampili Jun!" Ajak Chan semangat. Hao yang mendengar itu bertepuk tangan senang. Dia berlari mengikuti Chan yang sudah berlari duluan.

"hey, hati-hati, nak. Nanti jatuh." Teriak Umma Chan. Mama Hao hanya tersenyum memandangnya.

.

.

"Hahahaha Jisoo! Kena kamu! Makanya hati-hati dong. Kan jatuh hahahaha"

"Ih, kamu bukannya bantuin aku malah teltawa. Ini cakit tau." Gerutu Jisoo sambil berusaha berdiri yang akhirnya harus menerima bantuan dari anak yang menertawainya.

"Abic, Jisoo cih. Kan udah Seokmin bilang hati-hati." Kata Seokmin sambil berusaha membersihkan pakaian Jisoo yang kotor.

"Nah! Cudah belcih(bersih) ayo kita main lagi!" Seokmin bertepuk tangan lalu menggandeng tangan Jisoo dan mengajaknya main permainan yang ada.

Seokmin membantu Jisoo naik ayunan dan dia sudah bersiap disamping ayunan tersebut. "Jisoo siap? Seokmin akan mengayunkan nih." Seokmin memegang erat pegangan Ayunan. Jisoo mengangguk semangat.

"Satu..dua..tiga. woaaaah!" Seokmin langsung mendorong ayunannya ketika selesai berhitung disambut teriakan heboh Jisoo.

"Waaaah! Seokmin-ah! Waaaah!"

"Lagi? Wuuuuch!"

"Waaaaah!"

Seokmin dan Jisoo terus saja begitu sampai akhirnya Seokmin meminta gantian. Jisoo menyanggupi dan mereka terus bermain berdua.

.

.

"Pelgi." Datar dan menusuk. Anak itu mengusir anak yang lain yang diam disisinya.

"Nggak mau. Soonyoung mau dicini cama Jihoonie." Anak yang diusir ternyata sama keras kepalanya dengan anak yang mengusir.

"Jihoon nggak mau cama kamu. Pelgi." Lagi. Anak bernama Jihoon mengusir anak bernama Soonyoung yang tidak pergi juga.

"Tapi Jihoon nanti cendiri. Soonyoung nggak mau Jihoonie cendiri. Soonyoung akan telus menemani Jihoonie." Soonyoung yang tadinya berdiri didekat kursi yang diduduki Jihoon yang duduk didekat jendela. Akhirnya sekarang duduk di sebelah Jihoon.

"Jihoon cuka cendili(sendiri). Kamu Pelgi aja deh. Jihoon nggak cuka punya teman." Jihoon ternyata anak yang tidak suka punya teman.

"Umma Soonyoung bilang, dicekolah kita akan banyak teman. Nah, begitu juga dengan Jihoonie. Nanti Jihoonie juga punya banyak teman. Calah(salah) catunya adalah Soonyoung." Kata Soonyoung dengan panjang lebar. Dia tidak akan menyerah seperti kata Ummanya.

Jihoon adalah anak yang sedari tadi ketika dia sampai disini menarik perhatiannya. Jihoon tidak menangis, tidak ditemani Ummanya atau Appanya juga, tidak berusaha mengakrabkan diri dengan anak yang lain. Jihoon langsung masuk kelas setelah menunjukkan sebuah kertas kepada seorang seongsaengnim yang mengantarnya langsung ke kelas ini setelah membaca apa yang ada dikertas.

"Umma bilang dicekolah cukup belajar dan turuti apa kata ceongcaengnim. Umma tidak bilang apapun tentang teman." Jihoon mengatakan itu sambil melihat kearah luar. Ada banyak interaksi anak lain yang sebenarnya Jihoon juga ingin terlibat.

"Aku akan menjadi teman pertama Jihoonie! Jihoonie, nanti kita akan belmain pelocotan(perosotan), ayunan, dan pelmainan lainnya! Pacti Jihoonie akan cenang!" Dengan semangat Soonyoung mengatakan segalanya dan didengar antusias juga oleh Jihoon yang sedari tadi memang tertarik dengan permainan diluar.

Jihoon tersenyum antusias mendengarnya. "Kalau begitu, ayo belteman!" Ini adalah Jihoon. Jihoon mengajak berteman. Soonyoung diam sebentar menatap Jihoon tidak percaya. Bukannya tadi anak ini yang menolak berteman?

Soonyoung langsung sadar. "Jihoonie dan Soonyoung adalah teman! Yeaay!" Soonyoung bertepuk tangan setelah itu diikuti Jihoon.

