Happiness you give .
© Naruto , Masashi Kishimoto, 1999
Chapter 1 : Prologue.
Disclaimere : Sekalipun author sujud-sujud sama Masashi Kishimoto, kayaknya Masashi-san ngga bakal ngasih.
Story : deeandra hihara
Editing : Darbi Arks XIII
Rate : T saja…
Genre : Bingung menentukan genre apa, yasud jadi Romance-Friendship sajah…
A/N : Umur Naruto dan kawan-kawan disini 20 tahun, kuliah di UK(Universitas Konoha).. Untuk tokoh-tokoh yang lain, silahkan hitung sendiri.
Februari 20XX, Nine tails fox café, KonohaGakure.
"Aku minta putus Sasuke! Putus!" ucap seorang perempuan yang tampak sangat sexy dan menawan. Namun, sekaligus memancarkan aura arogan.
Sasuke hanya diam. Memandang jalanan di depan café favoritnya itu. Berusaha mencerna kata-kata yang diucapkan perempuan di depannya. Walaupun ia tak ingin. Ia akan berusaha.
"Kamu tuh ngga pernah mikirin aku! Kalo lagi berdua, kamu Cuma diem! Aku terus yang ngomong! Nggak enak tau? Sementara kamu cuma mikirin mantan kamu itu! Si Sa… Sa siapa? Oh ya! Sakura!" teriak perempuan ini lagi, dengan volume suara yang lebih kencang.
Sasuke masih terdiam, tidak berminat meladeni perempuan di depannya ngobrol. "Ya udah kalo gitu kita putus aja. Aku juga fine fine aja ko putus ama kamu. Aku bisa nyari perempuan lain yang mau sama aku." Balas Sasuke dingin.
Karin, yang barusan berteriak keras, hingga semua pengunjung menatap mata ke arah mereka merasa malu, karena ternyata Sasuke yang selama ini ia kenal kalem mampu berteriak sekeras itu. Di depan khalayak ramai pula!
"Sayonara Sasuke!" bentak Karin dengan nada arogan, lalu menaruh beberapa lembar uang kertas Ryo, dan beranjak pergi. Saat berjalan, Karin yang mengenakan high heels 12 centi sengaja menghentakan kakinya keras-keras, agar semua orang tahu bahwa dia sedang marah.
Sasuke mengela nafas cepat. Sebenarnya ia tak mau putus dari Karin. Tapi, ia lebih tak mau putus dari Sakura. Otak dan batin Sasuke membawa Sasuke ke masa 2 tahun yang lalu…
flashback
Salju turun dengan lebatnya. Membuat KonohaGakure menjadi kota yang berselimut salju tebal. Saat itu, Sasuke sedang dinner bersama Sakura di sebuah restoran mewah langganan keluarga Sasuke.
"Mmm… Sasuke-kun." Ucap Sakura malu-malu.
"Ya Sakura?" balas Sasuke sambil melihat salju yang turun dengan indahnya. Salju yang berkilau bagaikan mutiara di laut hitam pekat.
"Kalau aku minta putus, boleh?" tanya Sakura sambil membetulkan dress maroon yang serasi dengan rambut pinknya yang dibiarkan tergerai indah.
Sasuke yang sedang meminum white wine nya tersedak, sampai wine nya mengenai taplak meja putih susu di depannya. "Kenapa Sakura?"
"Sebenernya, aku juga nggak mau putus sama kamu. Aku harus ikut ayah. Ayah dimutasi ke IwaGakure. Nggak tahu sampe kapan. Kamu mending nyari pacar lain aja yang lebih baik dari aku." Ucap Sakura sambil menahan bulir-bulir air mata yang siap jatuh di pelupuk matanya. Ia tahan sekuat mungkin. Agar tak membuat Sasuke mengira dirinya cengeng.
"Menangislah.. Aku akan jadi penopang kamu saat kamu pengen nangis. Sekalipun kita akan putus hari ini." Ucap Sasuke tegar. Saat itu, jika ada dobe yang sedang dinner bersama Hinata disampingnya, maka ia akan menarik dobe ke kamar mandi, dan menangis seperti cewek kebanyakan.
