ChanBaek Fanfiction

Tittle : Royal Pleasures

Author : MorningStar_

SEBELUM BACA FF NYA, BACA NOTE AKU INI DULU YA!

T/N : This story belongs to the real author (MorningStar_) dan sebelumnya makasih sama authornya karena udah ngizinin aku buat translate ff ini ke dalam bahasa. Dan ada beberapa hal yang mau aku kasih tau sebelum kalian baca ini. Yang pertama, aku suka sama ff ini sehingga mau bagi-bagi sama kalian yang kurang nyaman baca dalam english ver, tapi di translate-an aku yang kali ini, aku ngerasa agak aneh karena ffnya itu sendiri terlalu banyak dialognya, sedangkan aku udah terbiasa sama narasi yang panjang. Aku ini jenis orang yang berkhianat dalam kalimat, biar gak aneh waktu di baca aja sih (padahal tambah aneh), tapi aku gak ngerubah isi kedua, ini ff temanya tentang kerajaan, dan disini Chanyeol menjadi raja sedangkan Ratunya adalah ibunya sendiri. Kata lainnya, Chanyeol naik tahta waktu ayahnya gak ada jadi gausah bingung. Dan ketiga, kalau kalian lebih suka baca Englishnya langsung, bisa langsung cus ke www dot asianfanfics dot com / story / view / 449665 / 1 / royal-pleasures-angst-baekhyun-chanyeol-baekyeol . Dan aku belum sempet ngedit, mumpung ada wifi gratis langsung post aja hehe.

ROYAL PLEASURES

.

.

.

Baekhyun berlutut di hadapan sang Ratu, merundukkan kepalanya sedang tangannya mengenggam erat tangan kakaknya. Keduanya sama-sama gugup, namun yang lebih tua tidak terlalu memperlihatkan kegugupannya.

"Yang Mulia.. kumohon.." kakaknya bersuara, terdengar meminta namun sang Ratu terlihat seolah tak—mau—peduli.

"Cukup. Maafkan aku Kris. Kalian berdua harus menetap disini."

Satu tetes kecil meluncur lolos dari mata Baekhyun ketika genggamannya pada tangan Kris—kakaknya—semakin kuat. Sudah terlambat, tidak ada kesempatan untuk kembali.

.

.

( Flashback)

Baekhyun hidup dalam keluarga yang dikatakan sangat bahagia. Dia memiliki kakak yang tampan, baik dan perhatian seperti Kris, juga sepasang ibu dan ayah. Ayahnya adalah seorang Kepala Pengawal sang Raja. Beliau selalu berdiri berdampingan dengan Raja. Dan Kris, seorang pasukan tentara terbaik yangmana pedangpun telah bersatu dengan tangan kanannya yang kemudian akan mengikuti jejak sang Ayah.

Lalu ibunya, satu dari wanita paling cantik dan di dunia; Baekhyun dilarang mengakatakannya keras-keras, namun bagaimanapun menurutnya, Ibunya bahkan lebih cantik dari sang Ratu. Ibunya selalu merawatnya dengan baik, memperlakukan Baekhyun layaknya bocah 3 tahun bahkan di usianya yang telah menginjak 19 tahun.

Baekhyun bukan anak yang manja, bukan anak yang nakal dan kasar, bukan pula anak yang dilahirkan hanya untuk membuat kedua orangtua dan kakaknya merasa khawatir. Dan mungkin hal tersebutlah alasan mengapa Baekhyun sangat disayangi.

Namun terkadang, keindahan yang ia miliki tak senyata apa yang ia rasakan.

Baekhyun selalu bermimpi untuk menjadi seorang penyanyi. Sebenarnya hal tersebut bukanlah masalah. Baekhyun bisa membuat konser kecil dengan bernyanyi dan memainkan piano di kerajaan, di pertokoan maupun di jalanan. Baekhyun cukup pandai untuk bermain piano, dan suaranya yang mampu membuat orang lain meleleh hanya dalam hitungan tiga detik tanpa banyak ia berusaha.

