xxXxx

Sapphire Blue

Series 3

[Last Series]

Cast :: Super Junior Member.

Rate :: T.

Warning :: Genderswitch, OOC, AU, and Typos.

Disclaimer :: This story is mine. Casts in here were their own. And casts in here I'm just borrow their name. So you easily imagine the story. Don't bash the casts. Last, Kim Jongwoon aka Yesung is MINE.

xxXxx

Chapter 1

Sibum's Jealousy

xxXxx

Choi Siwon

"Saranghae, Jiyoon-ah."

Kudekatkan wajahku kewajah Yuri dan kutempelkan bibirku dibibirnya. Beda, rasanya beda dengan bibir Kibum. Aku lebih suka bibir Kibum yang penuh namun kenyal. Tidak seperti Yuri yang hanya menggoda ketika dilihat. Tapi ketika dirasakan toh tidak terlalu menyenangkan seperti bermain dengan bibir Kibum.

Bibir Kibum juga lebih manis.

"Cut!"

Langsung kujauhkan wajahku dari wajah Yuri yang sudah merona. Semua kru bilang kalau memang Yuri senang sekali setelah mengetahui kalau lawan mainnya didrama ini adalah aku. Tapi aku biasa saja kok. Kulirik sutradara yang sudah tersenyum senang kearah televisi kecil yang berada dihadapannya.

"Bagus! Ayo langsung kita ambil gambar untuk scene setelah kalian berdua ciuman."

Yuri membuat gesture berhenti dengan kedua tangannya. "Bisakah kita istirahat sebentar? Aku haus."

Sutradara mengangguk mengerti. "Keuraeseo, istirahat lima menit!"

Yuri berlari kecil mendekati managernya yang sudah menyodorkan minuman padanya. Sedangkan aku menghampiri manager hyung yang sudah menyediakan segelas latte yang masih hangat. Semenjak Leeteuk noona resign, agensi memberi pengganti manager untukku. Lumayan sih, tapi memang tidak senyaman aku dengan Leeteuk noona.

Ah, asal kalian tahu. Aku sudah wajib militer loh! Baru enam bulan yang lalu aku kembali dari wajib militer yang menghabiskan waktu selama dua tahun lamanya. Kibum juga setia menungguku kembali. Bagaimana aku tidak senang mendapatkan yeojya cantik dan setia seperti Kibum.

"Bagaimana rasa bibir Yuri?"

Kulirik managerku yang sudah tersenyum mesum. Kelebihan mempunyai manager yang sama-sama namja itu memang cukup banyak. Aku lebih mudah membicarakan hal-hal tabu untuk dibicarakan dengan yeojya. Contoh membicarakan hal-hal mesum, haha.

"Biasa saja," Bisikku pelan. "Mungkin aku bilang biasa saja karena aku tidak memiliki perasaan apapun padanya."

Managerku mengangguk-angguk. "Kuyakin kau akan bilang kalau bibir Kibum adalah bibir yang paling lezat."

"Ya! Dasar yadong!" Aku melempar botol cola yang sudah kosong padanya. Kurasakan wajahku memanas karena malu, kenapa dia bisa tahu apa yang kupikirkan. "Semoga Tuhan mengampunimu, hyung."

"Ya, Choi Siwon. Aku ini tahu apa yang ada diotakmu itu. Walaupun aku tahu kau alim, tapi tetap saja kau namja."

Aku mencibir dan langsung berdiri lagi untuk mengambil gambar scene selanjutnya. Tapi sebelum itu aku mengirim pesan singkat pada Kibum yang sedang mengajar saat ini. Yah… setelah berhenti jadi pelayan di café Sapphire Blue itu, Kibum bekerja menjadi seonsaengnim di sebuah TK. Lagipula dia menyukai anak kecil.

'Aku dapat kissing scene lagi. Jangan cemburu yaaa ^^v'

xxXxx

"Besok penayangan pertama drama kita ya?"

Aku menoleh pada Yuri yang berjalan dibelakangku. Aku mengangguk kecil guna menanggapi pertanyaannya. Sudah hampir jam dua siang di Musim Dingin. Kebetulan drama kami memang mengambil tema Musim Dingin yang bersalju.

"Ah, Siwon oppa sudah punya yeojyachingu ya?" Tanya Yuri lagi.

Dan lagi-lagi aku mengangguk. "Ne, kau sendiri?"

Yeojya cantik itu menggeleng dengan wajah imut. "Eobseoyo. Tapi aku juga sedang suka dengan namja yang satu agensi dengan kita."

"Oh, keurae? Nugunde?"

"Rahasia! Nanti oppa bilang-bilang sama namja itu lagi kalau aku suka padanya."

Aku terkekeh. "Aniya, aku tidak akan bilang pada namja itu kalau kau suka padanya. Yaksokhaejyo."

Yuri tersenyum dan menyuruhku untuk merunduk. Aku menurut dan membiarkan yeojya itu membisikku sesuatu. Tapi dia malah tertawa. "Ah mian-mian, aku malu."

"Palli marhaebwa," Suruhku. "Oppa janji tidak akan tertawa."

