PERNIKAHAN DINI
Episode 01
"Shinichi Kudo, apakah engkau bersedia menerima Ran Mouri sebagai istrimu, baik suka maupun duka?"
"Ya, aku bersedia."
"Ran Mouri, apakah engkau bersedia menerima Shinichi Kudo sebagai suamimu, baik suka maupun duka?"
"A... aku... ya..."
"Baiklah, kalian kuresmikan sebagai suami istri. Shinichi Kudo, silahkan engkau boleh mencium istrimu."
"Ya..."
"Eehhh... ehhh... tunggu..."
"Ran..."
"TIDAAAKKKKKK!"
'KRRRIIINNNGGGG!'
"TIDAAAKKKKKK!"
Gadis itu langsung tersentak dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal. Matanya membelalak lebar. Rambutnya yang lurus panjang dan berwarna hitam sehingga memancarkan keindahan mahkotanya, sekarang tak berbentuk. Sepertinya, mimpi tadi seakan menjadi hal yang menakutkan bagi gadis itu.
"Hah... hah... aku mimpi... hah..." gumam gadis itu.
Sementara gadis itu berusaha mengendalikan nafasnya, ia kemudian memperhatikan sekeliling, memperhatikan semuanya yang bisa kulihat. Menolehkan pandangan pada jam beker yang barusan berbunyi tadi.
"HWAAAAA! JAM SETENGAH TUJUH! AKU HARUS CEPAT-CEPAT!"
Gadis yang sering dijuluki anggrek itu mendadak histeris. Tanpa ba-bi-bu, gadis itu langsung mengambil handuk yang tergantung di depan lemari pakaiannya, dan mendobrak paksa pintu kamar mandinya. Bibir indahnya tak henti memaki-maki dirinya sendiri.
Gadis anggrek itu, Ran Mouri namanya. Seorang siswi dari sebuah sekolah yang kualitasnya sudah diakui oleh seantero Jepang. Tinggal di kota Beika, Ran menuntut ilmu di SMU Teitan.
Ran merupakan anak tunggal dari pasangan suami-istri, Kogoro Mouri dan Eri Kisaki. Terlahir sebagai gadis yang memiliki kesempurnaan, setidaknya untuk menjadi kekasih idaman para remaja putra. Memiliki paras wajah yang cantik, sifat baik, penyanyang, ramah, penolong, rajin, pintar, ahli dalam segala bidang, membuat Ran menjadi salah satu-mungkin satu-satunya-gadis paling populer di SMU Teitan.
Satu ahli yang dimiliki oleh Ran, adalah kemampuannya dalam menekuni bidang karate. Berkali-kali mengikuti kejuaraan bidang karate antar daerah, berkali-kali pula Ran memenangkan pertandingan itu. Bisa dipastikan, jika ada lelaki hidung belang yang berani mengganggunya, maka tulang rusuknya saat itu juga akan patah.
Ran kini tinggal berdua saja bersama ayahnya, di kantor detektif tempat ayahnya bekerja. Ya, Kogoro Mouri adalah seorang detektif swasta terkemuka di Jepang. Ketenarannya pun tidak kalah dari sang anak. Selalu dapat diandalkan oleh Kepolisian Jepang, dapat memecahkan berbagai kasus sulit, menambah nilai plus untuk Ran, yakni memiliki ayah seorang detektif.
Sementara itu, ibunya, Eri Kisaki, adalah seorang pengacara handal. Selalu memenangkan perkara kasus di pengadilan untuk membela para kliennya, membuat Eri dijuluki sebagai 'Ratu Pengacara Jepang'. Tentu saja, popularitas Eri turut mempengaruhi eksistensi seorang Ran Mouri di mata para sahabatnya.
Namun sayang, ketenaran yang diperoleh Ran tidak seindah dengan kehidupan pribadinya. Hubungan rumah tangga yang dibina oleh Kogoro dan Eri pun harus dipisahkan akibat keegoisan masing-masing. Beberapa bulan yang lalu, Eri menangkap basah Kogoro sedang bersama dengan wanita lain di sebuah bar yang tak jauh dari kantor detektif. Eri yang sangat membenci dengan perselingkuhan, akhirnya memutuskan untuk tidak tinggal bersama lagi dengan Kogoro, sampai jalan perceraian pun sempat muncul dalam benak Eri.
Tetapi, Ran yang bersikukuh tidak ingin melihat orang tuanya bercerai, membuat hati Eri luluh. Ia mengurungkan niatnya untuk mentalak suaminya itu, meskipun akhirnya mereka tetap pisah rumah. Namun Ran tidak pernah patah semangat untuk mempersatukan kembali kedua orang tuanya.
