-Act one-
-Oferprotective and worries-
[Part 1].
.
.
Senin, hari yang begitu amat tidak disukai banyak orang. Mulai dari pelajar sampai para pencari nafkah. Tapi apa mau dikata, hidup harus berjalan terus bukan.
Namun rasanya selalu ada yang dapat membantah pernyataan itu.
.
Di sebuah daerah elit, disalah satu mansion mewah diantara mansion-mansion di kota paling terkenal 'Konohagakure', tiga keluarga bahagia yang tinggal seatap sudah memulai aktifitas mereka dengan rutinitas penuh romantisme mereka.
Haah, inilah idaman semua orang. Hidup yang selalu di impikan setiap manusia.
Kedamaian. Keharmonisan. Dan.. cinta.
.
"Naru-nii, sampai ketemu nanti sore~" pamit Naruko seraya memasuki mobil sang suami. Naruko sedikit mengaduh saat tak sengaja topi ala susternya membentur atap mobil. Sai menoleh dan mengusap kepalanya setelah sebelumnya berkata "Hati-hati, sayang".
"Sampai jumpa" si kembar –Naruto- menyahut.
.
Sasuke keluar dari rumah bersama Souji kecil yang nampak elit dengan kemeja biru kecil dan levis biru tua dipadankan dengan sepatu putih biru sport berukuran mini. Souji kecil hampir terlihat seperti sasuke dengan suit jas kerjanya tapi dalam versi mini.
Setelah memberikan Souji pada Naruto ia memasuki mobil mengambil kemudi. Naruto sedikit berdecak sembari memasuki mobil merah-hitam Bugatti-veyron yang terkenal langka dan termahal milik sang kekasih. Tak lama kemudian Ferrary 205 gt biru tua Sai yang tak kalah dari Bugatti-veyron Sasuke melaju keluar gerbang dan mengambil arah kiri, lalu Sasuke menjalankan Bugatti-veyronnya mengambil arah kanan setelah sebelumnya melewati pagar otomatis.
.
Bercanda riang dengan sang anak di pangkuannya Naruto sesekali menegur si surai reaven yang menambah kecepatan laju mobil terlalu cepat hanya karena malas jika jam macet tiba.
Memperhatikan sekeliling lalu menunjuk beberapa tempat untuk mengambil perhatian Souji kecil –Naruto tampak menikmati perjalanan singkat itu.
Sampai di daerah kawasan gedung yang berlambangkan Uchiha Corp, suasana hening seakan tak terganggu bunyi-bunyi klakson mobil para karyawan yang sesekali menyapa mereka dari parkirannya. Hati-hati Sasuke memarkirkan kendaraannya di tempat faforitnya di parkiran lantai dua-agar sang anak bisa menikmati pemandangan barang sesaat.
.
Seperti waktu yang lalu, saat Sasuke bekerja sang kekasih dan sang anak tak diijinkan tinggal dirumah. Artinya keduanya harus ikut Sasuke ketempat kerja. Sama halnya dengan Sai yang kembali ke RS. Uchiha setelah sebelumnya di oper ke perusahaan Uchiha Corp untuk beberapa kali menggantikan Sasuke yang sibuk melulu anaknya-tentu itu sebelum Naruto kembali, Naruko sang istri pun dibawanya bekerja dengan menjadikannya sebagai perawat sekaligus asistennya.
.
Huff meski sudah beberapa tahun mereka masih juga belum dikaruniai putra, hal itu cukup membuat seluluh keluarga besar Uchiha-Namikaze-Uzumaki ini khawatir. Mengingat dulu Naruto memiliki rahim, timbul kecurigaan bahwa Naruko tak memilikinya.
Namun setelah Itachi memeriksanya, hasil tes membuktikan bahwa Naruko memiliki rahim utuh, sehat dan normal.
Maka pertanyaannya adalah mengapa?.
Itu masih misteri.
.
Ruangan seluas 63.80 meter persegi atau lebih jelasnya 8x8 meter serba abu-abu terdiri dari meja kerja plus seperangkat komputer dan laci dokumen serta ber rak-rak arsip-arsip dan tak ketinggalan satu set sofa santai di tengah ruangan di depan meja kerja, bahkan tak tanggung-tanggung anak terakhir uchiha Fugaku itu menyediakan tv dan rak mainan khusus untuk sang anak tercinta.
Sesaat terkenang masa-masa sulitnya saat Sasuke masuk keruangannya itu. ia takan pernah lupa bagai mana kesehariannya dulu saat kehilangan Naruto dan harus membesarkan souji sendirian.
.
