Rating : K+
Genre : Romance/Hurt
Warning : Gomen kalau OOC (Out of Character), gaje, freak (?), jelek, banyak salah ketik, dll...
NB : Vocaloid isn't mine, just borrow them~
"Len!" Aku melambaikan tangan ke arah seorang cowok yang sedang menunggu di taman. Ia membalas lambaian tanganku. Segera aku menghampirinya. "Sudah lama?" Ia menggeleng dan tersenyum.
"Gumi! Len!" teriak seseorang dari belakang. Hng? Ah! Gumiya! Aku melambaikan tangan padanya.
"K-kalian ini... Kenapa tidak menungguku, hah?!" Gumiya terlihat ngos-ngosan. Salah dia sendiri, kenapa selalu telat.
Aku, Gumiya, dan Len selalu berangkat ke sekolah bersama. Rumah kami berdekatan dan kebetulan kami sekelas. Kami terlihat seperti anak TK ya? Memang sih kami sudah SMA. Tapi tak apa, toh tidak ada yang rugi, kan?
"Gumiya, kamu nggak mandi?" tanyaku dengan wajah (sok) polos. Mata Gumiya terbelalak dan segera mencium-ciumi badannya, siapa tahu bau badan mulai membuat polusi udara di pagi hari. Aku hanya terkikik geli melihatnya.
"He, aku mandi tahu!" ia menjambak rambutku. Gyaah! Dia tahu kalau aku paling tidak suka rambutku dijambak ataupun diacak-acak. Bagaimana tidak?! Menatanya saja susah -_-
Aku pun membalasnya dengan menendang kakinya.
"Baka! Sakit!" ia hendak memukul, tapi aku sudah lebih dulu menendang kakinya yang satu lagi. Sekilas aku melirik ke arah Len. Tak kusangka, dia tertawa melihat tingkah kami yang bisa disamakan dengan anak kecil. Ugh, apa ini.. Kenapa jantungku berdebar? Debaran ini mungkin bisa membuat jantungku lepas. Entah kenapa, debaran jantung ini juga membuatku sedikit pilu..
Kami sampai di sekolah dengan selamat dan segera menuju kelas. Hmm.. Tidak terlalu banyak orang yang ada di kelas kurasa. Hanya ada sang ketua kelas yang terobsesi untuk menertibkan kami. Namanya Kaito, cowok megane. Dia sebenarnya pintar, tapi karena terlalu terobsesi, maka aku pikir dia sudah idiot *maaf ya Kaito lovers*
"Ohayou gozaimasu!" Kaito mengucapkannya dengan suara lantang.
"A-ah, Kaito. Ohayou.." aku membalas sapaannya sambil mengerutkan dahi. Anak ini kenapa sih?
Aku melihat Len yang sudah duduk di bangkunya sambil menatap jendela. Aku perhatikan dia suka sekali memperhatikan jendela kalau pagi hari dan pulang sekolah. Apa jangan-jangan dia terobsesi dengan jendela? Lagi-lagi aku bicara ngelantur...
"Ohayou~" sapa seorang cewek.
"Ohayou mo~" balasku. Cewek itu rupanya Rin, teman sebangkuku. Rin tersenyum manis seperti biasanya.
"Ne, sudah buat PR?" tanya Rin. Aku mengangguk. Kalau PR Matematika sih, bakalan aku kerjakan karena guru yang mengajar adalah guru kesayanganku, Kiyoteru Sensei. Kami mengobrol panjang lebar, bahkan sampai tertawa terbahak-bahak. Eh, tapi... Sepertinya di belakang seperti ada yang menatapku. Tapi siapa? Aku mencoba menoleh ke belakang. Yang kulihat Len dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah jendela dengan pipinya yang sedikit merona. Tiba-tiba jantungku berdebar lagi, pipiku ikut merona. Apa Len tadi menatapku?
Kriiiinngggg... Waktu yang aku tunggu-tunggu pun tiba. Pulaaaannggg...
"Gumiyaaa... Leeennn... Pulang yuuukk!" ucapku dengan nada naik-turun (?).
"Eits! Tunggu dulu, nona Gumi!" Kaito memukul kepalaku dengan gulungan kertas.
