Bull Fighting

.

By Kirei-ka

.

Romance

.

T for Teen

.

Chapter 1 of ?

.

Casts: Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Jongin a.k.a Kai, Wu Yifan a.k.a Kris, Huang Zitao a.k.a Tao, Park Chanyeol, Zhang Yixing a.k.a Lay, Byun Baekhyun,

.

Supporting Casts: Bang Yongguk, Yoo Youngjae, Moon Jongup, & others

.

OC—taken out from drama: Rui, Jia

.

Dicslaimer: I own... basically nothing. FF ini dibuat berdasarkan sebuah drama (bukan drama Korea) berjudul 'Bull Fighting' a.k.a 'Free Style'.

.

Warning: Boys' love everywhere! Let's consider boyxboy as totally normal—only in this fic.

.

.

.

PROLOG

Kisah ini adalah tentang dua sekolah yang bertetangga, East Sun dan Blue Emperor, yang sudah sejak lama selalu bermusuhan dan saling bersaing dalam hal apapun. Sepuluh tahun lagu, dua kelompok murid berasal masing-masing dari East Sun dan Blue Emperor bertanding untuk memperebutkan sebuah lapangan basket. Kenapa harus memperebutkan sebuah lapangan basket? Tidakkah mereka memilikinya di sekolah masing-masing?

Tentu saja mereka punya.

Tapi lapangan yang ini lebih menarik karena mereka bisa menggunakannya kapan pun sesuka hati mereka.

Lalu, apa kisahnya hanya itu?

Tentu saja tidak.

Berpusat pada permainan basket jalanan yang nyaris tidak mengenal aturan, kisah ini juga akan mengenalkan kalian pada Sehun dan Luhan, dua remaja yang akhirnya mengenal cinta dengan cara yang unik—lewat basket jalanan yang liar dan kasar alias...Bull Fighting.

Sekarang, mari berkenalan dengan para tokoh.

1. Lu Han

Anak dari seorang tuan tanah, pemilik kawasan yang diberi nama 13 Street, sebuah kawasan pertokoan di mana lapangan tua yang selalu diperebutkan East Sun dan Blue Emperor berada. Sebagai seorang tuan tanah, ayah Luhan bukan tipe yang arogan atau kejam, karena itu orang-orang menghormatinya, dan karena itu pula mereka menyayangi Luhan yang periang.

2. Tuan Lu

Tuan tanah pemilik kawasan pertokoan 13 Street yang diam-diam bersentuhan dengan dunia mafia. Demi melindungi anak-anaknya dari bahaya yang dekat dengan dunia mafia, Tuan Lu memaksa mereka untuk mempelajari beberapa ilmu beladiri seperti hapkido, taekwondo dan aikido—meskipun pada akhirnya hanya kakak laki-laki Luhan yang berhasil menguasai semua ilmu beladiri tersebut. Dua tahun yang lalu Tuan Lu menyusul istrinya yang sudah lama meninggal.

3. Lu Yi Fan a.k.a Kris

Kakak laki-laki Luhan. Orang yang tampak dingin dari luar, padahal sebenarnya punya hati yang baik dan penyayang. Meskipun begitu, Kris bisa berubah jadi sangat menyeramkan jika seseorang berani mengusik keluarganya. Siapa keluarganya? Bukan hanya Luhan, tapi juga kekasihnya, bawahannya, bahkan orang-orang yang tinggal di 13 Street, semua sudah seperti keluarga.

4. Huang Zi Tao

Pacar kesayangan Kris, satu-satunya yang bisa meredakan amarah Kris. Malaikat pelindung Luhan, karena dialah yang selalu membela Luhan saat Kris memarahi anak itu.