Di ruangan itu juga biasanya Naruto dan si kecil Souji menghabiskan waktu mereka sembari menunggu Sasuke menyelesaikan pekerjaannya. Terkadang mereka sesekali menggoda Sasuke yang terlalu fokus pada pekerjaannya atau sekedar menyita waktu untuk sedikit merilekskan Sasuke.
.
"Sasuke-sama ini laporan keuangan minggu ini" lapor sang manager berbadan tegap kekar pada Sasuke. Juugo –manager kepercayaan Sasuke ini selalu berwajah seram dan sedikit bicara. Persis tuannya. Bahkan tak jarang ia menganggap tak ada orang disekitarnya kecuali Sasuke. Hal ini sedikit membuat Naruto tak enakhati-atau cemburu mungkin?. Tapi Naruto sedikit-banyak sangat menghormati Juugo. Juugo memang terkenal loyal pada Uchiha. Pekerjaannya pun rapi dan terpercaya.
.
Sasuke yang sibuk mengetik data menengok lalu melepas kacamatanya.
"Dari bagian apa?" Tanya Sasuke.
Naruto merasa melihat dua orang ini seperti menonton dua robot yang sedang berkomunikasi dengan bahasa digital mereka. Datar, singkat, tapi penuh maksud. Bahkan beberapa kata yang biasa didengar Naruto pun merasa takbisa ia mengerti saat keluar dari percakapan Sasuke dan Juugo.
"Bagian percetakan dan penerbitan di selatan" jawab sang manager.
"Setelah menangkap tikus tengik itu, kumpulkan semua arsip keuangan tahun ini dari ketiga cabang perusahaan yang aku pegang" Sasuke memberi selembar surat perintah setelah sebelumnya menandatangani selembaran itu. belakangan dikabarkan ada pegawai di bagian keuangan yang melakukan penggelapan dana. Jelas Sasuke sangat geram mendengarnya. Bukan karena mereka lengah. Tapi karena dulu ia tak menanggapi masalah itu. Fokusnya pada pekerjaan baru kembali setelah Naruto kembali padanya.
.
Sang manager diam sebentar untuk membaca lebih jelas isi surat itu lalu mengangguk pertanda mengerti. Ia akan segera keluar saat Sasuke memberi pandangan 'tunggu dulu' padanya.
"Juugo, kau boleh menentukan hukuman untuk orang itu" ucap Sasuke. Juugo si manager yang selalu terlihat seram itu akhirnya menyeringai dan mengangguk senang lalu keluar ruangan.
.
"Suke, tak baik membuat orang yang cinta kekerasan mecam dia kau jadikan hakim, bahkan meskipun itu untuk seorang koruptor" komentar Naruto yang sempat ngeri dengan seringaian manger Sasuke tadi.
"Sesekali tak apakan melihat manager ku senang?, lagipula dia pekerja keras" Bantah Sasuke datar. Naruto makin cemburu dibuatnya.
'apa-apaan itu?, jadi kau juga bisa memikirkan kesenangan bawahan mu?' pikir Naruto keki dan sedikit cemburu.
.
"Ha-ah, tak kusangka ada koruptor di Uchiha, maksud ku siapa orang yang berani melawan kalian yang sudah sangat terkenal keganasannya?" Naruto berkomentar heran sembari kembali sibuk bermain dengan Souji kecil.
"Hanya tikus dari pinggiran kota yang di pungut Juugo beberapa waktu lalu" jawab Sasuke.
"Hooo" Naruto mengerti sekarang.
'Tabiat Uchiha sepertinya menurun pada juugo' batinnya maklum. Mendengar itu ia sedikit lega. Di tepis jauh jauh pikirannya tentang Sasuke yang mungkin ada hati pada managernya itu. mana mungkin kan?.
.
Hari berlalu super sibuk seperti biasa untuk Sasuke. Senja sudah menampakkan dirinya. Pukul lima sore, Sasuke masih ada diruang rapat sejak sejam yang lalu. Seperti biasa pula Naruto dan Souji menunggu di ruangan Sasuke. Souji mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke kaca jendela dengan pandangan sendu. Naruto mendekati sang anak yang cemberut memandangi pemandangan di luar jendela di bawah sana.
.
"Sou, mau kesana?" Tanya Naruto-merasa sama bosannya dengan sang anak. Souji mengangguk pelan nan ragu, ayahnya takpernah menginjinkannya keluar, dan ia tak pernah berani meminta.
"Sssttt, ayo kesana untuk sekali ini saja" ajak Naruto pada sang anak. Souji langsung manatap Naruto berbinar lalu tersenyum dan mengangguk mengiayakan.
