Saya masih newbie disini, setelah sekian lama menjadi silent reader akhirnya saya mencoba untuk membuat sebuah fanfic.
Ini fanfic pertama saya, ceritanya agak pasaran juga ^_^, dan maaf kalau ada kesalahan penulisan dan lain-lain.
Semoga kalian suka...
Disclaimer : Masashi Kishimoto dengan semua chara-chara dalam anime Naruto
WARNING : OOC, typo, cerita gaje, alur kecepatan dll.
Summary : Sasuke, seorang aktor tampan mengungkapkan perasaannya terhadap gadis yang dicintainya, tapi gadis itu hanya menganggap Sasuke sebagai seorang Sahabat saja/Haruno Sakura, gadis polos yang mengalami patah hati setelah kekasihnya mengakhiri hubungan mereka/Bagaimana Sasuke dan Sakura menemukan Cinta Sejati mereka ?
Author by : Hikaru Sora 14
Please Enjoy Reading
Di sebuah restaurant mewah bernama "Konoha Restaurant", sepasang muda–mudi tengah menikmati hidangan makan malam yang terkesan romantis. Ditemani oleh cahaya lilin yang berpendar indah di atas meja makan serta alunan musik piano begitu indah dan menghanyutkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Selain mereka berdua, tidak ada pengunjung lainnya yang masuk ke restaurant ini, karena khusus untuk malam ini Uchiha Sasuke, seorang aktor tampan dan terkenal sekaligus merupakan anak bungsu dari pengusaha terkenal di Jepang yaitu Uchiha Fugaku, menyewa seluruh restaurant ini. Malam ini adalah malam yang sangat istimewa baginya karena tepat saat ini tanggal 23 Juli, dia sedang berulang tahun yang ke–23 tahun, selain itu Uchiha bungsu ini juga berencana untuk melamar gadis yang dicintainya saat ini juga. Karena sudah terlalu lama baginya memendam perasaannya pada gadis indigo itu.
"Hinata..." Ucap Sasuke, menggenggam tangan mungil Hinata dan menatap lembut kedua mata lavender indah itu.
"Hm, Ada apa Sasuke–kun ?" Hinata balas menatap kedua Onyx sehitam malam itu serta tersenyum manis sekali, sehingga siapa pun pria yang melihatnya pasti akan jatuh hati.
"Menikahlah denganku !" Ucap Sasuke tegas, seolah–olah memerintah gadis indigo itu.
"..." Hinata tak menjawab apa–apa, sebelah alisnya terangkat merasa heran sekaligus terkejut dengan ucapan pria emo dihadapannya ini.
"Kenapa kau diam ? Hinata..." Sasuke mencium punggung tangan Hinata lembut, kemudian sebelah tangannya merogoh saku celananya dan mengambil sebuah kotak beludru berwarna merah maroon. Dibukanya kotak itu dan terlihatlah sebuah cincin emas yang bertahtakan purple diamond yang begitu indah dan mewah. Tanpa ragu, Uchiha bungsu ini menyematkan cincin itu di jari manis putri sulung Hyuuga dihadapannya.
"Sasuke–kun, apa yang kau lakukan ? Apa kau sedang bercanda ?" Hinata menarik tangannya dari genggaman tangan Sasuke dan melepaskan cincin tersebut.
"Apa kau tidak menyukainya ?" Tanya Sasuke lirih yang merasa sedikit kecewa dengan tindakan Hinata tersebut.
"Maaf...Bukan itu.." Hinata menundukkan kepalanya merasa menyesal dengan apa yang telah dilakukannya, "Tapi...bukankah kau sudah tahu bagaimana perasaanku padamu, Sasuke–kun?" Ucap Hinata melanjutkan.
BRAAKKK...
"Cih, kenapa kau tidak bisa melupakan bocah Namikaze itu ? Bukankah dia tidak pernah sekalipun melihat ke arahmu, Hinata !" Teriak Sasuke yang merasa kesal serta emosi terhadap Hinata.
