M. Kishimoto own Naruto & all the characters
Au, typos, bahasa semi baku & maybe out of character but I tried my best to stay in IC
.
.
.
.
.
.
.
.
Seoul Metropolitan Library merupakan tempat dimana Sakura menghabiskan waktu luangnya, menenggelamkan diri dalam fiksi petualangan dan humor, kala ia sedang tak ada jam kuliah. Ia lebih akrab dengan buku dan skripsi-skripsinya ketimbang keluarganya. Memang, sejak usia sepuluh ia dan ibunya pergi dari Jepang dan mencari kehidupan baru, melupakan kematian ayahnya. Sayang sekali, kehidupan barunya tak berpihak padanya, ibunya lebih akrab dengan klub-klub malam Seoul ketimbang putri semata wayangnya.
Untung Sakura cukup pintar memutar akal.
Online shop-nya cukup membiayai kehidupan sehari-harinya sendirian, dan kucuran dana siswa teladan membuatnya mampu menyewa apartemen di kawasan Gwangjin.
Dan pagi ini, lagi-lagi, Sakura menemukan dirinya di antara rak-rak buku bagian fiksi populer, membaca sampai satu jam lagi dan ia akan ke stasiun, membeli beberapa ddong ppang dan kopi hangat dalam gelas kertas . Mungkin untuk sebagian orang di belahan dunia lain, poop memang diartikan jorok dan tidak sopan. Tapi tidak bagi Sakura dan warga Korea lainnya, karena bentuk ddong ppang yang seperti poop melambangkan keberuntungan. Selain itu, filling pasta azuki —kacang merah mengingatkan Sakura pada negara kelahirannya.
Jadi, persetan diet dan operasi plastik, karena Sakura, sudah cukup cantik dengan pipi chubby-nya.
.
.
.
.
.
"Sunbae-nim, kau sudah baca e-mail-ku kan? Aku membutuhkanmu untuk men-design ulang website-ku. Kan sudah tiga bulan. Customer-ku lama-lama akan bosan dan malas."
Kim Hi No memutar matanya bosan, "Sakura chagiya, aku sudah bilang kan aku benar benar benar, sangat sangat sangat, sedang sibuk. Tutup saja online shop-mu."
"Sunbae-nim..." Jurus mautnya telah keluar, puppy eyes.
Kim Hi No mengencangkan ikatan rambut blonde-nya dan mengehela napasnya, "ne, ne. Tapi upah dua kali lipat."
"A-apa? Tidak bisa dong.. bukannya itu tidak berperikemanusiaan?"
"Ya sudah, tuh, lihat tidak laki-laki yang di sebelah sana? Dia, saat ini, adalah orang yang paling punya banyak waktu. Jadi dia tepat untuk mengurusi online shop-mu itu."
Arah pandang Sakura mengikuti telunjuk sunbae-nya. Di depan kelas, laki-laki berambut emo dan kacamata frame hitam dengan kaus dan denim, wajahnya tidak terlalu jelas.
"Paling punya banyak waktu? Bukankah sunbae-nim sekelas dengannya? Sama saja dong.."
Mungkin Kim Hi No adalah orang yang paling sulit diganggu sekarang ini, dan Sakura sama sekali tak bisa baca situasi. Beberapa script bahasa pemrograman cobol dan dan algol minta segera diselesaikan, tapi Sakura tetap berdiri di samping mejanya dengan wajah innocent dan tidak menyerah dengan permintaannya. Dan Hi No menjadi semakin jengkel dengan Sakura yang tak mengenal si jenius.
"BIsa-bisanya kau tak mengenali orang macam dia."
"Memangnya dia siapa?"
"Kau tinggal di hutan atau dimana sih?"
"Siapa? Dia anggota boyband?"
Kim Hi No benar-benar tak tahan jika sudah berbicara dengan Sakura.