"Sasuke-kun…" Sakura terdiam. Menjatuhkan air mata bak mutiara yang sedari tadi ia tahan. Menangis sesengukan di depan Sasuke. Sasuke yang merasa harus jadi gentleman bangun dari kursinya, dan menarik Sakura bangun. Memeluknya dengan protektif.
"Menangislah. Setelah itu, jadilah kuat. Simpan air mata itu hingga kau tak mampu membendungnya lagi, dan keluarkanlah jika memang sudah tak bisa dipendung. Itu yang selalu mendiang nii-san kamu katakan. Baik ke aku, kamu, bahkan si dobe yang dekat dengan nii-san kamu itu." Ucap Sasuke sambil memeluk Sakura ke dadanya yang bidang. Dan mengelus rambut pink halus itu.
"Arigatou Sasuke-kun.. Aku nggak tau harus gimana lagi.. Andai aku bisa tinggal disini.. Dan bisa menjalin hubungan sama kamu.." ucap Sakura disela-sela tangisnya.
Sasuke hanya bisa tersenyum dan tanpa sadar, ia menitikan setetes air mata dari bola mata onyx nya yang indah. Tapi, segera ia seka air mata itu agar Sakura tak makin sedih.
Setelah 5 meint menangis di dada Sasuke, Sakura berhenti menangis. Ia menatap mata onyx Sasuke, Sasuke pun menatap mata emerald hijau indah Sakura. Lampu digelapkan oleh Sasuke. Diterangi oleh beberapa lilin yang menyala, dan berlatarkan salju keperakan diluar restoran, Sasuke mendekatkan bibirnya ke Sakura. Sakura mengerti apa yang Sasuke inginkan. Sakura pun memejamkan matanya.
Sasuke semakin mendekatkan bibirnya ke bibir Sakura, Sakura hanya berdiam saja dan akhirnya, Sakura merasakan bibir lembut itu datang kepadanya. Ia merasakan ciuman itu… hangat dan lembut. Sasuke memang tahu bagaimana ia harus mencium seorang wanita. Mungkin, hanya Sasuke lah yang bisa memberikan ini ciuman ini kepada sakura, dan mungkin ini juga ciuman terakhir dari Sasuke yang bisa Sakura rasakan… dan tepat saat itu, di malam yang indah, perlahan bulan pun muncul. Menyinari mereka dengan indahnya, seakan tersenyum hangat kepada pasangan itu…
Sasuke melepas bibirnya dari bibir Sakura, dan mengelus rambut Sakura perlahan. "Kamu kapan pindah ke Iwa?" tanya Sasuke (sok) tenang. Aslinya, Sasuke malu banget!
Sakura yang masih blushing cemberut lagi. "Lusa. Kamu nganter ya?" pinta Sakura dengan mata puppy-eyes. Sasuke yang tak bisa melihat puppy eyesnya Sakura langsung mengangguk.
"Aku nganternya dari rumah kamu yah. Nanti, kita ke bandara sama-sama. Lusa aku kesana. Janji.." Jawab Sasuke dengan tenang dan telah kembali ke cool mode nya lagi.
Sasuke melirik jam tangannya, dan jam sporty itu telah menunjukan pukul 10 malam. "Pulang yuk. Aku anterin."
Sakura mengangguk lemah. Lalu mengikuti Sasuke menuju mobil audi hitamnya yang diparkir di depan restoran.
Malam itu ditutup dengan ciuman selamat malam dari Sasuke di pipi Sakura yang lembut.
Tak terasa, 2 hari berlalu dengan cepat. Tibalah hari dimana Sakura akan pindah ke IwaGakure, dan dengan kelapangan dada, Sasuke mengantar Sakura ke bandara.
"Sakura.." ucap Sasuke dengan nada yang, mm… malu-malu. Sangat tidak ke-Uchiha-an.
"Ya, Sasuke-kun?" jawab Sakura dengan muka merah dan mata yang bengkak.
"Terimalah ini Sakura. Anggap saja ini adalah hadiah persahabatan kita, kalo kamu nggak mau anggep sebagai hadiah perpisahan. Tapi, aku ngarepin, buat kamu ini hadiah yang ngga akan kamu lupain." Ucap Sasuke sambil menyerahkan sebuah bungkusan warna pink ukuran besar yang diikat dengan pita merah.