"Sungguh, aku benar–benar minta maaf Sasuke–kun. Selama ini kau sudah ku anggap seperti seorang kakak dan juga sahabat yang sangat aku sayangi. Jadi kumohon mengertilah !" Hinata berucap lirih, tangan mungilnya menggenggam erat tangan kekar Sasuke seakan–akan menyalurkan rasa tenang untuk meredam amarah pria tampan tersebut. Dan berhasil, Sasuke sekarang bisa mengontrol emosinya yang meluap–luap itu.
"Begitukah ? Apa dihatimu tak ada sedikit pun ruang kosong untuk ku tempati ?" Sasuke menatap Hinata dengan sendu dan onyxnya menyiratkan kepedihan yang mendalam.
"Maaf, hiks...sungguh maafkan aku Sasuke-kun...hiks.." Lavendernya menangis, kedua tangannya berusaha meraih wajah Sasuke, namun Sasuke sudah menepis terlebih dahulu tangan Hinata.
"Pergilah !" Ucap Sasuke datar, kemudian meninggalkan gadis cantik itu seorang diri.
"Hiks hiks...Maaf Sasuke-kun...maafkan aku.." Hinata berucap lirih seraya memegangi dadanya yang terasa sesak karena telah menyakiti sahabat yang disayanginya.
"A...Apa maksudmu Gaara-kun ?" Seorang gadis berambut merah muda yang diikat tinggi, serta kacamata yang membingkai mata emerald indahnya ini bertanya kepada kekasihnya.
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita, Sakura.." Gaara menghela napas sebentar, kemudian berusaha menjelaskan alasannya kepada gadis di hadapannya. "Aku lelah karena kau selalu mencurigaiku hal-hal yang negatif, kau juga selalu bersikap kekanak-kanakan selain itu penampilanmu pun tidak mencerminkan seorang yang dewasa. Kau juga tahu, selama ini kita berkomunikasi pun tidak baik." Gaara menatap emerald Sakura yang telah digenangi oleh air mata."Jujur saja sebenarnya aku tidak bisa menerimamu apa adanya seperti ini." Lanjutnya.
"Bukankah selama ini kau tak pernah membalas pesanku, Gaara-kun ? Bahkan ketika aku bertanya kau sedang apa atau kau berada dimana, justru kau membalas bukan urusanmu. Kau pikir bagaimana perasaanku, kau dekat kembali dengan mantan pacarmu. Makanya aku selalu merasa curiga padamu. Aku tahu, selama ini pun kau merasa tak nyaman dengan hubungan ini. Tapi kenapa...?, kenapa tidak dari awal saja kau tidak usah berusaha mendekatiku dan membuat aku jatuh cinta padamu !" Teriak Sakura meluapkan emosinya yang selama ini dipendamnya.
"Oleh karena itu, kita akhiri saja Sakura." Ucap Gaara datar dan tenang tanpa mempedulikan perasaan Sakura yang disakitinya.
"Baiklah jika itu yang kau mau...Terima kasih untuk semua yang pernah kau lakukan selama ini." Sakura menatap sendu ke arah Jade milik Gaara. "Semoga kau berbahagia, selamat tinggal." Sakura berbalik meninggalkan Gaara sendirian di cafe itu. Langkahnya terasa berat, hatinya terasa hampa dan pikirannya terasa kosong. Air mata tak henti-hentinya keluar dari kedua emerald indahnya.
'Kenapa...hiks...kenapa Kami-sama...apa salahku menjadi seperti ini...hiks hiks..' bisik Sakura kepada dirinya sendiri.
Sakura terus berjalan dimalam hari yang dingin ini, tatapannya terpaku pada aspal jalanan karena kepalanya terus ia tundukan ke bawah. Tanpa disadarinya saat menyebrangi jalan, sebuah volvo putih melaju dengan kecepatan kencang ke arahnya.
BRUUUGGHHH
"Uugghh~...A...Apa yang ter...terjadi ?" Sakura merasa tubuhnya terasa ringan sekali, namun sejenak ia dapat merasakan darah mengalir dari pelipisnya sebelum akhirnya kesadarannya hilang.
"Hei..hei...apa kau baik-baik saja ?" Seorang gadis berambut blonde yang diikat pony tail dengan panik berusaha menyadarkan Sakura dengan menepuk-nepuk kedua pipi Sakura. Namun, Sakura tak kunjung juga sadar, akhirnya gadis itu memutuskan untuk membawa Sakura ke rumah sakit. Begitu tiba di rumah sakit, dokter langsung membawa Sakura ke UGD.
