Title: Decision of Love
.
.
Cast : Huang Zi Tao (namja)
Wu Yi Fan/Kris (namja)
Byun Baekhyun (Yeoja)
Others
.
.
Genre : Romance/Drama, YAOI (KRISTAO), GS untuk Baekhyun
Warning : Aneh, gaje. Tao disini dibikin lebih tua dari Baekhyun. Baekhyun disini sebagai yeoja...so...if u don't like it...just don't read it...okay...! no bash, for everything!
.
.
SUMMARY
Kehidupan Tao yang penuh perjuangan, membuatnya menjadi sosok yang tegar dan mandiri. Disaat dia memperjuangkan cintanya, cinta yang lain datang menghampiri. Akankah cinta Tao bertahan selamanya? Percayalah bahwa 'cinta' tak pernah salah mengambil keputusan.
.
.
DISCLAIMER
Semua tokoh dalam fict ini punya Tuhan YME dan orang tuanya masing-masing. Ide cerita murni milik author. Baekhyun punyaku ^^.
.
NO COPAS
.
DON'T LIKE, DON'T READ
.
.
Tanggal publish pertama 14/4/2013
.
.
^^HAPPY READING ^^
.
.
.
"Taooo, tolong antarkan ini ke meja 22!"
"Baik Ge!"
"Tao, bersihkan meja di sebelah sana."
"Neeee..."
"Tao, buatkan Mocha Latte 1 dan Sandwich tunanya 3"
"Oke"
.
.
Itulah sekilas kesibukan yang dialami Tao-Huang Zi Tao-hampir setiap harinya. Namja manis keturunan Cina berumur 17 tahun bermata mirip panda itu bekerja di sebuah cafe kecil namun cukup ramai di daerah pinggiran kota Seoul. Tao adalah anak yatim piatu yang tumbuh besar di daerah Ilsan dan memutuskan pindah ke Seoul untuk memperbaiki kehidupannya dan juga saudara sepupunya-Byun Baekhyun- atau yang biasa di panggil Baekki. Kondisi Baekki membuat Tao harus bekerja ekstra keras untuk membiayai hidup mereka berdua. Sepulang sekolah, Tao harus bekerja di cafe kemudian malamnya dia bekerja menjadi kasir di sebuah mini market tak jauh dari tempat tinggalnya. Baekhyun adalah yeoja berumur 14 tahun keturunan cina-korea yang mengalami keterbelakangan mental sejak ia kecil. Ditambah dengan kematian kedua orang tua mereka dalam satu kecelakaan tragis pesawat terbang membuat kondisi Baekhyun makin lama makin memburuk. Hal itu jugalah yang semakin membuat Tao bersikeras untuk membawa Baekhyun ke Seoul, menyekolahkannya agar Baekhyun bisa sedikit melupakan kesedihannya.
"Tao, gege sekarang harus mengantar pesanan ke daerah Namsan. Tolong jaga cafe sebentar, ne. Mungkin sekitar jam 3 nanti gege pulang. " ujar namja tinggi bertubuh tegap dengan rambut coklat tebalnya.
"Ne, Kris gege. Serahkan semua pada Tao, gege hati-hati di jalan ya."
Namja yang diketahui bernama lengkap Wu Yi Fan atau yang akrab di sapa Kris itu tersenyum dan melangkah mendekati Tao.
"Kau tampak senang sekali hari ini, apa ada yang membuatmu bahagia di sekolah tadi hmm?" tanya Kris seraya mengelus rambut hitam kelam Tao.
"Aniyo gege...Tao senang karena hari ini pengunjung cafe gege lebih banyak dari yang biasanya." Jawab Tao sambil terus mengelap meja yang 10 menit lalu ditinggalkan oleh pelanggan.
"Kau senang bekerja di cafe ku?"
Kegiatan Tao mengelap meja terhenti. Ini sudah yang kesekian kalinya pertanyaan itu terlontar dari mulut Kris yang notabene adalah kekasih Tao sejak 1 tahun yang lalu. Kris selalu meragukan keberadaan Tao di cafenya. Dengan jadwal Tao yang sangat gila-gilaan hampir tiap harinya membuat Kris berniat untuk menafkahi hidup Tao dan sepupunya tanpa harus membuat Tao kerja keras di cafenya ini. Cafe ini memang hanya mempekerjakan 1 orang saja sebagai pelayan yaitu Tao, 1 orang sebagai koki dan 1 barista namun kadang-kadang Tao juga merangkap sebagai ketiganya. Kris takut Tao terlalu lelah. Dia tak mau Tao jatuh sakit. Kris sangat menyayangi Tao, namun karena Tao tak ingin menerima bantuan cuma-cuma dari Kris jadilah dia memaksa untuk bekerja di cafe Kris agar uang yang didapatnya dari Kris itu tidak sia-sia bagi Kris walaupun sesungguhnya Kris sama sekali tidak merasa diberatkan dengan hal itu. Justru Kris sangat senang jika sang kekasih bergantung kepadanya. Menurut Kris itu membuat dia terlihat dibutuhkan.