"Keurae…"

Yuri kembali mendekatkan wajahnya ketelingaku. Bisa kubayangkan dia sedang tersenyum malu saat ini. dia membuka kedua tangannya dan seolah-olah menutupi telingaku. "Nan johaehaeyo, Siwon oppa. Putuskan yeojyachingumu dan pacaran denganku."

Setelah kudengar kalimat dari Yuri, yeojya itu langsung berlari mendahuluiku. Kutatapi punggung yeojya itu sampai akhirnya dia tak terlihat lagi dimataku. Aku hanya bisa terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalaku heran. Masih ada saja yeojya sinting yang menyuruhku putus dengan Kibum.

Lagipula itu tidak akan terjadi.

xxXxx

Kim Kibum

"Senang sekali kelihatannya."

Sontak aku menoleh dan mendapati Heechul eonnie yang sedang menggendong Kris. Kucubit pelan pipi tembam Kris. "Mereka menggemaskan, aku jadi senang sendiri menatapi mereka."

Heechul eonnie tertawa. Yeojya cantik itu tidak berubah walaupun umurnya sudah tak muda lagi. Masih segar dan terlihat tambah modis sekarang. "Kalau begitu cepat-cepat menikah dan memiliki anak sendiri."

"Ya! Eonnie ini masih saja mengejekku."

Heechul eonnie makin larut dengan tawanya. Sedangkan Kris yang tak mengerti kini meronta minta turun. Setelah turun dan dari gendongan Heechul, Kris langsung berlari ke taman yang sudah dilapisi salju tipis. Namja kecil itu tampak senang sambil bermain salju.

"Loh? Memang eonnie salah? Kalau kau gemas dengan anak orang lain, lebih baik buat saja sendiri. Lagipula anakmu pasti akan mengagumkan kalau kau sungguh menikah dengan Siwon."

Kurasakan wajahku memanas. "Eonnie, sudahlah. Ini kan sudah menjadi resiko kalau memacari artis. Mereka tidak akan cepat-cepat menikah."

"Oh aku mengerti. Kau sebenarnya memang ingin buru-buru menikah ya?" Goda Heechul eonnie lagi.

"Uhh, aku lelah berdebat dengan eonnie. Tidak akan ada habisnya sebelum aku menjawab semua pertanyaan eonnie, kan? Lebih baik eonnie menjaga Kris yang sudah mulai aktif."

Heechul eonnie mengalihkan pandangannya pada Kris yang sudah tertawa riang bersama beberapa teman-temannya. Begitu pula aku, mereka menggemaskan. Bagaimana bisa aku tidak memandangi mereka semua tanpa senyuman yang terus kukembangkan diwajahku.

"Kapan kau akan mengunjungi café? Aku baru tahu Siwon sering ke café hanya karena mencarimu. Dasar namja itu."

Aku terkekeh. "Yah… aku sudah tahu sih, berhubung aku orang yang peka. Sebenarnya aku ingat kalau dia satu sekolah denganku. Tapi aku hanya ingin dia berusaha lebih giat untuk mendekatiku."

Heechul eonnie menjitak kepalaku. "Dasar licik! Kau belajar dari siapa, eh?"

"Dari kakak sepupuku yang tinggal di Eropa sana semenjak aku SMA."

"Eh? Ada juga kakak sepupumu yang tinggal disana?" Tanya Heechul eonnie penasaran.

Aku mengangguk kecil sambil mengusap-usap kedua tanganku yang mulai kedinginan. "Ada, tapi dia juga sebatang kara disana. Homestay, tapi keluarga asing itu sudah menganggap kakak sepupuku itu anggota keluarga mereka sendiri."

Heechul eonnie mengangguk mengerti. "Kau tidak pernah cerita, Kibum-ah. Namja?"

"Eung, dia dekat sekali denganku. Masih sering bertukar pesan kok."

"Kalau begitu kenalkan eonnie ketika dia pulang nanti," Yeojya itu terkekeh. "Aku ingin belajar bahasa asing lagi. Tampan tidak?"

Aku mengangguk cepat. "Tampan! Arraseo."

xxXxx

Aku menyenderkan punggungku ke dada bidang milik Siwon. Namja itu mengunjungiku dirumah, sedangkan kedua orangtuaku sedang berlibur. Orangtua Siwon memberikan orangtuaku tiket perjalanan ke Jepang selama tiga hari. Sekarang hari kedua mereka di Jepang sana.

Kedua orangtua Siwon terlalu banyak memberikan orangtuaku hadiah. Sedangkan aku tidak bisa memberi apa-apa untuk orangtua Siwon. Keluargaku bukan hartawan seperti keluarga Siwon. Kami hanya keluarga sederhana, berkecukupan. Tapi aku berusaha untuk membalas segala kebaikan Siwon dengan sikap yang sebaik mungkin. Sehingga tidak memperburuk keluargaku dimata mereka.

"Lihat, iklanku lagi!"

Dengan bosan aku memandang Siwon yang bergaya ditv dengan sebuah ponsel canggih. Namja ini memang memiliki segudang iklan dan segudang drama. Tak heran kenapa dia bisa romantis, dia mencontek dari drama yang dibintanginya.

"Tampan kan?" Tanyanya dengan penuh rasa bangga.

"Eung, tampan."