"Dokter bagaimana keadaannya ?" Putri Yamanaka itu bertanya khawatir kepada dokter dihadapannya.
"Tenanglah, keadaannya baik-baik saja. Benturan di kepalanya sudah kami tangani, ia hanya harus di rawat inap selama seminggu disini." Terang dokter tersebut.
"Baiklah...Terima kasih atas bantuannya dokter, bolehkah saya menemuinya sekarang ?" Pinta Ino.
"Tentu saja...masuklah..." dokter itu kemudian berlalu meninggalkan Ino.
Ino segera masuk ke dalam kamar pasien itu, dilihatnya Sakura tengah terbaring sambil menatap langit-langit ruangan rumah sakit ini.
"Hai...Bagaimana keadaanmu ?" Ino tersenyum ke arah Sakura.
"Baik...dan Kau...siapa...?" Sakura menolehkan pandangannya ke arah Ino.
"Hm...perkenalkan aku Yamanaka Ino, aku yang menabrakmu...maafkan aku." Ino membungkukan badannya sopan.
"Aku...Haruno Sakura...salam kenal..." Sakura tersenyum lembut seolah tak mempermasalahkan Ino yang merupakan pelaku penabrakan. "Seharusnya kau tak perlu menolongku, bagiku sekarang hidup ini tidak ada gunanya." Lirih Sakura.
Ino menaikkan sebelah alisnya, merasa heran dengan gadis di hadapannya ini. "Aku tak tahu apa masalah yang sedang terjadi padamu, namun perkataanmu itu tidaklah pantas diucapkan, kau terlihat tidak bersyukur atas kehidupan yang telah Kami-sama berikan padamu...".
"Aku...tidak mempunyai siapa-siapa di dunia ini, semua keluargaku telah tiada. Kekasihku pun pergi meninggalkan aku. Lalu apa artinya jika aku hanya sendirian di dunia ini ?" Ucap Sakura lirih.
"Hei...jangan berbicara seperti itu...! Mulai sekarang kau tak akan merasa sendirian lagi..." Ino berjalan mendekati Sakura, "Mulai hari ini aku akan menjadi sahabat sekaligus keluargamu...bagaimana...?" tawar Ino menjulurkan tangan kanannya kepada Sakura dan tersenyum.
Sakura terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia pun menjulurkan tangannya kepada Ino. Mereka berjabatan tangan dan Ino menghamburkan diri untuk memeluk Sakura.
"Wahh...sekarang kita resmi mejadi sahabat..." Ucap Ino riang.
"Arigatou...Ino..." Sakura menangis bahagia di pelukan Ino.
Seminggu kemudian Sakura sudah diperbolehkan untuk pulang, hari ini Ino menjemput Sakura bersama sang kekasih, Shimura Sai.
"Maafkan aku Sakura...apakah kau sudah menunggu lama...? Maaf pekerjaanku saat ini benar – benar banyak...huft~...!" keluh Ino.
"Hm...tidak apa-apa Ino...aku tidak menunggu lama kok...seharusnya kau bersyukur karena kau masih bisa bekerja kan...? Bukankah kau yang mengajariku untuk selalu bersyukur...?"
Sakura tersenyum simpul terhadap sikap sahabat barunya itu.
"Ha'i...ha'i...Sakura...aku mengerti...Ayo, cepat kita segera pulang..." Ucap Ino sambil menggandeng sebelah tangan Sakura. "Sai-kun, tolong bawa tas Sakura yahh~..." lanjut Ino.
"Hn.." tanggap Sai singkat.
Sai pun membawa tas Sakura dan berjalan mengikuti mereka berdua. Di dalam mobil, Ino bercerita banyak hal kepada Sakura dengan wajah yang berseri-seri. Sakura tersenyum simpul mendengarkan cerita Ino, sementara Sai menatap sayang kepada Ino. Bagi Sai, Ino seperti mentari yang selalu bisa menghangatkan hatinya yang dingin. Sungguh beruntung baginya, karena bisa mengenal Ino dan bersanding dengannya sebagai seorang kekasih Ino Yamanaka.
