3 Februari
Drrrt–
Ponsel Rin bergetar, menandakan ada yang menelponnya.
Dengan malas diambilnya ponselnya.
Dilihatnya nama si penelpon.
'Nagisa?' batin Rin saat dia melihat nama penelpon.
'Untuk apa dia menelpon? Apakah ada sesuatu yang penting?'
Buru-buru diangkatnya.
"RIINN-CHAAAANN!" Nagisa berteriak. Rin menjauhkan handphone-nya dari telinganya.
"Hoi, Nagi, jangan teriak-teriak!" seru Rin kesal.
"Ehehe… Sumimasen… Sou ne, Rin-chan sudah tahu tentang Haru-chan, kan?"
DEG–
Jantung Rin berdebar kencang saat nama Haruka disebut oleh si pirang deredere.
"H-haru? Ada apa dengannya?" Rin buru-buru bertanya.
Nagisa terdiam di seberang sana.
"Jadi Rin-chan belum tahu?"
"Belum tahu apa?"
"Haru-chan… Haru-chan kan kecelakaan. R-rin-chan belum tahu?" Nagisa menjawab agak tergagap.
Dan ponsel Rin menghantam lantai begitu saja.
Don't You Remember? By TetsuyaZoldyck
©KyoAni
"HARU!"
BRAK!
Pintu ruang perawatan Haruka dibuka (baca: didobrak) oleh Rin.
"Rin!"
"Rin-chan!"
Di dalamnya sudah ada Haruka (pastinya), Makoto dan Nagisa.
"Haru! Kenapa kau tidak memberitahuku?" Rin menatap Haruka.
Namun kali ini Rin merasakan tatapan haruka berbeda. Tentu saja masih datar seperti biasa, tapi kali ini ada yang berbeda–
"Siapa kau?"
–tatapannya kali ini lebih kosong.
Rin terperanjat.
"Haru mengalami amnesia ringan, kata dokter ingatannya akan pulih seiring berjalannya waktu." Makoto menghampiri Rin, tersenyum kecut.
Rin menggigit bibir bawahnya.
'Kami-sama, katakan ini hanya mimpi…' Batin Rin.
"Oh ya, Mako, kau bilang Rin akan datang. Dimana dia?" Haru berucap tiba-tiba.
Rin mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha memindahkan rasa sakit di hatinya ke tangannya.
"B-baiklah, aku pulang dulu." Rin membuka pintu ruang perawatan, bersiap keluar.
12 Februari
Sejak hari itu, Rin tak pernah lagi melihat Haruka, meskipun sebenarnya jauh di lubuk hatinya dia merindukan si lumba-lumba.
Namun, hari ini, saat dia melewati Iwatobi, dilihatnya Haruka bersama Makoto.
Tunggu, Makoto?
Dan Rin segera pergi menjauh dari situ secepat mungkin.
14 Februari
Hari itu, Rin menemukan Haruka duduk sendiri di sebah bangku taman, diantara salju yang menumpuk. Tempat dimana Rin menyatakan perasaannya pada Haruka. Dan klai ini, tidak ada salahnya menyatakan (lagi) perasaannya. Siapa tahu Haruka bisa mengingatnya lagi.
Namun jawaban yang didapatkan Rin sungguh jauh dari harapannya.
"Maaf, tapi aku sudah memiliki Rin." Hanya itu yang dikatakan Haruka.
Serta merta, Rin memeluk Haruka.
'Haru, ini aku, Matsuoka Rin-mu…' batin Rin.
Saat Rin melepaskan pelukannya, ekspresi Haruka berubah.
"Kau… Rin?"
Senyum terkembang di wajah Rin.
"Haru… Kau, sudah ingat kembali."
"Tentu saja. Aku ta akan bisa melupakan aroma khas-mu." Haruka tersenyum samar. Nyaris tidak terbaca saking samarnya, walau Rin menganggapnya senyuman lebar.
Rin menggamit tangan Haruka.
"Rin…"
"Nani, Haru?"
"Bisa bantu aku mengingat hal-hal lainnya?"
"Tentu saja." Rin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke Haruka–
"Aku akan selalu ada di sampingmu, Haruka."
–dan mempertemukan bibir mereka berdua.
OWARI
Bloopers
"Tentu saja." Rin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke Haruka–
Yuuki Keitaro: UWAAAA! AKU LIPATGANDAKAN PORSI LATIHANMU, YUNDA!*pingsan bersimbah darah*
ao dev: Kenapa tuh si Afiyah?
aku: Biasa Dev, kapten kita terkena serangan virus fujoshi…
Perjuangan keras membuat FF ini. Harus diam-diam, jagan sampai kedapetan guru, karena aku buat pas pelajaran Matematika… (adegan berbahaya, jangan ditiru di rumah)
Aku juga baru belajar menulis dari kapten basket ku, si Kise kuudere YuukiKeitaro. Add, ya! #promote
Review, ya!