Bersekolah di SMU Teitan, bisa membuat Ran bangga akan hal yang satu ini. Disebabkan karena orang-orang terpilihlah yang bisa menuntut ilmu di sekolah kebanggan kota Beika ini, dan Ran adalah salah satu dari orang-orang terpilih tersebut. Mungkin, hal ini menambah daftar kesempurnaan yang ada dalam kehidupan seorang Ran Mouri.
Kini Ran sudah selesai mandi. Dengan lilitan handuk jingga, dia keluar dari kamar mandinya. Dengan tergesa-gesa, Ran segera mengenakan pakaian sekolahnya. Dikiranya sudah lengkap, gadis lincah itu kini bercermin untuk memastikan semua yang dia kenakan sudah lengkap.
Ran segera turun ke lantai dua, tepatnya ke ruang kantor detektif, untuk mencari ayahnya. Mendapati ayahnya sedang bersantai menonton TV sambil menghirup kopi susu, Ran segera menghampirinya untuk berpamitan.
"Selamat pagi, Ayah," sapanya kepada Kogoro dengan lembut. Merasa namanya dipanggil, pandangan Kogoro pun beralih ke arah sumber suara.
"Oh, selamat pagi juga, Ran," balas Kogoro sambil tersenyum.
"Ayah sudah sarapan?"
"Ini, Ayah baru saja membuat kopi susu. Hei! Bukankah seharusnya kau bergegas cepat pergi ke sekolah?" tanya Kogoro kepada anaknya yang kini juga sedang menghirup teh hangat yang manis.
"Iya, iya, Ayah. Ini aku mau berangkat sekarang," ujarnya sambil menyeruput teh hangat miliknya.
"Kalau begitu, cepatlah. Kau tak lihat sekarang jam berapa?"
"Baiklah, Ayah. Kalau begitu, aku berangkat," ujar Ran dengan tergesa-gesa.
"Hati-hati ya, Ran."
Tidak mempedulikan teriakan ayahnya yang memperingatinya untuk berhati-hati, Ran kini bergegas keluar dari rumahnya, dan berlari menuju ke sekolah.
Sepanjang perjalanan menuju sekolahnya, Ran terus saja berlari tanpa melihat sekeliling. Sesekali, dia melihat jam tangannya yang melekat di tangan sebelah kanannya.
"Tinggal sepuluh menit lagi," gumamnya dengan deru nafas yang memburu. Kini Ran semakin mempercepat langkahnya, tidak mempedulikan keadaan sekitar. Akibatnya, dia tidak tahu bahwa diseberangnya juga terdapat seseorang yang tampak terburu-buru, hingga...
'BRUUKKKK!'
...mereka berdua saling bertabrakan dan terjatuh.
"Aduh! Sakit tahu," teriak seseorang itu yang terjatuh akibat bertabrakan dengan Ran.
"Ma, maafkan aku. Aku tidak sengaja. Maaf, ya..." ujar Ran sambil berdiri dari jatuhnya, kemudian berlari lagi meninggalkan orang itu.
"Hei, tunggu!" belum sempat orang itu memanggil Ran, Ran sudah keburu pergi menjauh.
"Hah... hah... akhirnya... aku... sampai... hah... hah..." ujar Ran yang kini sudah tiba di SMU Teitan. Dia melirik jam tangannya, menunjukkan bahwa waktu untuk masuk sekolah tinggal 5 menit lagi.
"Bagus! Aku tidak terlambat! Masih ada waktu!" seru Ran sambil tersenyum. Kini, dia bisa berjalan santai menuju kelasnya, tanpa perlu takut untuk terlambat.
Ketika sedang santainya berjalan di koridor sekolah, dia melihat sepasang kekasih yang berjalan tak jauh di depannya sambil bergandengan tangan. Karena mengenalnya, tanpa pikir panjang Ran langsung menghampiri mereka dan menyapanya.
"Pagi, kalian berdua!" seru Ran dengan bersemangat.
Kemudian pasangan itu langsung menoleh ke arah Ran. Sang wanita pun balas menyapa Ran, sementara sang pria terlihat cuek saja.
"Pagi, Ran!" sapa Shiho Miyano, sambil tersenyum ke arah Ran.
Shiho yang merasa kekasihnya itu tidak membalas sapaan Ran, segera menepuk pundak kekasihnya.
"Hei, kau tidak menjawab sapaan Ran, Shinichi!" ujar Shiho sambil tangannya tetap berada di pundak Shinichi.
"Apa, Shiho? Ada yang menyapaku? Mana? Mana?" ujar Shinichi Kudo yang pura-pura tidak mengetahui keberadaan Ran di samping Shiho. Ran yang mendengar itu, terpancing emosinya. Shiho pun hanya bisa menggeleng heran terhadap tingkah kekasihnya itu
"Kau ini! Mau cari ribut ya?" ujar Ran dengan ketus. Sebelum perdebatan semakin berlanjut, Shiho pun menengahi 'aura pertengkaran' mereka.