5. Kai

Tangan kanan Tuan Lu—bekerja di bawah perintah Kris sejak Tuan Lu meninggal—, juga pengawal pribadi Luhan. Dibesarkan oleh keluarga Lu sejak kecil dan tumbuh besar bersama Luhan, karena itu dia sangat dekat dengan Luhan. Kai selalu melindungi Luhan tidak peduli Luhan benar atau salah, bahkan rela menerima hukuman dari Tuan Lu—dan sekarang Kris—yang terkenal keras hanya agar Luhan yang sering berulah tidak dihukum.

6. Rui

Orang kepercayaan Tuan Lu, satu tingkat di bawah Kai. Pria berumur 25 tahun yang—mengaku—sangat bisa diandalkan dalam urusan menyusun strategi.

7. Jia

Satu lagi orang kepercayaan Tuan Lu. Pria gendut yang seumuran dengan Rui. Tidak terlalu pintar, tapi sangat bisa diandalkan untuk urusan otot.

8. Oh Se Hun

Putra satu-satunya dari seorang pengusaha kaya, juga pimpinan dari trio EXO—wakil dari East Sun High School dalam pertandingan basket jalanan melawan Blue Emperor, EXO muncul sepuluh tahun lalu dan anggotanya selalu berganti setiap tahun kelulusan. Ibunya sudah lama meninggal, sementara ayahnya lebih suka mengurus perusahaannya, karena itu Sehun sangat dekat dengan neneknya yang sudah sangat pikun. Ayah Sehun membesarkannya dengan doktrin bahwa Sehun harus selalu menang dalam segala hal tanpa mempedulikan yang lain, akhirnya Sehun tumbuh jadi pribadi yang tertutup, dingin, angkuh, dan keras kepala.

9. Tuan Oh

Pengusaha kaya yang berniat mengambil alih 13 Street untuk keperluan usahanya. Ambisinya membuatnya Sehun harus terlibat dalam perebutan lahan 13 Street melawan keluarga Lu.

10. Nenek Oh

Satu-satunya wanita dalam keluarga Oh. Nenek yang satu ini sangat ceria, akibat penyakit pikunnya nenek Oh sering bicara ngawur.

11. Park Chan Yeol

Salah satu anggota EXO. Di mana pun ada Chanyeol, di situ pasti ada seorang pria mungil berwajah manis.

12. Byun Baek Hyun

Pria mungil yang selalu mengikuti Chanyeol kemana pun, yang sebenarnya adalah pengawal pribadi Chanyeol. Dikawal pria berwajah manis yang tinggi badannya bahkan tidak sampai telinganya, Chanyeol tentu protes—bahkan sempat meragukan kemampuan Baekhyun. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri sehebat apa jurus teakwondo Baekhyun, Chanyeol membiarkan pria mungil itu jadi pengawal pribadinya.

13. Zhang Yi Xing

Anggota EXO yang lain. Tidak terlalu menonjol. Tubuhnya yang paling pendek di antara Sehun dan Chanyeol, tapi kemampuannya bermain basket tidak bisa dianggap remeh.

Sampai di sini dulu, kalian akan bertemu dengan karakter lainnya seiring berjalannya kisah ini.

Selamat membaca.

Happy Bull Fighting!

.

.

Author's POV

Waktu itu hari masih pagi, cuaca cukup cerah—langit tampak biru bersih hanya tertutup sedikit awan putih. Seorang suster muda bersama dengan suster kepala tampak sedang berjalan di halaman gereja seraya bercengkrama. Keduanya di buat terpaku saat tiba-tiba saja tiga mobil sedan datang beriringan dan berhenti tepat di depan keduanya.

Segerombolan pria mengenakan polo shirt berwarna merah muda kemudian keluar dari sedan depan dan belakang, semuanya berjalan serempak dipimpin dua orang pria ditengah 30 tahunan dengan setelan jas hitam dan kemeja merah muda menghampiri sedan yang berada di tengah dua sedang lain sebelum kemudian berbaris rapi di samping mobil berwarna silver itu.

