Capter 1: TAXI
Main cast: baekhyun, chanyeol
Pairing: chanbaek
Genre: romance, a little bit humor
Rated: saat ini masih T dan kemungkinan bertambah sesuai alur cerita
Note: this is YAOI or boys love. Dont read if you dont like :)
.
.
.
23th May 2015
Adolfo Suárez Madrid Barajas Airport, Spain
"Ne eomma, aku sudah sampai di spanyol"
Seorang pria mungil bersurai hitam yg sedang mengenakan mantel berwarna coklat terang tampak duduk di sebuah kursi di salah satu cafe di kawasan airport. Kedua lubang telinganya terpasang earphone yg terhubung pada ponsel hitam dengan motif hati berwarna merah, selera yg cukup unik untuk ukuran seorang pria. Logat bicara serta wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia bukan merupakan penduduk asli spanyol.
"Baekhyun-ah, apa kau yakin akan baik-baik saja disana?"
Baekhyun —nama pria itu— menghela nafas saat mendengar nada kekhawatiran dari ibunya, bahkan ia berani bertaruh bahwa wanita yg sangat dicintainya itu sedang menahan tangis di seberang sana.
"Eomma, aku akan baik-baik saja. Lagipula ada kyungsoo juga disini, jadi aku tak akan sendirian"
Aroma hot chocolate dan pumpkin churros menguar saat seorang pelayan mengantarkannya ke meja baekhyun. Baekhyun menganggukkan kepala sejenak kepada pelayan itu, berterima kasih. Terdengar helaan nafas dari ibunya.
"Eomma tak habis pikir padamu sayang, kau sudah mendapatkan pekerjaan bagus di korea, tapi kau malah memilih disana"
Baekhyun mencelupkan sepotong churros yg masih hangat kedalam hot chocolate, kemudian menyantapnya. Rasa hangat menjalar didalam tubuhnya, membuatnya merasa nyaman. Ia tak mengira musim gugur di spanyol ternyata sedingin ini.
"Kyungsoo merekomendasikanku di salah satu restoran disini dan ia bilang aku diterima. Aku tidak akan mungkin menyia-nyiakannya. ini di spanyol eomma, spanyol. Tidak akan ada kesempatan yg kedua kalinya"
"Baiklah. Tapi kau harus janji untuk menjaga diri dengan baik arra?"
Baekhyun tampak mengutak-atik ponselnya, membuka pesan dari kyungsoo yg menampilkan alamat apartemen yg akan ditinggali olehnya. Terima kasih pada sahabat bermata bulatnya itu yg bersedia mencarikan baekhyun apartemen.
"Arraseo, jagalah diri dan kesehatan eomma juga disana. Jangan khawatir aku akan baik-baik saja disini."
"Ne. Eomma mencintaimu"
"Aku mencintaimu juga eomm—"
BRAKK!
"AKH!"
Baekhyun refleks melepas earphonenya dan memekik. Sambungan itu terputus karena tumpahan cairan panas berwarna pekat dari cangkir di meja baekhyun mengalir ke atas ponselnya hingga ponsel itu mati. Itu..hot chocolate milik baekhyun yg bahkan belum sempat ia seruput. Lelehan cairan itu mengenai ponsel dan sebagian tumpah ke pakaian dan celana jeans baekhyun membuatnya berjingkat karena rasa panas yg membakar kulitnya.
"YAK! Sial. Lihat apa yg kau perbuat! Aish"
Saking kesalnya baekhyun tak sadar bahwa ia baru saja berujar menggunakan bahasa korea. Baekhyun bangkit, ingin tahu siapa penyebab dari semua kekacauan ini. Ia menatap pria yg ternyata jauh lebih tinggi darinya itu. Pria itu hanya beridiri terdiam, bahkan tak membalikkan tubuhnya membuat baekhyun semakin kesal. Melihat arah berdirinya, pria itu sepertinya baru akan pergi dari cafe ini. Ia tak habis pikir, jarak jalanan cafe dengan mejanya masih sangat jauh, bagaimana bisa pria tinggi itu menabraknya? Baekhyun mengira bahwa pria berambut abu-abu itu mungkin saja tak mengerti apa yg baru saja diucapkannya. Ia lupa, ini kan di spanyol.
"Permisi pak tua, kau baru saja menumpahkan coklat panas ke ponsel dan pakaianku. Apa kau tidak berencana untuk sekedar meminta maaf?"
Baekhyun kini menggunakan bahasa spanyol. Nada bicaranya tidak bisa dikategorikan lembut, ia masih sangat kesal dengan orang itu.