"Si Sasuke Uchiha. Kan dia sudah digaji, dibooking perusahaan internasional. Si sombong dan arogan, si jenius, dan.. ah ya, pemenang vote cowok paling hot se-Myongji."
Sakura membelalakan matanya, "Sehebat itu? Namanya Sasuke? Dia orang Jepang?"
"Tidak tahu deh, banyak rumor. Kebanyakan fangirl, sih."
Atensi Sakura telah teralih sepenuhnya ke sudut kelas, Sasuke hendak meninggalkan ruangan.
"Wah, dia keluar tuh. Cepat kejar, mureoboseyo! demi kelangsungan website-mu!"
Dan Sakura melesat, lebih cepat dari kilat, meninggalkan Kim Hi No yang terkejut dengan reaksi Sakura, mungkin dia lupa sedang pakai rok mini.
"Tunggu! Sasuke-oppa!"
Jadi, disinilah Sakura. Menarik ujung kaus Sasuke yang membuat dahi lelaki itu berkerut seketika, Sakura buru-buru melepaskan pegangan Sakura pada kausnya, tiba-tiba Sakura limbung di atas high heels-nya dan..
Brugh
Keduanya sukses menjadi pusat perhatian di lobby gedung B Myongji University, dan Sakura yang menyadari posenya , menimpa sang superior di atas dadanya..
satu detik.. dua detik… Sasuke harum sekali.
"Ya*! Apa kau gila?" Dan Sakura kemudian buru-buru kembali tegap, merapikan baju dan roknya. Menyadari lelaki yang sangat tampan menunggu penjelasan di hadapannya , membuatnya salah tingkah dan— "Mianhae, ne, namaku Sa—"
"Aku tidak tanya namamu. Waktuku sedikit jadi cepatlah."
"Mian, apa kau punya waktu untuk men-design ulang website online shop-ku? Aku mendengar dari Kim Hi No-Sunbae, katanya semua orang sedang sibuk kecuali kau, oppa."
Sasuke memandanginya dengan tatapan aneh, Sakura merasa seperti ditelanjangi dengan pandangan terlalu menusuk seperti itu, membuat Sakura berpikir mungkin saja dia adalah psycho, masochist atau semacamnya, sayang sekali dia tampan jadi—
Ah, Sakura baru teringat satu hal, tidak ada yang gratis di dunia ini. "Ah, aku tidak memintamu dengan cuma-cuma kok. Ada bayarannya, kita bisa bicarakan itu na— "
Sekilas, Sasuke menyeringai. Sakura terpana bersamaan dengan efek ngeri yang ditimbulkan dari seringaian wajah tampan —yang sepertinya asli dan bukan hasil operasi plastik.
"Baik, apa itu bayarannya?"
Got it, ternyata Sasuke-oppa juga manusia biasa— "euh, biasanya Hi No-sunbae dapat dua potong outfit atau kalau dia sedang butuh uang, sekitar dua puluh lima ribu Won."
Apa yang Sakura lewatkan sejak tadi adalah: jas hitam di tangan Sasuke, khas boyband. Baiklah jadi dia benar-benar orang Korea, tapi kenapa namanya Sasuke? Sakura baru saja berharap Sasuke akan memakai jasnya, "Ck, aku tidak akan bekerja dengan bayaran segitu."
"J-jadi? Sasuke-oppa ingin berapa?"
"Dua ratus ribu Won." Sakura nyaris terjengkang ke belakang.
Memohon sepertinya jadi keahlian Sakura akhir-akhir ini, "jebal.."
Sasuke meneliti penampilan wanita rambut merah muda di hadapannya. Kemeja peach dan rok mini, high heels tinggi sekali dan tas ransel kulit. "Kau dari jurusan mana?"
Merasa risih diperhatikan seperti itu, Sakura memainkan tali tasnya dan berusaha se-rileks mungkin,
"sastra Belanda," alis Sasuke terangkat, "namamu?"