Kemudian seorang pria muda mengenakan semi-jas berwarna hitam keluar lebih dulu dari pintu depan mobil, berjalan menuju pintu belakang sebelah kanan mobil dan membukanya dengan hati-hati. Kali ini, pria mungil berwajah cantik yang keluar dari mobil silver yang tampak bersih mengkilap itu.

Pria cantik itu, Luhan, berjalan paling depan, memimpin Kai dan semua bawahannya melangkah memasuki halaman gereja, melewati dua orang suster yang sempat kusebut tadi, menuju gereja tua dengan desain klasik yang masih cantik tak jauh di depan mereka.

"Astaga. Apa yang gangster seperti mereka lakukan di sini?" Suster muda bergumam pelan, namun cukup keras untuk didengar oleh suster kepala yang berdiri tepat di sampingnya.

"Dari mana kau tahu kalau mereka adalah gangster?"

"Aduh, suster kepala, dilihat sekali juga semua orang bisa tahu kalau mereka itu gangster, kalau bukan gangster berarti mereka mafia."

Suster kepala menggelengkan kepalanya. "Kau tidak boleh menilai orang hanya dari penampilannya saja."

Merasa diceramahi, suster muda menundukkan kepalanya. "Neeee..."

Kembali pada Luhan dan pengawal-pengawalnya, yang sekarang sudah berada di dalam gereja, apa yang akan mereka lakukan?

Luhan duduk lebih dulu di bangku barisan terdepan, diikuti oleh Kai yang duduk di sampingnya dan yang lain duduk tepat di belakangnya. Dengan mata terpejam dan kedua tangan saling menggenggam di depan dada Luhan menundukkan kepalanya dan berdoa, "Tuhan, namaku Lu Han, penggemar nomor satu EXO. Hari ini di lapangan basket 13 Streets, tolong izinkan EXO mewakili East Sun memenangkan pertandingan untuk yang ke sepuluh kalinya beturut-turut. Kumohon kabulkan doaku. Amin."

"AMIN." Semua ikut mengamini doa Luhan.

-BF-

Di tempat lain, di tengah hiruk pikuk kota sebuah mobil Porsche cabrio (atap terbuka) berwarna merah tampak melaju kencang diikuti tiga mobil lainnya.

Sehun, si pengendara Porsche merah, melirik kaca spion mobilnya, menyadari bahwa mobilnya sedang dikuntit. Sehun tampak berdecih sebelum kemudian menginjak pedal gas lebih dalam. Tidak peduli jalan tampak ramai, atau banyaknya tikungan dan persimpangan yang harus dia lewati, Sehun tidak berniat menurunkan kecepatan mobilnya. Tidak perlu waktu lama sampai tiga mobil di belakangnya tadi tertinggal jauh sampai akhirnya kehilangan jejaknya.

Sehun tersenyum puas.

Mobilnya berhenti di depan pintu masuk sebuah gedung pencakar langit. Sehun keluar dari mobilnya menjinjing sebuah tas berisi laptop, kemudian memberikan kunci mobilnya pada seorang petugas valet parking yang menghampirinya. Dengan langkah tegap Sehun memasuki gedung perkantoran 20 lantai itu langsung menuju meja resepsionis.

"Selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu?" Wanita muda yang bertugas dibalik meja resepsionis menyapa Sehun dengan ramah.

"Aku ingin bertemu Tuan Yoon."

"Apa Anda sudah membuat janji?"

"Katakan saja padanya kalau Oh Sehun sudah datang."

"Baik. Tunggu sebentar." Wanita dengan name-tag bertuliskan 'Shin Hyun Joo' itu tampak menelpon seseorang, Sehun yakin saat ini dia sedang berbicara pada atasannya.

"Tuan Yoon bilang Anda bisa langsung pergi ke ruangannya di lantai 10," ujar Hyun Joo tepat setelah sambungan telepon terputus.

