Penulis : Deerstories02

Disclaimer : Tuhan, keluarga mereka dan fans

Peringatan : Yaoi, boyxboy, kesalahan tata bahasa, bahasa campur (baku-non baku),dll


DUSK TILL DAWN


Pria dengan garis rahang tegas itu menatap kesibukan teman-temannya yang sedang sibuk menghitung hasil taruhan mereka malam ini. Lagi-lagi pria itu berhasil memenangkan balapan liar yang bahkan menurutnya tidak seberapa itu namun cukup membuatnya terhibur malam ini.

"Sehun,"Pria itu mengangkat satu alisnya,

"Bergabunglah, malam ini kita mendapatkan lebih." Pria yang dipanggil Sehun itu mengangguk lalu berdiri dan bergabung dengan teman-temannya.

"Aku tahu, kau masih belum puas dengan balapan malam ini,"Ucap salah satu dari mereka lalu meninju pelan bahunya.

"Aku tidak sebanding dengan mereka Kris,"Kris mengangguk lalu menyerahkan setumpuk uang.

"Ambilah, anggap saja malam ini hanya hiburan semata."Sehun menggeleng lalu mendorong kembali uangnya dan segera menjauh.

"Kau yakin?" Sehun melambai tanpa menoleh.

Sejujurnya Sehun tidak tahu kemana tujuannya selanjutnya, hanya saja ia benar-benar tidak ingin pulang ke apartemennya walau langit mulai terlihat menerang secara perlahan. Ia mengarahkan motor Ducati nya mengikuti keinginan hati dan disinilah ia berakhir, jembatan sungai Han. Pria pucat itu menepikan motor, lalu melepas helm dan segera menghirup udara disekitarnya dengan tenang. Dengan perlahan ia memejamkan mata dan kembali menghirup kumpulan oksigen dan menghembuskan pelan. Sehun memutuskan turun dari motor lalu melangkah menuju pembatas jembatan, manik matanya menatap langit yang mulai berubah warna, sesekali ia menyugar rambut blonde nya yang tumbuh melewati telinga. Pikirannya sedang bercabang dan ia berusaha mengabaikannya, namun tetap saja bayangan kehidupan yang ingin ia lupakan satu persatu terputar di benak pria itu bagai roll film. Berkali-kali ia ingin menyerah, dan berkali-kali juga ia seperti ditarik kembali untuk bertahan, bukankah hidup itu kejam?

Hal yang paling dibencinya adalah bagaimana ia tiba-tiba mengingat kenangan masa kecilnya yang ingin ia kubur dalam-dalam dalam ingatannya. Bagaimana ia membenci mengingat masa kecilnya yang penuh kebahagiaan sampai cerita lama itu muncul,wajah perempuan yang sangat ia benci tergambar jelas di benaknya. Perempuan yang tiba-tiba datang dalam kehidupan keluarganya dan merusak semua impian masa kecil seorang Oh Sehun, merusak dirinya secara perlahan. Perempuan yang tiba-tiba merebut kedudukan Eommanya, kedudukan ratu dalam keluarganya. Perempuan yang secara kejam merampas semuanya dengan cepat dan mengakibatkan Eomma kesayangannya jatuh sakit. Dan dari disitulah semuanya bermulai, lembaran kehidupannya yang baru tanpa impian masa kecil. Kehidupan seorang Sehun karena ia terlalu jijik dengan marga pemberian pria pertama yang masuk dalam list "orang yang dibenci" yang juga berstatus sebagai Appa kandungnya. Kadang pria pucat itu berpikir untuk mengakhiri semua kisah buruk dalah hidupnya, namun terlalu banyak orang-orang yang bisa dikatakan "sayang" dengan hidup Sehun sehingga menariknya kembali untuk bangkit, salah satunya Kris. Kris, ia adalah pria pertama yang mengenalkan Sehun dengan dunia balap liar sekitar empat tahun yang lalu, ketika seorang Sehun masih menggunakan seragam sekolah tingkat kedua High School. Kris yang tidak sengaja menemukan Sehun yang sedang melamun diatas motor yang terus berjalan tanpa arah, motor yang dengan sengaja disenggol oleh Kris hingga membuat Sehun terkejut dan nyaris mengalami kecelakaan jika pria itu tidak memiliki reflek yang bagus (dan ia cukup menyayangkan hal ini).