"Maaf. Cukup kan? Aku sedang terburu-buru"
Baekhyun menganga. Pria itu menjawabnya dengan bahasa korea yg fasih. Mulut baekhyun masih terbuka saat pria itu membalikkan tubuhnya. Hanya kedua mata besarnya yg terlihat karena sebagian wajahnya tertutup oleh masker bergambar rilakkuma. Yang benar saja, dia ini tak tahu umur atau apa. Sudah beruban masih saja mengenakan masker bergambar rilakkuma. Lucu sekali.
"Dan aku bukan pak tua. Dasar pendek."
Baekhyun memelototkan matanya saat pria itu beranjak pergi. Baekhyun ingin mengejarnya namun ia teringat belum membayar pesanannya. Matanya bergerak liar mencari sesuatu yg dapat membalas dan melampiaskan kekesalannya pada pria itu. Persetan dengan sopan santun, ia telah dipenuhi dengan emosi. Baekhyun meraih gantungan besi bulat yg cukup besar berbentuk kepala barbie dari resleting kopernya. Ia melemparkan benda itu saat pria berambut abu-abu tadi sudah berada di luar pintu cafe.
TAKK!
Kau pelempar yg bagus baekhyun. Selamat, benda yg kau lemparkan itu tepat mengenai kepala belakangnya. Itu pasti sangat sakit. Itu besi. sekali lagi, besi.
Baekhyun melompat kaget saat yg dilemparinya tiba-tiba menoleh dan menatap tajam padanya. Baekhyun membalas tatapan pria itu dengan berani walaupun sedikit ragu pada awalnya. Ia mengangkat dagunya, menantang pria itu sambil menyeringai. Pria itu menunduk, meraih gantungan kunci yg jatuh tepat disamping kakinya. Baekhyun berjongkok sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan, takut-takut jika pria itu melemparinya balik. Tapi pria itu justru kembali bergegas pergi dan membawa gantungan kunci milik baekhyun. Baekhyun yg ditatap aneh oleh pengunjung cafe lain pun segera kembali bangkit dan duduk di kursinya sambil berdehem. Itu memalukan.
Ia meraih selembar tissue yg tersedia di meja cafe dan melapkannya ke mantel serta ponselnya sambil menggerutu. Setelah meminta bill dan membayarnya, baekhyun keluar dari cafe itu.
.
.
.
.
.
Baekhyun menghentikan kegiatan membacanya saat mendengar pintu apartemennya diketuk. Ia meletakkan kembali komiknya diatas meja dan bangkit dari sofa. Ia melangkah mendekati pintu dan membukanya.
"Buenas tardes —selamat siang—"
Seorang gadis yg tampaknya sedikit lebih tua darinya berdiri didepan pintu apartemen baekhyun sambil tersenyum riang dan menyodorkan beberapa bungkusan cemilan kepadanya.
Baekhyun tersenyum ramah membalas senyuman wanita itu.
"Buenas tardes. Woaah apa itu untukku?
Baekhyun menjawabnya dengan bahasa spanyol juga karena sepertinya wanita itu merupakan penduduk asli spanyol.
"Iya ini untukmu. Namaku Quetta dan apartemenku berada persis di samping apartemenmu"
Wanita itu tersenyum sangat manis. Kulitnya berwarna putih pucat dan rambutnya pirang sedikit kecoklatan. Baekhyun menerima bingkisan dari gadis itu dan mempersilahkan masuk setelah ia memperkenalkan dirinya sendiri.
"Aku teman kerja kyungsoo. Ia bilang ada temannya dari korea yg akan menjadi teman kerja sekaligus tetanggaku. Aku senang sekali saat mendapat kabar itu"
Quetta menyeruput teh madu hangat yg baekhyun suguhkan padanya. Wanita itu tak berhenti menyunggingkan senyum manis, sangat ramah. Membuat baekhyun mau tak mau ikut tersenyum senang
"Benarkah? Aku juga sangat senang, di hari pertamaku di spanyol aku justru sudah mendapatkan tetangga yg sangat baik sepertimu. Semoga kita dapat menjadi tetangga sekaligus rekan kerja yg baik nantinya"
Baekhyun menuangkan beberapa cemilan yg dibawakan oleh quetta kedalam toples kaca, lalu meletakkannya di meja ruang tamu. Ia duduk di samping gadis itu lalu menikmati cemilan itu.
Quetta seorang gadis yg hangat dan menyenangkan. Membuat suasana diantara mereka tidak canggung walaupun baru pertama kali bertemu. Quetta banyak berbagi dan bercerita tentang spanyol, dan baekhyun sebaliknya menceritakan tentang korea. Bahkan ia meminta baekhyun untuk mengajarinya beberapa bahasa korea.