Siwon memelukku dari belakang dan mengecup leherku sekilas. "Sepertinya tidak benar-benar dari dalam hati ya? Masih meragukan ketampananku lagi?"

Aku terkekeh. "Aniya, Siwon-ah. Kau tampan kok."

"Keurae, itu jawaban yang kumau," Siwon kembali mengecup leherku lagi, tapi kali ini dia mencoba membuat tanda kemerahan disana. Kutarik tubuhku sehingga mau tak mau dia melepas kecupannya. "Kenapa dijauhkan?"

"Nanti murid-muridku bertanya tanda apa dileherku. Lalu aku harus menjawab apa? Tidak mungkin kan aku bilang dicium aktor bernama Choi Siwon? Nanti mereka bertanya kenapa bisa sampai bertanda? Tidak mungkin juga aku harus bilang kalau Choi Siwon menghisapnya, kan?"

Siwon tertawa geli. "Babo, kenapa tidak berbohong saja? Bilang saja karena digaruk."

"Aku tidak mau berbohong pada mereka. Tidak tega rasanya," Kusentil kening Siwon yang tak tertutup poni. "Bagaimana rasa bibir Yuri?"

"Biasa saja, tidak semanis bibirmu." Jawabnya santai.

"Jeongmal?"

Siwon mengangguk. "Jinjja. Tapi sepertinya masih harus kubuktikan."

Namja tampan itu mengerling nakal padaku lalu mencium bibirku lembut. Karena sudah terbiasa, aku juga membalasnya. Lidah panjangnya masuk dan bermain dirongga mulutku. Sedangkan lidahku bertarung untuk masuk kerongga mulutnya juga.

Tipikal Siwon bukan namja yang langsung menyerah dan senang didominasi oleh orang lain, dia malah bermain dengan lidahku. Membuat suara khas yang biasa terdengar ketika sedang berbagi saliva. Aku tidak peduli kalau sekarang bukan kami yang menonton tv, melainkan tv yang menonton kami. Tak lama Siwon melepas pagutan kami.

Satu lagi, setiap kami berciuman. Yang selalu menjauhkan dirinya lebih dulu itu Siwon, pasti Siwon. Meskipun dia yang pertama menciumku, pasti akhirnya dia yang melepaskan ciumannya dariku. Aku juga tidak mengerti dan tidak pernah bertanya kenapa.

Siwon menatapku dalam. "Saranghae."

"Nado saranghae Siwonnie."

xxXxx

Choi Siwon

"Cha! Cut!"

Aku langsung berdiri dan membungkuk hormat pada sutradara dan kru yang sudah bekerja sama denganku didrama yang menghabiskan waktu lima bulan ini. Akhirnya scene terakhir selesai juga. Setelah ini aku akan bekerja lebih keras dari ini untuk mempromosikannya.

Aku menghampiri managerku yang menyodorkan sebuah mantel cokelat yang cukup tebal. Setelah namja itu mendikte kerjaanku setelah ini, dia langsung berjalan mendahuluiku ke van. Baru saja aku ingin mengikutinya, suara panggilan dari sutradara menghentikan langkahku.

"Kami akan makan daging panggang dan minum malam ini, perayaan syuting yang telah selesai," Ujar sutradara setelah aku menanyakan ada apa padanya. "Kau bisa datang kan?"

Aku mengangguk. "Tentu saja, bos. Atur saja dan kirimi aku informasi lengkapnya."

Namja itu terkekeh dan menepuk bahuku satu kali sebelum ia pergi. Yuri melambaikan tangannya padaku ketika kami bertemu pandang untuk sekilas, menyuruhku untuk menghampirinya. Dengan senyuman aku mendekati yeojya itu.

"Waeyo?"

Yuri tersenyum malu-malu. "Lalu bagaimana dengan yang waktu itu? Oppa mau tidak berpacaran denganku?"

Aku menaikan sebelah alisku. "Yuri-ah, oppa sudah punya yeojyachingu. Lagipula kau kan cantik, baik, dan menggemaskan. Pasti banyak namja yang mengantri diluar sana."

Yuri menggembungkan pipinya. "Huh, oppa sepertinya benar-benar tidak ingin melepas yeojyachingu oppa ya? Memangnya aku kurang apa, oppa?"

"Kau tidak kurang apapun, Yuri-ah. Hanya saja oppa memang lebih memilih yeojyachingu oppa. Buka matamu dan lihat masih banyak namja yang lebih baik dari oppa menunggumu. Eung?"

Dengan lama dia mengembungkan pipinya dan mengerucutkan bibirnya. Tapi akhirnya dia mengangguk dengan tidak rela. "Arraseo, aku kalah. Tapi oppa sungguh datang kan malam ini?"

"Ne, kau juga kan?"

"Eung! Kalau begitu sampai bertemu nanti malam."

xxXxx

Aku mengambil kemeja biru dan memakaikannya. Setelah memakai kemeja, kupakai juga sweater berwarna hitam diluar kemeja itu. Kupandangi cermin yang menampilkan bayangan diriku yang sudah rapi dan cukup tampan. Haha… narsis juga.

Kusambar ponselku yang berada diatas meja kecil yang berada disamping tempat tidurku. Kubuka dial-app dan kupencet lama layar ponselku dikotak bernomor satu. Tak lama tersambung sebuah speed dial bernama Kibummie. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya yeojyaku mengangkat telefonku.