"Sakura Haruno."
Lagi-lagi, dahi Sasuke mengernyit, "kau orang Jepang?"
"Ne, aku lahir di Jepang, tapi sekarang aku warga negara Korea Selatan."
"Akan kupertimbangkan." Dan Sasuke menghilang di kerumunan.
.
.
.
.
.
Sore hari, sebelum Sakura pulang, biasanya ia akan mampir ke mini market, membeli cemilan dan bahan-bahan makan malam sebelum akhirnya bergelut di depan laptop mengurusi online shop-nya dan kemudian dilanjutkan dengan mendalami buku-buku tebal sastra. Hari ini pilhannya jatuh pada mie saus pasta kacang kedelai hitam, jajangmyeon.
sepanjang perjalanan pulang, Sakura terusik dengan satu hal. Bagaimana mungkin lelaki setampan itu bisa begitu sombong dan kasar dan sama sekali tidak mau rugi dan, dan…
mungkin, bisa saja, dia operasi plastik? Tapi tidak, wajah seperti itu benar-benar alami dan —dia orang Jepang?
Sakura mengeluarkan uang receh dan memasukannya ke mesin penjual otomatis di samping minimarket
Klang
Kaleng yang sudah ada di genggaman Sakura terjatuh karena tangannya sangat licin, dan ia menenteng belanjaan yang cukup berat dan ia—
"I-ini minuman anda," Seorang perempuan menyerahkan kaleng minuman itu pada Sakura. Sakura terpana pada wanita di hadapannya ini yang begitu cantik. Rambutnya warna navy blue, mengingatkan Sakura pada lelaki sombong tadi, warnanya sama, Dan matanya —apa itu? Warna Lavender?
Wanita ini mulai merasa salah tingkah karena Sakura justru memandanginya dan bukan segera mengambil minuman kaleng dari tangannya, "P-permisi agasshi.. gwaenchana yo?"
"Ah, ye, ye. Chusongheo," Sakura segera mengambil minuman kalengnya dari tangan wanita wanita itu yang terulur sejak tadi. Sakura membungkuk, "Gamsahamnida." Wanita itu tersenyum dan membungkuk singkat, lalu pergi meninggalkan Sakura.
Omo, dia mirip sekali dengan Sasuke-oppa!
.
.
.
.
.
Sakura bangun pagi ini dengan kantung mata, menyelesaikan tugas-tugas dan mengurusi online shop-nya bukan hal mudah dilakukan seorang diri. Tapi ia tak dapat mengeluh, sayang sekali untuk menyewa asisten membutuhkan biaya yang lebih mahal, dan itu hanya terjadi jika online shop-nya kebanjiran customer seperti saat-saat natal dan tahun baru. Sayang sekali natal dan tahun baru hanya terjadi satu kali dalam setahun.
Jadi ia menghibur dirinya sendiri, membuat kopi, menghangatkan ddong ppang-nya.
Kriing
Sakura menoleh dari pantry, voice mail recorded telepon rumahnyaberbunyi.
Kim Hi No sunbae-nim:
"Anyeong, aaa Sakura, bagaimana? Si pangeran es itu mau membantumu tidak? Sejujurnya aku penasaran karena ia tak pernah bicara pada siapapun di kelas kami. Oh atau jangan-jangan kau tidak berhasil bicara dengannya? Mian, jika begitu, mungkin seharusnya kau tutup saja online shop-mu dan bekerja paruh waktu di restoran pinggir sta—"
Klik.
Sakura sudah tau apa yang sunbae-nya akan katakan. Jadi ia memasang wajah malas tak berminat dan mengeluarkan ddong ppang-nya dari microwave. Cepat-cepat menghabiskannya dan beranjak mandi.
.
.
.
.
.
Cuaca hari ini cukup berangin dan Sakura memutuskan mengenakan sweater-nya. Tujuannya hari ini adalah gedung B, yang terletak berhadapan dengan gedung A —sastra. Tentu saja itu demi kelangsungan online shop-nya, dan keinginan terselubung, cuci mata.