Gadis itu berkali-kali tertawa terpingkal-pingkal saat baekhyun melontarkan beberapa lelucon hingga tanpa sadar mereka telah menghabiskan waktu bercengkerama cukup lama. Dan baekhyun dibuat terkesan karena ternyata cemilan yg dibawanya adalah buatan tangan gadis itu sendiri dan itu sangat enak.
"Ini sangat enak. Kau yakin hanya seorang pelayan? Kau harusnya menjadi kokinya!"
Baekhyun memuji sambil terus mengunyah, ia tak bohong saat mengatakan itu benar-benar enak.
"Hahaha aku tak pandai memasak, kue itu aku sudah terbiasa membuatnya. Syukurlah jika kau suka baekhyun."
"Waah lain kali kau harus mengajariku membuat ini"
"Kau yg harusnya mengajariku, kau kan koki kkk. Jadi sebentar lagi akan ada tiga karyawan dari korea di tempat kerjaku. Wah pasti menyenangkan!"
Baekhyun mengernyitkan dahinya. Tiga? Itu artinya ada seorang lagi yg berkebangsaan korea di restoran itu selain dirinya dan kyungsoo?
"Tiga?"
"Iya tiga. Kau, kyungsoo, dan— tunggu pukul berapa ini?"
Quetta tampak berputar mencari-cari letak jam dinding di apartemen baekhyun, tapi ia tak menemukannya.
"Aku belum memasang jam dindingnya hehe"
baekhyun menyengir sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ponsel itu jadi beraroma coklat berkat kejadian tadi pagi. Beruntung ponselnya masih bisa normal kembali.
Baekhyun menggeser layar ponselnya dan menyodorkannya didepan wajah quetta saat lockscreennya berhasil terbuka.
Baekhyun menatap quetta heran saat tiba-tiba gadis itu menepuk keningnya dengan berpamitan sambil mengatakan jika ia lupa meninggalkan anjing kesayangannya sendirian tanpa mengisi kotak makannya, membuat baekhyun terkekeh. Baekhyun berpikir, mungkin dia juga akan membeli seekor kucing atau anjing untuk menemaninya di apartemen barunya ini.
.
.
.
.
"Hei dude! Ada apa dengan wajah jelekmu itu?"
Seorang lelaki berambut abu-abu tampak melempar koper, tas ransel dan maskernya ke sembarang tempat sambil menggerutu. Sayangnya tas ransel itu terlempar tepat diatas seorang pria berambut coklat yg sedang berbaring diatas sofa. Ah tidak, bukan diatas tubuhnya, tapi lebih tepatnya.. err daerah sensitifnya.
"ARGH SIAL!"
Yifan, pria berambut coklat itu memekik kencang saat ransel itu menimpanya. Bukan ransel itu yg terlalu berat, tapi seperti ada sebuah benda keras seperti besi yg menghantam bagian privasinya. Dengan wajah memerah menahan sakit yifan membuang ransel sialan itu kebawah sambil mengumpat.
Lelaki yg membuatnya kesakitan itu malah mendudukkan dirinya disampingnya. Kedua kakinya dinaikkan keatas meja dan tangannya sibuk menggonta-ganti channel televisi dihadapannya. Merasa ada aura membunuh disampingnya, lelaki itu menoleh sambil tetap berwajah datar.
"Hei bung! Ada apa dengan wajah jelekmu itu?"
Yifan menggeram kesal menatap teman satu apartemennya itu. Didorongnya kepala belakang pria itu dengan kesal hingga kepalanya terjungkal kedepan
"Yak tiang listrik! Jangan sentuh kepalaku, bodoh!"
Lelaki yg sebenarnya sama tingginya dengan yifan itu mengusap-ngusap belakang kepalanya. Emosinya jadi tersulut kembali saat mengingat seseorang yg membuat kepalanya jadi seperti ini di bandara tadi. Setelah seminggu mendapat cuti untuk pulang ke korea, bukannya keberuntungan yg ia dapat saat kembali ke ke spanyol. Tapi malah satu benjolan yg cukup besar di kepalanya.
"Kau itu yg idiot! Kau mencelakai asetku chanyeol! Dan pikir-pikirlah dulu jika ingin mengataiku, kau tak melihat tubuhmu sendiri hah?"
Chanyeol kembali memusatkan pandangannya ke layar televisi didepannya sambil membuka bungkus snack yg ia dapat dari meja didepannya lalu memakannya. Yifan mencibir sambil meringis karena bagian bawah perutnya yg berdenyut akibat hantaman benda keras tadi.