Tidak sadar dengan seongsaengnim yang tadi mengantar Jihoon kekelas sedang mengintip melihat interaksi Soonyoung dan Jihoon dari luar. Seongsaengnim mengeluarkan ponselnya dan memotret Soonyoung dan Jihoon. Setelah itu Dia tersenyum puas melihat hasilnya.

"Jihoonie jangan jauh-jauh dari Soonyoungie ya!" Itu kata Soonyoung. Jihoon kembali mengangguk antusias. Tangan mungilnya bergerak menggenggam tangan Soonyoung yang agak lebih besar. Jihoon mengangkatnya pegangan tangan mereka.

"Jihoonie cenang?' Tanya Soonyoung. "Cenang. Jihoon punya teman!" Jawab Jihoon.

.

.

KRING KRING

"Ayo masuk, ayoo masuk! Sudah bel!"

"Huwee umma!"

"Yuk, yuk. Umma menunggu diluar sayang. Sudah ya kita masuk yuk."

"belajar yang giat ya sayang. Turuti kata seongsaengnim, jangan nakal. Umma sayang kamu."

"Iya, umma!"

"Dadah, umma!"

"Daaah!"

Ketika semuanya sudah duduk rapih. Walaupun masih ada yang sesegukan juga. Tapi semuanya sepertinya sudah siap. Tiga belas orang anak siap belajar.

Dengan urutan duduk. Dimeja pertama ujung ada Seungcheol dan Jisoo. Meja kedua ada Jeonghan dan Mingyu. Meja ketiga ada Seokmin dan Hansol. Meja keempat ada Soonyoung dan Seungkwan. Meja kelima ada Wonwoo dan Jihoon. Meja keenam ada Chan, Minghao dan Jun.

"Halo semua!" Sapa Seonsaenim mereka.

"Halo, ceoncaenim!"

"Halooo"

"Halo."

"..."

Seonsaenim maklum terhadap reaksi anak-anak apalagi Wonwoo dan Jihoon. Maklum sekali dia.

"Nama Seonsaenim adalah Jung Sooyeon. Salam kenal semuanyaa!" Dengan semangat dan aksen baratnya. Seonsaenim memperkenalkan diri.

"Calam kenal, Yeon ceoncaee(seonsae)"

"Calam kenal!"

"Iya, ceoncaee! Salam kenal!"

"..."

Lagi, Sooyeon sudah biasa dengan reaksi Wonwoo dan Jihoon yang diam saja sedari tadi. Murid terdingin dari semuanya.

"Nah ayo, kalian perkenalkan diri kalian sekarang. Biar seonsae dan yang lainnya kenal juga. Siapa yang mau maju duluan?"

Hening.

"Tidak mau? Mau seonsae tunjuk saja?" Dia menatap semua muridnya.

"Aku! Aku ceoncaenim!" Itu adalah Xu Minghao yang berani. Semua mata menatap kearahnya. Sooyeon tersenyum. Minghao berlari kedepan. Dia berdiri disana dengan senyum menghiasi bibirnya.

"Annyeong haceyo. Namaku Xu Minghao. Aku dali(dari) China. Calam kenal cemuanya." Minghao membungkuk setelah selesai memperkenalkan diri. Seongsaengnim tepuk tangan dan diikuti anak yang lain. Tentu saja kecuali Wonwoo dan Jihoon.

"Calam kenal Minghao!"

"Haloo Minghao!"

"Minghao lucu cekalii!"

Kembali, kelas 1-2 ramai. Reaksinya selalu membuat Sooyeon tersenyum.

"Nah, Hao-ya. Silahkan duduk. Terimakasih." Sooyeon menepuk kepala Minghao tanda bangga dengan anak muridnya. Minghao kembali duduk ditempat duduknya.

Setelah itu semuanya langsung mengajukan diri. Bahkan sampai berebutan. Lagi, kecuali Wonwoo dan Jihoon. Mereka yang paling minim ekspresi.

"Aku! Aku dong Yeon ceoncaee!"

"Aku! Aku!"

"Ih aku duluaaan dongg!"

"Yeon ceoncaeee, aku duluaaan!"

"Ih akuu!"

"Aku!"

"Akuuu!"

"Tidak, aku duluaan!"

"Ih aku dulu!"

"hey, sudah, sudah. Biar Wonwoo dan Jihoon maju duluan ya. Kalian berdua maju dan perkenalkan diri kalian." Itu kata Sooyeon. Wonwoo dan Jihoon saling bertatapan sebelum akhirnya turun dari kursi dan berjalan ke depan.