Keduanya pun menyelinap pergi ke lantai dasar lalu ke luar kantor menuju rombongan yang sudah beberapa hari ini di lihat mereka di taman-satu blok dari kantor- yang selalu mereka perhatikan dari ruangan Sasuke di lantai 6.
.
Sasuke membuang napas lelah. akhirnya pekerjaan melelahkannya berakhir sudah. Sekarang waktunya melepas lelah bersama Naruto dan Souji-pikirnya, sedikit tak sabar menuju ruangannya ia beberapa kali hampir menabrak karyawannya.
Tentu saja ia buru-buru. Hari ini pekerjaan menumpuknya dua kali lipat dari biasanya dan itu sangat mendadak.
'Mereka pasti bosan' pikir Sasuke tanpa tahu kedua orang yang selalu dipikirannya itu sudah tidak digedung ini lagi.
.
Membuka ruang kerjanya dan menaruh semua dokumen hasil rapat di meja. Menghela napas lagi ia mengamati sekeliling. Ada yang janggal. Mata Sasuke membulat lalu segera ia ke luar dan mengintrogasi karyawan yang meja kerjanya ada di depan ruangannya. Awas saja jika si karyawan tak tahu menahu soal keberadaan kekasih dan putra semata wayangnya. Meja karyawannya itu ada tepat di samping pintu ruangannya. Terlalu kalau sampai si karyawannya itu tak melihat Naruto dan Souji keluar.
.
"Kau melihat Naruto dan Souji?!" Tanya Sasuke-sedikit membentak. Karyawannya itu menggeleng takut. Sasuke menggeram sedikit menahan marah. 'Sudah ku duga' antara merasa karyawannya terlalu bodoh dan Naruto yang terlalu pintar menghilang darinya.
"Cepat perintahkan seluruh petugas untuk mencari mereka!" sang karyawan mengangguk cepat-cepat lalu menghubungi pusat keamanan di lantai satu, tak bisa ia hindari tangannya yang gemetar segan dan takut sekaligus pada atasannya yang sangat jarang berwajah seserius saat ini.
.
Sekitar dua jam mereka berkeliling, perusahaan, sekitar perusahaan, dan beberapa tempat terdekat sudah di geledah tapi masih juga belum ada tanda-tanda keberadaan Naruto dan Souji. Membuat kepala perusahaan Uchiha cabang ke empat ini makin khawatir bercampur kesal. Sasuke bahkan mengelilingi seluruh jalan dan tempat-tempat yang mungkin di datangi Naruto dan anaknya seperti taman dan lapangan sepak bola di pinggir sungai dekat sekolah tk dua blok dari selatan kantornya yang biasa di tunjuk-tunjuk Naruto saat melewatinya.
.
Setengah delapan malam. Beberapa karyawan sudah pulang, tapi cukup banyak yang tetap di tempat dan membantu mencari. Bahkan Kyuubi dan Sai-Naruko yang baru tahu keadaan-dikabari salah satu karyawan yang takut kena murka Sasuke- pun langsung mencari ke beberapa tempat.
Setengah sembilan malam.
Sasuke baru kembali ke kantor setelah berkeliling cukup jauh. Beberapa karyawan menatapnya khawatir tapi tak berani bertanya karena Sasuke tak kembali dengan membawa Naruto maupun Souji.
.
Para karyawan, Kyuubi, Sai-Naruko dan Sasuke beristirahat setelah mencari berjam-jam. Mereka duduk sembarangan di deretan meja kerja karyawan. Naruko memberikan minuman untuk mereka. Sasuke sangat kacau dan penuh peluh. Tapi pikirannya tabisa diam begitu saja.
"Kalian pulanglah, sudah larut, aku akan mencari mereka lagi" ujar Sasuke.
"Sasuke-sama kami akan tetap membantu" ucap salah satu karyawan. Sasuke diam tak menjawab. Kepalanya berdenyut sakit. Ia berusaha memberi jawaban tapi tak satupun keluar dari mulutnya.
.
Cklek!
"Are? Kenapa ramai sekali?" Suara itu membuat semua orang kaget sekaligus lega disaat yang bersamaan. Namun sayang, tidak untuk orang yang satu ini.
Sasuke memandang orang yang baru datang itu penuh kilat kemarahan seakan kehadirannya sangat menyulut emosinya. dan...
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri si kulit tan manis yang menggendong sesosok bocah kecil yang tertidur di gendongannya. Semua orang kaget, bahkan Kyuubi sedikit berjenggit ikut merasakan tamparan itu hanya dari melihatnya saja.