Satu hal yang tidak ingin Baekhyun akui, namun benar kenyataannya bahwa dirinya begitu indah, begitu cantik. Matanya kecil dan menarik, kulitnya putih bersih bahkan halus. Meskipun dirinya tak mengenakan pakaian mewah, namun Baekhyun tetap terlihat anggun dengan caranya sendiri. Baekhyun memiliki tangan yang indah mengalahkan tangan milik para gadis, dan juga senyumnya yang mampu menyalakan kembali sinar di seluruh dunia. Hatinya sungguh kalis;bersih, suci dan sempurna. Dan pikirannya sangat polos. Baekhyun bahagia, sungguh bahagia—

—sampai ketika kedua orangtuanya pergi, berjanji bahwa akan membawa beberapa pakaian baru untuk Baekhyun sepulangnya nanti. Kris menilik curiga pada kedua orangtuanya, namun Baekhyun memilih untuk diam, tak mengatakan apapun.

Hari-hari berlalu dan orangtua mereka belum juga kembali. Kris terlihat lebih-lebih khawatir dari sebelumnya, dengan lingkar hitam di sekitar matanya dan renggutan di wajah yang menggantikan senyuman menawannya.

Ada sesuatu yang salah.

Hingga dua minggu setelah kepergian orangtuanya, beberapa pengawal kerajaan datang dan membawa keduanya. Baekhyun menyaksikan dengan ketakutan jelas—dari dalam kereta kuda yang membawa mereka pergi—bagaimana pemandangan rumah mereka terbakar dengan sulut api yang besar. Membakar habis hingga tak tersisa.

"Hyung! Kris-Hyung!" Baekhyun berteriak frustasi, namun kakaknya tak juga mengeluarkan suara. Kris tetap membiarkan matanya tertutup, dengan bibir yang digigit kuat hingga berdarah.

Baekhyun menangis di sepanjang jalan menuju istana kerajaan. Kris baru mau membuka matanya ketika gerbang besar istana terbuka yang kemudian menatap Baekhyun, memberitahukan dengan kedua matanya yang basah apa yang akan terjadi.

Para pengawal menyeret mereka ke ruang singgasana, mencengkram tangan Baekhyun maupun Kris dengan kasar kemudian mendorong mereka untuk tetap berjalan lebih jauh.

"Baekhyunnie, berjanjilah padaku untuk menjadi kuat." Kris berbisik pada telinga sang adik sebelum seseorang berteriak "The Wu's Brother" dan pintu ruang singgasana kerajaan terbuka.

Mereka mendapati para pelayan dimana-mana, dengan merundukkan kepala memberi hormat dan kaki mereka yang dengan cepat berjalan dari ruangan satu ke ruangan yang lainnya.

Setiap ruangan yang Baekhyun lihat sangatlah besar, dan ia bertanya-tanya dalam hatinya untuk apa semua ruangan besar ini karena pasalnya yang ia tahu bahwa keluarga Raja hanya beberapa orang saja. Ratu Park dan anaknya; Raja Park, adiknya dan beberapa orang sepupu Raja.

Ketika pintu sudah terbuka, Kris kemudian menjatuhkan tubuhnya, berlutut di hadapan Sang Ratu.

"Yang Mulia, kumohon.. Baekhyun tidak tahu apapun mengenai hal ini."

Baekhyun menengadahkan kepala hanya untuk melihat Ratu mereka duduk anggun di singgasananya, kemudian dengan rasa hormat ia mengikuti sang kakak untuk berlutut.

"Kris…"

Suara Ratu Park benar-benar lembut, dan terdengar hampir akan mengasihani mereka.

Keluarga kerajaan sudah tahu sebenarnya siapa itu Kris. Pasukan tentara terbaik dan salah satu dari pengawal terbaik kerajaan.

"Aku memohon maaf padamu, Yang Mulia. Bukan untukku, akan tetapi untuk saudaraku. Baekhyun tidak tahu apa-apa. Kumohon, Ratuku! Biarkan aku saja yang menerima hukuman!"

Baekhyun mengerjapkan matanya, menoleh hanya untuk melihat kakaknya menangis. Benar memang tidak ada yang Baekhyun ketahui, namun Kris tak pernah menangis. Tidak pernah seperti itu.

"A- apa.. yang terjadi?" akhirnya ia memutuskan untuk bertanya. Melontarkan kalimat dengan hati-hati pada kakaknya, tidak berani mengangkat kepala untuk bertemu pandang dengan sang Ratu. Namun ia mendengar Ratu Park menghela nafas.