"Oh iya, Sakura...bagaimana jika kau juga bekerja sebagai model...?" tawar Ino kepada Sakura.
"Eh...hum...itu...aku...aku...!?" Sakura terkejut dengan tawaran Ino yang terkesan mendadak ini.
"Ayolah Sakura, jangan kau berpikir bahwa kau tidak percaya diri. Hilangkan semua keraguan itu, kau tahu...menurutku kau ini gadis yang cantik..." Ino melepas kacamata Sakura serta membuka ikat rambut Sakura, dan tergerailah rambut merah muda panjangnya yang indah.
"I...Ino...aku malu~..." Sakura berusaha untuk mengikat kembali rambutnya, namun Ino cepat-cepat mengambil ikat rambut Sakura dan membuangnya ke jalan.
"Sudahlah Sakura, ikuti saja perkataanku...aku yakin kau tak kan menyesal. Hari ini aku akan merekomendasikanmu kepada kakakku, oke." Ucap Ino tegas.
"Hum...baiklah jika itu bisa membalas hutang budiku padamu Ino." Sakura tersenyum tulus kepada Ino.
"Hn...kalau begitu bagaimana jika kita pergi ke salon serta ke butik pakaian yang biasa, Hime...?" Sai bertanya kepada Ino, dan panggilannya sukses membuat kedua pipi Ino bersemu merah.
"Eh...I..Iya...ide bagus Sai-kun." Ino sedikit tergugup untuk menjawab, padahal sudah sering panggilan itu ditujukan Sai kepadanya, namun masih saja Ino merasa malu.
"Hahaha...kau lucu sekali Hime...Aku suka..Hm..." Sai tersenyum lembut ke arah Ino.
"Jangan menggoda ku terus Sai-kun, sudah menyetir saja jangan sampai nanti kita kecelakaan karena kau tidak hati-hati." Ino mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah Hime..." Sai mengalah kepada Ino.
Setengah jam kemudian sampailah mereka di butik langganan Ino. Ino langsung menarik tangan Sakura dan masuk ke dalam butik. Sakura yang tak tahu harus berbuat apa, hanya memperhatikan Ino yang sedang memilih-milih gaun. Banyak sekali gaun yang dibeli Ino, padahal harga gaun-gaun itu sangatlah mahal.
"Ino, kenapa membeli banyak sekali gaun...?" tanya Sakura heran.
"Tentu saja ini untukmu Sakura, seorang model memang membutuhkan gaun-gaun cantik dan indah. Kau tidak suka...?" tanya Ino sendu.
"Bu...bukan begitu Ino. Tapi bagaimana aku membalas semua ini...?"
"Tenang saja Sakura. Yang terpenting kau bisa bekerja dengan baik menjadi model di perusahaan kakakku...oke" Ucap Ino meyakinkan.
"Baiklah Ino, aku akan berusaha keras."
"Nah, sekarang ayo kita pergi ke salon..."
Di Salon, Sakura didandani oleh orang-orang profesional. Rambut merah muda panjangnya dibuat bergelombang. Matanya diberi softlense, sebagai pengganti kacamatanya. Wajahnya dirias secantik mungkin, sungguh berbeda dengan Sakura yang sebelumnya. Selain itu gaun berwarna merah maroon indah tanpa lengan, dimana bagian depan gaun itu hanya sepanjang lutut sedangkan bagian belakang gaun itu mencapai kaki. Kaki jenjangnya mengenakan sepatu high heels setinggi 7 cm. Sungguh menawan penampilan Sakura saat ini.
"Wah~...Sakura...Kau cantik sekali..." Ino terkagum-kagum dengan perubahan Sakura.
"Ino benar Sakura, Kau benar-benar berubah. Aku hampir tidak mengenalimu." Sai pun mengutarakan pendapatnya.
"Ka...kalian bisa saja. Aku benar-benar malu." Wajah Sakura memerah karena merasa malu dengan penampilannya.
"Hm...ayolah. Kakakku sudah lama menunggumu, pasti kau langsung diterima Sakura." Ucap Ino senang.
"Hm...Ayo..." Sakura pun ikut tersenyum.