Sehun tak mengucapkan apapun, bahkan sepotong ucapan terima kasih pun tidak, pemuda tampan berwajah stoic itu hanya melangkahkan kakinya dengan tegap langsung menuju lift. Hanya dalam hitungan detik Sehun sampai di lantai 10. Sehun tahu benar di mana letak ruangan Tuan Yoon, karena sebenarnya ini pun bukan kali pertamanya datang ke tempat itu.

Pintu menuju ruangan Tuan Yoon selalu dijaga oleh sedikitnya dua orang pria bertubuh kekar. Hari itu mereka pasti sudah mendapat informasi bahwa seseorang bernama Oh Sehun akan datang, karena tepat saat Sehun sampai di sana dan mengatakan namanya, keduanya dengan mudah membukakan pintu untuk Sehun.

Sehun tiba di sebuah ruangan yang menghadap langsung keluar dengan pemandangan yang dapat dengan jelas dilihat karena dinding yang terbuat dari kaca-kaca berukuran raksasa. Seorang pria paruh baya duduk di sisi kiri meja kacanya tersenyum menyambut kedatangan Sehun. "Ah~ Tuan muda Oh. Selamat datang. Silahkan duduk."

Sehun tahu senyum itu palsu, juga ajakan ramahnya yang mempersilahkan Sehun untuk langsung duduk begitu saja, karena itu tidak terlalu mengejutkan baginya ketika tiga orang pria bertubuh tinggi dan besar yang memang berdiri di sisi kiri dan kanan ruangan sejak dia datang tiba-tiba saja berlari menghampirinya dan menyerangnya.

Terlatih menggunakan ilmu beladiri membuat Sehun dapat dengan mudah melumpuhkan ketiganya dalam waktu terbilang singkat. Sehun menarik jasnya ke bawah, perkelahian singkat tadi mungkin sudah membuat pakaiannya sedikit berantakan. Masih dengan wajah stoic miliknya Sehun pergi menghampiri Tuan Yoon yang tampak masih tersenyum padanya.

"Oraenmaniya, Uncle Yoon."

"Oraenmaniya, Sehun-ah. Maaf. aku hanya ingin tahu sudah sehebat apa dirimu, rupanya kau semakin hebat. Tidak heran ayahmu mempercayakan hal sepenting ini padamu."

"Kita masih dalam jam kerja Swiss Bank. Bisa kita mulai transaksinya sekarang?"

Sehun mendudukkan dirinya di sisi kanan meja, kemudian membuka tas laptopnya dan mengeluarkan sebuah berkas untuk kemudian diberikan pada Tuan Yoon. Tuan Yoon menarik kedua alisnya dan menerima berkas yang disodorkan padanya. Pria paruh baya itu tampak membaca isi berkas dengan cepat sebelum kemudian menganggukkan kepalanya. Sehun menganggap anggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa transaksi bisa dimulai segera karena Tuan Yoon telah setuju, karena itu Sehun membuka laptopnya dan masuk ke sebuah situs yang sepertinya adalah situs milik Swiss Bank, mentransfer uang sejumlah lima juta won yang langsung masuk ke rekening milik Tuan Yoon.

"Lima juta won ini adalah untuk rencanamu membantu ayahku mendapatkan izin beroperasi untuk G-Mall, ini hanya uang pangkal. Setengah uang sisanya akan dikirim dengan cara yang sama jika izin sudah sampai ke tangan ayahku."

"Hahaha. Pulang dan beri tahu ayahmu, kalau total sepuluh juta won ini adalah jumlah yang sangat pantas untuk diinvestasikan."

Merasa tugasnya sudah selesai, Sehun bangkit dari duduknya, disusul Tuan Yoon yang rupanya masih saja ingin berbasa-basi dengannya.

"Ah! Kudengar kau akan mewakili East Sun—"

"Aku harus pergi."

Sayang Sehun tak punya waktu untuk mendengarkan celotehan si pria tua, jadi Sehun memilih mengabaikan ucapan Tuan Yoon dan pergi meninggalkan ruangan itu begitu saja. Tuan Yoon tampak terperangah, jelas saja ada rasa kesal diperlakukan seperti itu apalagi oleh orang jauh lebih muda darinya. Tuan Yoon menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum asimetris.