.
Melihat kejadian itu tepat saat dia membuka pintu, Juugo melongo sekaligus khawatir.
"Sasuke-sama, ini salah ku, aku tak menghubungi mu karena kutinggalkan handphon ku di ruangan ku" Juugo si manager berwajah seram yang sepertinya bertanggung jawab atas tindakan Naruto buru-buru menjelaskan. Wajahnya memucat khawatir. Sasuke tak menggubrisnya. Hanya ada kilatan kemarahan disana. Bahkan sempat terpikir kalau sekertaris kepercayaannya ini lancang juga membawa lari Naruto dan Souji. Itu membuatnya makin murka. Matanya menatap nyalang tepat pada Naruto yang masih menengok kebarat akibat tamparan keras Sasuke tadi.
.
Naruto membuang napas lelah lalu memandang Sasuke.
"Maaf" ucap Naruto pelan sambil tersenyum. Semua orang makin kaget melihat reaksi Naruto –tak tega sekaligus terharu. Jelas saja. Tak mudah mengatakan satu kata itu setelah kau menerima tamparan, apalagi sambil tersenyum.
"Cepat masuk dan berkemas!" Sasuke yang sesaat ikut kaget akhirnya masuk keruangannya tanpa menggubris Juugo. Setelah Sasuke masuk Juugo membungkuk pada Naruto dan minta maaf lagi.
.
"Sudahlah, dia memang begitu, lagipula kau sudah memberi ku tumpangan, kau tak perlu minta maaf" ujar Naruto masih tersenyum kemudian ia masuk keruangan Sasuke meninggalkan orang-orang yang terharu akan sikapnya. Bahkan Kyuubi dan Naruko yang tadi sempat kalang kabut pun membisu di tempat.
.
Diruangan Sasuke hanya ada cahaya dari luar jendela. Sasuke nampak sedang memandangi asal cahaya itu dari keremangan ruangan nya. Naruto menidurkan Souji di sofa lalu merenggangkan otot-ototnya sebentar. Mengambil air hangat dari dispenser di meja tak jauh dari tempat Sasuke berdiri. Naruto meneguk minumannya tanpa menghiraukan Sasuke yang memandanginya di tengah keremangan.
.
"Keberatan kunyalakan lampunya?" Tanya Naruto memecah keheningan.
"Hn" gumam Sasuke tak mengalihkan pandangannya.
"Juugo hanya mengantar ku ke teater di alun-alun kota, tak sengaja bertemu dijalan " terang Naruto–takut kalau manager yang baru akrab dengannya beberapa jam yang lalu itu malah kena hukuman Sasuke. Sasuke sendiri diam tapi Naruto tau dia pasti mendengarkan. setidaknya itu berhasil menepis pemikiran Sasuke untuk menyiksa Juugo nantinya.
.
Sasuke mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Pandangannya jauh menerawang keluar sana.
"Kenapa?" Tanya Sasuke.
"Kenapa kau tersenyum?" Sasuke memperjelas pertanyaannya.
"Karena aku memang salah, seharusnya aku tahu kau takan sempat membaca note yang kutaruh di meja" jawab Naruto tanpa berpaling dari kesibukannya. Sasuke diam sebentar. Mata onyxnya menatap selembar kertas yang tadi di remasnya tak beraturan lalu dilemparnya sembarangan.
"Aku baru menyadarinya barusan!" ucap Sasuke merasa bersalah tapi ditutupinya dengan nada kasar.
.
Naruto memandang kekasihnya itu sekilas lalu kembali ke kesibukannya sembari menyembunyikan wajah yang menahan tawa.
"Hoo, kau menemukannya?" Tanya Naruto sedikit tertawa.
"Dibawah tumpukan mainan Souji" jawab Sasuke ketus.
"Hn, sepertinya aku lupa menaruhnya ditempat yang mudah kau baca, lain kali akan ku ingat itu" Naruto tersenyum mengejek. Sasuke memandang sang kekasih sebal sebentar, kemudian matanya terfokuskan lagi dengan pamandangan diluar sana.
.
Ding! Ding! Ding!
Dengungan alaram jam di dinding menarik perhatian sepasang kekasih itu.
Tak sengaja Sasuke melihat raut wajah Naruto yang mempesona saat sang kekasih tercinta itu membenarkan posisi tidur souji penuh kasih sayang. Mata onyx sasuke tak bisa berpaling dari sang kekasih setelah itu .
.
"Hei, apa itu sakit?" Sasuke menunjuk pipi kiri Naruto yang memerah dengan dagunya.
