No Title

.

.

.

.

.

Cast : Oh Sehun, Kim Jong In/Kai(GS), and Other cast

Rate : -

Warning : GS! yang kaga suka GS meningan jangan baca!

Typo nyelip nyelip :3

.

.

.

.

.

Entahlah saya cuman kepingin bikin FF ini karena masih SAKIT HATI,gara-gara Sehun yang dapet part kaga enak di salah satu ff, GS pula.

Keliat kaya balas dendam? Ah saya tidak perduli... :v

.

.

.

.

.

"JANGAN MENDEKAT!" Gadis mungil itu berusaha menekan rasa takut dengan sepasang sepatu pentofel di tanganya.

"Ayolah gadis cantik...kita bersenang-senang malam ini" Racau salah satu pemabuk semakin membuat Byun Baekhyun nama gadis itu ketakutan karena sudah terpojok.

"Pe-pergi kalian..PERGI!" Baekhyun melemparkan kedua sepatu di tanganya namun sial tak ada satupun yang mengenai ke-empat pemabuk itu.

'Tuhan tolong...lindungilah hambamu ini'

Seperti do'a yang terkabul, kini sorot Baekhyun bisa menangkap sosok yang tengah beradu pukul dengan ke-empat pemabuk itu. Tak seimbang memang namun Baekhyun bersyukur karenanya.

Kaki Baekhyun yang sedaritadi gemetar kini berusaha melangkah untuk mencari pertolongan, bagaimana tidak kondisi penyelamat Baekhyun benar-benar sudah di ujung tanduk

"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG KAMI!" Teriak Baekhyun sepenuh tenaga

"TOLONG...!To-" Baekhyun terkejut ketika Ia hendak berteriak ke arah lain namun sosok penolongnya malah ambruk tepat di depan tubuhnya. Mata Baekhyun terbelalak dan melihat pelaku yang sedang tersenyum ketakutan sambil melepaskan kepala botol alkohol yang sudah pecah di tanganya

"BODOH! CEPAT! Cepat!" Ucap salah satu dari ke empat pemabuk dan kabur dari tempat kejadian

"Se-" Mata indah itupun menjatuhkan buliran ketakutanya, Baekhyun ambruk, ambruk terlutut lalu meraih kepala dari sosok penolong itu pada pangkuanya.

Darah...Baekhyun melihat darah ketika Ia berusaha membenarkan posisi kepala sosok itu di pangkuanya

"Tidak...aku mohon..." Dan pasang mata yang melihat Baekhyun penuh kelegaan itu mulai tertutup secara perlahan

"Ada apa nona?" Beberapa orang menghampiri Baekhyun dan sosok penolongnya dengan begitu panik

"TIDAK! SEHUUUUN!"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kai..." Isakan Baekhyun tak henti hentinya bergulir meskipun Ia berusaha berbicara dengan seseorang di sebrang sana

"E-eonnie...ada apa?" Suara di seberang sanapun ikut panik

"Sehun...lebih baik kau ke sini, akan aku sms alamatnya" Ucap Baekhyun tak kuat menahan isaknya lalu mematikan sambungan telepon di ponselnya

"Baekhyun-ah...?! bagai mana keadaan adikmu?" Tanya nyonya Oh Ibu kandung Sehun ikut panik setelah mendapat kabar dari Baekhyun, wanita paruh baya itupun langsung ke rumah sakit putranya di rawat.

"Sedang di tangani dokter...Dia di UGD"

.

.

.

.

.

Apa yang terjadi sebenarnya mengapa Baekhyun eon menangis saat menelponku dan apa maksudnya dengan Sehun? Apa yang terjadi? Dan dalam hitungan menit sebuah pesan singkat masuk pada ponselku bertanda dengan lampu kecil yang berkedip warna biru di sudut atas ponselku

"Sehun mengalami kecelakaan dia sedang dirawat-" Tak sampai selesai aku membaca pesan singkat dari Baekhyun eon, langkahku dengan cepat bergulir menuju area luar kamarku

"Jongin? Kau mau kemana?" Pertanyaan Ibuku membuatku terdiam di tempat namun tidak dengan air mataku

Aku takut ya aku takut...entah mengapa rasa gelisahku semenjak tadi kini terjawab dengan pesan singkat dari Baekhyun eon

"Eomma...Sehun..." Hanya itu yang bisa aku ucapkan seraya memeluk Ibuku

"Aarraseo lebih baik kau bergegas" Tenang ibuku lalu mengusap airmataku. Kakikupun melangkah cepat.