"Aku tahu baik kau maupun Kris tahu tentang hal ini, karena mungkin Kris sudah mendengar rumor tentang hal ini. Aku tahu kau tidak berdosa, namun tetap saja—"

"Ratuku!" Kris—tetap—memohon.

"Kalian berdua, angkat kepala kalian."

Kris mengangkat kepalanya setelah Ratu Park berbicara. Diikuti dengan Baekhyun yang memperhatikan gerakan Kris, kemudia menatap sang Ratu. Ratu Park dikelilingi banyak pelayan, dan dua orang pengawal di sisi kanan-kirinya.

"Orangtua kalian mencoba untuk mengkhianati kerajaan kami. Beritanya sudah tersebar kemana-mana, dan kami memutuskan untuk mengambil tindakan. Kami mengikuti orangtua kalian, dan faktanya mereka berdua memang telah mengkhianati kami. Ketika kami mencoba untuk menangkap mereka, para musuh pengawal kami…membunuh mereka."

Kris menggigit bibirnya semakin keras, tak khawatir akan terluka lagi.

"Tidak.. tidak.. ayahku… orangtua kami…"

"Aku tahu, young Wu, aku tahu perasaan itu. Namun bagaimanapun hal itu sudah terjadi, dan kami tetap harus menjalankan hukuman. Karena kami tidak bisa menghukum orangtua kalian, maka kalianlah yang tersisa."

"Yang Mulia!"

"Sudah cukup, Kris. Kau sudah seharusnya menggantikan posisi ayahmu. Aku mempercayaimu dan aku tahu kau tidak akan pernah mengkhianati kami. Kau telah terlatih untuk ini dan kau akan melakukan yang terbaik. Dan untuk adikmu, dia akan bekerja di dapur. Kejayaan keluarga 'Wu' sudah berakhir, maka dari itu kau sudah seharusnya mengganti nama belakangmu. Kuganti menjadi Byun. Dan kalian harus mengabdi di kerajaan ini selamanya untuk membayar dosa kedua orangtuamu. Kalian dilarang untuk—"

"King Chanyeol!" seseorang berteriak, memotong kalimat sang Ratu bersamaan dengan Kris yang seketika mendorong kepala Baekhyun untuk menunduk menghadap lantai.

"Ibu."

Suara sang Raja terdengar berat di telinga Baekhyun, dan ia dapat merasakan langkah sang Raja di sampingnya.

"Aku sudah memberitahumu bahwa aku memiliki sesuatu yang harus ku urus. Bisakah kau pergi?"

Kris membungkuk saat Raja Park menatapnya bergantian dengan Baekhyun yang tertunduk. Beliau mengangkat alisnya, merasa heran tanpa alasan.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Raja bertanya padanya, namun Kris justru mendapati dirinya semakin gugup hingga bibirnya kembali berdarah ketika digigit dengan kuat.

"Kris akan menjadi Kepala Pengawal-mu dari sekarang, anakku."

Chanyeol kembali menatap Kris kemudian mengangkat bahuya tidak peduli. Dan Kris kembali mendapati dirinya terserang panik ketika Chanyeol menjatuhkan pandangnnya pada Baekhyun untuk yang ke dua kali dan bertanya, "Lalu siapa dia?"

"Aku sedang mencoba memperbaiki masalah disini" Ratu Park memintanya untuk pergi lagi namun dengan cara yang tak langsung kali ini. Dan beruntung Chanyeol menangkap apa yang dimaksud oleh ibunya sendiri.

Kris menghembuskan nafasnya lega seperginya Chanyeol. Dirasakannya air mata yang sudah mongering pada wajahnya sendiri dan yang masih basah pada wajah Baekhyun.

"Jadi, aku akan mendadi.. budak?"

Kris menatap lantai, tak sampai hati mendengar kata 'budak' dilontarkan oleh adiknya. Ia kembali melihat sang Ratu dan memohon, namun tak ada gunanya.

.

.

.

Keduanya meninggalkan ruangan singgasana yang besar untuk pergi ke ruangan mereka yang baru; kamar pelayan. Ruangan yang sangat sangat jauh dari gedung utama istana kerajaan.