Setelah membayar semua biaya salon, mereka segera menuju ke Yamanaka Entertainment untuk menemui Yamanaka Deidara, sang Direktur perusahaan.
"Sasuke-kun, apa kau masih marah kepadaku...?" gadis cantik bermata amethyst bertanya kepada pemuda tampan dihadapannya.
"..." Tidak ada jawaban dari pemuda emo tersebut.
"Maafkan aku...hiks hiks, aku tidak ingin hubungan kita menjadi seperti ini Sasuke-kun...hiks hiks..." hancur sudah pertahanan gadis indigo ini.
"Sudahlah, jangan bahas hal ini lagi. Tidak ada lagi yang harus dibicarakan bukan." Sasuke beranjak dari kursinya dan pergi ke luar ruangan meninggalkan Hinata seorang diri.
"Lagi-lagi kau tak memaafkanku Sasuke-kun. Hiks hiks hiks...kenapa...kenapa menjadi seperti ini...?!" Hinata berteriak di dalam ruangan itu.
"Sial. Apa yang harus aku lakukan...?" Sasuke yang berada di luar ruangan begitu sesak mendengar tangisan Hinata di dalam sana. "Sial...sial...sial...aarrrgghh !" Sasuke melampiaskan kekesalannya dengan memukul-mukul tembok didepannya.
"Teme...? Apa yang kau lakukan...?" tanya seorang pria blonde, yang kebetulan lewat disana. Sasuke terkejut dengan kedatangan pria itu, segera dia membalikkan badannya menghadap pria itu.
"Naruto..." geram Sasuke. "Ada yang ingin aku bicarakan..." Sasuke melangkah meninggalkan Naruto, seolah memerintah Naruto untuk mengikutinya.
Di atap gedung, Sasuke menatap pemandangan kota Tokyo yang begitu indah. Dirinya menghela napas beberapa kali untuk menyiapkan keberanian dirinya.
"Teme...ada apa...?" Naruto yang sudah berdiri di belakang Sasuke pun bertanya penasaran.
BUUUAAGGHHH
"Brengsek kau...!" Sasuke meluapkan emosinya.
"Hei...ka..kau kenapa Sasuke ?" Naruto mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan Sasuke.
"Kau...bagaimana perasaanmu terhadap Hinata...Hah...! Jangan selalu mempermainkan perasaannya. Kau tahu jika ia mencintaimu kan...!Kenapa kau tak membalas perasaannya...brengsek...!" Sasuke mencengkram kerah kemeja Naruto dan sekali lagi memukul wajah Naruto.
BUUAAHHGGG
"Ughh~..." rintih Naruto kesakitan.
"Sasuke, aku bertanya padamu. Jika posisimu ada di posisiku, dimana kau hanya menganggap Hinata sebagai seorang adik dan sahabat, dan kau tidak mempunyai perasaan cinta padanya, apa kau akan tetap memaksakan hatimu untuk menerimanya...?" tanya Naruto.
"..." Sasuke hanya terdiam dengan pertanyaan Naruto.
"Kenapa kau diam brengsek...? Bahkan kau pun juga tidak bisa menjawab pertanyaan seperti itu...Cih...jangan hanya bicara berdasarkan perasaanmu. Itu berbeda dengan kenyataannya, kenyataan tak akan pernah sama dengan keinginanmu." Naruto hanya berlalu meninggalkan Sasuke.
"Brengsek...sial...dasar bodoh...!" Sasuke merasa tak berkutik dengan ucapan Naruto. Bahkan posisi Sasuke dan Hinata adalah sama-sama mencintai orang yang tak mencintainya. 'Haruskah perasaan itu dipaksakan...?' ucapnya dalam hati.
"Luar biasa...!" Deidara sang manager pun bertepuk tangan akan bakat Sakura yang begitu mengagumkan.
"Benar kan kak, aku tidak mungkin salah memilih orang." Ino berkata bangga terhadap kakaknya.
"Hum...kau memang pandai menilai kemampuan seseorang Ino. Aku bangga padamu." Deidara mengusap pucuk kepala Ino lembut.
"Arigatou Nii-chan" Ino tersenyum senang kepada Deidara.