.

.

.

.

.

Kakiku yang semula melangkah cepat kini kehilangan tenaganya. Mataku melihat Baekhyun eon yang tengah terisak dalam pelukan Ibu Sehun.

"Kai...!" Lirih Baekhyun eon ketika melihatku

"Maafkan aku" Ucapnya setelah menghambur untuk memelukku

Lagi-lagi...air mata yang sebelumnya sempat menghilang setelah mengubur rasa takutku kembali mengelir deras

"Apa..?A-apa yang terjadi..."

.

.

.

.

.

Setelah Baekhyun eon menjelaskan semuanya aku hanya bisa duduk terdiam pada sebuah kursi di samping tempat tidur rawat di mana Sehun berbaring

"Kenapa kau selalu bodoh..." Keluhku dengan airmata yang kembali mengalir, tanganku menggenggam erat sebelah tangan Sehun yang terasa dingin

"Kenapa kau tak pernah berfikir resiko...sebelum bertindak..." Isakanku tak terhenti

.

.

.

.

.

.

.

.

"Astaga kenapa harus ada anak pelacur di kelas kita?!"

"Benar hanya mencoreng nama sekolah"

"Ah sial tapi wali kelas kita bilang dia anak yang cerdas"

"Apa perduliku sekali pelacur tetap pelacur"

"Hahahaha rasakan ini"

Taburan putih itu membasuh seluruh kepalaku aku hanya bisa menangkup wajahku dan kaca mata yang bertengger di depan kedua mataku

"Ah dia sudah berbalut tepung, bagaimana kalau kita tambahkan telur, pasti sempurna" Aku tak berani melihat, aku tak berani

"Hey! Hey! Apa yang kau lakukan?"

"Hahahaha! Tunggu tunggu bukankah ini menarik, SI BISU BODOH dan NONA PELACUR"

"Oh Seperti kisah Romeo dan Juliet namun amat terlalu BERBEDA...HAHAHAHA" Tawa riuh itupun membuatku membuka mataku. Netraku membulat ketika tersadar ada sosok kokoh yang memeluku.

Sosok itupun mulai berdiri seraya menggenggam sebelah tanganku ringan, membawaku bangkit dengan tanpa perduli pada cemo'oh yang masing terlontar dari orang-orang di sekelilingku

.

.

.

.

.

.

Dan di sini kami berakhir di ruang UKS, dia mulai menempelkan plester pada luka gores di keningku akibat di dorong di depan kelas dan terkena sudut meja.

'Apa masih sakit?' Gerakan Isyaratnya membuatku keluar dari lamunanku

"Ti-tidak...-"

"...terimakasih" Hanya itu yang bisa aku ucapkan dengan seulas senyum di bibirku, seketika sosok di hadapanku ikut tersenyum lalu mulai membersihkan tepung di rambutku

"Lebih baik kau buka kepang rambutmu, banyak tepung di sana" Aku mengerti dan mulai membuka ikat pada dua kepanganku

Namun setelah rambutku tergerai aku merasa bingung karena sosok di hadapanku terlihat memalingkan wajahnya.

"Ada apa denganya? Apa ada yang aneh?" Fikirku

"Kau baik-baik saja?" Alih-alih bertanya rasa heranku, aku malah menanyakan hal lain. Sosok itu dengan cepat melihat ke arahku lalu menggeleng, dan beberapa saat dia hanya mengusap tengkuknya

"Kau cantik" Apa aku salah menerka isyaratnya namun entah mengapa aku hanya bisa menunduk dan merasakan panas menjalar di wajahku. Aku mencuri lirik kepadanya beberapa saat dengan panas yang masih menjalar di wajahku, dan Iapun melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, memalingkan wajah.

.

.

.

.

.

.

.

.

Namaku Kim Jongin...aku adalah salah satu siswi beruntung yang mendapatkan beasiswa di SM High School. Aku berada di tingkat akhir namun jika aku mengikuti peraturan pendidikan umun aku harusnya masih di tingkat ke dua.