"Kau punya seragam dan apapun yang kau mau disini. Buat dirimu nyaman dan.. ya, bekerja dengan baik."

Salah satu tentara kerajaan mengatakannya setelah mengantar kakak-beradik itu tepat di depan pintu kamar baru kemera dengan sebuah kunci yang kemudian kembali pergi. Kamar mereka berdampingan, dan Baekhyun merasa bersyukur mereka tidak dipisahkan jauh-jauh. Dirinya masih bisa merasa dekat dengan kakaknya.

"Apa kau ingin aku menemanimu sebentar?" Kris bertanya, membuat Baekhyun tersadar dari lamunannya yang masih menggambarkan bahwa semuanya tidaklah terlihat nyata. Semuanya masih seperti mimpi buruk baginya.

"Tidak usah."

"Tapi—"

"Aku baik-baik saja, sungguh. Aku hanya ingin memikirkan tentang..sesuatu."

Kris menghembuskan nafasnya menyerah, membawa Baekhyun dalam pelukannya dan memberi satu kecupan di dahi adiknya.

"Aku akan datang dan melihatmu setiap malam. Aku akan menjagamu, Baek. Selamanya. Aku tidak peduli jika mereka mengatakan bahwa kita kehilangan kejayaan, kekuatan dan barang-barang kita. Aku masih memiliki rasa hormat, dan.. kita akan melewati ini Baek. Jaga dirimu baik-baik, ya?"

Baekhyun hanya mengangguk untuk menjawab, menenggelamkan kepala pada dada kakaknya lebih dalam.

"Dan…Baekhyun, berjanjilah padaku untuk tidak pernah menatap Raja. Tidak bahkan jika beliau memintamu, kau harus pergi menjauh darinya, mengerti?" Kris mengengam tangan Baekhyun, mengangkat dagu adiknya, membawa mata kecil yang indah itu untuk menatapnya. Sedangkan Baekhyun hanya membalasnya dengan sorot tatapan yang aneh. Bertanya-tanya karena tidak mengerti mengapa kakaknya harus memberitahunya hal semacam itu.

"Tapi.. kenapa?"

"Kau tidak perlu tahu mengapa. Hanya jangan saja, berjanjilah padaku, Baek, berjanjilah."

Meskipun Baekhyun tetap menatap Kris dengan penasaran, namun tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain mengangguk dan mengatakan bahwa ia berjanji pada kakaknya.

.

.

.

Sesekali di dalam ruangannya, Baekhyun merasa semuanya menjadi berlebihan. Semua yang terjadi dan semua yang ia dapatkan kini teputar dalam hitungan menit yang lamban. Otaknya masih mencoba mengurutkan setiap kejadian yang terjadi. Baekhyun merasa kebas, ia tidak bisa mengendalikan kedua tangan dan kakinya lagi sehingga ia terjatuh di atas ranjangnya di tengah ruangan.

Kamar barunya terasa kecil untuknya. Satu ruangan yang dilengkapi bilik kecil untuk toilet, satu meja kecil, satu kursi, jendela kecil di bagian kanan ranjangnya, dan dinding bercat putih. Benar-benar tipikal kamar pelayan. Dekorasi yang buruk dan sederhana. Well, memangnya apa yang Baekhyun harapkan? Sekarang dirinya adalah seorang pelayan di dapur kerajaan. Hatinya terasa di permainkan ketika rasanya Baekhyun ingin menangis dan tertawa di saat bersamaan, bagaimana bisa dirinya jatuh begitu rendah hanya dalam hitungan menit? Dirinya memang tidak pernah menginginkan barang-barang yang mahal dan mewah, namun semua ini terlalu banyak membuang asanya pergi menjauh.

Kemudian Baekhyun teringat sesuatu, hal berharga yang menjadi satu dari untaian mimpinya.

"Piano-ku! Piano-ku!"

Ia kini mulai berteriak, terlampau frustasi saat menyadari bahwa piano—barang berharganya—kini sudah terbakar habis bersama rumah dan seluruh hartanya.

"Piano-ku.."

Lirihannya akhirnya membawanya untuk jatuh tertidur di atas selimut tanpa ingat bahwa ia belum mengganti pakaiannya.

.

.

"Hey! Bangun!"