"Sudah, sudah. Pagi-pagi sudah ribut. Kau juga Shinichi, tak bisakah kau sekali saja rukun dengan Ran?" tutur Shiho dengan lembut.
"Apa? Aku? Harus rukun dengan 'Tante Rambut Tanduk' ini? Ogah!" ujar Shinichi dengan dingin. Merasa dirinya disindir dengan sebutan 'Tante Rambut Tanduk', Ran pun membalas perkataan Shinichi tidak kalah dinginnya.
"Kau pikir, aku mau akur denganmu, 'Om Rambut Kuali'?" balas Ran tidak kalah ketusnya.
"Sudah! Sudah! Sekarang kita ke kelas saja. Kau dengar bel tanda masuk baru saja berbunyi?" ujar Shiho sambil menarik tangan mereka berdua. Akhirnya, mereka bertiga bersama-sama masuk ke dalam kelas.
Di dalam kehidupan yang seimbang, dimana ada kelebihan pasti ada kekurangannya. Setidaknya, itulah yang dipercaya oleh Ran Mouri. Kehidupannya saat ini sempurna dengan nama yang tenar, kedua orang tua yang perhatian padanya (meskipun saat ini kehidupan yang terpisah), dikagumi banyak orang, mempunyai sahabat-sahabat yang baik. Oke, untuk kalimat yang terakhir ini, masih diproses dalam pikiran gadis itu.
Kenapa? Sebab, dari sekian banyaknya sahabat-sahabat, hanya satu orang yang dia ragukan sebagai sahabatnya. Ya, siapa lagi kalau bukan pria itu: Shinichi Kudo.
Shinichi Kudo terlahir dari pasangan suami-istri, Yusaku Kudo dan Yukiko Kudo. Yusaku Kudo adalah seorang penulis novel misteri handal, yang dimana tulisan-tulisannya itu selalu menjadi best-seller. Sedangkan Yukiko Kudo adalah seorang aktris Jepang yang sukses merintis karirnya sebagai aktris internasional. Saat ini, mereka tidak tinggal bersama Shinichi di Jepang, dan lebih memilih untuk tinggal di New York, Amerika Serikat, guna mengembangkan lagi karir mereka yang sedang naik daun.
Sementara Shinichi Kudo sendiri, adalah tipe idaman para murid-murid wanita. Bagaimana tidak? Tampan, muda, berbakat, pemain sepak bola handal, dan jenius? Adalah hal-hal yang sangat mudah untuk bisa menarik perhatian para wanita. Tak terkecuali, bagi kekasihnya saat ini, Shiho Miyano. Shiho Miyano juga sama dengan Ran, sama-sama menjadi magnet bagi para pria. Wajarlah bila mereka-Shiho dan Ran-dijuluki sebagai 'Duo Angels'. Dan kekompakan pasangan kekasih Shinichi dan Shiho dijuluki oleh para siswa SMU Teitan sebagai 'pasangan jenius'.
Namun sepertinya, anggapan itu tidak berlaku bagi Ran untuk Shinichi. Menurutnya, Shinichi itu adalah tipe cowok yang paling 'kamseupay' di seluruh antero Jepang (dan hal sebaliknya juga dipikirkan Shinichi untuk Ran). Makanya, dia heran, bagaimana bisa cewek secantik Shiho Miyano, bisa menjalin hubungan dengan Shinichi Kudo, si 'Om Rambut Kuali' itu? Lebih herannya lagi, bagaimana mungkin seorang Shinichi bisa menjadi teman masa kecilnya seperti Sonoko Suzuki, satu-satunya sahabat karib wanita yang begitu lengket dengan Ran semasa kecil.
Yang jelas, selama mereka menjalin persahabatan, jarang sekali mereka berdua itu akur. Jangankan untuk seharian penuh, selama sepuluh menit pun mereka tidak pernah bisa akur. Hal itu yang menjadi perhatian khusus kedua orang tuanya Ran dan Shinichi. Shiho pun hanya bisa geleng-geleng kepala jika melihat pertengkaran mereka, yang bisa disebabkan oleh hal-hal sepele, maupun hal-hal besar. Seakan-akan, pertengkaran mereka menjadi jadwal harian SMU Teitan. Shiho dan Sonoko sempat melakukan berbagai cara untuk bisa mendamaikan mereka, namun hasilnya tetap nihil.
Namun sepertinya, pertengkaran Ran dan Shinichi yang terjadi akhir-akhir belakangan ini, mungkin akan segera selesai. Ran tidak mengetahui, bahwa mimpinya tadi pagi, sebentar lagi akan menjadi kenyataan, dan mimpi itu akan terjadi, diakibatkan oleh perbuatan mereka sendiri yang sudah diluar batas.
BERSAMBUNG...