"Ne, Wonnie?"

Kudengar suara keramaian disana. Bisa kusimpulkan kalau dia sedang tidak dirumah mengingat betapa banyaknya suara yang berbicara ditelefon. "Eodiseoyo?"

"Aku sedang makan diluar, Wonnie. Waeyo? Kau jadi datang ke acaramu, kan?"

Aku mengangguk, walau Kibum tak akan melihatnya. "Ne, aku sedang bersiap-siap. Tapi kau sudah makan ya? Tadinya aku mau mengajakmu juga."

Kali ini desahan menyesal Kibum kudengar jelas. "Mianhaeyo Wonnie, maldo andwaeyo. Aku sudah kenyang sekali."

"Arraseo, kau bersama siapa? Kau mau kujemput?"

"Aniya, aku bisa pulang sendiri kok. Ah Siwonnie, kututup ya. Annyeong!"

Dan begitulah akhir dari perbincangan kami ditelefon. Sepertinya yeojya itu sedang terburu-buru, entahlah. Dia tidak cerita kalau mau makan diluar. Ah… kalau begitu tadi aku memberitahunya lebih awal. Menyebalkan.

xxXxx

"Bersulang!"

Kami semua mengetukan semua minuman kami dengan bersamaan, sehingga membuat suara yang khas. Kuminum bir dingin yang tadi kupesan untuk menyandingi daging panggang yang masih dimasak. Yeojya-yeojyanya sibuk memotongi daging dengan gunting.

Sekarang salju sedang turun dan membuat suasana makin menyenangkan. Padahal aku baru saja datang, tapi aku merasa sudah cukup senang berada disini. Beberapa yang datang sudah mulai berbicara tak jelas, mabuk.

"Yuri-ah! Kau benar-benar menyukai Siwon, kan? Kalau begitu katakan langsung padanya!" Perintah salah satu pemeran didrama itu pada Yuri yang juga sudah agak mabuk.

Yuri tersenyum sambil mengerjap-kerjapkan matanya yang sayu, dia menatapku. "Siwon oppa! Saranghae!"

Semua orang bertepuk tangan ketika mendengar ucapan jujur dari Yuri. Aku hanya bisa tertawa dan meminum kembali birku. Kerongkonganku menghangat karena meminum alkohol ini. Kulirik keluar jendela kaca yang dengan jelas mengekspos jalanan luar yang sepi.

Mataku melebar ketika kulihat Kibum sedang berjalan dengan seorang namja tinggi yang tak kukenal. Kibum mengamit lengan namja itu dan tertawa bersama namja itu. Dengan cepat aku berdiri dan berlari keluar restaurant itu.

"Ya! Choi Siwon! Mau kemana kau?"

Aku tidak mempedulikan panggilan dari dalam dan langsung berlari keluar. Pandanganku masih jelas dan langkahku masih benar, tanda aku belum terpengaruh alkohol. Kibum masih berjalan sambil sesekali tertawa dengan namja yang ia gandeng.

"Kibummie!"

Kibum menoleh padaku dan terlihat kaget, begitu pula dengan namja yang bersamanya. Kuhampiri Kibum dan kutarik cepat tangannya dari tangan namja itu. Kutatap Kibum tajam. "Kau bermain dibelakangku, hah?!"

Kibum langsung menyentakkan tangannya. "Sakit, Siwonnie. Aku tidak bermain dibelakangmu kok. Dia itu "

"Siapa? Aku tidak perlu mendengar alasanmu lagi. Dan kau," Kutatap namja yang tingginya tak jauh dariku itu. "Jauhi yeojyachinguku."

"Kibummie, jadi ini namjachingumu? Uhh… aku mengerti kenapa dia begini. Cium saja, dia terpengaruh alkohol." Ujar namja itu pada Kibum.

"Siwonnie, dia bukan siapa-siapaku. Ini Seunghyun oppa "

Aku mencengkram tangannya. "Tidak usah dijelaskan, kau bermain dibelakangku kan? Dasar yeojya murahan!"

Kalimat kasar itu keluar dari mulutku tanpa aku mau. Semua keluar dengan tanpa kuinginkan. Kibum menatapku tak percaya dengan matanya yang membulat sempurna. Tak lama air mata keluar dari mata indahnya dan Kibum langsung menunduk. Namja yang tadinya diam itu langsung mendorongku jatuh ke tanah dan meninju wajahku keras. Kibum berteriak dan mencoba menjauhkan namja itu dariku.

"Geumanhae!" Teriak Kibum sambil menatap namja yang bernama Seunghyun, lalu matanya yang berair itu beralih lagi padaku yang mencoba berdiri.

"Kalau sekali lagi kudengar kau menghina Kibum, kau mati."

"Geuman! Geumanhae," Ujar Kibum dengan nada rendah menyedihkan. "Seunghyun oppa, lebih baik oppa lebih dulu pulang."

Segera Seunghyun melotot dan menggeleng cepat. "Andwae, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri bersama namja kurang ajar ini."

"Jebal, oppa. Pulanglah lebih dulu, aku tidak akan kenapa-kenapa."