Seseorang membangunkannya bahkan menggoyang-goyangkan tubuhnya namun Baekhyun masih enggan untuk terbangun. Baekhyun merasa bahwa dirinya masih ada di dalam mimpi buruknya. Mimpi buruk yang merenggut seluruh kebahagiaan dalam hidupnya.

"Cepatlah bangun!"

Seseorang yang membangunkannya kini menampar pipinya—oke, mungkin tidak terlalu keras, namun tetap saja—

"Okay aku bangun!" Baekhyun berteriak, ia akhirnya memutuskan untuk membuka mata dan dan menangkap seseorang dengan wajah paling manis yang pernah ia lihat oleh matanya. Oh God- apakah orang ini bahkan bisa disebut laki-laki?

Baekhyun bangkit dari tidurnya, mendudukkan diri di atas ranjang dengan canggung di hadapan seorang lelaki yang menghela nafas—dengan sama canggungnya.

"Namaku Luhan. Dengarkan aku pretty boy, kau tidak bisa tidur berhari-hari disini."

Baekhyun mengerutkan dahinya, melihat lelaki yang membangunkannya dengan bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kau tertidur selama…dua hari. Semenjak kau pindah kesini."

Baekhyun mengerjapkan matanya berkali-kali hingga akhirnya tersadar. Merasa malu, pipinya merona samar. Baekhyun baru saja menyadari bahwa dirinya tertidur hampir lebih dari dua puluh empat jam dimana yang seharusnya ia mulai bekerja.

"Maafkan aku.. maaf." Membungkukkan tubuhnya penuh penyesalan di depan Luhan, membuat Luhan tersenyum mengetahui bahwa Baekhyun tidak sekasar para konglomerat lain yang turun tahta menjadi pelayan.

"Tidak apa-apa. Well, mungkin mereka telah sedikit kasar padamu. Namun mereka tidak seburuk itu, kok. Ditambah fakta bahwa kau itu manis." Luhan mencubit pipi merona samar Baekhyun dengan gemas, membuat tapak kemerahan itu menjalar sampai ke telinga.

"Seseorang pasti akan memilihmu nanti, aku yakin."

Baekhyun kembali menautkan alisnya. Ia lagi-lagi tidak begitu mengerti dengan apa yang Luhan bicarakan. Namun saat dirinya hendak bertanya, Luhan sudah mengganti topik bahasannya.

"Well, pergilah mandi, ganti pakaianmu lalu.. lakukan sesuatu. Kemudian temui aku di dapur, okay?"

Baekhyun mengangguk patuh. Memperhatikan Luhan yang mengusak rambutnya sesaat sebelum meninggalkannya sendiri.

.

.

Seharusnya tidak sulit untuk menemukan dapur di dalam istana yang besar, bukan? Baekhyun menepuk dahinya, ia lupa untuk bertanya dimana Luhan akan berada, dan kini dirinya tersesat di tempat yang—mungkin—berada jauh dari dapur.

Baekhyun mencoba untuk bertanya pada beberapa pelayan lain, namun tidak ada satupun yang menjawab.

"For God's sake."

Tidak ada pilihan lain sehingga Baekhyun memutuskan untuk berjalan dari ruangan satu ke ruangan lainnya, ke dalam ruangan yang lebih besar terang dan hangat. Baekhyun harus mengakuinya bahwa ruangan tersebut sangat indah dengan emas dan perak yang tersebar di penjuru ruangan—yang bersih, rapi dan sunyi.

"Oh.. Ya Tuhan.."

Baekhyun memekik tertahan saat perlahan memasuki ruangan tersebut. Didalamnya terlihat seperti ada sebuah bar, atau seperti ruang dansa atau apapun itu, dengan anak tangga yang besar tersusun menuju entah kemana, dan sesuatu seperti panggung di tengah ruangan.

Dan dari semua maneuver yang ditangkap matanya di seluruh penjuru ruangan, matanya menangkap sebuah benda tak asing.

Sebuah piano.

Piano yang indah, dengan tuts hitam putihnya yang diselimuti perak.

"Piano…" Baekhyun bahkan tidak bisa berpikir lagi ketika ia membawa dirinya untuk duduk di atas kursi merah di hadapan piano mewah itu. Dan perlahan membawa jemarinya ke atas tuts yang indah.