Di sini aku cukup terkenal di kalangan guru karena nilaiku yang cukup baik dalam pelajaran, dan..aku tak menutupi jika aku terkenal di sini sebagai nerd yang sering di bully, jujur saja aku benci dengan kenyataan itu, namun dengan harapan Ibuku agar aku bisa lulus di sebuah SH dan memiliki masa depan yang baik dari dirinya, aku hanya bisa mengamini dengan segenap usahaku sekarang.

Dan sosok itu, Lelaki jangkung dengan helaian hitam di kepalanya bak benang tipis yang akan selalu menari ketika hembusan angin menggoda adalah Oh Sehun, dia teman sekelasku, kami sebelumnya tak begitu saling mengenal namun setelah kejadian satu minggu lalu, aku mulai mengenalnya dan tau seperti apa lelaki berwajah datar itu.

Aku kira Sehun adalah orang yang dingin karena Ia hanya duduk di pojok kelas dengan wajah datar dan tanpa sepatah katapun, aku pertegas sepatah katapun, namun ketika satu minggu aku baru tahu dia adalah penginad tuna wicara(bisu). Yah memang sangat di sayangkan dengan wajah bak pria Idol, Tuhan dengan keadilanya membuat lelaki tampan yang aku akui itu terlahir tanpa satu katapun dalam hidupnya.

Aku mulai mengenalnya lebih jauh ketika kami sering mengobrol, walaupun faktanya akulah yang berbicara banyak dan dia menjawabnya dengan Isyarat, namun entah mengapa itu lebih menyenangkan daripada berdiam diri di perpus, namun tak acapkali pula kami membaca buku bersama di sana.

.

.

.

.

.

"Sehun sungguh aku tak apa...aku bisa pulang sendiri" Ucapku dan hanya di jawab gelengan. Aku tau langit sudah gelap dan Sehun, Oh Sehun dia adalah lelaki yang amat gentle bahkan pada seorang gadis yang melecehkanya tadi siang

"Kenapa kau sangat baik Oh Sehun, bahkan kau bisa menumpahkan jus di tanganmu itu karena gadis itu mengata-ngataimu dengan tidak soapan" Keluhanku itu hanya berbalaskan usakan di rambutku, serta decitan rem bus tepat di depan halte di mana kami berada.

.

.

.

.

.

"Oh apaka ini Oh Sehun yang sering kau ceritakan Jongin?" Aku hanya bisa terbelalak ketika Ibuku dengan se-enak hati berkata-kata setelah aku memperkenalkan Sehun, namun Oh Bodoh Sehun tetaplah Oh Bodoh Sehun, Ia hanya tersenyum lalu membungkuk sopan pada Ibuku

"Ibu jangan bicara aneh-aneh" Lirikan tajamku tak tertahan dan Ibuku hanya cekikikan melihat tingkahku

"Haha baiklah baiklah...pasti kalian belum makan malam...,ja Jongin,Sehun kita makan malam bersama" Ketika aku hendak mengekor Ibuku, Sehun menahan tanganku

"Aku harus pulang, ibuku pasti mencariku" Tolakan halus Sehun membuatku sedikit kecewa namun ada benarnya juga kami melakukan kerja kelompok sedari pulang sekolah hingga selarut ini

"Ibu Sehun sepertinya tak bisa bergabung" Ibuku yang ada di ruang tamupun menghentikan langkahnya

"Huh? Ada apa Jongin?"

"Sehun harus pulang, semenjak pulang sekolah kami langsung mengerjakan tugas kelompok di sekolah, dan Sehun khawatir ibunya mencarinya, karena dia belum meminta ijin" Jelasku dan Sehun tersenyum sungkan sambil mengangguk

"Ah sayang sekali..." Sepertinya Ibuku juga kecewa

"Maaf Jongin, maaf untuk Ibumu juga" Aku dengan cepat menggeleng

"Tak apa Sehun, pasti Ibumu juga di rumah sendirian setelah pulang kerja, atau yang lebih parah dia kebingungan karena tak mendapatimu di rumah selarut ini" Simpulku, dan aku tahun Sehun adalah seorang anak yang amat menyayangi Ibunya.

"Baiklah, aku permisi"Isyarat Sehun padaku lalu membungkuk hormat pada Ibuku

.

.

.

.

.

.

.

.