Dan saat itulah, Kris menemukan sosok baru dalam diri Sehun yang entah mengapa menarik untuk dirinya. Bagaimana Kris berusaha berkenalan dengan sosok yang sangat susah didekati itu, terlalu dingin. Berhari-hari Kris selalu mengikuti kemanapun Sehun pergi sampai akhirnya sosok pucat itu jengah dan mengalah, Kris menang.

"Aku akan mengajarimu bagaimana bertarung dengan hidup Sehun, cukup lihat dan cermati. Kelak, kau akan berterimakasih karena hal ini."

"Kita sekumpulan manusia yang dikhianati Sehun, dan kau tidak boleh jatuh karena orang-orang sampah itu."

"Cepat atau lambat, mereka akan menyesal karena menyakiti kita."

Beberapa percakapan antara Sehun dan Kris tiba-tiba berputar dengan cepat, bagaimanapun juga pria tinggi asal China itu adalah sosok yang merubah seorang Sehun menjadi lebih kuat, ya Kris benar, Sehun berterimakasih karena hal tersebut. Pria pucat itu yakin, jika Kris mengalami kehidupan yang lebih berat darinya hingga ia memutuskan untuk menetap di Korea. Namun, hingga tahun kelima pertemenannya dengan Kris, ia benar-benar tidak memiliki informasi apapun tentang masa lalu Kris dan itu tidak jadi masalah untuk Sehun.

Sehun menyugar rambutnya lagi lalu meregangkan tubuhnya, ia lelah. Langit benar-benar terlihat lebih terang dari sebelumya, waktunya Sehun kembali di kehidupannya. Pria itu berbalik dan melangkah menuju motor kesayangannya, ia memutar kunci di telunjuknya tanpa menyadari sosok lain yang sedang berlari ke arahnya.

Brukk

Sehun terdorong cukup kencang, nyaris terjatuh jika tubuhnya tidak kokoh dan dengan secepat kilat kunci motornya berpindah tangan ke sosok yang menabraknya.

"Aku pinjam dulu." Ucap sosok itu tanpa menoleh ke arah Sehun.

"Tunggu." Sehun menahan lengan si penabrak.

"Aku hanya meminjamnya, akan segera ku kembalikan."

"Kau gila?! Bagaimana caranya, sialan!"Sosok itu menoleh.

"Kau perempuan? Kembalikan kunciku sialan." Bentak Sehun lalu mencengkram lengan sosok itu lebih kencang.

"Aku pria, brengsek, lepaskan." Dengan cepat sosok itu menginjak dan menendang kaki Sehun lalu melepas cengkraman Sehun ketika pria pucat itu mengaduh.

"Aku sudah bilang akan mengembalikannya, sampai nanti."Sosok itu segera berlari menuju motor Sehun lalu memakai helm dan menyalakan Ducati milik Sehun.

"YAAAA! MAU KEMANA KAU BRENGSEK!"Teriak Sehun ketika melihat motornya dibawa orang asing yang dengan kurang ajar mengacungkan jari tengah untuknya.

"SIALANNN!" Umpat Sehun lalu melempar sarung tangannya. Ia menarik kasar ponsel dari saku celana lalu menekan salah satu nomor di kontaknya.

"Ada apa?" suara diujung sambungan terdengar mengantuk.

"Aku butuh jemputan sekarang!" Ucap Sehun masih kesal.

"Jemputan? Kau dimana?"

"Aku di-" Manik matanya menangkap sekelompok orang berseragam hitam yang sedang berlarian melewatinya.

"Kita harus menemukan setan kecil itu, bagaimanapun caranya." Ucap salah satu dari mereka diikuti anggukan yang lain.

"Kau dimana bodoh? Kau membangunkanku."Sehun terkesiap.