Nada yang lembut kemudian mulai dimainkan dengan gema yang terdengar memantul di sudut ruangan, meriasnya dalam kemasan yang manis. 'Baby don't cry' adalah lagu pertama yang ia susun sendiri dan membuat Baekhyun bangga akan dirinya ketika memainkannya. Meskpun lagu tersebut memiliki lirik, namun Baekhuyun memilih untuk tidak bernyanyi dan membiarkan jemarinya menari bersama melodi-melodi indah di atas tuts perak. Yang kemudian di akhirinya dengan hembusan nafas yang berat.

Baekhyun memang tidak dapat menemukan dapur, namun ia yakin bahwa kemanapun jalan menuju ruangan ini akan terus terukir dalam ingatannya.

.

.

Ternyata dapur hanya sedekat dua langkah dari kamar pelayan, sedangkan Baekhyun justru berkelana di sepanjang istana. Dilihatnya Luhan menghembuskan nafas lega ketika dirinya akhirnya memasuki dapur.

"Kemana saja kau?"

Baekhyun baru saja membuka mulut untuk menjawab, namun Luhan mengangkat bahunya tidak peduli.

"Terserahlah. Well, dengar, kita akan pergi ke berlajan-jalan ke sepanjang taman kecil yang mungkin kau lihat saat pertama kali kau datang kemari."

Alis yang kembali bertaut membawa kesan kebingungan, dan Luhan kembali menghela nafasnya.

"Oh baiklah. Mungkin kau tidak melihat."

.

Dan ternyata, taman kecil yang Luhan sebut tadi adalah sebuah taman istana yang sedikitnya berukuran lima kali lipat dari rumah Baekhyun yang kini sudah terbakar. Lima kali lipat dari seluruh bagian rumahnya. Baekhyun baru saja melihat sebuah pagar dan bar dari kejauhan yangmana membuatnya menjadi sesak nafas.

"Nah, dengarkan aku, tuan muda. Sebut saja aku…pengawasmu? ah terserah. Aku sebenarnya (Tuan) Luhan, dari keluarga yang kaya raya di China. Tetapi sesuatu terjadi menimpaku dan membuatku berada disini. Kau bisa memanggilku Luhan, Luhan gege, ataupun Luhan hyung terserah kau. Kau sebenarnya tidak diperbolehkan untuk berbicara dengan orang lain selain aku, tapi.. whatever. Um.. apa lagi, ya? Ah, kau harus mematuhi apapun yang aku katakan padamu. Seperti menata piring, memotong ini, menggoreng itu. Pekerjaan yang mudah, jangan khawatir. Aku benar-benar tidak pernah sepeduli ini pada orang lain, tapi tidak perlu takut, kau akan jatuh ke tangan seseorang nantinya."

Baekhyun kini kehilangan kata-katanya mendengar kalimat panjang lebar Luhan. Ia kembali menautkan alisnya, merasa heran tak mengerti. Ia bertanya apa maksud kalimat terakhir Luhan namun Luhan justru malah tersenyum, menepuk pundak Baekhyun akrab.

"Kau tahu.. ada dua jenis pelayan; yang pertama adalah mereka yang datang dan tinggal, manusia biasa, tidak manis, tidak special, tidak tampan, nothing. Dan yang kedua adalah yang datang kemudian pergi. Well, mereka adalah yang berwajah sangat manis, cantik ataupun tampan. Mereka datang kesini, menetap dua hari kemudian seseorang dari kerajaan atau dari para konglomerat lain datang, membawa mereka ke kamarnya, dan setelah itu mereka biasanya segera pergi dari sini. Kecuali jika kau seperti ku. Kau tahu, Pangeran Sehun?"

Melihat Baekhyun yang mendengarkan kalimat-kalimat panjangnya dengan seksama dan dahi berkerut, Luhan menggoyang-goyangkan alisnya, membuat wajahnya terlihat mengerikan.

"Adik sang Raja?"

"Yeap."

"Ada apa dengannya?"

"Aku kekasihnya."

Baekhyun sontak terkejut mendengar pengakuan itu di tengah kebingungannya, namun dengan cepat segera memasang wajah biasa kembali untuk menutupi keterkejutannya.