Kibum mendorong punggung namja itu, memaksanya untuk pulang lebih dulu. Dengan berat hati akhirnya namja itu berjalan pergi meninggalkan kami. Dia melirikku tajam ketika berbelok. Persetan dengannya. Kibum kembali menatapku.

"Lalu, kau membawa namja itu kerumahmu? Disaat tak ada appa dan ummamu? Oh, kau benar-benar yeojya murahan, Kim Kibum."

Plak.

Pipi kananku berdenyut dan memanas karena tamparan Kibum yang sebenarnya tak menyakitkan. Tapi hatiku yang tak terkena tamparan bahkan lebih perih rasanya. Air matanya kembali berjatuhan dari tempat asalnya. Wajahnya memerah, yang jelas bukan karena merona.

"Kita putus, Wonnie," Ujarnya dengan isakan cukup kencang, seolah ia tak ingin mengatakan berpisah denganku. "Kau tak butuh penjelasan dariku, kan? Kau bahkan tak mau mendengarkanku. Lebih baik kita putus saja."

Aku menunduk dan merasakan wajahku malah memanas, terlebih mataku. Kuusap mataku yang menjatuhkan beberapa butir air dari sana. Aku mendongak dan menatap Kibum yang juga mengusap air matanya. Padahal dia yang selingkuh, kenapa jadi dia yang menangis ketika memutuskanku?

"Gomawo. Saranghae, Siwonnie."

Yeojya itu memutar tubuhnya yang bergetar karena menangis. Dengan langkah kecil-kecil yeojya itu berjalan meninggalkanku. Dari belakang aku bisa melihat betapa sibuknya ia mengusap air matanya. Hatiku berdenyut sakit, sakit sekali. Aku belum membalas ucapannya.

"Nado saranghae, Kibummie."

xxXxx

Kim Kibum

"Sekarang dia bilang kau yang selingkuh? Padahal dia sendiri dekat-dekat dengan yeojya itu!"

Aku mencoba tidak mendengar celotehan kesal dari Seunghyun oppa yang melihat kedekatan antara Siwon dan Yuri ditelevisi. Dia yang memegang remote, jadi aku tidak bisa mengganti salurannya. Aku muak melihat wajah Siwon.

Seunghyun oppa mengusap air mataku dan mengecup puncak kepalaku. "Jangan menangisinya lagi, sangat rugi bila kau menghabiskan air matamu untuk namja yang tak baik itu."

Aku mengangguk dan terus menangis. Aku tidak bisa menghentikan tangisku sedari sampai dirumah. Bahkan sekarang jam satu dini haripun aku masih menangis. Namja itu menarikku kekamar dan menyuruhku untuk tidur. Dengan menurut aku menarik selimut dan menutup mataku. Namja itu duduk dilantai dan menopang kepalanya diranjangku.

"Oppa naik saja dan tidur bersamaku."

"Hah?! Err… meskipun aku sepupumu tapi aku tetap namja biasa, Kibummie." Tolaknya.

Aku kembali terisak. "Jadi oppa tidak mau?"

Buru-buru Seunghyun oppa beringsut naik keranjangku dan merebahkan dirinya disampingku. "Begini kan? Sudah lebih baik kau tidur."

Aku mengangguk dan menutup mataku. Setelah cukup lama, aku tidak bisa tidur. Kulirik Seunghyun oppa yang sudah lebih dulu tidur. Aku menatap ponselku yang bergetar hebat dimeja kecil yang berada disamping tempat tidurku. Kutatap ponsel itu malas, Siwon menelefonku.

"Jaljayo, Siwonnie."

xxXxx

"Kibummie! Ya! Irreona!"

Aku membuka mataku perlahan dan melihat Seunghyun oppa sudah tak sabar, dia berlari keluar. Aku meregangkan tubuhku dan berjalan sempoyongan keluar kamar. Seunghyun oppa menarikku kedepan tv dan menyuruhku menonton acara informasi seputar selebriti itu.

"Yuri dan Siwon terlihat masuk bersama ke sebuah hotel dini hari tadi. Dikonfirmasikan kalau Siwon hanya mengantar Yuri karena yeojya cantik itu mabuk. Diperkirakan Yuri dan Siwon terlibat cinta lokasi dan menghabiskan malam bersama dihotel malam tadi. Lalu, bagaimana dengan yeojyachingu dari Siwon sendiri?"

Aku menghela nafasku dan menahan air mata yang mau keluar lagi dari mataku. Aku mengintip keluar jendela dan melihat keluar rumah, ramai. Ramai oleh media yang menungguku untuk mengatakan sesuatu tentang hal ini.

"Neo… gwaenchana?"

Aku menoleh dan menatap Seunghyun oppa yang masih berdiri. "Nan gwaenchana. A-aku mau mandi dulu. Dan lebih baik Seunghyun oppa dirumah saja, jangan keluar."

Namja itu mengangguk mengerti. Aku langsung masuk kedalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Aku menduduki toilet dan menutup kedua wajahku dengan kedua tanganku. Mencoba mengeluarkan semua emosi lewat menangis. Setidaknya sedikit lebih sedikit rasa sakitnya hilang.

xxXxx

Choi Siwon

"Tolol! Sudah dua kali kau melakukan kesalahan, Choi Siwon!"