"Bocah itu tidak punya ekspresi, sedikit bicara dan bertarung dengan cukup baik. Aku tidak bisa menebak apa yang dia pikirkan. Hmm. Sepertinya... dia jauh lebih sulit dihadapi dibanding ayahnya."

-BF-

Kembali pada Luhan dan rombongannya yang saat ini sudah sampai di depan mobil. Kai tampak membukakan pintu mobil untuk Luhan dan pada awalnya Luhan sendiri tampak akan segera masuk ke dalam mobil sebelum sesuatu melintas di otaknya dan akhirnya pria cantik itu justru menutup pintu mobilnya.

"Waeyo?" Kai bertanya karena merasa aneh kenapa Luhan malah menutup pintu mobilnya.

Luhan berbalik dan tersenyum sangat manis pada Kai. "Untuk mendukung East Sun dan EXO, aku ingin berlari pulang ke rumah!" ujarnya riang. Belum sempat seorang pun menyatakan protes, Luhan sudah lebih dulu berlari meninggalkan rombongannya.

Kai terperangah di tempatnya, begitu pun Rui, Jia dan bawahan mereka.

"Daejang*! Doryeonim**... dia... uh... Ah! Aku mengerti." Rui tampak seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian sepertinya dia membuat sebuah keputusan sendiri.

Rui berbalik dan menatap semua bawahannya kemudian berseru, "Semuanya dengar, masuk ke mobil, bersiaplah untuk pulang dan menunggu doryeonim di rumah!"

"OK!" Jia terdengar menjawab paling keras karena mungkin dialah yang akan paling menderita jika harus berlari pulang ke rumah yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat.

Senyum di wajah Rui menghilang dalam sekejap saat tiba-tiba saja Kai mencengkram kerah kemejanya kuat. "Jika Tuan muda berlari, siapa yang berani duduk di mobil dan pulang?"

"T-tidak ada."

"T-tapi daejang! Coba lihat badanku, bukankah sangat tidak cocok untuk dipakai berlari?" ujar Jia mencoba memberi alasan. Pria gendut itu tidak mampu lagi beralasan atau membantah ketika Kai berbalik menatapnya begitu tajam.

Jia menelan ludahnya pahit dan terpaksa justru jadi yang pertama berlari menyusul Luhan. "K-Kajja!" serunya terbata.

Pada akhirnya, semua ikut berlari di belakang Luhan—kecuali tiga orang beruntung yang ditugaskan Kai untuk membawa pulang mobil.

"EXO!"

"GO!"

"EXO EXO EXO!"

"GO GO GO!"

Luhan terus menyerukan nama EXO sambil berlari di jalan lengang, sementara yang lain mau tidak mau harus menyahutinya kecuali mereka siap diterkam Kai. Apapun yang Luhan inginkan, dia harus mendapatkannya, itulah yang selama ini berusaha diwujudkan Kai.

Sementara itu di jalan lain yang masih terhubung dengan jalan yang dilewati Luhan, Sehun lagi-lagi tampak tengah mengendari Porsche merahnya dengan kecepatan tinggi. Bukan berarti Sehun tidak bisa pelan-pelan, hanya saja waktunya memang tidak tepat untuk bersantai karena dia hanya punya sedikit waktu untuk sampai di lapangan basket 13 Street di mana teman-temannya mungkin sedang menunggunya untuk melangsungkan pertandingan melawan trio BAP dari Blue Emperor.

beep beep beep

Sehun melirik ponselnya yang berbunyi nyaring, ada nama 'Appa' tertera di layar ponselnya yang tengah berkedip. Sehun menekan wireless headset yang terpasang di telinga kirinya sejak tadi, dia tahu ayahnya pasti akan segera menelponya untuk menanyakan perkembangan tugasnya.

