This Is Not Cinderella Story (Chapter 1)

Cast:

Lee Taeyong: 21 tahun. Mahasiswa tingkat 3. Yatim piatu, hanya tinggal berdua dengan adiknya yang masih SMA. Rajin, cinta kebersihan, pekerja keras, dingin di luar tapi hangat di dalam. Tidak pernah terlibat hubungan percintaan karena mencari uang dan belajar lebih penting baginya. Adiknya adalah nomor satu.

Lee 'Mark' Minhyung: 18 tahun. Pelajar kelas 3 SMA. Yatim piatu, adik dari Lee Taeyong. Ramah, gentleman, sangat menyayangi dan melindungi kakaknya, tapi kadang terlalu polos. Sering sembunyi-sembunyi melakukan pekerjaan sambilan untuk membantu kakaknya. Kakaknya adalah nomor satu.

Jung 'Jay' Jaehyun: 20 tahun. Mahasiswa tingkat 2. Putra dari pemilik firma hukum ternama, Jung Yunho. Anak yang dimanja dan dielu-elukan. Pintar, tampan dan kaya, definisi dari kesempurnaan. Sedikit arogan, tapi selalu disukai oleh setiap orang.

Johnny Seo: 21/22 tahun. Mahasiswa tingkat 3. Kakak-beda-ibu Jaehyun. Lebih memilih menyandang marga ibunya, ketimbang ayahnya. Menyayangi Jaehyun, walau terkesan cuek. Senang hidup bebas dan tak terikat.

Yuta, Doyoung: sahabat Taeyong.

Winwin: teman sekelas Jaehyun.

Taeil: bos tempat Taeyong bekerja.

Donghyuk: sahabat Mark.

Let the stroni (ups! story) begin!

.

.

.

"Hyung, ini..."

"Minhyung-ah! apa yang kubilang tentang kerja sambilan?"

"Tapi, hyung..."

"Berhenti sekarang, oke? Kau bisa simpan itu untukmu saja. Maaf karena tak bisa memberi banyak selama ini."

"Tidak, hyung, maksudku-"

BLAM

"Hyung..."

.

.

"Hei, kenapa pagi-pagi sudah suntuk? Aku baru mau mengganggumu jadi tak enak 'kan."

Minhyung atau biasa teman-temannya panggil Mark (nama panggilan yang didapatnya saat pelajaran bahasa Inggris) hanya menghela napas dalam sebagai jawaban atas pertanyaan teman sebangkunya Donghyuk.

"Biar kutebak... Taeyong hyung?"

"Kalau sudah tahu jangan bertanya lagi..." Kali ini Mark meletakkan kepalanya di atas lipatan kedua tangannya di atas meja. Ia menunjukkan gestur sedang tak ingin diganggu, walau sebenarnya percuma. Donghyuk tetap akan mengganggunya.

"Eiii... Kau harusnya berterima kasih, aku sangat perhatian padamu-"

"Tidak, terima kasih, aku sedang tak butuh perhatian sekarang. Bisa tinggalkan aku saja." potong Mark ketus. Sebenarnya ia tak bermaksud jahat pada Donghyuk, tapi kata-kata ketus itu keluar begitu saja. Mungkin ia hanya butuh pelampiasan kekesalan. Donghyuk saja yang sedang sial jadi korbannya.

"Tch. Jangan mencariku kalau nanti kau rindu Donghyuk yang manis ini." Donghyuk akhirnya menyerah mengganggu Mark karena kalimat-kalimatnya tak digubris oleh Mark sama sekali. Akhirnya ia malah merusuh di depan kelas. Hitung-hitung mengisi waktu luang sebelum bel masuk berbunyi.

Mark tidak biasanya ketus begitu pada Donghyuk. Semenyebalkan apapun Donghyuk padanya, ia tetap akan meladeni tingkah laku sahabat karibnya itu. Tapi sekarang berbeda. Ia benar-benar tak ingin diganggu karena moodnya sedang buruk. Semuanya karena satu orang. Ya, seperti yang sudah Donghyuk sebutkan tadi. Taeyong-hyung, kakak semata wayangnya. Yang selalu membuatnya khawatir dan merasa bersalah.

"Haaa... Kenapa kau keras kepala sekali sih hyung?"

.

.

Wajah Taeyong pucat dan tampak menahan sesuatu. Yuta dan Doyoung yang duduk dihadapannya saling bertatapan. Kenapa Taeyong tak mengatakan apapun?

"Tae, kalau kau-"

"Aku ke toilet dulu. Sampai ketemu di kelas." Setelah mengatakan itu, Taeyong melesat meninggalkan kedua sahabatnya yang masih terbengong di kantin.

"Apa dia kebelet sampai sebegitunya?" Tanya Yuta heran. Doyoung meletakkan sendok yang barusan masih dipegangnya, melihat ke arah perginya Taeyong tadi. "Kurasa bukan kebelet..." Doyoung tampak berpikir sambil menggosok-gosok dagunya, sok serius.

"Hem, terserah. Yang penting nanti ketemu lagi di kelas 'kan. Kita bisa tanya dia 'kebelet' apa?" Yuta tersenyum savage.

"Aish, pikiranmu itu!"

.

.

Berbeda dengan anggapan duo sahabatnya, Taeyong benar-benar merasa buruk. Ia sama sekali tak bernafsu menyantap makanan sejak pagi karena mual. Dan saat ini mualnya sudah berada di puncaknya. Ugh, salah makan apa ia kemarin?

Karena tak ingin mengotori kantin dengan muntahannya yang menjijikkan dan membuat duo sahabatnya jadi khawatir, ia pun kabur mencari toilet terdekat. Setengah berlari karena takut keburu muntah, Taeyong tanpa sengaja menabrak orang dikoridor.