"Tidak jadi, sampai nanti." Sehun langsung memutus sambungan telpon mengabaikan umpatan dari ujung sambungan.

"Apa mereka berhubungan?" Ucap Sehun menatap sekelompok orang berseragam hitam tadi yang mulai menjauh.

.

.

.

.

"APA KAU GILA?" Pria dengan surai kebiruan itu reflek menutup kedua telinganya.

"Jangan berteriak bodoh!"Ucap pria itu masih menutup telinganya.

"Bodoh? KAU SATU-SATUNYA YANG BODOH DISINI LUHAN!"Pria dengan nama Luhan itu kembali terkejut.

"Yayaya, aku bodoh! Jadi berhentilah berteriak Hyung! Kau membuat telingaku sakit." Balas Luhan lalu mengusap telinganya.

"Bagaimana aku tidak berteriak bodoh, jika kehadiranmu selalu membuatku kesal." Luhan mengangguk lalu menepuk bahu sosok didepannya.

"Aku tahu, jadi maafkan aku Jongdae Hyung, hum?"Jongdae menggeleng.

"Jangan menatapku seperti itu sialan!" Luhan masih menatapnya.

"Aku tidak tahu bagaimana jika Minseok melihat ini,"Luhan tertawa lalu melangkah menuju sofa tua di ujung ruangan.

"Kalau begitu jangan beri tahu dia."Balas Luhan lalu mengambil botol minuman diatas meja dan menegaknya sampai habis.

"Kau gila? Cepat atau lambat, Minseok akan tahu, Lu."

"Aku pilih lambat." Jongdae mendesah lalu memijat pangkal hidungnya.

"Darimana kau mendapatkan motor itu?" Tanya Jongdae lalu bersedekap didepan Luhan.

"Sudah ku katakan, aku mengambilnya dipinggir jalan."Balas Luhan lalu membuka salah satu bungkusan snack.

"Mengambi? Dipinggir jalan? APA MENURUTMU AKU SEBODOH ITU UNTUK PERCAYA LU?" Dengan cepat Luhan menutup telinganya.

"Yaa Hyung! Sudah ku katakan jangan berteriakkk! Suaramu merusak gendang telingaku."Balas Luhan sengit.

"Baiklah, aku tidak akan berteriak jika kau jujur." Luhan mengerling lalu mengunyah snacknya.

"Aku jujur Hyung," Jongdae menatap tajam Luhan.

"Jangan menatapku seolah-olah aku berbohong."Lanjutnya.

"Kau memang pembohong." Balas Jongdae.

"Terserah." Luhan menjilat jarinya.

"Jadi? Dimana kau mendapatkannya?" Luhan mendegus.

"Aku sudah menjelaskan semuanya Hyung." Jongdae menggeleng.

"Aku yakin seribu persen tidak mungkin ada orang yang membiarkan motor semahal itu terdiam dipinggir jalan dengan kunci yang menggantung, kau gila?" Luhan terkekeh lalu melempar bungkusan snacknya yang telah kosong kesembarang tempat.

"Baiklah, aku akan jujur." Balas pria berwajah manis itu lalu menatap Jongdae.

"Aku merebutnya." Lanjut Luhan lalu mengambi sekaleng beer.

"Merebutnya?" Luhan mengangguk lalu menegak beernya.

"Aku benar-benar panik saat itu, dan you know, aku melihat seorang pria berjaket kulit yang menatap pemandangan sungai Han dengan cukup sedih."Jongdae masih menatap Luhan yang bercerita dengan ekspresi yang dibuat-buat.

"Dan beruntungnya pria itu membawa motor, jadi aku menabrak tubuhnya, merebut kunci Ducati itu dan mengatakan jika aku akan mengembalikannya."Luhan tersenyum diakhir ceritanya.

"Lalu pria itu?" Luhan mengedikkan bahu.

"Awalnya dia menarikku tapi you know lah aku bukan pria lemah."Jongdae mengerling.

"Aku berhasil kabur dengan bantuan motor itu." Luhan menunjuk Ducati dengan dagunya.