"Appa, semua berjalan lancar. Setelah Tuan Yoon mempengaruhi mayoritas pemegang saham, perusahaan kita akan dengan mudah mendapatkan izin beroperasi untuk G-Mall"

"G-Mall adalah proyek terbesar kita tahun ini, mungkin juga untuk beberapa tahun ke depan. Bagus kalau kau bisa menyelesaikan tugasmu dengan mudah."

"Yeah~ Tuan Yoon memang banyak maunya, tapi untuk urusan mengatur klien dia cukup bisa diandalkan."

"Ah. Bukankah kau harus pergi ke lapangan basket setelah ini? Kalau begitu, setelah pertandingan berakhir segeralah pulang. Appa sudah menyiapkan pesta sebagai ucapan selamat untukmu dan kemenangan East Sun dalam bull fight yang kesepuluh kali berturut-turut. Kau adalah bintangnya, jadi kau harus datang."

pip

Tuan Oh memutus sambungan secara sepihak. Sehun berdecih, sudut bibir tertarik membentuk senyum asimetris. "Hh. Orang yang bahkan tidak bisa membedakan antara basket dan baseball membuat pesta perayaan untukku, bukankah ini sangat aneh?" Sehun bergumam pelan. Raut wajahnya mengeras, Sehun menginjak pedal gasnya lebih dalam dengan penuh rasa kesal.

-BF-

Luhan masih berlari penuh semangat, wajahnya tampak ceria sementara di belakangnya Jia justru hampir menangis merasakan napasnya putus-putus karena lelah berlari. Berlari di tengah jalan yang lengang, Luhan dan kelompoknya hampir menutup seluruh badan jalan, Luhan tidak terlalu memikirkannya karena jalan itu memang hampir selalu sepi.

"EXO!"

"GO!"

"EXO EXO EXO!"

"GO GO GO!"

Dan kemudian pertemuan itu terjadi begitu saja.

Sehun yang datang dengan mobilnya yang melaju kencang dikejutkan dengan sekelompok orang yang menutupi sebagian besar jalan tepat setelah tikungan.

"Sh*t!"

SCREEEEEEECHH

Kakinya secara reflek menginjak rem sementara kedua tangannya membanting stir hingga mobilnya berputar 90 derajat. Luhan, Kai dan semuanya melihat semuanya tanpa bisa berbuat apapun karena semua terjadi dengan cepat. Luhan bersumpah dia lupa cara bernapas saat melihat mobil itu berhenti hanya beberapa senti di depan tubuhnya yang menegang.

"Luhan-ah!/Doryeonim!"

Kai berlari menghampiri Luhan dengan panik. "Gwaenchana?"

"N-ne. Nan gwaenchana, Kai-ya. Omo! Yang tadi itu hampir saja."

Tidak terima melihat Luhan hampir celaka, Kai memberi kode pada Rui, Jia dan yang lain yang kemudian dengan cepat menyebar dan mengelilingi mobil yang hampir saja menabrak tuan muda mereka, membuat mobil mewah dengan atap terbuka tersebut tidak bisa bergerak sedikit pun.

Sehun tampak berdecak kesal sebelum akhirnya terpaksa turun dari mobilnya untuk menghampiri orang yang hampir saja ditabraknya.

"Yah! Bisakah kau suruh orang-orangmu untuk minggir? Mereka menghalangi jalanku—aku sedang buru-buru asal kau tahu saja," ujar Sehun dengan nada yang jauh dari kata ramah. Luhan mendelik kesal. "Yah! Apa orang tuamu tidak mengajarimu sopan santun atau semacamnya?! Kau hampir saja menabrakku, setidaknya kau harus meminta maaf padaku!" balasnya tidak kalah keras.

Sehun berdecih, ditatapnya Luhan dengan pandangan mengejek.