"Atau kau harus kehilangan harga diri untuk bertemu Raja kita. Oh, malang sekali kau."

Ia merenggut, mencerna kalimat Luhan dalam kepalanya.

"Kakakku juga memberitahuku untuk menghindarinya. Ada apa sebenarnya, hyung?"

Kini giliran Luhan yang menaikkan alisnya, memasang wajah bingung. Ia bertanya siapa kakak yang Baekhyun maksud dan Baekhyun menjawab orangnya adalah Kris, membuat Luhan mengangkat kepala hanya untuk menyapu rambutnya sendiri.

"Kris…Lord Kris?" Baekhyun mengangguk mengiyakan. Sedikit bingung mengapa kakaknya dipanggil Lord, namun ia yakin tak ada yang bernama Kris selain kakaknya.

"Ah, dia mengenal Raja dengan baik semenjak ia menjadi salah satu pengawal terbaik disini. Kau tahu, Raja kita yang sangat aneh."

Luhan menutup mulut dengan tangannya kemudian berbisik di telinga Baekhyun, "Dia berjalan, melihat seseorang, mengatakan mereka terlihat sangat indah, membawa mereka ke kamarnya, tidak melakukan apapun selain menghina dan melecehkan mereka, dan kemudian melempar mereka untuk bekerja paksa di kandang kuda."

Baekhyun lagi-lagi harus terkejut. Namun kali ini keterkejutannya tak menutup kesempatan mulutnya untuk berseru "Apa?!" secara spontan. Yang mana membuat Luhan tertawa pada nada tinggi yang Baekhyun lontarkan.

"Maka tetaplah menjauh darinya. Oke, kau tahu penampilan Raja, 'kan?"

Ia menggelengkan kepalanya, pertama kali bertemu dengan Raja Chanyeol adalah ketika hari pertama ia dan kakaknya datang kemari, itupun Kris merundukkan kepalanya sehingga ia tak bisa melihat bagaimana rupa sang Raja tersebut. Luhan menghela nafasnya tak percaya, "Aku sudah memberitahumu segalanya, Oh Tuhan."

Mereka melanjutkan untuk berjalan-jalan di sepanjang taman sementara Luhan menjelaskan lebih banyak hal lagi pada Baekhyun yang tidak tahu apa-apa. Meskipun begitu, taman—yang katanya kecil—ini begitu indah. Pohon-pohon yang berdiri menjulang berjajar dengan jarak sepuluh meter dari setiap pohon, dikelilingi pagar kecil, juga rumput dan bunga tersebar di seluruh taman. Kupu-kupu dan beberapa serangga yang lain menari indah beterbangan di atas kepala mereka, dan burung-burung menyanyi dalam bahasa yang berbeda dari setiap pohon.

"Dan ketika kau melihat bola, kita harus—eh, apa yang kau—" Luhan menggantungkan kalimatnya saat melihat Baekhyun merasakan ada sesuatu yang menarik-narik celananya. ia mengikuti arah pandang Baekhyun, membawa matanya kebawah hanya untuk bertemu dengan sepasang bola mata kecil berwarna cokelat.

"Oh hyung, puppy!" Baekhyun menggendong anak anjing yang menggerling lucu padanya. Tersenyum sendiri merasa gemas.

"Itu adalah anjing Raja. Dia menyayangi anjingnya lebih dari—tunggu, jika anjingnya disini maka kemungkinan beliau tak jauh pula dari sini."

Dan dugaan Luhan memang salah. Karena ketika mereka berdua membalikkan tubuh, mereka mendapati sang Raja dan Kris berjalan menghampiri mereka.

"Turunkan anjingnya, minggir, dan tundukkan kepalamu."

"Apa?"

"Turunkan anjingnya, mundur, dan tundukkan kepalamu." Luhan mengulanginya. Membawa langkahnya ke sisi, memberi jalan pada Raja dan menundukkan kepalanya hormat. Diikkuti oleh Baekhyun yang kini membiarkan anak anjing tersebut berlari menghampiri tuannya.

"Yang Mulia, Lord Kris." Luhan memungkuk, dan Kris melakukan hal yang sama.