"Tentu ge...Tao senang. Tao senang bisa membantu gege dan juga Tao bisa melihat Kris ge setiap saat." Tao tersenyum hangat dan menatap mata elang Kris dengan intens.
Chu~
"Xiexie, nae Tao. Wo ai ni. Saranghae. Gege sangat mencintaimu"
"Nado saranghae, Wo ye ai ni, Kris gege." jawab Tao dengan wajah tertunduk malu setelah menerima kecupan lembut Kris di pipinya. Semburat merah tercetak jelas di pipi namja cantik itu membuat Kris gemas.
"Sampai jumpa jam 3 sayang, gege pergi dulu ne... Byebye"
"Byebye, ge. Hati-hati di jalan"
Tanpa di sadari Tao sedari tadi ternyata ada tatapan tajam yang mengarah lekat padanya. Mata yang seolah ingin menusuk jantung Tao. Kemarahan tampak terpancar jelas dari mata itu.
"Huang Zitao...kena kau!"
.
.
TAO POV
"Haaaahhh...lelahnya"
Aku merebahkan tubuhku di sofa sambil sesekali memijit pelan pelipis ku yang sedikit berdenyut.
"Oppa...oppa sudah pulang."
Suara itu tiba-tiba menginterupsi kegiatanku. Aku menegakkan posisi badanku dan melihat kearah sumber suara. Kulihat sosok mungil itu kini berlari tergopoh-gopoh mendekatiku sambil memeluk boneka beruang besarnya yang sudah agak lusuh.
"Baekkie belum tidur? Mengapa Baekki keluar kamar? Apa Baekki mimpi buruk?"
Begitulah berbagai pertanyaan yang sering kali ku lontarkan padanya. Aku hanya takut gadis mungil ini mengalami hal-hal buruk yang dapat memperparah kondisinya.
"Aniyo oppa, tadi Baekki main-main sama Tuan Beruang, terus Baekki dengar suara oppa, jadi Baekki keluar." Ucap Baekhyun yang kini memposisikan dirinya duduk di pangkuanku. Postur badannya yang mungil membuatku terlihat seperti memangku bocah berumur 8 tahun.
"Baekki merindukan oppa?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang kini bersandar di dadaku.
"Ne...Baekki kangen oppa. Baekki mau main sama oppa tapi oppa selalu saja pergi. Baekki kan kesepian. Baekki ingin ikut oppa kerja. Boleh?" Begitulah penuturan polos Baekki dengan wajah tanpa dosanya yang membuatku menahan sesuatu yang kini mulai menggenang di pelupuk mataku.
"Andwae. Baekki cukup pergi sekolah, lalu diam di rumah menunggu oppa pulang ne"
"Tapi Baekki ingin membantu oppa. Baekki tidak mau sendirian. Baekki janji Baekki tidak akan mengganggu oppa, Baekki juga mau cari uang buat oppa." Manik foxy itu kini semakin menatap lekat mataku. Kepolosan dan kesungguhan tergambar jelas dari manik mata itu yang kini mulai tampak berkaca-kaca.
Aku mengeratkan pelukanku di tubuh mungil Baekhyun, kusembunyikan wajahku di ceruk lehernya.
"Mengapa Baekki juga ingin mencari uang,sayang? Apa ada yang Baekki inginkan? Katakan saja, nanti oppa berikan untukmu." Aku berucap pelan di telinganya sambil terus memeluk tubuh mungilnya.
"Ani...Baekki hanya ingin dekat oppa, tapi oppa selalu bilang oppa kerja cari uang buat Baekki. Baekki juga ingin cari uang buat oppa." Ucapnya polos.
Airmataku kini sukses mengalir menetes dibahu mungilnya. Betapa aku sangat menyayangi gadis dalam pelukanku sekarang. Sungguh, aku rela mengorbankan apapun asal bisa melihatnya bahagia.
"Gomawo chagi...gomawo. Oppa senang Baekki mau membantu oppa, tapi oppa akan lebih senang jika Baekki menunggu oppa dirumah, menyambut oppa dan memeluk oppa ketika oppa pulang. Oppa akan sangat senang jika oppa pulang, oppa bisa melihat senyuman Baekki."