Aku menunduk dan membiarkan Kim sajangnim menoyor kepalaku kencang. Managerku tidak bisa banyak berbuat lebih untukku, dia saja tidak ada saat acara kemarin. Ini juga bukan salahnya. Salahku sepenuhnya.

"Jwisunghamnida, Kim sajangnim." Ujarku menyesal.

"Ya ya, terus saja. Aku sudah percaya padamu, Siwon. Kau membuat kekacauan lagi sekarang. Sebenarnya apa yang kau lakukan kemarin?"

"Aku hanya mengantarnya ke hotel karena aku tidak tahu dimana apartemen Yuri. Setelah itu aku langsung keluar lagi dan pulang. Aku tidak melakukan apa-apa padanya." Jawabku cepat.

Kim sajangnim mendecak kesal. "Idiot, kau hanya mengundang media masuk kembali ke kehidupan pribadimu jika begitu caranya."

Aku kembali menunduk dan menatapi ujung sepatuku yang terlihat olehku. Kudengar suara pintu diketuk pelan dan Yuri masuk kedalam. Kami baru saja mengkonfirmasi kalau berita itu bohong adanya, bahkan Lee Sooman sajangnim sampai turun tangan.

"Apa aku sudah boleh pulang? Aku lelah." Ujar yeojya itu lemah sambil duduk senyaman mungkin disofa.

Kim sajangnim mengangguk dan membuat gesture mengusir. "Keurae, pulanglah. Semua ini kan kau berdua yang salah, kenapa jadi Siwon semua yang menerima tuduhannya?"

Yuri menghela nafasnya. "Jwisunghamnida, Kim sajangnim."

Kim sajangnim mendecak lagi dan menatapku. "Lebih baik kau hampiri yeojyachingumu itu dan minta maaf padanya. Bisa-bisa dia marah besar kalau kau dia mendengar hal ini."

"Kami sudah berpisah."

"EH?!"

Kudengar suara Yuri, Kim sajangnim, dan managerku bersamaan. Hubungan yang sudah lebih dari tiga tahun ini kandas, yah… mau bagaimana lagi. Aku terlalu cemburu. Kibum juga sudah mempunyai namja lain yang kurasa memang lebih baik dariku. Appa dan umma saja sampai memarahiku habis-habisan semalam. Yang pacaran siapa, malah mereka yang memarahiku.

"Ah, memang hanya cinta sesaat. Dasar anak muda jaman sekarang."

"Boleh aku tahu kenapa oppa berpisah?" Tanya Yuri takut-takut.

Aku tersenyum samar. "Kemarin ketika acara berlangsung, tidak sengaja aku melihat Kibum bersama seorang namja. Aku cemburu dan tidak mendengar penjelasannya. Aku memarahinya dan mengumpat padanya dengan kata-kata kasar. Dia menamparku dan memutuskanku."

"Jelas saja dia memutuskanmu. Kau saja tak tahu siapa namja itu, kan?"

Aku mengangguk kali ini. Yuri mendekatiku dan menepuk bahuku pelan. "Lebih baik oppa bicara dengan teman terdekat oppa tentang hal ini. Daripada oppa buta arah sekarang. Aku yakin oppa sangat menyayangi yeojya itu, kan? Oppa pasti menyesal berpisah dengannya."

"Ne, arraseo Yuri-ah."

xxXxx

"Babo!"

Umpatan yang keseratus kali yang dikatakan oleh ketiga namja yang kuanggap hyung atau dongsaengku sendiri. Aku menyuruh Yesung hyung, Kangin hyung, dan Kyuhyun berkumpul diapartemen Yesung hyung. Ketiga istri –calon istri bagi Kyuhyun, juga ikutan berkumpul.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Datangi rumah Kibum dan minta penjelasan padanya. Setelah itu kau jelaskan tentang Yuri padanya. Kenapa kau bodoh sekali sih?" Sekali lagi, umpatan dari Yesung hyung.

Aku mengerang. "Rumah Kibum dipenuhi media. Tadi aku sempat mengintip ke jalan kecil yang ada didepan rumah Kibum, tempat itu dipenuhi media."

"Telefon dia sekarang, babo."

Kyuhyun menyuap potongan buah apel yang disediakan oleh Ryeowook sembari memeluk Sungmin. Aku menghela nafasku dan mencoba menghubungi Kibum lagi. Yeojya itu tidak mengangkatnya, aku bertaruh kalau dia bahkan tidak menatap ponselnya.

Aku menjauhkan ponselku dari telingaku. "Tidak diangkat."

"Yah… kepercayaan memang tidak bisa dikembalikan, Siwon oppa. Apalagi yeojya, mereka tidak akan melupakan kesalahan seseorang yang sudah menghancurkan hatinya," Ujar Ryeowook sambil membawakan kami kimbap, yeojya hamil itu makin rajin memasak. "Oppa harus membuktikannya kalau oppa itu tidak memainkan perasaannya."

"Dengan cara apa?" Tanyaku frustasi.