"Oh, shi- " Sebuah kata umpatan tertahan keluar dari mulut orang yang ditabrak Taeyong itu. Bibir Taeyong mengatup, tak bisa bicara, karena kalau bicara ia khawatir akan muntah saat itu juga.

"Kau menumpahkan americano pada kemeja putihku!"

Taeyong hanya terus membungkuk tanda ia meminta maaf. Oh tidak, membungkuk membuatnya semakin mual. Padahal toilet tinggal beberapa langkah lagi, kenapa ada saja halangannya?

"Setidaknya minta maaflah dengan benar."

Ugh. Taeyong mengerang dalam hati. Dengan keadaan menahan muntah orang ini masih saja meminta maaf darinya. Oh ya, tentu saja orang ini tak tahu penderitaan Taeyong. "Maaf, tunggu sebentar di sini. Aku akan bertanggung jawab." Sama seperti yang dilakukannya pada Yuta dan Doyoung, setelah mengatakan itu Taeyong meninggalkan orang itu begitu saja.

"Hei!" Laki-laki berparas tampan korban Taeyong itu kembali mengumpat tanpa suara.

"Jay, aku mencari ke kelasmu, ternyata kau di sini- hei...cara minum baru? Menumpahkan kopi ke kemeja?"

"Shut up, Johnny. It was an accident. Seseorang menabrakku dan sekarang dia kabur ke toilet."

"Pasti kebelet, yeah. Aku pernah merasakannya. Ke toilet dulu sana!"

"Untuk apa?"

"Untuk membersihkan kemejamu bodoh."

"Oh, yeah, right."

"Apa si genius Jung Jaehyun jadi bodoh hanya karena ketumpahan kopi?"

"Ya, aku jadi bodoh kalau terlalu kesal. Lagipula orang yang menabrakku menyuruhku tunggu di sini. Kurasa aku hanya sedang menurutinya karena dia bilang akan bertanggung jawab." Jay atau Jaehyun akhirnya melangkah ke toilet yang sama dengan yang dimasuki Taeyong. Tentu saja biliknya berbeda. Jangan berpikiran macam-macam.

Jaehyun melepas kemeja putihnya begitu sudah berada di dalam bilik toilet. Tubuh bagian atasnya yang putih bersih terekspos sempurna. Kalau para wanita melihatnya saat ini mereka pasti sudah berteriak histeris, karena selain dikaruniai kulit seputih susu, Jaehyun juga dikaruniai tubuh seksi alami. Yah, begitulah kata Johnny. Apalagi Jaehyun sangat giat melakukan olahraga fitness sehingga otot-otot dada, perut dan lengannya terbentuk sempurna. Oke, cukup dengan tubuh Jaehyun.

Sama seperti tuan muda kebanyakan, Jaehyun tidak tahu caranya mencuci. Ia menghabiskan cukup banyak waktu di dalam bilik hanya untuk membilas kemejanya dari tumpahan kopi. Sekarang selain terkena noda kopi kemejanya juga basah total.

"Was he drunk last night?! Oh shit!" Suara-suara dari bilik sebelah benar-benar menggangu, pikir Jaehyun. Kalau mabuk semalaman, bisa tidak meninggalkan jejaknya di rumah saja. Suara mengganggu itu adalah suara orang yang sedang memuntahkan sesuatu. Sudah sejak 10 menit yang lalu tak berhenti. Jaehyun jadi bertanya-bertanya apakah yang di dalam masih hidup setelah muntah-muntah hebat selperti yang terdengar dari biliknya itu.

Dengan masih memakai kemeja basah, Jaehyun terpaksa keluar. Ia tak mungkin selamanya tinggal di toilet kan? Mungkin ia akan membolos kuliah saja setelah ini dan langsung pulang.

Di sisi lain, Taeyong yang masih berada di bilik sebelah bilik Jaehyun tadi tengah berjuang. Yah, berjuang untuk tidak tumbang di toilet, setelah muntah-muntah tadi. Sebenarnya tak ada yang bisa dimuntahkannya karena nyatanya perutnya belum terisi apapun sejak pagi. Tapi rasa mual yang mengumpul di kerongkongannya membuatnya terus-terusan memuntahkan asam lambungnya. Mulutnya terasa pahit, perutnya perih, kakinya gemetar, dan jangan tanya wajahnya, layu dan pucat seperti tisu. Bagaimana ia bisa ikut ujian tengah semester setelah ini kalau berjalan saja rasanya tak sanggup.

Oh, Taeyong baru ingat, ia masih harus bertanggung jawab pada orang yang tadi ketumpahan minuman karena tertabrak olehnya. Ia juga ingat masih membawa T-shirt di tasnya. Mungkin akan ia pinjamkan saja pada orang itu nanti. Ya, nanti, kalau ia berhasil keluar dari toilet ini dengan selamat.

Taeyong meraih pegangan pintu toilet dan terus berpegangan pada pintunya saat keluar dari sana, karena demi apapun tubuhnya lemas luar biasa.

"Oh, ternyata kau yang di dalam, lihat kemejaku malah jadi basah dan- Ya!" Jaehyun yang melihat kemunculan Taeyong dari bilik toilet melalui cermin wastafel menoleh dengan horor saat sosok yang sedetik lalu masih berdiri itu kini jatuh menelungkup di lantai toilet. Diam tak bergerak.

"Ya! Jangan bercanda. Cepat bangun!"

Tak ada respon.

"Kalau mau tidur jangan di sini. Kau akan diusir petugas kebersihan toilet."

Masih tak ada respon.

"Oh, shit, dia pingsan."

TBC

My first yaoi fanfic! Percobaan dulu ya, kalau responnya bagus bakal dilanjut hihi...

Forgive me for grammatical error and typo~