"sebenarnya apa yg ada di tas ranselmu itu hah?"
Yifan kembali meraih tas yg ia jatuhkan kebawah lalu menelitinya. Ia berdecak saat menemukan sebuah gantungan besi yg cukup besar menggantung di resleting ransel itu. Pantas saja rasanya sakit, jadi karena benda ini. Tapi setelah beberapa lama mengamati, ia mulai terkekeh, semakin lama semakin keras, hingga akhirnya tawanya meledak.
"Sejak kapan kau menyukai barbie yeol? Hahahaha"
Chanyeol hanya melirik yifan yg sedang terbahak sambil memegangi perutnya.
"Itu bukan milikku."
"Eeyy mengaku saja lah. Jadi selama ini kau menyukai barbie kan?"
Chanyeol yg dibuat kesal meraih ransel di pangkuan yifan dan beranjak sambil menenteng ransel itu menuju kamarnya. Baru beberapa langkah, ia berhenti. Tangannya dengan cepat melepas gantungan itu dari ranselnya kemudian berjalan mundur ke sofa dimana yifan masih terbahak-bahak diatasnya. Ia melempar gantungan tersebut ke arah yifan dengan cukup keras.
"Ambilah. Itu untukmu"
"OUCH!"
chanyeol kembali berjalan menuju kamarnya meninggalkan yifan yg mengumpat sambil memegangi bagian privasinya, lagi.
.
.
.
.
Baekhyun berdiri didepan loker yg kini miliknya sambil bercermin. Seragam putih dengan masing-masing empat kancing hitam berukuran besar di sisi kanan dan kiri seragam serta lengan panjang yg ditekuk rapi hingga bawah siku, dasi hitam yg dibentuk menjadi persegi empat dibawah lehernya, celana bahan yg juga berwarna hitam, sepatu khusus koki serta topi putih panjang dan apron hitam melingkar di pinggangnya. Ia sudah siap. Hanya tinggal menyemprotkan parfum. Bagi baekhyun, wangi dan bersih adalah nomor satu.
Lelaki manis itu meraih botol parfum didalam loker, membuka tutup botolnya, mengarahkan parfum itu kearah tubuhnya lalu menyemprotkannya di—
"Baekhyun!"
Srrrsshhh
—di wajah kyungsoo.
Kedip
"HATCHUU!"
Baekhyun yg panik melempar kembali botol parfumnya kedalam loker dan mendekati kyungsoo yg tak juga berhenti bersin.
"Astaga kyungsoo, maafkan aku. Salahmu sendiri tiba-tiba muncul, aku tidak sengaja"
Baekyun menatap kyungsoo yg kini hidungnya memerah dan sedikit mengeluarkan cairan bening di bawah hidungnya. Menjijikkan. Ia menyodorkan selembar tissue pada sahabatnya itu.
"Tidak apa... HATCHU! Aku hanya..Ingin memberitahumu bahwa.. bahwa.. HATCHU!"
Kyungsoo mendecak kesal sambil menahan napas. Wajahnya sangat tersiksa karena bersin yg tak kunjung berhenti. Membuat baekhyun semakin merasa bersalah. Tapi kini sepertinya bersinnya telah berhenti.
"Bahwa kau sudah dipanggil oleh kepala koki untuk diperkenalkan pada karyawan lain"
Kyungsoo menghela napas lega saat bersin itu ternyata memang benar-benar hilang.
"Baiklah, ayo. Aku sudah siap"
Baekhyun melangkah keluar dari ruang ganti menuju dapur restoran.
Ia disambut oleh jejeran pelayan dan koki saat memasuki ruangan besar yg dipenuhi oleh perabotan dapur. Baekhyun membungkukkan tubuhnya sopan pada semua orang yg ada di ruangan itu. Seorang pria tinggi dan berjenggot menyuruh baekhyun berdiri di sampingnya, di hadapan para jejeran orang-orang itu.
"Perkenalkan, dia adalah salah satu koki baru kita, Byun Baekhyun. Dan baekhyun, selamat datang di el classio! jangan sungkan bertanya jika ada hal yg tidak kau mengerti, mereka semua tidak akan menggigitmu"
Suara gelak tawa terdengar dari semua yg ada di dapur itu, termasuk baekhyun. Alfred—nama lelaki berjenggot— yg ternyata manager restoran itu memperkenalkan satu persatu nama karyawan mulai dari kepala koki, 7 orang koki, 1 asisten koki, serta 20 orang pelayan pada baekhyun. Menurut baekhyun wajah orang barat itu sulit dibedakan, semuanya terlihat mirip satu sama lain. Baekhyun hanya dapat mengingat beberapa nama untuk saat ini. Quetta—karena mereka sudah berkenalan— yg merupakan seorang pelayan seperti yg dikatakannya kemarin, blanco si koki berambut blonde, serra koki berkulit sedikit gelap—jika baekhyun tidak salah ia berasal dari mexico— yifan dan tao pelayan asal china, dan tentu saja kyungsoo. Selebihnya ia tak ingat
"Baekhyun—"
"HATCHU!"