"Insiden tadi," Sehun memotong ucapannya, didekatkannya wajah tampannya pada wajah mungil Luhan hingga Luhan bisa melihat dengan jelas tatapannya yang tajam itu, "bukan salahku."

deg deg deg

Luhan merasakan jantungnya berdegup kencang dan cepat hanya karena wajah Sehun yang menurutnya sudah terlalu dekat dengan wajahnya sendiri. 'Ada apa dengan jantungku? Apa aku mengidap penyakit jantung?' pikir Luhan yang dengan tanpa sadar menunjukkan raut cemas di wajahnya.

'Isanghae. Kenapa sepertinya aku mengenal wajahnya?' pikiran Luhan teralihkan, tanpa sadar matanya mulai memandang intens pada wajah Sehun.

Sehun menyadari perubahan raut wajah Luhan, alisnya bertaut tanpa sadar, kemudian Sehun kembali menarik wajahnya. Kali ini telunjuknya yang bergerak dan mendarat di dahi Luhan yang tertutup poni. "Kau dan orang-orangmu ini yang salah karena menghalangi jalanku," ujarnya seraya mendorong telunjuknya di dahi Luhan, sekaligus membuyarkan semua pikiran yang berkeliaran di otak Luhan saat itu.

"Sekarang minggir. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi kalian," ujar Sehun seraya mendorong pelan bahu Luhan agar pria cantik itu menyingkir dari jalannya. Luhan semakin terperangah sementara Sehun sepertinya tidak peduli dan tetap berjalan menuju bangku kemudi mobilnya.

Itu sebelum tangan kekar seseorang mencengkeram lengannya dan membuat langkahnya terhenti.

"Yah! Berani sekali kau bersikap kasar pada tuan muda kami!" ujar Kai sengit, kemudian tanpa mengatakan apapun lagi langsung menyerang Sehun dengan sebuah pukulan yang mengarah ke wajah.

Nyatanya tidak semudah itu melukai Sehun yang juga jago beladiri, Rui dan Jia dibuat terkejut karena Sehun bisa menangkis serangan daejang mereka. Kai tidak berhenti, pemuda itu tetap berusaha melukai Sehun dengan pukulan-pukulannya yang sayangnya selalu berhasil ditangkis oleh Sehun.

"Oh Sehun!"

Seruan Luhan menghentikan perkelahian—kalau bisa disebut begitu—antara Sehun dan Kai. Sehun menoleh ke arah Luhan dengan sedikit kaget. "Dari mana kau tahu namaku?"

"Kau! Ketua baru EXO, bull fighting team dari East Sun. Aku penggemar berat East Sun. Kau beruntung, aku tahu hari ini kau harus bertanding melawan Blue Emperor dan aku tidak mungkin membiarkanmu datang terlambat," ujar Luhan yang telah mengingat kenapa dia merasa kenal dengan wajah pria sombong menyebalkan di depannya.

"Dia dari East Sun?" Kai bertanya seolah ingin memastikan pendengarannya tidak salah.

"Lepaskan dia, Kai-ya. Biarkan dia pergi," balas Luhan, secara tidak langsung menjawab pertanyaan Kai bahwa Sehun memang berasal dari East Sun.

"Kau! Dengar ya, pokoknya kau harus memenangkan pertandingan hari ini, jika sampai kau kalah aku berjanji tidak akan melepaskanmu begitu saja, aku akan buat perhitungan! Kau mengerti?!" Luhan berujar galak pada Sehun.

Sehun kembali berdecih, "Hh. Satu lagi penggemar berat EXO yang bodoh," ujarnya pelan lalu membuka pintu mobilnya dan kembali melesat di jalanan.

"Yah! Aku serius! Kau harus menang! Jangan sampai kalah!" seru Luhan pada Sehun yang semakin menjauh, bibirnya tampak mengerucut saat dilihatnya mobil Sehun benar-benar sudah menghilang dikejauhan. Pria cantik itu berbalik menatap pengawalnya satu per satu. "Nah, sekarang aku mau tanya, kalian tidak melakukan hal aneh kan tadi?"