"Lord Xi." Suara Raja mereka terdengar, masih sama beratnya saat pertama kali Baekhyun mendengar. Keringat tanpa disadari turun menuruni dari Baekhyun dan Kris, membuat keduanya sedikit panik, padahal sang Raja bahkan tak memperhatikan mereka.

"Luhan, adikku mencarimu." Luhan, Kris dan Baekhyun menghembuskan nafas lega setelah Raja berkata dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa berkata lebih.

"Hampir saja.." Baekhyun menerima bisikkan dari Luhan setelah Raja Chanyeol pergi. Namun hal tersebut masih saja membuat Baekhyun penasaran.

"Tapi hyung, apa kau pikir dia benar-benar akan melihatku? Maksudku, Paduka Raja akan melihatku?" Luhan sontak tertawa, kemudian mengusak rambutnya lagi.

"Dia menginginkanku juga, Baekhyun, dan aku hampir saja dilempar ke kandang kuda. Namun Sehunnie—maksudku Pangeran Sehun menyelamatkanku. Im his Xiao Lu, katanya."

Luhan terkekeh pelan dengan samar tercetak raut bangga dalam wajahnya, yang mana harus Baekhyun akui bahwa Luhan terlihat lucu.

Mungkin ia menginginkan adanya seseorang yang mencintainya seperti itu juga. Namun Baekhyun tak memiliki waktu untuk itu.

.

.

.

Menjalankan hidupnya di istana kerajaan tak sesulit yang Baekhyun bayangkan. Tidak lagi. Ia membuntuti kemanapun Luhan pergi. Meskipun tak jarang Luhan menghilang bersama Pangeran Sehun berbagai ruangan, namun sebisa mungkin Baekhyun selalu menuruti apapun yang Luhan perintahkan.

Hidupnya sungguh sederhana. Terkadang Baekhyun masih sangat merindukan kedua orangtuanya, namun setidaknya ia masih memiliki Kris—kakaknya. Baginya, Kris adalah sosok kakak terbaik yang pernah dimilikinya; bahkan mungkin untuk semua orang. Setiap malam, mereka akan bergantian menyelinap ke kamar masing-masing. Jika pelayan yang lain melihatnya dan akan mengatakan sesuatu, label nama Lord Kris sudah cukup untuk membuat mereka tutup mulut.

Mereka akan tertawa bersama, menggoda satu sama lain dan bahkan menangis bersama.

Baekhyun juga selalu menyelinap ke dalam ruangan besar tempat dimana ia menemukan piano berlapis perak. Ia ingin bertanya pada Luhan untuk apa ruangan tersebut, namun kemudian urung ditanyakan. Baekhyun selalu pergi kesana di pagi hari, dan terkadang jika ia tak bisa melakukannya di pagi hari, Baekhyun akan menyelinap di malam hari. Dirinya bersyukur tidak mendapati para pengawal di ruangan tersebut, jadi dirinya dapat memainkan piano dan bernyanyi dengan tenang setiap harinya.

Di suatu hari, ketika Baekhyun lelah selesai bekerja, ia memutuskan untuk pergi ke ruangan bertabur perak dan emas itu sebelum tidur.

Lagu yang terdengar sangat familiar mengalun lembut dari nada-nada yang Baekhyun mainkan. Bibirnya mengalunkan nyanyian lembut dari lirik yang indah sedangkan jarinya menari di atas tuts.

Terlalu tenggelam dalam lagu yang dimainkannya, Baekhyun tidak dapat mendengar suara pintu yang terbuka maupun suara berat yang memanggilnya. Dan ketika lelaki itu menepuk bahunya, Baekhyun barulah tersadar dari dunianya dan menyadari kehadiran nyata seseorang yang lain di ruangan itu.

"Yang Mulia!"

Baekhyun berseru terkejut, menatap lurus pada mata lelaki yang lebih tinggi. Park Chanyeol- Raja Chanyeol.

.

.

To Be Continued

.

.

AKU NGERASA ANEH BANGET! panggilan 'Raja Chanyeol' jadi berasa ambigu. King Chanyeol lebih enak dibaca sih ya. Oh iya, para pelayan di kerajaan yang terpercaya dipanggil Lord sama mereka buat menunjukkan kebanggaan gitu lah.

AKU BUTUH KRITIK DAN SARAN!

.

Serius. butuh.

Mungkin review juga, hehe.