Mereka berdua menatap sekeliling dengan datarnya. "Ceoncae, apakah dia yeoja?" Itu adalah Seokmin yang menunjuk Jihoon. Semuanya menatap Seokmin dengan tatapan tidak mengerti.

Baru Jihoon dan Sooyeon akan menjawab. Tapi seseorang sudah merengut marah. "Bukan! Jihoonie itu namjaa! Maca kamu tidak tau? Jihoonie itu namjaa!" Marah Soonyoung.

"Ih, kok kamu malah(marah)? Aku kan tidak tau." Seokmin langsung sedih mendengar itu.

"Abicnya kamu begitu. Kamu ngga boleh begitu cama Jihoonie!"

"Huuuu! Seokmin Huuuu!" Itu provokasi Seungkwan. Langsung diikuti yang lainnya. Sooyeon langsung turun tangan ketika melihat Seokmin yang akan menangis.

"Sudah, sudah. Seungkwan tidak boleh begitu ya. Soonyoung juga tidak boleh begitu. Seokmin kan tidak tau. Nah ayo minta maaf." Sooyeon mengelus punggung Seokmin agar bisa lebih tenang. Soonyoung dan Seungkwan diam. Tapi Sooyeon mendekati Soonyoung dan Seungkwan agar mau meminta maaf.

Seungkwan dan Soonyoung menyodorkan tangan mereka didepan Seokmin yang tidak jadi menangis. "Seokmin, aku minta maaf." Itu Soonyoung. Seokmin menyalaminya dan Soonyoung memeluk Seokmin diikuti Seungkwan juga. Jadi mereka bertiga berpelukan. Sooyeon yang melihat itu lagi-lagi memotret ketiga anak itu yang sedang berpelukan.

"Nah, ayo kalian duduk dikursi masing-masing. Wonwoo dan Jihoon ayo perkenalkan diri kalian." Setelah bertiga itu duduk. Wonwoo dan Jihoon menghela nafas.

"Jeon Wonwoo."

"Lee Jihoon."

Singkat, padat, jelas. Semua anak menatap mereka berdua heran. Sooyeon terdiam sebentar sebelum terkekeh.

"Ini, Jeon Wonwoo dan ini, Lee Jihoon. Ayo kalian katakan salam kenal dong."

"C-calam kenal, Wonwoo, Jihoon."

"H-Halo, Wonwoo, Jihoon."

"Halo Jihoonie!"

"Wonwoo! Haloo!"

Yang semangat menyapa mereka hanya Soonyoung dan Mingyu selebihnya entah kenapa malah takut. Sooyeon tertawa.

"Kalian berdua harus lebih berekspresi lagi ya. Tuh, lihat. Teman kalian takut."

Tapi mereka berdua malah terlihat tidak peduli. Sooyeon menuntun mereka ke kursinya kembali.

Setelah itu perkenalannya lancar. Semuanya bisa memperkenalkan diri walaupun ada yang sempat menolak karena malu. Tapi akhirnya semua sudah selesai.

Pelajaran pertama adalah menggambar. Semuanya membawa buku gambar dan crayon. Mereka mengeluarkannya. Sooyeon memantau semuanya dengan baik. Mereka menggambar khas anak-anak.

Semuanya fokus menggambar.

"Kamu gambal(gambar) apa, Cheol? Aku gambal mobil-mobilan!" Jisoo dengan semangat menunjukkan buku gambarnya yang sudah penuh coretan.

"Aku gambal rumah!" Seungcheol juga menunjukkan pada Jisoo. Setelah itu mereka kembali fokus.

"Walna melah(merah) harusnya, Jun."

"Iyakah, Chan? Kalau begitu walna melah!" Jun mengambil crayon warna merah lalu fokus mewarnai.

"Chan, gambal apa?" Tanya Jun. "Chan gambal gunung." Chan masih fokus pada buku gambarnya. Jun meliriknya dan bergumam 'ohh' kemudian dia lanjut mewarnai.

"Ceoncaee! Seungkwan mengambil clayonkuu!" Soonyoung mengadu. Sooyeon langsung menghampiri meja mereka. Meja yang sedari tadi ribut. "Tidak, aku tidak mengambil, Yeon Ceoncae." Seungkwan dengan wajah yakin, mengatakannya.

"Maca walna hijauku tidak ada." Soonyoung merengut marah. Sooyeon mencoba mencari disekitar dan menemukannya dibawah meja keduanya. Dia meletakkannya dimeja. "Ini, Soonyoung. Lain kali harus cari dulu ya. Tidak baik menuduh temanmu."