Semua terdiam. Luhan menatap curiga pada Jia dan Rui yang paling banyak berulah

"Jia?"

Si bodoh Jia yang hanya mengandalkan otot malah menjawab, "Ne! Aku tidak melakukan hal aneh, hanya merobek ban mobilnya sedikit. Hehe."

Tawa Jia terhenti ketika sadar Luhan tengah menatapnya tajam. "M-mianhae."

"Aish. Kalau sampai Sehun datang terlambat karena ulahmu, aku akan menggantungmu terbalik di atas pohon!" seru Luhan geram, sebelum dia melanjutkan acara lari sampai ke rumahnya, meninggalkan Jia yang wajahnya memucat. "A-apa? T-tapi DoryeonimDoryeonim!"

Luhan tidak mendengarkannya, Jia terpaku dengan wajah ingin menangis membayangkan dirinya digantung Luhan di atas pohon.

Kai menggelengkan kepalanya kemudian menepuk bahu Jia. "Kau tenang saja, Luhan tidak akan benar-benar melakukannya."

"Makanya jangan sembarangan bertindak! Dasar bodoh," ujar Rui.

"Jja! Tuan muda sudah jauh di depan, kita juga harus kembali berlari."

"NE!" Ucapan Kai menjadi komando bagi yang lain untuk berlari menyusul Luhan.

"Daejang!" Rui menghentikan Kai yang baru akan berlari menyusul yang lain. "Wae?"

"Umm... sebenarnya, aku... tadi aku juga sudah terlanjur merobek tas sepatunya."

Kai membuka mulutnya lebar, kehabisan kata-kata, "Kau— ugh. Dengar, kau harus menutup mulutmu rapat-rapat. Jika sampai tuan muda mendengar ini dia akan memenggal kepala kita berdua!"

Segera setelah mendengar perintah Kai, Rui memasang wajah bodoh seolah baru saja kehilangan otaknya. "Daejang, apa aku baru saja mengatakan sesuatu padamu?"

Kai memutar bola matanya, jengah dengan ulah Rui dan Jia yang tidak ada habisnya. "Tsk."

-BF-

"Aish. Kenapa Sehun belum datang juga? Pertandingannya akan segera dimulai." Chanyeol tampak tidak bisa diam karena cemas menunggu Sehun yang belum juga muncul, sementara di belakangnya puluhan remaja pendukung East Sun dan Blue Emperor sudah berteriak seperti orang kesetanan membuat kepalanya pusing.

"Aneh sekali. Sehun tidak pernah datang terlambat untuk sesuatu sepenting ini," Lay bergumam pelan.

Keduanya tampak mendesah malas ketika sadar tiga orang pemuda dengan segaram basket menghampiri mereka. "Hei, East Sun! Mana Oh Sehun? Kami Blue Emperor tidak punya waktu untuk menunggu satu orang," ujar Yongguk, pemimpin trio BAP yang baru dari Blue Emperor. Pemuda itu tidak menunggu balasan dari Chanyeol ataupun Lay, pandangannya segera beralih pada puluhan remaja di bangku penonton.

"Aku akan menghitung sampai sepuluh, jika dalam hitungan ke sepuluh Oh Sehun tidak juga menampakkan batang hidungnya, itu berarti East Sun harus menyerahkan lapangan ini pada Blue Emperor. Kalian setuju?!"

"NEEEEE!" Suara pendukung Blue Emperor terdengar riuh memenuhi lapangan basket tertutup itu. Yongguk dan dua temannya tampak tersenyum puas, sementara Chanyeol diam-diam menelan ludahnya gugup.

Yongguk mengangkat tangannya tingigi-tinggi, mengacungkan jari telunjuknya dan mulai menghitung—

"SATU!"

.

.

.

To be continued...

*daejang: general, captain

**doryeonim: young master

Should I keep this or just delete it?

Let's see how much reviews this fic may get.