Kangin hyung memeluk Leeteuk noona dari belakang sambil mengunyah kimbap, membuatku semakin iri. Namja itu menatapku dengan mata sipitnya. Alisnya naik-turun bertempo cepat ke lambat. Membuatnya terlihat lucu. Sedangkan yang lain ikutan menatapku.

"Masa kau tidak mengerti sih?" Tanya Kangin hyung masih dengan tampang mesumnya.

Ryeowook tertawa. "Siwon oppa sungguh tak mengerti!"

Aku menggaruk kepalaku frustasi ketika mereka semua menertawaiku saat ini. Aku menjadi merasa bodoh sendiri saat ini. Pikiranku sudah melayang kearah yang tidak-tidak ketika Kangin hyung tersenyum mesum. Yah… tahu sendiri lah kalau namja sudah berpikiran kotor. Leeteuk noona menyuruh mereka berhenti tertawa.

"Karena kau tidak mengerti-mengerti, aku akan memberitahumu."

xxXxx

Kim Kibum

"Lalu bagaimana sekarang?"

Aku mengangkat bahuku, walaupun Hyukie eonnie tidak akan melihatnya. "Yah… menyesal sih. Tapi aku sakit hati, eonnie. Kau mengerti kan bagaimana rasanya?"

"Eung, aku mengerti. Kalau dia meminta kembali padamu bagaimana?"

"Entahlah, mungkin aku akan–"

"Kim Kibum!"

Aku berlari keluar kamar dan kuintip kejendela yang bisa melihat siapa yang datang. Dengan kaget aku mendapati Yuri berteriak didepan gerbang rumahku, memanggil-manggil namaku dengan kencang. Media sudah pergi sejak beberapa jam yang lalu karena tidak kunjung mendapati pendapatku.

"Hyukie eonnie, aku harus pergi. Gomawo eonnie! Eonnie sangat membantuku. Annyeong!"

Aku memasukan ponselku kedalam saku celanaku dan keluar rumah. Seunghyun oppa sedang keluar rumah untuk membeli makanan. Aku tidak bersemangat untuk memasak hari ini, jadi aku menyuruhnya untuk membeli makanan.

Perlahan aku membuka gerbang rumahku dan menatap yeojya cantik yang berdiri dihadapanku. Tingginya semampai ditambah high heels elegan. Harus kuakui sekarang, yeojya itu memang cantik. Bak malaikat yang jatuh dari langit. Tapi setelah kuingat dia sudah berhubungan badan dengan Siwon oppa digosip itu, aku merubah ekspresi wajahku.

"Kim Kibum? Yeojyachingu Siwon oppa?" Tanyanya memastikan, dia juga memandangku takjub.

Aku menatapnya sinis. "Mantan yeojyachingunya, wae geurae?"

Yuri mengusap-usap matanya. "Aku tidak menyangka ada yeojya yang cantik alami sepertimu. Padahal kau tidak memakai make up, kan? Kau tidak operasi plastik, kan? Astaga betapa beruntungnya Siwon oppa. Tidak sepertiku yang, uhh–"

"Keurae, aku tahu kau memang operasi plastik. Mwohaneun geoya?" Tanyaku lagi.

"Boleh aku masuk? Dingin sekali disini."

Aku membuka gerbang rumahku semakin lebar dan membiarkan yeojya itu masuk. Sedikit berjingkat karena menghindari salju yang tak begitu tebal melapisi halaman rumahku. Didalam rumah kupasang penghangat ruangan.

"Rumahku sederhana," Ujarku ketika dia duduk dibantalan yang khusus untuk duduk lesehan. "Sekali lagi, apa yang kau lakukan disini? Dan ya, selamat karena sudah mendapatkan Siwon."

"Loh? Aniya, aku tidak mendapatkan Siwon oppa walaupun aku memang menyukainya. Aku menyuruhnya memutuskanmu dan memintanya berpacaran denganku, tapi dia menolak dan dia bilang kalau dia lebih memilihmu. Itu artinya tidak mungkin dia melakukan yang macam-macam padaku."

Aku menautkan alisku. "Lalu?"

Yuri tersenyum dan menautkan kedua tangannya, memohon. "Jangan berpisah dengan Siwon oppa. Jebaliyo, Kibum-sshi. Siwon oppa menderita sekali karena berpisah darimu. Siwon oppa juga bermasalah dengan agensi karenaku. Jadi jangan menambah beban Siwon oppa dengan membuatnya menderita seperti ini, Kibum-sshi."

"Kau tidak tahu apa-apa, Yuri-sshi. Kau tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku. Aku dipihak yang lebih menderita dari Siwonnie sekarang ini." Ujarku pelan.

"Kalau kau menderita karena berpisah, kenapa kau memutuskannya?"

Aku terdiam sesaat, ingin rasanya aku mengubur diriku sendiri karena malu. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Yuri. Sekarang ruangan semakin hangat, aku sedikit kepanasan saat ini. Canggung, kikuk, atau malu. Jadi satu.

"Kembalilah padanya."

xxXxx

Aku mondar-mandir didepan tv, membuat Seunghyun hyung yang sedang menonton terganggu olehku. Namja itu mendecak kesal dan membuatku menoleh padanya. Dia membuat gesture menyuruhku minggir. Aku menurut dan duduk disampingnya.

"Wae? Kau masih memikirkan kata-kata yeojya itu?"