Aku terus memeluk Baekhyun sambil mengusap lembut punggung tangannya. Sungguh, hanya karena malaikat kecil dalam pelukanku inilah aku mampu bertahan. Dialah semangatku. Sosok yang selalu akan kuperjuangkan kebahagiaannya sekalipun aku harus mengorbankan semua yang kupunya. Aku begitu menyanginya, lebih dari rasa sayangku pada namjachinguku sendiri.
"Baekki,"
".."
"Baekki?"
".."
"Kau sudah tidur?"
".."
Tak ada jawaban sama sekali, akhirnya aku lepaskan pelukanku perlahan dan kulihat ternyata Baekhyun sudah tertidur pulas. Pipi chubbynya tampak sedikit basah dan jejak air mata terlihat sangat jelas di wajah cantiknya itu.
"Lagi-lagi kau menangis, Jagi. Jangan menangis karena oppa, ne. Oppa akan sangat merasa bersalah jika kau terus menangis seperti ini. Oppa hanya ingin Baekki bahagia. Itu saja, jagi." Aku menghapus bekas lelehan air mata itu dari pipi putihnya. Baekhyun-ku memang seperti ini. Dia sering sekali menangis karenaku. Aku tau dia khawatir padaku. Dia selalu merasa aku kesusahannya karenanya, padahal sedikitpun aku tak punya pikiran seperti itu. Bagaimana aku bisa beranggapan jika dia menyusahkan hidupku jika dialah hidupku sebenarnya?
Aku memandang wajah cantik yang kini tertidur dalam dekapanku. Hatiku terasa sangat nyeri jika mengingat aku belum bisa menghidupinya dengan layak.
"Kau harus bisa bahagia, sayang. Oppa akan selalu berusaha membahagiakanmu."
Dengan perlahan kugendong tubuh mungil itu kedalam kamarnya dan kuletakkan di ranjang berbedcover pororo itu.
"Jaljayo jagiya. Cepatlah sembuh. Oppa yakin kau bisa sembuh, sayang. Saranghae."
Chu~
Kukecup lembut keningnya lalu kulangkahkan kakiku menuju kamarku untuk sedikit membersihkan badanku yang terasa sangat lengket kemudian bergerak menuju alam mimpi.
TAO POV END
.
.
SOMEONE POV
"Yeoboseoyo"
"Wae?"
"Selidiki namja bernama Huang Zitao. Besok pagi laporannya harus sudah ada di mejaku."
"Ini perintah yang sama seperti yang aku terima 1 tahun lalu. Wae? Siapa lagi mainanmu sekarang?"
"Hah? Kau kira aku bermain-main hah sekarang? Pokoknya kau harus selidiki tentang namja itu dan laporkan hasilnya padaku besok pagi! Kau paham!"
"Kapan kau akan puas? Sudah terlalu banyak orang yang kau rugikan. Apakah kau tidak pernah mencoba berlaku normal? Tidak semua tindakanmu itu bisa disebut dengan cin-"
"Sudah berapa kali aku harus mengatakannya padamu! JANGAN MENCERAMAHIKU! INGAT ITU!"
"Terserah kau, tapi aku masih punya hati yang menyuruhku untuk tidak ikut terlibat dalam masalahmu "
"Jujur aku malas berdebat denganmu sekarang, Hyung. Sekarang terserah padamu. Lakukan dan ikuti semua keinginanku atau kau akan tau sendiri akibatnya. Aku tak akan segan-segan menghancurkanmu walaupun kau saudaraku."
PIP
SOMEONE POV END
.
TAO POV
"Baekki jangan nakal ya. Nanti jam 10 oppa jemput. Baekki jangan pergi-pergi kemanapun, arraseo? Tunggu oppa datang. Jangan nakal ne, jagi."
Cup
"Arraseo oppa. Oppa juga jangan nakal, ne. Kalau oppa nakal nanti Kris gege marah."
"Hahaha, arraseo jagiya. Sudah berani menggoda oppa,eoh?"
"Hehe, Baekki sayang Kris gege karena Kris gege sayang oppa."
Aku tersenyum lembut menanggapi celoteh Baekhyun. Kuusap pucuk kepalanya.
"Ne..oppa tau. Oppa sayang kalian berdua. Cha, sudah waktunya adik kecil oppa sekolah."
Aku segera mendorong pundak Baekhyun dan mengarahkannya berjalan menuju gerbang sekolahnya. Sekolah Khusus untuk anak-anak –tidak beruntung- seperti Baekhyun.