'Dimana dia? Kenapa belum datang jam segini' Mataku sesekali memperhatikan tempat di mana Sehun biasa duduk di kelas ini, namun sudah hampir jam masuk, dan dia belum muncul

"Hei Jongin? Apa yang sedang kau cari hm?" Aku melihat sosok lelaki jangkung dengan rambut pirang kini tengah berdiri di hadapanku dengan kedua tanganya yang bertengger pada meja dan kursi dudukku

"Tak ada, kenapa kau di kelas ini? Bukankah kelasmu di lantai 2?" Alihku

"Ah benarkah? Aku kira ini kelasku? Soalnya aku sudah menaruh sesuatu di sini?" Akunya namun karena posisi yang tak nyaman akupun berusaha menggeser kursiku namun tertahan oleh tangan lelaki tadi

"Ayolah Jongin, aku tau kau single dan aku juga, lagi pula di sekolah ini mana ada yang berani menolakku seorang Wu Yifan, bahkan gadis bermata panda dari sekolah luar saja rela menjadi stalkerku hingga ke tempat ini" Entah itu pengakuan atau aku bisa mendengar itu gertakan

"Maaf bisakah kau lebih menjauh? Aku tak nyaman" Bukan jawaban yang aku berikan namun permintaan sopan

"Cih...,bilang saja berapa hargamu? Aku bisa membelimu dengan harga mahal" Aku hanya bisa tersenyum miris

"Aku memang dari kalangan rendahan, namun ibuku menghidupiku dari jerih payah berjualan bunga yang Ia rawat penuh kasih sayang dan begitupun denganku,serta yang selalu Ibuku ajarkan kami menjual bungan dengan sepenuh hati, bukan menjual diri kami sendiri" Belaku, dan emosi mulai menyeruap padaku hingga berdampak mataku yang terasa memanas di balik kacamataku

"Hahaha terdengar indah, tapi siapa yang percaya, dan lihatlah, Jongin si nerd sekarang mengurai rambutnya dan apa itu? Kau memakai lip balm? Haha astaga bisa-bisanya kau..." Kris terlihat mendekatkan wajahnya padaku dan aku bisa merasakan hembusan napasnya tepat di bawah telingaku

"...berlaga mahal di hadapanku" Dan airmata itupun lolos dari pelupuk mataku, aku menunduk menunduk sangat dalam untuk hinaan itu

"Hei singkirkan tangan kotormu itu dari pundakku" Pekikan Kris seperti sebuah isyarat untukku mengangkat wajahku

"Sehun..." Ucapku pelan ketika melihat Sehun dengan tatapan yang aku ketahui, Dia marah pada Kris. Entah mengapa aku tak mau Sehun tersulut emosi dan perlahan tanganku terulur dan menangkup tangan sehun yang mengepal kuat.

Sehun melihat ke arahku dan aku hanya bisa menggerakan bibirku 'gwenchana'

Tangan itupun mulai mengendur dari kepalannya, dan hatiku terasa hangat ketika tangan itu menggenggam tanganku

"Ah ternyata benar, apa ini PASANGAN RENDAH yang sering di ceritakan?"

BUGH!

Mataku terbelalak ketika dengan ringan Sehun melepaskan tangaku lalu melayangkan pukulan pada wajah Kris

"Sehun CUKUP! JANGAN PUKUL LAGI!" Leraiku namun aku terlambat karena Sehun telah membuat Kris ambruk lalu membawaku pada genggaman tanganya kemudian meninggalkan Kris

"BRENGSEK KAU! AKU AKAN MEMBALASMU OH SEHUN"

"K-Kris kau tak apa?" Aku sempat melihat gadis jangkung yang terlihat manis menghampiri Kris, oh apakah dia gadis itu Huang Zitao siswi dari sekolah khusus putri yang terkenal itu.

.

.

.

.

.

"Sehun...Itu Kris...Kris Sehun...,bagai mana jika dia membalasmu? Aku...aku" Aku Jujur saja takut, jika saja itu bukan Kris aku akan membela diriku sendiri lebih berani, tetapi berhadapan dengan Kris sama saja mencari mati dia adalah salah satu Putra dari penyumbang di SH ini.

Namun hanya pelukan yang aku terima. Oh Sehun sebenarnya apa yang dia fikirkan?

"Sehun..." Aku berusaha menerka apa yang Ia lakukan salama memelukku, dengan sedikit usaha aku melepaskan pelukan Sehun dari tubuhku, dan apa yang aku dapatkan?