Seluruh pasang mata menatap kearah kyungsoo yg sedang mengusak hidungnya yg memerah. Merasa tidak enak karena telah memotong ucapan , kyungsoo menyengir sambil sambil membungkuk maaf.
"Hehe.. maafkan aku. Silahkan lanjutkan ."
hanya menghela nafas kemudian melanjutkan perkataannya.
"Baekhyun, kami memiliki—"
"HAA..HATCH—"
Semua mata kembali memandang kearah kyungsoo. Mulutnya yg membuka kembali menutup lalu tersenyum canggung.
"Tidak jadi, maafkan aku hehe"
"Baiklah. Baekhyun, kami memiliki dua orang pekerja asal korea sepertimu. Dia adalah kyungsoo, koki sama sepertimu dan satu lagi.."
Alfred mengedarkan pandangannya kepada setiap jejeran manusia di hadapannya dan mengernyitkan dahi ketika tak menemukan seseorang yg dicarinya.
"Dimana chanyeol?"
Semuanya terlihat saling bercelingukan dan berbisik, mencari seseorang bernama chanyeol itu. Hingga seseorang dari jejeran melangkah maju kedepan dengan langkah yg aneh, membuat baekhyun mengernyit heran karena pria itu berjalan dengan kaki yg sedikit melebar. Itu yifan.
"Sepertinya dia terlambat lagi, "
Alfred tampak mengangguk-anggukan kepalanya menanggapi ucapan yifan.
"Anak itu. Kalau saja dia bukan senior pasti sudah kuberi hukuman padanya karena sering terlambat. Baiklah baekhyun kau bisa berkenalan dengannya nanti"
Baekhyun mengangguk. Yifan sudah berbalik dan akan berjalan kembali ke jejeran sebelum kembali memanggilnya.
"Yifan"
"Ya mister?"
Yifan kembali berbalik kembali, masih dengan langkah anehnya, plus wajah tersiksanya.
"Err.. wasir memang harus diobati sejak dini sebelum semakin menyiksa. Ambilah cuti jika kau mau"
Yifan hanya tersenyum terpaksa dengan wajah yg memerah malu sambil berjalan mundur. Cekikikan dari seluruh pegawai di ruangan itu termasuk baekhyun, semakin membuatnya malu. Ini semua berkat chanyeol. Dan gantungan kepala barbie itu.
Baekhyun berdehem kecil mengalihkan perhatian semua orang dari yifan, karena sepertinya pria itu sedang menahan malu yg amat sangat. Baekhyun maju selangkah ke hadapan rekan-rekan kerjanya, kemudian membungkuk sekali lagi.
"Mohon kerjasamanya"
"Baiklah sekarang bersiaplah kalian semua, sebentar lagi restoran akan dibuka"
Seseorang tiba-tiba datang dari arah pintu dapur dengan tergesa-gesa. Dengan seragam pelayan yg berantakan, pria itu berhenti di hadapan dengan nafas memburu lalu membungkukkan badannya berkali-kali.
"Maaf, aku terlambat"
Baekhyun memandangi pria itu dengan lamat-lamat. Sepertinya familiar, apa mereka pernah bertemu sebelumnya?
"Lain kali jangan ulangi lagi."
berucap tegas dan pria itu kembali membungkuk dan mengucapkan terima kasih.
"Karna kau sudah datang, aku akan memperkenalkanmu dengan koki baru kita, baekhyun. Dan baekhyun, ini chanyeol. Pelayan di restoran ini"
Baekhyun masih memandang pria itu. Tinggi badan, suara berat serta rambut abu-abunya, sepertinya ia ingat sesuatu.
Chanyeol pun akhirnya memandang seseorang yg baru saja dikenalkan padanya itu dengan senyum lebar, sebelum sedetik kemudian senyumnya luntur seketika.
Kalau tidak salah dia...
"KAU PAK TUA YANG MENUMPAHKAN COKLAT PANAS PADA PONSELKU KAN?"
"YAK KAU SI PENDEK YANG MELEMPARI KEPALAKU DENGAN GANTUNGAN BARBIE MU ITU KAN?"
yg bingung pun hanya memandang kedua orang yg saling berteriak itu secara bergantian.