"Apaan sih?" ugh, mengganggu acara pulang sekolah nih.
Kaito membuka gulungan kertas itu. "Lihat!" ia menunjuk sebuah kolom. Di situ ada namaku dan nama Len. "Ini jadwal piket baru, dan sekarang jadwalmu dan Len!"
HA?! Serius?! A-aku dan Len?!
"Hng? Kenapa harus hari ini sih?" Len memperhatikan jadwal piketnya dengan kesal. Apa dia kesal karena harus piket bersamaku?
"Hari ini kan aku mau main game..." sungutnya. Oh, ternyata mau main game... Eh? Kenapa aku merasa lega? Ada apa antara aku dan Len? Aku tidak mengerti..!
"Tidak ada bantahan! Kalian sudah kutentukan untuk piket hari ini, harus dijalani!" kata Kaito tegas. Aku hanya mengangguk. Kaito, kau seperti diktator!
Itu artinya aku dan Len harus mengantar buku tugas yang menumpuk di meja belakang.
"Ya ya ya... Aku mengerti, Kaito.." ujar Len dengan malasnya.
"Aku ke WC bentar!" aku segera berlari ke WC yang letaknya tak jauh dari kelasku. Sebenarnya aku ingin lari, tapi tasku dan tas Len ada di genggaman Kaito. Uuugghh!
Saat aku berkaca, dua cewek dari kelas sebelah datang sambil asyik ngerumpi.
"Eh, kau tahu? Jantungku selalu berdebar-debar kalau lihat dia! Aahh!" ujar cewek berkuncir dua. Temannya yang berambut pendek hanya tertawa. "Itu namanya kau suka padanya!" ujar cewek berambut pendek itu.
He?
Suka?
Artinya... Aku suka...
Gaah! Aku kembali mengacak-acak rambutku. Tidak mungkin aku menyukai Len. Kami kan teman!
。
。
。
。
Setelah menarik napas panjang, aku kembali ke kelas dan melanjutkan pekerjaan piketku. Di kelas, Len terlihat sedang menatap jendela. Ada apa sih dengan jendela itu? Apa istimewa-nya sih jendela itu?
"Len?" panggilku. Ia sedikit terkejut. "Y-ya?"
"Kamu ngapain?" aku memiringkan kepalaku dengan heran.
"Tidak apa-apa.." sekilas pipinya memerah. Deg! Jantungku berdegup sangat kencang. Suasana di sini mendadak canggung. Apa yang harus aku lakukan?
"Ne, Len..." gumamku. Dia menatap mataku. "Ya?"
Suasana canggung makin menyeruak. Apa aku harus bilang?
"Apa, Gumi?" Len berjalan mendekatiku. Glek~
"Suki..." gumamku. Kutundukkan kepalaku. Kalau tidak begini, muka merahku pasti akan ditertawakan Len.
Hng? Kok Len hanya diam?
Aku mendongak ke arah Len.
"Gaahhh!" Betapa frustasinya aku! Ternyata Len sedang menggunakan earphone kesayangannya!
"Leeennn!"
"He? Nani?" tanyanya dengan nada polos. Ingin rasanya aku meninju wajahnya!
"Iie!" ujarku sambil cemberut. Aku kembali melanjutkan tugas piket. Gyaaarrgghh! Len baka! BAKA..!
Setelah selesai piket, aku mengambil tasku dengan kesal.
"Gumi!" panggil Len yang sudah dari tadi aku tinggal sendiri di kelas. "Apa?" tanyaku singkat.
"Kau...marah?" tanyanya. Jelas lah!
"...Nggak." jawabku sambil berlalu. Langkah kaki kupercepat. Sebenarnya bukan karena aku marah, tapi aku malu mengingat apa yang kulakukan tadi. Bisa-bisanya aku nekat berkata demikian, untung dia nggak dengar.
"Gumi! Len!"
"He?" Gumiya? "Kalian sudah selesai?" tanya Gumiya yang berdiri di depan loker sepatuku. Aku mengangguk dengan sedikit kesal.
"Doushita?" tanya Gumiya pada Len. Len hanya mengangkat bahu,"..entahlah. mungkin lagi... You know what I mean~"
Gumiya berpikir, bagaimana cara mencairkan suasana kali ini...