Mata Sehun terlihat memerah, ya aku yakin Sehun sehabis menangis

"Apa yang kau fikirkan? Kita akan membolos jam pelajaran pertama jika terus berada di sini" Alihku, aku tahu meskipun bertanya apa yang Sehun fikirkan sekarang pasti Sehun tak akan menceritakanya

.

.

.

.

.

Jam pelajaran telah usai, dan kami tak sempat membolos karena Aku dan Sehun sudah di kelas sebelum Guru kami masuk ke kelas. Namun Aku dan Sehun kini sudah berada di suatu tempat, entah di mana namun aku rasa tempat ini indah.

Danau yang menghampar di hadapanku serta beberapa pohon rindang dan jangan lupa di sebelah kiri sana ada kebun bunga. Astaga kenapa Sehun tau tempat seindah ini, dan yang paling tak aku lupa Sehun memboncengku dengan sepedah barunya, dia bilang sepeda itu adalah hasil kerja paruh waktunya, dan sekarang aku tau kenapa Sehun satu bulan kebelakang jarang ada di kelas pada pagi hari sebelum aku datang.

"Sehun ini sangat indah...kenapa kau mengajakku ke tempat ini?" Ucapku antusias, dan senyuman Sehun adalah jawaban untukku

"Jongin...ada yang ingin aku sampaikan"

"Apa? Sampaikan saja" Ucapku penasaran, Sehun meraih tasnya lalu mencari sesuatu di dalamnya terlihat serius, lalu Sehun mengeluarkan sesuatu dari dalam sana namun tak terlihat olehku karena tangan besar Sehun berhasil menyembunyikanya

"Kau tak sedang menyembunyikan kejutan untukku bukan?" Sehun terlihat gugup namun bingo, aku melihat kotak merah berbentuk hati yang di tunjukan Sehun di telapak tanganya.

Alangkah terkejutnya Aku ketika Sehun membuka kotak itu, ada seuntai kalung berbentuk seperti matahari dengan permata kecil di tengahnya, dan satu lagi tepat pada bagian atas kotak tepatnya di dalam tutup kotak itu ada tulisan tangan

"I Love You" Aku menatap Sehun lekat, apa maksudnya ini? Dan Sehun hanya mengelurkan kertas kecil sebentuk kotaknya itu lalu memberiaknya padaku, dan aku baru sadar kalau kertas itu ternyata memiliku bagian lain sehingga bisa di buka menjadi dua bagian

.

.

.

Disana ada potret Jongin yang begitu detail dengan media pensil sebagai warnanya, dan di sebelahnya lagi ada tulisan Sehun

"Jika Tuhan adil, aku ingin mencintaimu Jongin" Tidak itu terlalu amat tulus bahkan untuk sekedar ungkapan perasaan

"Sehun..." Cicit Jongin, Apa benar Tuhan adil pada Sehun, Jongin fikir dia hanyalah bahan olokan di sekolah, dan jika mereka bersamapun itu akan tambah parah, tapi mengapa? Mengapa lelaki bermarga Oh itu dengan begitu tulus...

Jongin terisak, Ia menangkup erat kertas itu dengan kedua tanganya tepat di bawah tulang lehernya

Sehun gelagapan, Ia tak habis fikir, mengapa Jongin menangis bahkan sengat teramat sedih seperti Ini, namun ketika Jongin langsung menghambur ke dalam pelukan Sehun.

Sehun terdiam sesaat hingga nalurinya langsung membuat tubuhnya bergerak membalas peluka Jongin

"Tuhan adil Sehun..." Sehun mendengarnya dan seutas senyum terpatri begitu indah di bibir Sehun

.

.

.

.

.

.

.

.

Waktu begitu cepat berlalu, dan Ini adalah semester terakhir Jongin dan Sehun di SH, dan kini mereka berdua tengah menghabiskan waktu bersama di kamar Sehun sambil membrowsing Universitas mana yang mungkin bisa mereka pilih untuk Kuliah nanti

"Sehun lebih baik kau ke universitas ini saja, aku yakin bakat melukismu itu akan sangat berkembang" Ucap Jongin sambil menunjukkan web tentang bio universitas di layar monitor dan Sehunpun mulai mendudukan dirinya di sebelah Jongin yang tengah asyik bertelungkup dengan bantal sebagai penyangga kedua tanganya

"Manarik" Isyarat Sehun lalu menyomot cemilan dari toples yang Ia bawa kemudian memakanya taklupa Sehunpun menyodorkan cemilan itu tepat di depan bibir Jongin, dan Jongin yang sempat terkejut tak ambil pusing lalu memakan cemilan itu dengan Sehun yang menyuapinya pelan

"Terimakasih" Ucap Jongin riang dan Sehun hanya mengecup pucuk kepala kekasihnya itu penuh sayang

.