"Sangat" jawab Naruto sembari tersenyum. Tak banyak memang, tapi sempat ada raut menyesal diwajah Sasuke.
"Ha-ah, aku –"
"Kemari dan obati aku" potong Naruto tak suka melihat tingkah kekasihnya yang mulai penuh sesal. Baginya, mencintai Sasuke berarti menerima segalanya tentang Sasuke. Sasuke tersenyum dan mengambil sedikit es batu di kulkas lalu ditaruh disaputangannya. Mengompres pelan memar bekas ulahnya tadi. Dalam hati ia bersyukur belahan hatinya itu sangat paham tabiatnya dan sangat sabar menghadapinya.
.
"Teater apa?" Tanya Sasuke memulai pembicaraan yang sempat terputus.
"Tadi sore beberapa anak kecil latihan lagi di taman di depan kantor, saat ku tanya katanya mereka akan melakukan drama teater di sekolah, kupikir akan menyenangkan, Souji juga senang" jelas Naruto.
"Kenapa tak minta aku mengantar kalian?" Tanya Sasuke.
"Kau kan sedang rapat, lagi pula memang kau mau mengijinkan?" Naruto sedikit menyipitkan matanya.
"Maaf, aku terlalu protective ya?" Sasuke menyentuh memar di pipi Naruto lalu menciumnya.
"Kau hanya terlalu khawatir, belajarlah untuk mempercayaiku" jawab Naruto senang kekasihnya tak sekeras kepala biasanya.
"aku... kau tahu, saat kau dan souji tak ada dihadapan ku, saat aku tak tahu dimana kalian... aku tak bisa tenang... kalian dulu hampir mati meninggalkan ku.." ucap Sasuke.
"hmm..ya, maaf.." jawab Naruto pelan.
.
"Berjanjilah kau takan pergi tanpa ijin lagi" -ha-a baru dirasa kekeras kepalaannya Sasuke melunak, kumat juga akhirnya.
"Hmm" gumam Naruto malas.
"Hey-hey, jawab yang benar! Kau tahu kau membuat ku sangat khawatir" Sasuke menarik lengan Naruto sebelum Naruto sempat bangkit dari duduknya.
"Berjanjilah" pinta Sasuke seraya mengunci tubuh Naruto di bawahnya.
"E-eh..Y-ya, aku berjanji" jawab Naruto diakhiri dengan suara pelan.
Sasuke tersenyum lalu melesatkan satu ciuman lembut di bibir Naruto. Sedikit mengangkat tubuhnya untuk melihat reaksi sang kekasih Sasuke mengulang lagi perbuatannya, kali ini dengan pangutan menuntut dan mendominasi. Terus begitu hingga Naruto kewalahan melawan dan pasrah dibawah kendali sang pemilik hati.
.
.
Malam panjang yang sedikit melelahkan. Beberapa jam lalu keadaan begitu menegangkan, tapi bagaimana bisa keadaan menjadi setenang dan seromantis ini setelahnya?. Itulah yang dipikirkan ketiga orang yang menatap heran pasangan SasuNaru yang dengan romantisnya memasuki kediaman mereka dan sesekali beradu argumen tentang manager yang disebut-sebut bernama Juugo.
.
"Apa aku boleh memukul mereka?" Geram Kyuubi kesal.
"Ne, ne, Kyuu-nii, bukan kah bagus mereka tak bertengkar parah?" Naruko berkomentar diantara keheranannya sendiri.
"Tetap saja aku kesal. Bocah itu. Membuat khawatir banyak orang dan sekarang malah seperti itu. Grrr aku kesal, aku bahkan tak tahu siapa sebenarnya yang membuat ku kesal" Kyuubi mengepalkan tangannya.
.
"Yah mau bagaimana lagi?, Naruto punya sihir aneh yang bisa membuat suasana berubah drastis jika sudah menyangkut tingkah Sasuke, mereka pasangan sempurna kurasa" Sai ikut berkomentar.
"Ha-ah, kenapa bocah itu, hanya satu senyuman saja?" Kyuubi makin keki tak mau percaya dengan apa yang baru dilihatnya, dan yang lainnya hanya berdecak memaklumi sekaligus heran.
.
Sepertinya mereka akan baik-baik saja untuk saat ini.
.
.
.
_Tobecontinue_
.
.
.
Hello, ketemu lagi nih di fanfic fluffy ini.
Ini persembahan ku, sepertinya akan menjadi multi chapter pendek dan multi Sequel .
Sequel dari THE WAY i'AM.
Readers sekalian, jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan review ya.
Thanks.