Ia harus membuat Sasuke-oppa mau men-design ulang website-nya.
Jadi seusai jam kuliahnya, ia berlari ke gedung B. Berharap Sasuke-oppa masih di kelasnya dan segera menyetujui kesepakatan mereka berdua —tentunya dengan bayaran minim dan bukan dua ratus ribu Won.
Beberapa orang yang di lewati Sakura menyapanya ramah, Sakura terus berjalan dengan smartphone di tangan kanannya dan ransel berisi laptop di punggungnya.
Seseorang menepuk punggungnya, "Ya! Sakura! Kau tidak membalasa voice mail-ku!"
Sakura menoleh dan menemukan Kim Hi No sunbae-nim berjalan di sampingnya, "Ah, ye, mianhae sunbae-nim."
"Jadi bagaimana? Apa kau berhasil membujuknya?" Tanya Kim Hi No penasaran.
"Tidak tahu, sunbae-nim. Kau tahu dia minta bayaran berapa?"
"Eh? Berapa?"
"Dua ratus ribu Won." Permen yang sedang dikulum Kim Hi No tertelan dan ia tersedak karena tertawa, "Pfft. Keuntungan online shop-mu memangnya berapa? Dasar tidak waras. Tapi paling tidak kau bicara dengannya kan? Lee Cha Neul teman sekelasku, fangirl-nya Sasuke Uchiha sih, yah dia mengajak Uchiha itu bicara dan nekat minta alamat e-mail. Tapi ehem, dikacangin. Lalu, dia nangis-nangis."
Sakura menganga tidak percaya, "aku mengerti dia tampan. Tapi masa sampai segitunya?"
Kim Hi No menggembungkan mulutnya, "Tidak tahu, tuh. Aku tidak tertarik sih. Mahasiswa jurusan teknik di lantai bawah juga tampan-tampan dan ramah kok."
Sekilas, Sakura memutar bola matanya, "Ne, ne, sunbae-nim. Kalau temanmu yang lain tidak ada yang bisa bantu memangnya?"
"Semua sedang sibuk menyelesaikan materi, mengulang beberapa bab, tak ada yang punya waktu mengurusi website-mu atau hal semacamnya. Bernapas saja sulit."
Pupus sudah harapannya, Sakura menghela napas "ah. ne, ne. aku mengerti. Sunbae-nim apa kelasmu sudah bubar? Aku mau bertemu Sasuke-oppa."
"Lho? Jadi kau setuju dengan dua ratus ribu Won?"
"Tidak sih. Tapi kemarin dia bilang mau mempertimbangkan," Sakura berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "dengan biaya lebih berperikemanusiaan, mungkin."
"Dia ada di kelasku kok. Tadi waktu jam selesai, dia masih duduk. Main game online sepertinya."
"Ah, gomawo yo."
"Kalau begitu aku duluan. Sudah ada janji bertemu Mr. Han, bye semoga berhasil! Fighting!" Kim Hi No melewati Sakura dan melesat, menghilang di ujung belokan.
Seorang perempuan berkacamata dan berambut merah menepuk bahu Sakura, "Anyeong!"
Sakura menoleh dan tersenyum senang mendapati sahabatnya, Song Ka Rin. "Aigoo, Ka Rin, kau mengejutkanku. Apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau masih di gunung dengan klub pecinta alam?"
Ka Rin tersenyum senang, "Sakura, aku benar-benar tak sanggup pergi dengan mereka. Bau dan tidak mandi! Jadi aku pulang duluan sejak dua hari lalu. Tadi ada keperluan dengan anak teknik. Sekarang mau ke kafetaria sih. Kau sendiri sedang apa disini? Menemui Hi No-sunbae?"