"Isshhh...Baekkie kan masih mau sama oppa~. Uuuugghh. Ya sudahlah, paypay oppa. Saranghae." Ujarnya sambil sedikit berlari masuk ke dalam sekolahnya sementara aku masih berdiri terpaku sambil tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya sampai Baekhyun masuk kedalam bangunan berlantai 2 itu.
Setelah mengantar Baekhyun akupun melanjutkan langkahku menuju Sapphire Blue High School, tempatku bersekolah selama hampir 3 tahun ini. Jarak antara sekolahku dan Baekhyun tidak terlalu jauh namun cukup jauh dari cafe Kris gege. Oleh karena itulah, sempat terpikir olehku untuk membeli sebuah sepeda untuk memudahkan perjalananku. Namun, sepertinya aku harus menunda keinginanku mengingat sebentar lagi aku harus mengeluarkan banyak uang untuk persiapan masuk universitas dan naik kelasnya Baekki. Hhhh...
"Tuhan, mohon beri aku petunjukmu. Berkatilah semua usaha yang kulakukan. Bantulah aku agar aku bisa memberikan kebahagiaan pada adikku. Hanya dia satu-satunya keluarga yang kupunya."
Aku terus memanjatkan doaku sambil menatap sendu ke langit.
"Appa, eomma, lindungi Tao. Izinkan Tao menjaga Baekkie seumur hidup Tao. Ahjumma, Ahjushi, Tao mohon lindungi Baekkie agar Baekki selalu bahagia dengan ataupun tanpa Tao."
.
.
Tes
Setetes air mata kurasakan mulai jatuh di pipiku.
"Gawat! Aku tidak boleh menangis sekarang. Andwae! Ayo Tao. Kau pasti BISA! SEMANGAT!"
Aku tersenyum sambil terus melangkahkan kakiku.
TAO POV END
.
.
AUTHOR POV
Tak jauh dari tempat Tao berdiri tadi, ternyata ada seorang namja yang menatap lekat padanya. Seorang namja yang kini tampak mengepalkan tangannya erat dengan tubuh yang sedikit bergetar.
"Tao...Huang Zitao..." lirih namja itu dengan suara yang sarat akan kesedihan.
Namja itu merogoh kantong jaketnya kemudian menekan beberapa digit nomor pada layar touchscreen itu.
"Hyung"
"Ne, ada apa?"
"Aku ingin tau apakah yang kuminta kemarin sudah ada?"
"Aku sudah menaruhnya di mejamu sekitar setengah jam yang lalu,wae?"
"Oke, gomawo hyung. "
"Kau dimana? Kau membuntutinya lagi? Kau jangan bertindak aneh-aneh. Jangan mempermainkannya"
"Shut up! Jangan menginterogasiku seperti itu. Aku sungguh-sungguh sekarang."
"Kau kira aku semudah itu percaya?"
"Terserah kau mau percaya atau tidak. Namun aku tau hatiku berkata ini benar. Aku serius padanya."
"Jangan berucap yang kau sendiri tidak bisa menepatinya"
"Ne...Kau boleh membunuhku jika aku tak membuktikan ucapanku tadi."
".."
"Sudahlah, berhenti mengoceh. Urus saja semuanya dengan baik."
PIP
"Apa yang harus kulakukan untuk memilikimu? Rasa ini tiba-tiba muncul begitu saja. Aku tidak pernah memintanya. Tolong jangan salahkan aku. Salahkan takdir yang sudah mempertemukan kita berdua."
"Nae sarang...Tao..." lirih namja itu sebelum masuk kedalam mobil Lamborgini hitamnya. Melesat kencang membelah jalanan Seoul dengan perasaan yang tengah berkecamuk.
.
Siang ini Tao kembali melangkahkan kakinya menuju cafe Kris. Setelah satu jam yang lalu dia menjemput Baekki, membuatkannya makan siang dan menidurkan yeoja manis itu. Siang ini Tao terlihat lelah. Nafasnya sedikit tersengal, tak jarang sesekali dia menghentikan langkahnya hanya untuk meraup udara banyak-banyak. Jarak cafe yang lumayan jauh mengharuskan Tao melangkah dengan tergesa-gesa. Tao sebenarnya bisa naik bis, namun uang yang sedang ada dikantongnya kini tak lagi cukup bahkan untuk membeli sekaleng minuman ringanpun. Sebenarnya Kris pernah meminta Tao agar namja panda itu mau di antar jemput oleh nya namun Tao menolak dengan seribu alasan andalannya yang membuat Kris menghela nafas kalah. Sekitar 15 menit lagi waktu untuk Tao masuk kerja menggantikan Kris gegenya yang sejak pagi menggantikan jabatan Tao sebagai pelayan cafe itu. Kris menggaji Tao dengan upah penuh, namun jam kerja Tao hanya setelah dia pulang sekolah saja, kecuali hari Minggu. Kris yang mengatur jadwal tersebut dan Tao tidak bisa protes karena Kris sudah men-deathglare-nya tepat sebelum dia membuka mulutnya.