Soonyoung mengangguk dan merangkul Seungkwan disebelahnya. "Maaf, Seungkwan." Katanya. "Iya, tidak apa." Balas Seungkwan.

Sooyeon langsung fokus pada yang lain. Sooyeon menghampiri meja yang sedaritadi membuatnya penasaran. Wonwoo dan Jihoon. Mereka berdua tidak ada ribut-ributnya sedar tadi. Tenang saja, tidak seperti yang lain. Ramai sampai membuat kepala Sooyeon pusing.

"Wonwoo dan Jihoon sedang gambar apa?"

"Gambal, teman-teman, Ceoncae. Iyakan, Jihoon?" Jihoon mengangguk. Sooyeon mengerti, mereka kerja sama menggambar teman-teman sekelas. Sooyeon memprediksi kalau mereka akan bersahabat sampai dewasa nanti. Daritadi terlihat sekali kalau mereka sudah nyaman satu sama lain.

"Lanjut kan ya. Semangat Wonwoo, Jihoon." Sooyeon mengelus bergantian kepala keduanya. Mereka berdua mengangguk.

.

.

Suasana ribut karena mereka ingin pulang. Sooyeon terkekeh melihatnya. "Iya, seonsae tau. Bel belum berbunyi, sayangku. Tunggu sebentar ya."

"Aku mau ketemu umma, ceoncaee!"

"Iyaaa!"

"Mau maiin!"

"Main! Main!"

"Waaa! Umma! Lihat itu ummakuu!"

"Ummaaa!"

"Babaaaa!"

Sooyeon melihat kearah luar dan mencari Umma Jihoon. Sooyeon sudah mengenal semua orangtua anak muridnya kecuali orangtua Jihoon.

"Jihoon? Orangtuamu tidak ada, nak?" Tanya Sooyeon. "Umma tidak akan datang, Ceoncae." Jawab Jihoon tenang. Wonwoon menatap keduanya dengan tatapan bingung.

"Kalau begitu Jihoon nanti pulang dengan ciapa?" Tanya Wonwoo. Jihoon tidak menjawab.

"Nanti pulang dengan aku ya, Hoon-ie." Kata Wonwoo. Jihoon mengangguk saja. Dia memang tidak tau siapa yang menjemputnya.

KRING KRING KRIINGG

"Yeaah pulangg!"

"Campai jumpa, ceoncaee!"

"Dadaaah teman-teman!"

"Woaaah! Ummaaa!"

"Dadah Ceoncaee!"

"Umma-umma! Ini gambalku! Bagus tidak, Bagus tidak?"

"Yuk, pulang!"

"Dadah, Jihoonie! Becok kita beltemu lagi yaa!"

"Dah, Soonyoung! Iya, becok kita beltemu lagi!"

"Mingyu-ya, hati-hati!"

"Wonwoo jugaaa! Campai jumpa, Wonwoo!"

Semuanya pulang bersama orangtuanya. Ada juga yang ikut temannya atau dititipkan orangtuanya kepada orangtua yang lain karena tidak bisa menjemput.

Sooyeon sukses menyukai anak-anak tadi. Semoga semua berjalan lancar. Sooyeon memperhatikan semuanya yang sedang sibuk sendiri. Ada yang sedang naik mobil, ada yang masih ribut juga, Sooyeon membalas lambaian tangan Jun dan Minghao yang mobilnya sudah akan membawa mereka berdua.

"Hati-hati! Sampai jumpa besok!" Teriak Sooyeon. Jun dan Minghao mengangguk.

Selesai.

Wow, Halo semuanya.

Aku hiatus menulis percintaan dulu ya. Jadi kubuat series chibi sebong. Semoga kalian suka. Seperti judulnya. Ini akan bertahap. Umur mereka akan bertahap.

Menulis ini membuatku gemaaass! Mereka lucuuu sekali! Bagaimana menurut kalian? Hehe. Kalau responnya bagus, aku lanjut. Oiya, untuk masa depan Seokmin, Jisoo dan Chan bagaimana? Aku bingung tolong sarannya ya!

Sooyeon disini adalah nama aslinya Jessica Jung. Penyanyi solo yang baru mengeluarkan Mixtapenya bulan lalu.

Kupikir kelas satu sekolah dasar masih ada aksen cadel-cadelnya kan? Aku harap kalian mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Jihoon kubuat seperti itu biar ada sedikit konflik hehe. Dan lagi, aku membuat Wonwoo dan Jihoon bersahabat hehe.

Semoga responnya bagus. Tolong berikan tanggapan kalian! Terimakasih