"Bagaimana kau akan mengembalikannya?" Luhan menggeleng.

"Entahlah, aku rasa dia sejenis pria kaya. Jadi menurutku ia tidak akan membutuhkan motor itu lagi."

"Kau juga tidak membutuhkannya Lu,"Luhan mengangguk.

"Biarkan saja disini." Balas Luhan singkat lalu meneguk beernya sampai habis.

"Aku akan dibunuh Minseok jika ia melihatnya disini." Pria manis itu mengangkat ibu jarinya.

"Tenang saja, aku yang akan berbicara dengan Xiu Hyung."Pria dengan rahang kotak itu menggeleng.

"Kau tahu jika Minseok membenci apapun yang berhubungan dengan motor dan balapan liar Lu," Pria yang lebih kecil mengangguk.

"Aku tahu Hyung, aku tidak mengatakan akan mengikuti balapan liar lagi." Jongdae menyipit.

"Janji?" Luhan tersenyum lalu mengangguk.

"Semua motorku sudah aman di basemant milikku, tidak pernah disentuh lagi, dan motor itu akan bergabung dengan yang lainnya. Setidaknya ia membantuku kabur dari orang-orang sialan itu."

"Aku masih tidak mengerti, mengapa kau terus menerus berusaha kabur dari mereka."

"Aku tidak ingin membahasnya Hyung," Luhan merebahkan tubuhnya.

"Setidaknya kehidupanmu sangat amat terjamin." Pria bersurai kebiruan itu memejamkan matanya.

"Dan kau malah selalu memilih untuk kembali ke gudang kotor ini."

"Gudang ini bahkan lebih nyaman seribu kali lipat dari kehidupanku disana Hyung,"Balas Luhan dalam tidurnya.

"Kalau begitu kembalilah ke apartemenmu,"Jongdae menatap Luhan yang terpejam.

"Segera, setelah mereka tidak mencariku."Jongdae mendesah.

"Terserah kau saja, yang penting, jangan sampai Minseok mengetahui kau membawa motor itu." Luhan mengangkat ibu jarinya.

"Aku pergi, jika kau memerlukan sesuatu, hubungi aku." Lagi-lagi Luhan hanya mengangkat ibu jarinya dan beberapa menit kemudian terdengar suara pintu yang ditutup. Pria manis itu membuka matanya setelah yakin Jongdae meninggalkannya, lalu mendesah pelan. Ia mengubah posisinya menjadi duduk kembali diatas sofa yang warnanya telah memudar dan menumpu kakinya diatas meja. Wajahnya menghadap langit-langit ruangan yang sama tuanya dengan sofa yang ia duduki. Sesekali ia menggumamkan nada dengan tidak jelas lalu menjentik-jentikan jarinya, hari yang melelahkan. Bahkan Luhan belum sempat membersihkan dirinya ketika memutuskan kabur dengan kaos henley coklat tua dan ripped jeans dongker, ia bahkan belum sempat berganti sepatu, masih menggunakan sandal kamar yang berbentuk cukup aneh menurutnya.

"Seharusnya aku meminta Jongdae Hyung membawa pakaian ganti." Luhan mengusak kasar rambutnya lalu menoleh dan menatap Ducati merah yang berhasil ia rebut tadi pagi untuk menghindari kejaran orang-orang sialan suruhan keluarganya. Jika kalian bertanya apakah Luhan mengambilnya untuk keuntungan (selain membantunya untuk kabur)? Maka jawabannya tidak sama sekali. Pria yang memiliki sifat berbanding terbalik dengan wajah manisnya itu adalah seseorang yang dapat dikatakan sangat mampu. bahkan jika ia ingin, ia bisa membeli motor yang sama persis dengan yg ia rebut dari seseorang yang tidak dikenal tadi pagi. Namun, sayangnya ia harus meninggalkan semua hal yang berhubungan dengan kendaraan roda dua itu sejak setahun yang lalu. Dan sejak itu pula, semua koleksi motor kesayangan Luhan harus beristirahat di basement pribadi dibawah apartemen miliknya tanpa disentuh sama sekali. Mungkin tidak bisa dikatakan tak disentuh sama sekali, karena Luhan masih sering mengunjungi basement untuk sekedar menyapa koleksi-koleksinya.