Sakura membuat ekspresi ew dengan jijik, "Jadi, kau tidak mandi selama berapa hari? Ah tidak. Aku mau menemui Sasuke-oppa."
Ka Rin yang sedang meneguk soft drink-nya tersedak, "Hah? Sasuke-oppa —maksudmu Sasuke Uchiha anak IT? Yang sekelas dengan Hi No Sunbae bukan?"
Sakura menepuk-nepuk punggung Ka Rin, "Ne, ne. Wae yo? Kenapa kaget sekali?"
"Kau bercanda! Bukankah dia tak pernah bicara dengan siapapun? Dia yang menang voting —cowok terganteng itu? Yang fangirl-nya bertebaran dimana-mana? Bagaimana bisa kau berurusan dengannya? Dan urusan apa itu?" Karin benar-benar terkejut dengan apa yang ia dengar. Sakura. Berurusan. Dengan. Cowok. Terganteng. Se-Myongji? Dan. Dia. Benar-benar. Sulit. Amat. Sulit. Didekati.
"Wae yo? Kau ini kenapa sih? Ya, memang dia. aku sendiri baru tahu dari sunbae-nim tentangnya. Sunbae-nim tak ada waktu men-design ulang website-ku. katanya, semua orang sedang sangat sangat sibuk sekali, dan hanya dia satu-satunya orang yang punya cukup waktu—"
"Kau bercanda! Tentu saja, dia kan jenius." Ka Rin berapi-api, "tapi, kudengar orang-orang yang berbicara dengan dia, hmmm tidak direspon. Kau beruntung sekali!"
"Jadi dia memang benar-benar se-terkenal ini? Bagaimana bisa aku tidak tahu—"
"Kau ini kurang pergaulan, Sakura. Makanya ikut aku nongkrong di kafetaria. Dan hentikan kebiasaanmu memamah biak di perpustakaan."
Sakura membelalak, "enak saja memamah biak! Kau kira aku hewan? Tapi benar, kukira dia anggota boyband atau semacamnya. Wajahnya itu —mungkin operasi plastik? Bukannya itu terlalu tampan? Berapa juta Won yang akan ia habiskan hanya untuk operasi waj— "
"Sakura, dia itu anaknya Yoon Jin Yi!"
Dan Sakura menganga semakin lebar, "Yoon jin Yi bukannya pemain K-drama? Yang jadi Me Ah Ri di serial Gentleman's Dignity itu kan?"
Ka Rin tersenyum senang, "Wah, tahu juga kau. Iya, memang."
Gantian, Sakura yang bingung. "Jadi kenapa namanya Sasuke Uchiha? dia kan orang Korea asli—"
"Aku pernah baca di majalah sekolah, itu juga katanya mereka sulit sekali mewawancarai si Uchiha. katanya, Jin Yi-Ajumma suka sekali sama suatu anime Jepang waktu kecil jadi ia beri nama anaknya sesuai karakter favoritnya gitu deh." Ka Rin berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Dia memang orang Korea asli, beda denganmu." Sakura memutar bola matanya menyadari Ka Rin memanggil ibu Sasuke dengan sebutan Ajumma —yang kesannya sudah kenal akrab sekali.
Kemudian Ka Rin dengan mata berbinar melanjutkan lagi, "Jin Yi-ajumma tidak operasi plastik! Buktinya, Sasuke sudah tampan sejak kecil. Kalau ia operasi plastik sudah pasti wajahnya berbeda dengan Sasuke. dan Sasuke juga sama, kalau ia operasi plastik pasti akan sulit dikenali sebagai anak dari Yoon Jin Yi."
Sakura menyipitkan matanya, sadar dengan kapasitas pengetahuan Ka Rin mengenai Sasuke-oppa dan mulai curiga "jangan-jangan kau salah satu fangirl-nya ya? Dan —aigoo! Aku baru sadar Sasuke-oppa memang mirip sekali dengan Yoon Jin Yi."