"Hosh..hosh..ada apa dengan ku? Mengapa sesak sekali?" ujar Tao sedikit mengerang sambil memegangi bagian kiri dadanya. Sangat sesak. Itulah yang dirasakannya sekarang.
Tao bersandar di salah satu tiang lampu penerangan di jalan itu sedikit mendongakkan kepalanya untuk mengambil nafas.
Sementara itu, seorang namja -tak jauh dari tempat Tao -kini tengah sibuk menatap Tao penuh arti. Matanya menatap awas sang objek sambil sedikit menyeringai.
"Apakah ini waktu yang tepat?"
"Haha...sepertinya iya. Baiklah, kita mulai sekarang."
Namja bertubuh tinggi itu keluar dari mobil mewahnya kemudian bergerak menghampiri Tao yang masih sibuk menghirup oksigen di sekitarnya dengan susah payah.
" Emm, apa kau tidak apa-apa?" tanya sang namja ketika sudah tepat berada di samping Tao.
Tao membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam. Mata sipit itu sontak membulat ketika menyadari ada orang asing yang kini berada sangat dekat dengannya. Merasa Tao terkejut dengan kehadirannya, namja tinggi itu sedikit menjauh namun tetap dalam jarak bahaya bagi Tao.
"Tenang, aku bukan orang jahat. Tadi aku tak sengaja melihatmu dan tampaknya kau sedang kesakitan. Apa ada yang bisa kubantu?"
".."
Tak ada tanggapan dari Tao membuat namja itu kini tersenyum lembut.
"Mianhae, aku hanya khawatir padamu. Apa kau ingin pergi ke suatu tempat? Aku akan mengantarkanmu jika kau mau. Kebetulan aku juga menuju arah sana. Aku membawa mobilku" Ucap namja tinggi itu sambil menunjuk ke arah sebelah kirinya.
".."
...
"Kau..kau benar-benar menuju arah sana?" akhirnya suara lemah Tao terdengar juga. Dia seperti berharap akan sesuatu sekarang. Nafasnya masih terdengar menderu.
"Ne..aku ingin ke cafe BREAK TIME. Aku berencana menemui temanku disana. Ucap namja itu sambil terus menatap lembut Tao.
Merasa nama cafe gegenya di sebut, Tao menatap pada sosok di depannya. Namja di depannya itu memakai setelan jas berwarna abu-abu yang sepertinya sangat mahal. Dari penampilannya Tao menyimpulkan jika orang di hadapannya ini adalah seorang pebisnis yang ingin menemui kliennya untuk membicarakan bisnis.
"Jika kau tidak keberatan bolehkah aku menumpang mobilmu? Aku juga ingin ketempat itu. Aku salah satu pekerja di sana. Jam kerjaku mulai sebentar lagi tapi entah mengapa kepalaku sangat pusing sekarang." Ucap Tao dengan matanya yang sangat sayu menahan pusing.
"Ne..bukankah tadi aku sudah menawarkan padamu, jadi jangan minta izin seperti itu. Kajja. Sebaiknya kau istirahat dalam mobilku." Ujar sang namja sambil menuntun Tao masuk dalam mobilnya. Sementara Tao yang sudah sangat pusing hanya menurut saja tanpa memberontak sedikitpun. Bahkan Tao tak menyadari seringai kemenangan yang kini tercetak jelas di bibir seksi itu.
"FIRST STEP SUCCESS!" batin namja itu girang.
-TBC or END?-
Anyeong teman-teman...
Hyun disini "sedikit" beralih haluan.
Sedikit curcol nih, salah satu sahabat Hyun sangat menyukai pairing TaoRis/KrisTao, jadi dia semangat sekali minta Hyun nyelesein nih fict. Awalnya cuma mau buat untuk dia sendiri. Tapi Hyun pengen liat tanggapan chingudeul semua. Fict ini Hyun dedikasiin khusus buat Mulya KriSari. Semangat penelitiannya teman. Walau kita berpisah, doa Hyun selalu untukmu.
Untuk semuanya...
Jangan lupa...RnR yaaaaaaaa...mau tau nih layak lanjut or gak
Gomawooo *wink ^v^