"Arigatou Sasuke-kun.. Arigatou!" ucap Sakura sambil (lagi-lagi) menahan tangisannya yang hampir keluar. Hampir, kalau tak dicegah Sasuke dengan sapuan jarinya ke mata Sakura.
"Jangan nangis lagi. Inget kata nii-san kamu. Jangan menangis sampe kamu membutuhkannya lagi." ucap Sasuke sambil tersenyum sangat manis. Senyum termanis yang pernah Sakura lihat selama ia kenal dengan makhluk bernama Uchiha Sasuke.
"Aku juga punya hadiah buat kamu." Ucap Sakura sambil meraih tas besar warna hitamnya. Dan mencari sesuatu dengan tangan dan jari kecilnya. "Ini buat kamu." Ucap Sakura.
"Apa ini?" Sasuke melihat-lihat kotak hitam kecil yang dibungkus pita silver. Lalu menggoyang-goyangkan isinya.
"Kamu bukanya nanti aja. Kalo aku udah pergi." Ucap Sakura sambil terus menggenggam tangan Sasuke yang besar dan hangat.
Sasuke dan Sakura berusaha menghabiskan waktu terakhir mereka sebaik-baiknya. Tanpa ada adu mulut dan pertengkaran sekacil apapun. Salju yang sudah tak turun sedari kemarin membuat suasana menjadi sedikit lebih hangat. Namun, suasana indah memang sulit diciptakan tanpa salju, begitu pikir Sasuke yang amat menyukai musim salju.
"SAKURAAA! AYO KESINI! PESAWATNYA SUDAH MAU BERANGKAT!!" teriak ibunya Sakura. Sakura memasang tampang manyun.
"Jangan manyun dong. Aku usahain ke sana pas libur." Hibur Sasuke. Sakura tersenyum lagi.
"CEPAT SAKURAA!" teriak ibunya Sakura lagi. Sakura manyun lagi, dan Sasuke tahu apa yang Sakura harus dapatkan agar tak manyun lagi.
Sasuke mencium Sakura cepat, yang membuahkan garis-garis merah di pipi Sakura. "Sekarang pergi. Aku akan selalu mengenang kamu." Ucap Sasuke dengan nada (sok) tegar.
"Aku juga nggak akan melupakan kamu Sasuke."
Sakura segera berlalu dari hadapan Sasuke. Setelah beberapa langkah, Sakura menoleh lagi ke arah Sasuke dan melambaikan tangannya.
Sasuke hanya bisa tersenyum saat itu. Dan saat ia tiba di kamar di rumahnya, ia menangis. Seorang diri.
End of flashback.
Sasuke melengos kesal. Kenapa sekarang aku teringat Sakura? Batin Sasuke dalam hati.
Setelah keadian menghebohkan itu selesai, orang-orang yang tadi menatap mereka berdua kembali ke pekerjaan masing-masing. Sasuke juga harus kembali ke rumahnya. Ada tugas kuliah yang belum ia selesaikan.
Di perjalanan menuju mobilnya yang ia parkirkan di basement, ingatannya dan memorinya bersama Sakura berputar dengan cepat. Amat cepat, sehingga membuat kepalanya sakit luar biasa. Sasuke yang hampir kehilangan kesadaran karena sakit yang menyerang kepalanya tetap berusaha bangun dan meraih handphone nya dari saku celananya. Lalu menghubungi sebuah nomor.
"Dobe. Hai.. Gue ke rumahmu sekarang ya Dobe. Panggilkan ayahmu ke rumah juga dobe. Tolong ya." Pinta Sasuke dari ujung telefon.
"Hai.. Sas-key temeee! Jangan panggil aku dobe! Iya iya, gue panggilkan ayah. Tapi buat apa? Nanti malah mengganggu kerjanya loh. Nggak usah panggil ayah! Disini ada Shikamaru, Kiba, Gaara dan Neji loh! Mau makan bareng di Ichiraku! Cepat Temee! Kami menunggu!" balas Naruto ceria.
"Iya gue ke rumahmu sekarang dobe. Tapi, panggilkan ayahmu." Tanpa menunggu balasan Naruto, Sasuke memutus telefonnya dan dengan sedikit energi yang tersisa, ia memacu audi hitamnya ke rumah Naruto.
TBC!