"Aha!" batin Gumiya. "Bagaimana kalau kita main ToD?" ucap Gumiya. Aku dan Len menoleh ke arahnya bersamaan. "ToD?" ucap kami bersamaan lagi. Gumiya mengangguk.
"Iya, daripada kita diam seperti ini, mending main ToD..." ujar Gumiya dengan kedipan mata yang menjadi ciri khasnya. Benar juga, pikirku. Ya sudah, lagipula nggak enak rasanya saling diam seperti tadi. Aku pun menyetujui usulan Gumiya.
"Siapa yang mulai duluan?" Hening.
"Jan ken pon...!" usul Len. Ah, Len ternyata cerdas juga (?) Alhasil kami memutuskan untuk jankenpon terlebih dulu.
"Gyaaahh! Kenapa aku terus yang kalah~~~" Gumiya terlihat depresi ketika kalah jankenpon. Aku dan Len siap-siap 'menyiksa' Gumiya.
"Kau pilih apa?" tanya Len. "Alah, Gumiya itu kita kasih Dare aja!" ujarku dengan tatapan yandere. Len setuju denganku. Yipiiieee..
"Dare dari Gumi adalaahhh..." Aku mendekatkan wajah ke depan wajah Gumiya. "Gelantungan di tiang listrik pakai gaya ala monyet, entar aku foto." Ujarku sambil tersenyum yandere. Wajah Gumiya memucat, dare macam apa ini...
"Dare dariku... Nari India di depan anjing bulldog itu..." kata Len. Woohoo! Aku dan Len ternyata sehati~
"T-tunggu dulu..." Gumiya berusaha kabur, namun berhasil aku tahan. "Dare macam apa ituuuuu..." gerutu Gumiya. Len hanya terkekeh geli.
"Sudahlah, lakukan saja~!" aku sudah tidak sabar lagi untuk menyiksa Gumiya. Aku siapkan kamera ponsel untuk merekam aksi Gumiya bergelantungan di tiang listrik.
Dengan muka pasrah, Gumiya bergelantungan di tiang listrik dan bertingkah seperti monyet. Sukses aku memotretnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Kemudian Gumiya melaksanakan dare dari Len. Sebenarnya aku kasihan pada Gumiya, dia kan takut anjing. Tapi ya sudahlah, aku lagi mau menyiksanya... Gyahaha~
"G-gumi~~" Gumiya menatapku dengan wajah takut. Aku hanya tersenyum menyemangatinya.
"Huwee..." Ekspresi Gumiya saat mendekati anjing bulldog itu sungguh 'sesuatu' yang pantas diabadikan. Ia pun menari ala film India di depan anjing bulldog yang sedang menatapnya bingung.
Puas tertawa, aku jadi nggak tega melihat Gumiya gemetaran. Sudahlah, aku akan meminta maaf nanti (setelah selesai main ToD).
"Ne, sekarang giliran Len.." kata Gumiya sambil memanyunkan mulutnya.
"Iya deh..." ujar Len pasrah. "Aku pilih dare..." sambung Len. Yiha! Dare again!
"Kamu nge-flirt cewek-cewek yang lewat di sini..." kata Gumiya dengan tatapan isengnya. "Aku mau kamu... Kamu bilang cinta ke Len!" kataku spontan.
"HA?!" Len dan Gumiya membelalakkan matanya. Ups, aku kasih dare apaan sih...
"A-aku kan yang kasih dare, jadi terserah aku..." aku berusaha mengelak. Dengan terpaksa, Len melakukan apa yang kami suruh.
Pertama, menggoda cewek-cewek yang lewat di dekat kami. Bukannya menjauh, cewek-cewek itu malah mendekati Len dan menggoda Len balik. Glek~ Gimana ini?!
"E-etto..." Len senyum-senyum gak jelas.
"Kita kabur..." bisik Gumiya pada Len. Aku setuju dan...Lariiii! Sekuat tenaga aku berlari mengikuti 2 cowok yang sudah duluan ngacir. Cewek kok ditinggal sendiri?! "
。
。
。
。
Mind to RnR ? :)