"Hmm... Jadi kalian sudah saling ken—"
"HAA.. HATCHUUU!"
"Kyungsoo! Ingusmu kemana-mana!"
.
.
.
.
.
Chanyeol membuka seragam pelayannya dengan tergesa. Ini sudah larut malam tapi bahkan ia masih berada di restoran. Ia ditugaskan untuk mengecek seluruh perabotan serta napkin yg telah tak layak pakai dan menggantinya dengan yg baru. Ia telah bekerja lama di restoran ini, itu sebabnya ia dipercaya untuk menghandle pekerjaan ini.
Ia memasukkan seragam pelayan yg telah dilipat ke dalam loker, lalu memakai kemeja dan jeans yg tadi ia simpan juga di loker. Setelah mengenakan mantel, ia bergegas keluar dari ruang loker lalu mematikan seluruh lampu restoran.
Hari ini sungguh melelahkan. Di pagi hari ia terlambat karena motor yg ia kendarai tiba-tiba saja mogok saat ditengah jalan raya. Ia berakhir dengan menuntun motor kesayangannya itu ke bengkel lalu melanjutkan sisa perjalanan menggunakan bus.
Belum lagi ia bertemu dengan pria kepala barbie yg ternyata koki baru disini. Sepanjang jam kerja lelaki pendek itu terus saja memanggilnya pak tua.
Chanyeol mengunci pintu utama restoran yg memantulkan bayangan dirinya karena pintu itu dari kaca. Ia merapikan rambutnya sejenak didepan pintu itu.
"Pria kepala barbie itu buta atau apa? Wajah tampan dan hairstyle keren seperti ini dia bilang pak tua?"
Chanyeol berbicara pada dirinya sendiri sambil berganti-ganti pose didepan pintu kaca layaknya seorang model yg sedang melakukan photoshoot. Mungkin jika ada orang yg tak sengaja melihatnya akan mengira bahwa chanyeol orang yg kurang waras.
Ia kembali berjalan keluar dari gang restoran dan berbelok ke jalan raya utama. Ia mendengus dengan keras.
Pukul 23.00
Tidak akan ada bus yg beroperasi diatas pukul sembilan malam. Ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi panjang halte bus. Sepi sekali. Hanya ada beberapa kendaraan pribadi yg berlalu lalang. Ia sangat berharap semoga saja ada taksi yg lewat. Mau bagaimana lagi? Pulang dengan berjalan kaki pun tak mungkin karena jarak apartemennya yg lumayan jauh.
Chanyeol sedikit tersentak saat mendengar suara dengkuran halus di bangku belakang halte. Ia pikir hanya ia sendirian yg berada disini. Apa mungkin itu hantu?
Chanyeol menengokkan kepalanya ke belakang dan menemukan seorang lelaki bermantel biru tua sedang duduk di bangku halte dengan mata terpejam dan kepala yg sedikit oleng kesamping. Bukankan itu baekhyun?
Mengapa anak itu belum pulang? Apa mungkin dia tertidur sejak tadi?
Lelaki mungil itu sepertinya tertidur sangat nyenyak, hembusan napas hangat keluar dari bibirnya yg sedikit terbuka. Chanyeol masih memperhatikannya. Kepala baekhyun semakin oleng kesamping dan terantuk sandaran bangku. Chanyeol pikir baekhyun akan bangun, tapi ternyata lelaki manis itu malah mendengkur semakin keras. Dasar kerbau.
Chanyeol hampir saja akan membangunkannya. Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya tak perlu. Ia tak mau buang-buang waktu untuk orang yg telah membuat kepalanya benjol. Dia sudah bukan bocah kecil lagi kan? Dia bisa mengurusi dirinya sendiri, pikir chanyeol.
Saat chanyeol mengalihkan kepalanya kembali ke jalanan, seperti kebetulan sebuah taksi lewat didepannya.
"TAXI!"
Taksi itu berhenti. Chanyeol dengan senyum lebar beranjak menuju taksi di hadapannya. Tangannya terulur membuka pintu belakang taksi berwarna kuning itu.
"Taksi! Tunggu aku!"
Seorang yg lebih pendek darinya malah menyerobot masuk ke dalam jok belakang taksi. Matanya membulat. Bocah ini, bukannya tadi ia sedang tertidur?
"Yak! Siapa yg menyuruhmu masuk? Ini taksiku!"
"Tapi sekarang tidak lagi. Siapa cepat dia dapat."