.

.

.

.

Jongin yang baru saja ke kamar kecil Ia bergegas menuju kamar Sehun, namun langkah kakinya terhenti ketika melihat Ibu Sehun yang tengah asyik memotong sayuran.

"Mama...ada yang bisa aku bantu?" Tawar Jongin seraya memeluk Ibu Sehun, ya Ibu Sehun dan Jongin memang sudah cukup akrab karena Jongin yang dengan begitu mudah mendapatkan simpati calon mertuanya kelak, Ibu Sehun juga adalah tifikal yang baik dan murah menerima orang di dalam lingkupnya. Dan mengapa Jongin memanggil Ibu Sehun dengan panggilan 'mama'?Ibu Sehun sendirilah yang meinta kepada Jongin agar memanggilnya mama.

"Tak usah Jongin...lebih baik kau kembali temui Sehun...,mama yakin dia mulai kebingungan karena kau tak kunjung kembali dari kamar mandi" Ucap Ibu Sehun lembut sembari mengusap tangan Jongin yang melingkar di pinggangnya

"Mama aku ingin membantu pleas...,lagi pula aku ingin sekalian belajar masak hehe" Jujur Jongin

"Lain waktu bagaimana? Kalu kau ada waktu luang yang cukup" Tawar Ibu Sehun

"Hum...,baiklah ma...tapi janji yah?" Kesepakatan Jongin seraya melihat wajah Ibu Sehun dari samping

"Janji...Oh Jongin" Ucap Ibu Sehun, sambil terkekeh dan Jongin hanya bisa bersemu mendapati godaan dari Ibu Sehun.

"A-arraseo..." Jongin masih salah tingkah lalu mengecup pipi Ibu Sehun, kemudian beranjak pergi

"Terimakasih Kim Jongin" Sambung Ibu Sehun yang mematikan kompor, dan membuat langkah Jongin terhenti

"Untuk?" Jongin berbalik dan menatap Ibu Sehun penuh tanya

.

.

.

.

.

.

.

.

Bangga sekaligus bahagia Itulah yang mungkin di rasakan oleh Stephen Wu, siswa Junior High School tingkat kedua dan baru saja merayakan kenaikan kelasnya yang luar biasa menyenangkan karena Ia lagi-lagi mendapatkan Juara kelas serta Juara kedua dari seluruh kelas setingkatanya.

"Kau hebat Stephen, bagaimana kalau kita rayakan ini?" Tawar salah satu teman Stephen

"Tidak terimakasih, aku harus memberi tahukan Ini pada Ibuku" Jelas Stephen dengan piala di tanganya

"Ah, ayolah Stephen Wu...,Ibumu pasti takan marah jika kita hanya merayakan ini sebentar..." Ucap teman Stephen lainya yang terlihat tak suka dengan alasan Stephen

"Benar Stephen, semenjak aku mengenalmu...,aku rasa...tak pernah melihatmu pergi jalan bersama teman-temanmu termasuk kami" Timpal teman Sthepen yang lain

"Bukan begitu aku hanya-"

"Ayolah Stephen...,hanya makan dan sedikit bermain game, tak akan lama" Ucap teman pertama yang berbicara kepada Stephen tadi

"Baiklah...,hanya sebentar"

.

.

.

"Stephen...kemana kau nak?" Ucap Ibu Sehun panik di dalam rumahnya lalu beranjak menuju kamar putra semata wayangnya di lantai dua

Wanita berkepala tiga itupun mulai membuat sebuah panggilan pada putranya, namun tak ada respon setelahnya

.

.

.

"Stephen ada apa?"

"Ibuku menelepon"

"Kenapa kau tak angkat"

"Aku takut Ibuku marah, aku lebih baik pulang saja"

"Ayolah Stephen...kali ini jangan tunjukan jika kau itu benar-benar anak mama" Ledek salah satu teman Stephen, mereka ber-empat lima bersama Sehun kini sedang berada di Game Center sebuah mall besar di Soul

Sehun mengabaikan olokan temanya, karena entah mengapa seperti ada yang membuat hatinya resah

.