Pria manis itu berdiri lalu melangkah menuju motor sport yang menjadi salah satu impiannya yang harus dikubur dalam-dalam, dengan perlahan jarinya meraba permukaan Ducati merah yang bahkan seri motornya sama seperti yang Luhan inginkan. Ia tersenyum lalu mengusap sekali motor itu sebelum membawanya bergabung dengan koleksinya yang lain. Sejujurnya, Luhan tidak ingin membawa motor itu ke basement karena itu bukanlah miliknya, namun jika ia membiarkan motor mahal itu digudangnya sekarang, ia tidak yakin masih aman jika Minseok melihat motor itu. Pria berwajah menggemaskan itu pasti akan melenyapkan Ducati itu bagaimanapun caranya dan Luhan tidak siap menerima hal tersebut.

Luhan melangkah menuju satu-satunya lemari kayu yang berada di gudang yang cukup lembab dan kurang layak untuk ditempati. Terdengar suara berderak ketika Luhan membuka pintu lemari tanpa kunci itu, tangannya menarik keluar salah satu kotak lalu membukanya dan menukar ponsel yang ia bawa dengan ponsel dari dalam kotak. Ia menghembuskan nafas kasar ketika menutup pintu lemari itu kembali, lalu menyalakan ponsel di tangannya. Tepat ketika ponselnya menyala, serangan notifikasi mendatanginya dan hampir keseluruhan berasal dari teman-temannya. Luhan menekan salah satu nomor lalu menunggu nada panggilan tersambung dengan perasaan tidak nyaman.

"LUHAN!" Reflek ia menjauhkan ponsel dari telinganya.

"H-hai hyung," Sapa Luhan cukup gugup.

"Astaga Luhan, sekarang kau dimana?"

"Hmmm, di suatu tempat tapi akan segera pulang."

"Kau membuatku khawatir, kemana saja selama dua minggu ini?" Pria manis itu menggaruk pipinya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang di ujung sambungan lagi.

"Ya, tentu Hyung, aku baik-baik saja."

"Segera pulang dan kita akan berbicara nanti."Luhan memejamkan matanya.

"Tentu Suho hyung, aku akan segera pulang."Ia mendengar suara hembusan nafas.

"Mereka menghubungimu?" Luhan mengernyit.

"Siapa?"

"Chanyeol dan Baekhyun."

"Entahlah, aku belum sempat melihat pesan dan yang lainnya."

"Kau tahu itu bukan salahmu kan Lu?" Luhan mengusap lengannya.

"Ya, aku tahu."

"Jangan merasa bersalah Lu, cepat atau lambat kau harus kembali dengan dunia yang kamu senangi." Luhan mengangguk.

"Terimakasih Hyung, kau yang terbaik." Suho terkekeh.

"Aku dan Yixing akan berkunjung lusa."

"Okay, sampai nanti Hyung." Luhan memutus sambungannya lalu mendesah pelan dan memijat kepalanya.

"Akan lebih baik jika Xiu Hyung mengerti." Gumam Luhan menatap motor merah didepannya.

.

.

.

"Kau pasti tahu jika Minseok tidak akan semudah itu memahaminya." Luhan mengangguk lalu menatap cangkir kopi di tangannya.

"Tapi kau tetap harus mencoba Lu, setidaknya mencari cara agar ini tidak berkelanjutan." Luhan menatap pasangan Suho-Yixing yang sejak sejam yang lalu menemaninya di salah satu café kesukaan pria manis itu.

"Xiu Hyung benar-benar trauma dengan kecelakaan itu, sedangkan aku baik-baik saja." Yixing mengangguk lalu mengusap tangan Luhan.