Baekhyun malah menjulurkan lidah sambil meraih pintu taksi itu dari dalam, hendak menutupnya. Tapi chanyeol berhasil menahannya. Chanyeol buru-buru masuk ke dalam taksi itu lalu menutup pintunya.
"Hei! Apa yg kau lakukan? Cepat keluar!"
"Tidak bisa. Aku yg memanggil taksi ini tapi malah kau yg menyerobot. Dasar kepala barbie!"
"Tidak peduli! Kau yg keluar!"
"Tidak mau!"
Kedua pasang mata itu saling melotot kesal. Perempatan siku-siku imajiner telah muncul di masing-masing kepala mereka.
"Err.. jadi kemana tujuan kalian?" Sang sopir mencoba menengahi kedua pria yg sebentar lagi bola matanya akan menggelinding keluar itu.
"Marbella"
"Xaloc"
Sopir berkebangsaan spanyol itu semakin pusing saat kedua pria itu menjawab secara bersamaan.
"Bagaimana kalau.. saya mengantar salah satu diantara kalian dulu?"
"Tidak! Aku tidak sudi satu taksi dengan orang sinting ini"
Baekhyun melirik chanyeol yg duduk disampingnya dengan sinis. Chanyeol mendecih mendengar perkataan baekhyun
"Cih kau kira aku juga mau?"
Sopir taksi yg mereka tumpangi hanya menggelengkan kepala saat melihat kedua lelaki berbeda warna rambut itu saling membuang muka dari kaca spion.
"Kalau begitu..salah satu diantara anda harus ada yg mengalah. Maaf, tapi anda harus turun karena dia yg memanggil taksi ini duluan"
Baekhyun menatap tak percaya pada kaca spion dimana mata sopir taksi yg terlihat memandang kearahnya. Ia tidak mungkin mengalah kan? Harusnya si rambut uban itu yg mengalah. Hitung-hitung balas dendam karena kejadian di cafe waktu itu.
Baekhyun kembali melirik ke arah chanyeol yg kini tersenyum menang. Ia menatap jam yg melingkar di pergelangan tangan kirinya. Saat ini tidak mungkin ada kendaraan umum yg melintas lagi. Mau tidak mau ia harus satu taksi dengan chanyeol.
"B-baiklah.. tapi tolong ke marbella dulu. Pria idiot ini setelah aku"
"Ya! Tidak bisa! Aku yg menemukan taksi ini dulu!"
Kedua pria itu kembali saling memandang sambil menggertakkan gigi masing-masing. Sedangkan sang sopir malang mengacak rambutnya frustasi.
"Kalian berdua, tenanglah. Begini saja, Karena marbella lebih dekat dari sini—"
Baekhyun tersenyum menang dan menyeringai ke arah chanyeol saat si sopir sepertinya akan mengantarnya duluan.
"—saya akan mengantar nona manis ini dulu."
Seringaian baekhyun menghilang. Chanyeol tertawa keras saat sopir taksi itu mengira bahwa baekhyun seorang perempuan. Baekhyun kembali memelototkan matanya.
"Baiklah aku mengalah, antarkan 'nona manis' ini dahulu sir."
Baekhyun semakin memelototkan matanya saat chanyeol menekankan kata 'nona manis'. Yang benar saja? Baekhyun itu laki-laki tulen! Setidaknya menurut baekhyun.
Karena kesal, baekhyun memalingkan wajahnya kearah jendela taksi. Malas berdebat lagi dengan namja sialan itu. Toh, dia yg akan diantar duluan.
Baekhyun memeluk tubuhnya sendiri. Meskipun telah menggunakan mantel yg cukup tebal, tapi suhu udara udara yg memang rendah ditambah lagi air conditioner dari taksi yg ia tumpangi cukup membuatnya kedinginan.
Chanyeol berkali-kali mencuri pandang pada lelaki pendek disampingnya. Anak ini tidak tahan dingin atau bagaimana? Bahkan tubuhnya sedikit menggigil. Ini baru musim gugur, belum musim dingin. Mungkin dia masih belum terbiasa dengan suhu udara di spanyol.
Keduanya tersentak ke belakang saat taksi yg mereka tumpangi tiba-tiba saja berhenti secara mendadak. Baekhyun melihat tempat dimana mereka berhenti. Ini bukan jalanan rumahnya, lalu mengapa sopir itu berhenti disini?
"Ada ap— astaga!"
Chanyeol buru-buru menangkap sisi tubuh sopir taksi yg terhuyung kesamping. Baekhyun ikut memekik karena terkejut. Digoyang-goyangkannya tubuh itu, tapi tak ada respon. Chanyeol melompat kearah jok depan disamping kemudi. Mata sopir itu tertutup
"Damn! Dia ini tertidur atau apa?"