"Well, karena dia memang anaknya."
Sakura menepuk jidatnya, "Omo! Aku sampai lupa, aku harus segera ke kelas Sasuke-oppa. Bye!" Kemudian Sakura melesat secepat kilat menuju dua lantai di atasnya.
Sakura POV
Ya ampun! Gara-gara Ka Rin aku sampai lupa, jangan-jangan Sasuke-oppa sudah pergi! Tidak, tidak, aku harus cepat. Untung saja hari ini aku tidak pakai high heels dan rok mini —ck, kadang-kadang benda itu bisa jadi sangat merepotkan. Eh tunggu, apa itu di depan lift?
엘리베이터가 고장입니다!계단 모든 운동을하시기 바랍니다. Fighting :)!
—Lift rusak! Silahkan naik tangga sekalian berolahraga. Fighting! )
Oh Tuhan bagus sekali, bisa-bisanya lift rusak disaat aku sedang buru-buru seperti ini. Baiklah aku kan menggunakan tekad api, hanya tinggal tiga lantai lagi menuju lantai tujuh. Hanya.
Bruk
"Ya! Ne agasshi, tolong kalau jalan lihat-lihat!"
Lho, Sasuke-oppa? Eh tunggu, siapa itu wanita yang bergelayut di lengannya?
"Oppa?"
B-bukannya.. ini wanita cantik yang kemarin mengangkat kaleng minumanku di depan mini market?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
つづく
Tsuzuku
.
.
.
.
.
.
.
-/-
Ya! : hei
Ye : iya
Ne : iya
Jebal : ku mohon
Mureoboseyo : cepat tanya
Gomawo : terimakasih
Mian / mianhae / chusongheo : maaf
Chagiya : semacam panggilan sayang
Ddong ppang : makanan khas korea, mirip taiyaki. Isinya pasta kacang merah. enak
Jajangmyeon : makanan khas korea, mie saus pasta kacang kedelai hitam. enak
Anyeong : halo/ sapaan
Agasshi : panggilan nona
Gwaenchana : kau baik-baik saja?
Oppa : panggilan untuk kakak laki-laki
Sunbae-nim : sama seperti senpai
Ajumma : bibi
Wae yo : kenapa
Aigoo / omo : semacam aduh / astaga / ya ampun
Myongji University : sebuah universitas di Namgajwa-dong, Seoul, Korea Selatan.
-/-
.
.
.
a/n :
halo saya datang dengan fic gaje lagi ahaha. Fic-fic saya hampir semuanya menggunakan latar selain jepang, tiba-tiba kepengen nge-blast sama korea. Ya jadinya aneh gitu deh ahaha *ketawa hambar*
kalo untuk kosa kata yang di atas itu kayanya reader semua udah paham ya? Apalagi yang doyan nonton K-drama =w=
Ddong ppang itu semacam kue keberuntungan buat orang Korea, di dalem kue ada kertasnya. Dan jajangmyeon —enak banget!
Saya yakin disini ga sedikit yang mengikuti perkembangan k-pop, jadi pasti nyambunglah sama fic ini *maksa*
Kim Hi No itu Ino, dan Song Ka Rin itu Karin. Gyahaha, di ubah dikit namanya yah. Dan perempuan yang ketemu sama sakura di mini market itu, yang mirip sama sasuke-oppa *cielah* bukan Yoon Jin Yi alias ibunya. Bukan kok. Pokoknya bukanlah. /duak
Okay kritik dan saran sangat ditunggu, seperti biasa. dan kalau ada yang ga dimengerti silakan tanya ^o^
Nah gimana gimana? saya butuh pendapat anda apakah fic ini dilanjut atau tidak =w=
Kalau sedikit atau bahkan ga ada yg mau di lanjut —okay saya akan discontinued karena entah kenapa ngerasa fic ini abalnya dewa.
Terima kasih sudah membaca!
Satsuki.