"Sakura-san, mulai hari ini kau resmi mejadi model di perusahaan Yamanaka Entertainment." Deidara menjulurkan tangannya kepada Sakura, dan Sakura menyambut uluran tangan sang direktur.
"Ha'i...Arigatou...Deidara-sama..." Sakura membungkukkan badannya sopan.
"Baiklah, bekerjalah dengan baik. Aku permisi dulu, masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan." Deidara undur diri dari hadapan Sakura.
"Kyaaa...Sakura selamat yah..." Ino memeluk Sakura dengan perasaan bahagia.
"Hm...Arigatou Ino...Domo Arigatou..." Sakura tersenyum bahagia.
"Selamat bergabung bersama kami Sakura-san...senang bisa bekerja sama denganmu..." Sasori sang fotografer menyambut senang kedatangan Sakura di perusahaan Yamanaka entertainment ini.
"Ha'i...arigatou Sasori-san...mohon bantuannya..." Sakura melepaskan pelukan Ino dan tersenyum kepada Sasori.
"Sasori-kun...apakah kau sudah selesai...?" Tanya gadis cantik bersurai pirang pucat dari arah belakangnya.
"Ah...Shion-chan, Hm...aku sudah selesai..." Jawab Sasori kepada kekasihnya.
"Shion, apa kabar...?" Tanya Ino begitu melihat Shion datang menghampiri mereka.
"Ah...Ino. Aku baik - baik saja...Lama kita tidak berjumpa, kau sepertinya sangat sibuk dengan pekerjaanmu saat ini."
"Yah...seperti yang kau tahu, akhir – akhir ini Nii-chan selalu menerima tawaran pekerjaan yang bisa dibilang tidak sedikit...akhirnya aku kewalahan seperti ini." Keluh Ino.
"Hm...Sasori-kun siapa dia...? Sepertinya selama ini aku tidak pernah melihatnya...?" Rasa penasaran menghinggapi Shion ketika melihat Sakura yang berada didekat Sasori.
"Oh...Ini Sakura-san, dia model baru di perusahaan ini...Dan Sakura-san, ini Shion-chan..kekasihku..Dia juga bekerja sebagai model di sini..." Sasori memperkenalkan Sakura kepada Shion, begitupun sebaliknya.
"Wahh~...Kau cantik sekali Sakura-san, senang berkenalan denganmu..." Ucap Shion ramah.
"Ah iya...senang berkenalan denganmu Shion-san..." Balas Sakura tak kalah ramah dengan Shion.
"Hm...kita bisa berteman Sakura-san...Baiklah kalau begitu, lain kali kita bisa mengobrol lebih banyak lagi. Hari ini aku ada banyak urusan...hehe...Ayo, Sasori-kun kita pergi sekarang." Shion menggandeng tangan Sasori, dan melenggang pergi meninggalkan Sakura dan Ino.
"Yare – yare...Shion tidak pernah berubah...huh..." Ucap Ino melihat sikap manja Shion terhadap Sasori.
"Oh iya Sakura, mulai nanti kau akan menggunakan nama Cherry" Ino memberitahukan Sakura tentang nama yang akan digunakan selama menjadi seorang model, setelah kepergian Shion dan Sasori.
"Hum...nama yang manis Ino. Terima kasih." Sakura tersenyum lembut kepada Ino.
"Sekarang kita makan siang saja...Aku sudah sangat lapar." Ino menggandeng Sakura untuk pergi ke restaurant.
Satu bulan kemudian...