.

.

"CEPAT! TELEPON PEMADAM KEBAKARAN!" Suara lantang dari kerumunan orang dewasa itupun terdengar sangat panik, bagaimana tidak...rumah bak istana di hadapanya mulai termakan api yang membesar

"Sudah Pak! Bagaimana ini?!...nyonya Wu masih ada di dalam"

"IBU!" Anak lelaki yang baru menginjak umur tiga belas tahun itupun menghempaskan tasnya ke tanah dan menerobos kerumunan orang dewasa yang menghalangi jalanya

"HEY NAK! APA YANG KAU LAKUKAN!" Teriak salah satu orang dewasa yang terlihat panik melihat anak laki-laki yang mulai memasuki bangunan yang termakan api itu

.

.

.

.

.

Mataku membulat sempurna ketika melihat kepulan asap dan banyak orang tak jauh dari halaman rumahku

"CEPAT! TELEPON PEMADAM KEBAKARAN!" Suara itu terdengar jelas

"Sudah Pak! Bagaimana ini?!...nyonya Wu masih ada di dalam" Jantungku berdentum keras

"IBU!" Teriak-ku seraya menghempas tasku sembarang, aku berlari cepat menerobos kerumunan orang dewasa di hadapanku dan tak perduli dengan umpatan mereka yang entah tersandung atau tersenggol olehku

'Ibu...ibu...,aku mohon..."Permohonan terpotong itu terus terulang dalam fikiranku

"IBUUUUU!" Tariak-ku ketika aku memasuki ruang tamu yang sudah di penuhi asap

"Uhuk!Uhuk! IBUUU, KAU DIMANA?" Teriakanku seakan menggambarkan rasa bingungku

"IBUUU?! JAWAB AKU..." Nafasku mulai tak teratur ketika aku berusaha menuju kamar Ibuku, manun yang aku dapatkan hanya nihil, karena Ibuku tak ada di dalam ruangan itu

"IBUUU...JAWAB AKU IBUUUU!UHUK UHUK" Teriakan dan batukkupun hampir setara, dadaku terasa sesak dan tenggorokanku terasa amat perih

'Tuhan aku hanya memiliki Ibu dalam hidupku, aku rela menukarnya dengan apapun yang Engkau berkahkan padaku, asalkan...jangan Ibu..., jangan Engkau ambil Ibuku Tuhan...,aku mohon' Do'a itu terucap ketika aku melangkahkan kakiku menaiki anak tangga menuju kamarku

"IB-" Suaraku seperti tak keluar tapi apa perduliku, karena aku bersyukur bisa menemukan Ibuku yang kini berusaha menggapaiku, Ia terduduk di lantai tepat di pinggir tempat tidurku

Aku raih tanganya yang terasa mulai mendingin dan memapahnya dalam rangkulanku

"Uhuk! Uhuk!" Batuk Ibuku yang terlihat sangat lemah, kami menuruni anak tangga susah payah dan pemandangan di sekeliling kami adalah asap putih serta hawa panas yan di ikuti api yang mulai nampak.

Sedikit lagi kami hampir menjejaki pintu keluar

"Stephen awas!" Kepalaku terasa pusing, dan Ibuku yang kini menatapku panik berusaha menahan tubuhku yang mulai kehilangan tenaga

"CAPAT! CEPAT! MEREKA DI SINI!" Aku masih bisa mendengarnya, namun seketika semuanya menjadi gelap

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC or DELETE? :v

a/n : Hoi-hoi...cumaun mau cuap-cup aja...well dengan hadirnya ff ini mungkin saya akan melakukan delete pada dua ff terdahulu saya. Dan oleh karena itu...

Bisa kasih saran...ff mana yang harus di lanjut? 'Hold It'? 'Wait'? 'Trap'? SEKAI?' ya gak terlalu berharap banyak sih..., ff saya di baca juga ya syukur..., kalu enggak juga saya nyadar diri kok muehehe

Dan kalaupun ada yg bingung dengan ff saya, maafkanlah...,nanti saya coba jawab satu satu kebingunganya :v

So tinggalin jejak kali yah biar saya nafsu lanjut ffnya :3

Thanks