Baekhyun melongokkan kepalanya ke depan dengan wajah panik, melihat wajah sang sopir. Chanyeol mengangkat tubuh sopir itu lalu mendudukkannya di jok belakang.
"Atau mungkin pingsan? Huwaaa bagaimana ini? Aku tidak mau bermalam didalam taksi apalagi bersamamu!"
Chanyeol tampak membenarkan posisi si sopir agar bersandar ke jok. Beruntung jalanan yg mereka lewati sedang sepi saat ini. Kalau tidak, besar sekali resiko kecelakaan beruntun karena kejadian barusan.
"Siapa juga yg akan bermalam disini? Dasar bodoh"
baekhyun membuat gestur seakan ingin meninju kepala chanyeol dari belakang. Tapi chanyeol menengokkan kepalanya tepat saat baekhyun mengacungkan kepalan tangannya. Membuat baekhyun segera melepas kepalan tangannya dan mengibas-ngibaskan tangannya kesamping chanyeol sambil menyengir lucu.
"Hehe banyak nyamuk disini— Hei apa yg akan kau lakukan?"
Baekhyun menatap chanyeol yg duduk di belakang kemudi lalu mengenakan sabuk pengaman.
"Buang air kecil"
"A-apa?"
"Tentu saja menyetir"
Baekhyun mengerucutkan bibirnya sebal. Ia melirik sopir taksi disampingnya saat taksi itu mulai melaju.
"Lalu bagaimana dengan sopir taksi ini?"
Baekhyun dapat mendengar chanyeol mendecak. Chanyeol menatapnya dari kaca spion dengan mata yg lelah.
"Aku yg akan mengurusnya"
Baekhyun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Sebenarnya jika sedang seperti ini chanyeol terlihat sangat baik bagi baekhyun. Tidak menyebalkan seperti biasanya. Well, meskipun memang baru bertemu beberapa kali, tapi tiap pertemuan mereka, namja itu memang selalu menyebalkan.
Laju taksi yg ditumpanginya perlahan memelan dan berhenti di sebuah gedung apartemen yg cukup besar. Chanyeol hanya melirik sekilas apartemen tempat tinggal baekhyun. Hanya penasaran oke? Bukannya dia ingin tau atau apa.
"Disini kan apartemenmu?"
Baekhyun mengangguk. Tak terasa perjalanan terasa begitu cepat. Ia keluar dari taksi tersebut dan menutup pintunya. Setelah diluar, ia mengetuk-ngetuk kaca mobil di jok depan tempat chanyeol duduk, menyuruh chanyeol membukanya. Chanyeol mengernyitkan kening awalnya, namun akhirnya ia membukanya. Chanyeol mengangkat alisnya saat baekhyun menatapnya sambil memainkan jari-jari tangannya sendiri. Terlihat manis. Tiba-tiba chanyeol merasa seperti menjalani sebuah scene di telenovela. seorang kekasih yg baru saja mengantarkan kekasihnya pulang setelah berkencan lalu sang kekasih memberikan kecupan singkat di bibir sebagai tanda terima kasih. Hell, kau mulai melantur kemana-mana chanyeol.
"Tidak usah berterima kasih"
baekhyun memutar bola mata saat melihat chanyeol menyeringai senang. Memangnya siapa yg mau berterima kasih?
Baekhyun ikut menyeringai. Ia memajukan wajahnya hingga masuk ke dalam mobil lewat jendela yg terbuka, mendekati wajah chanyeol. Membuat chanyeol bingung sekaligus kaget. Baekhyun menelusuri seluruh bagian wajah chanyeol dengan tatapannya, lalu berhenti di kedua bola matanya.
"Gracias, aku hanya ingin mengatakan bahwa kau cocok mengemudikan taksi itu. Sepertinya kau harus beralih profesi menjadi sopir taksi mulai besok"
Baekhyun berlari masuk ke dalam apartemennya sambil terbahak. Chanyeol mengumpat pelan sambil memukul jok disampingnya. Sudah diantar dengan sukarela masih saja membuat kesal. Chanyeol menatap sopir taksi yg terpejam di jok belakang. karena tak tahu tempat tinggalnya, ia berniat akan mengantar sopir itu ke rumah sakit sebelum pulang. Beruntung ada rumah sakit yg dekat dengan apartemennya. Jadi ia tak perlu repot-repot memikirkan lagi cara untuk pulang.
Chanyeol menatap ke arah apartemen baekhyun sekali lagi sebelum kembali menginjak pedal gas dengan perlahan.
.
.
.
Thans for reading~
Review please?