"Posisinya juga berat Lu, melihatmu yang tiba-tiba mengalami kecelakaan dan sempat koma adalah mimpi buruknya, dia pasti benar-benar terpukul saat itu karena melihatmu secara langsung." Luhan mendesah.

"Tapi aku sudah mengatakan padanya jika aku baik-baik saja Ge, tidak ada yang perlu di cemaskan, bahkan aku tidak trauma sama sekali dengan kecelakaan itu."

"Tidak ada yang tahu pasti perasaannya Lu, ia juga merasa tidak enak dengan orangtuamu,"

"Jangan pedulikan orangtuaku, mereka tidak lebih baik dari Xiu Hyung." Ucap Luhan kesal lalu menekuk bibirnya.

"Aku dan Jongdae akan membantumu berbicara dengan Minseok, aku juga tidak bisa melihatmu terus menerus merasa tidak nyaman dengan Minseok dan dikejar-kejar suruhan orangtuamu." Balas Suho menatap Luhan.

"Tapi dengan kau harus berjanji satu hal."Lanjut Suho.

"Apa?"

"Jangan pernah masuk rumah sakit lagi karena apapun itu."Luhan tersenyum lalu mengangguk.

"Janji?"

"Janji."

"Tidak karena motor, tidak karena balapan atau karena apapun. Jangan pernah buat kita semua panik." Luhan mengangguk lagi.

"Aku membantumu bukan karena menyuruhmu kembali ke balapan liar dan sejenisnya, tapi karena aku tahu kau mencintai motor-motormu itu." Ucap Suho lalu mengambi ponselnya.

"Aku tahu Hyung."

"Jangan pernah terluka lagi Lu,"

"Aku baik-baik saja Ge," Balas Luhan mengenggam tangan Yixing lalu menatap ke arah jendela di belakang Yixing, detik itu juga ekspresinya berubah.

"Kau kenapa Lu?" Tanya Yixing menyadari perubahan ekspresi Luhan. Dengan cepat pria kecil itu menundukkan wajahnya lalu mengambil jaket Suho di kursi sampingnya.

"Lu?" Suho mengernyit melihat Luhan yang menutup kepalanya dengan jaket.

"Kau sakit?" Suho menarik jaketnya namu tertahan.

"Kenapa si sialan itu ada disini." Gumam Luhan lalu mengintip dari sela jaket dan menahan nafasnya ketika melihat sosok pria yang dilihatnya dua hari yang lalu.

"Itu benar-benar dia, sialan!" Umpatnya pelan lalu meremat jaket yang ia pakai untuk menutupi kepalanya.

"Sehun!" Luhan memejamkan satu matanya ketika melihat pria itu menoleh dan berjalan ke arahnya.

"Aku ingin menghilang sekarang juga."Batinnya.

.

.

.

TBC


.

.

HULLA~~

Finally aku post cerita baru lagi :3 dan lagi-lagi batal oneshoot karena mendadak ada ide tambahan -_- tapi kemungkinan sedikit chapnya ^^ doakan saja ini lanjut ya haha~~ ya pokoknya ditunggu reviewan kalian semua dan silahkan di follow ceritanya biar kalian tau kalo aku UP lagi (kalo dikit yg respon akan aku pindah WP) dan buat kalian yg baru datang di cerita ini ^^ aku juga buat cerita dengan judul FOOLS dan itu juga masih on going ^^ jd yg suka tema sekolahan bisa di baca dan di review yaaaa~~

Dan buat yang gatau, aku ngadain give away free goods exo (kaos+kipas+pc+poster) di IG dan syaratnya super gampang banget jadi jangan lupa cek dan join ya ^^ dan buat yang udah tau ampe bosen aku ulangi terus wkwk maafkan :") kalian ikut join juga karena aku butuh min 5 - 7 orang ^^ dan rencananya aku juga mau ngadain buat yg seventeen ( kalo memungkinkan) setelah pulang dari DE jadi ditunggu aja ya infonya ^^

Segini dulu, dan buat yg nonton DE tgl 23 sep ^^ c u soon yah ~~ cek twitter aku buat dapetin freebies lucuk :3

Paypay~ saranghae