Sejak debut pertamanya sebagai model, Cherry atau biasa kita sebut Haruno Sakura langsung menarik perhatian para produsen untuk mengiklankan produk mereka. Popularitasnya juga tak kalah dengan Yamanaka Ino, ia begitu terkenal dikalangan gadis remaja karena kecantikannnya. Ketenaran tidak membuat ia jadi sombong, namun ia sangatlah bersahaja terhadap semua orang. Saat ini, ia tengah berada di perusahaan Namikaze. Perusahaan yang menghasilkan banyak penyanyi berkualitas, yang terkenal di seluruh Jepang. Sakura dipercaya menjadi model mv di dalam pembuatan video klip salah satu artisnya. Sakura menunggu di salah satu ruang musik di perusahaan itu. Sementara Sai dan Ino tengah menghadap Namikaze Naruto untuk membicarakan kontrak kerja Sakura. Karena bosan menunggu, Sakura menghampiri sebuah piano yang ada di dekat jendela, kemudian ia memainkan piano itu dan menyanyikan lagu first love dari Utada Hikaru. Alunan nada piano yang tercipta begitu indah dan suara merdu Sakura pun memenuhi ruangan itu. Sakura menutup matanya, dan perlahan air mata sukses keluar dari kedua sudut matanya. Yah, saat ini ia tengah teringat akan kenangannya bersama cinta pertamanya, Sabaku no Gaara. Meskipun sudah satu bulan berlalu, namun perasaan cintanya kepada pemuda itu belumlah bisa hilang sepenuhnya.
Tanpa disadari, di luar ruangan itu terdapat tiga orang yang sedang mendengarkan dan melihat permainan piano Sakura. Mereka bertiga terhanyut dalam suara indah sang gadis musim semi.
"Tak kusangka jika Cherry memiliki suara yang begitu indah." Ucap Naruto Namikaze yang tengah menatap intens ke arah Sakura.
"Aku pun tak tahu jika Cherry bisa bernyanyi dan memainkan alat musik." Sai berucap heran ke arah Ino.
"Entahlah, ia tak pernah mengatakannya kepadaku. Tapi sejak awal aku memang tahu jika Cherry adalah gadis yang berbakat " Ino tersenyum kepada Sai.
"Hm...Aku tertarik padanya." Naruto tersenyum simpul. "Aku ingin merekomendasikan dia sebagai penyanyi di perusahaanku...bagaimana pendapat kalian...?" Tanya sang Namikaze muda itu meminta pendapat kepada Ino dan Sai.
"Ide yang bagus..." Ucap Ino dan Sai bersamaan.
At Uchiha Entertainment...
"Sasuke, minggu depan sudah ada jadwal syuting untuk pembuatan mv Nakama's Band di perusahaan Namikaze Entertainment." Kakashi sang manager Uchiha bungsu itu menjelaskan perihal pekerjaan yang akan dikerjakan oleh aktor tampan itu.
"Hn..." Ucap Sasuke datar sambil terus membaca majalah di hadapannya.
"Fuh~...Baiklah, kalau begitu persiapkanlah dirimu dengan baik." Tak mau ambil pusing, Kakashi segera meninggalkan Sasuke dari ruangan pribadinya di perusahaan itu.
Sasuke POV
Aku merebahkan diriku pada punggung sofa yang sedari tadi aku duduki. Ku letakkan tangan kananku ke wajahku , menutup mata dan menghela napas pelan. Entah mengapa sejak kejadian sebulan yang lalu, aku tak pernah bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku. Sebulan ini juga aku tidak lagi bertemu dengan orang yang sangat aku cintai itu.
"Hinata~..." Lirihku, menyebut nama gadis itu.
Memang aku yang sengaja tidak ingin menemuinya, hatiku terlalu sakit saat ia menolak perasaanku waktu itu. Meskipun dalam sebulan ini, ia tak pernah berhenti berusaha untuk bertemu dan meminta maaf padaku, namun aku masih tak sanggup untuk bertemu dengannya. Perkataan Naruto tiba – tiba saja selalu terngiang di kepala ku.
"Brengsek!" Geramku, sambil mengepalkan kedua tanganku kuat.
Aku sama sekali tak bisa berkutik dengan perkataannya. Memang perasaan itu tak bisa dipaksakan, lalu apa yang harus aku lakukan dengan perasaan ini. Membuangnya...? Cih, tak bisa semudah itu bukan...?
'Kami-sama apa yang harus aku lakukan...?'mohonku kepada Kami-sama.
-TBC-
Maaf jika ceritanya terlalu monoton dan tidak menarik. Tapi, saya harap kalian semua suka dengan fic khayalan saya ini, hehehe...
Jika berkenan, maukah kalian memberi review untuk fic khayalan saya yang gaje ini...Saya harap kalian memberikan masukan-masukan bagi saya, agar saya bisa memperbaiki kesalahan yang ada. Arigatou gozaimazu...