Aku mengangguk dan mendesah pelan. "Aku harus bagaimana?"

Seunghyun oppa mengangkat bahunya. "Semua terserah padamu. Jika kau memang menyesal, telefon dia dan katakan yang sejujurnya. Jika kau memang tak ingin dia kembali padamu, jangan lagi pikirkan hal ini."

"Aku bingung mana yang harus kupilih, oppa!"

"Kau sudah berpacaran tiga tahun, kan? Dua tahun diantaranya bahkan kau menunggu dia wajib militer. Menurutku kau sudah cukup menunggu. Itu berarti pengorbananmu, kan? Kalau begitu telefon dia dan meminta kembali padanya."

"Masa aku yang memutuskan lalu aku yang minta kembali?" Ujarku gengsi.

"Argh! Terserah kau sajalah Kim Kibum!"

Seunghyun oppa masuk kekamar dan tidak lama keluar dengan setelan rapi. Namja itu memakai pelindung telinga dan memakai tudung mantelnya. Namja itu melangkah keluar dan memakai sepatunya.

"Mau kemana?"

"Jiyoung meminta bertemu denganku hari ini. Aku pergi dulu, ne?"

Aku mengangguk dan membiarkan namja itu menutup pintu kembali setelah dia keluar. Lusa, Seunghyun oppa akan pulang kerumah orangtuanya dan menghabiskan waktu liburannya disana. Setelah dua minggu kemudian dia akan pulang ke Eropa.

Aku akan merindukan namja itu lagi.

Kudengar suara getaran ponselku yang tergeletak disamping televisi yang masih menyala. Kulihat nama Siwon yang tertera disana. Membuatku bingung untuk menjawabnya atau tidak. Tapi dengan yakin, aku mengusap jariku kearah kanan. Menandakan aku menjawab telefon itu.

"Kibummie?"

Ah… aku merindukan suaramu, Siwonnie.

"N-ne, Siwonnie?" Ujarku ragu-ragu sekarang.

Kudengar suara desahan leganya. "Kupikir kau tidak akan mengangkatnya."

Aku berjalan menuju sofa dan tersenyum senang. "Aku akan mengangkatnya kok kali ini."

"Aku ingin bicara."

"Bicara saja, aku akan mendengarkanmu kali ini." Jawabku.

Tapi sepersekian detik kemudian, panggilan dari Siwon terputus. Namja itu menutup telefonnya tanpa bilang padaku. Tidak seperti waktu kami pacaran dulu. Dia tidak akan menutup telefonnya terlebih dahulu sebelum aku yang menutupnya.

"Kau sungguh akan mendengarkanku?"

Aku menoleh dan kudapati Siwon berdiri disana. Namja itu memakai jas non-formal berwarna abu-abu muda, dengan kaus hitam didalamnya, dan celana jeans hitam yang membuat kakinya terlihat lebih jenjang. Sekali lagi kuumumkan, dia nyaris sempurna.

Aku mengangguk kecil. "Aku akan mendengarkanmu."

Namja itu tersenyum dan berjalan mendekat. Siwon duduk dihadapanku, membuat aroma tubuhnya terhirup masuk keindera penciumanku. Tanpa menolak aku membiarkannya mencium bibirku, bermain disana setelah cukup lama tidak melakukannya. Jujur, aku merindukannya.

Biasanya, Siwon tak lama melepas pagutan kami lebih dulu. Tapi sekarang dia sepertinya tidak berniat ingin menyelesaikan ciumannya. Aku butuh oksigen, jadi aku melepaskan bibir Siwon walaupun tak ingin. Siwon tersenyum dan mengusap bibirku dengan ibu jarinya.

"Aku tidak bersama Yuri malam itu. Aku hanya mengantarnya ke hotel dan setelah itu aku pulang. Mungkin ada petugas hotel yang iseng memberitahu media. Jadilah seperti ini." Jelas Siwon tanpa kuperintahkan.

Aku mengangguk mengerti. "Tadi Yuri kesini dan memintaku untuk kembali padamu. Namja itu Seunghyun oppa. Choi Seunghyun, sepupuku yang sudah lama berada di Eropa. Mungkin aku belum pernah bercerita tentangnya. Dia bukan selingkuhanku. Bahkan dia sudah bertunangan."

Siwon tertawa geli. "Aku tidak menyangka aku bisa sebodoh ini. Mianhaeyo chagiya."

"Nado mianhaeyo, Siwonnie."

Lama kami terdiam, lalu kami tertawa canggung. Setelah kesalahpahaman yang terlalu bodoh seperti ini membuat kami yang sebenarnya pintar jadi terlihat bodoh. Siwon memainkan helaian rambutku dan berdiri, menarikku agar ikut berdiri.

"Mwoya?" Tanyaku bingung.

Namja itu berlutut dan merogoh saku jasnya. Dia mengeluarkan sebuah cincin yang tak memiliki tempat, hanya cincin. Cincin berwarna perak polos. "Apa kau bersedia menikah denganku, Kim Kibum?"

Aku tersenyum dan mengangguk. "Tentu aku bersedia, Choi Siwon."

Siwon ikutan tersenyum dan membuat dua buah lesung pipi yang begitu dalam dimasing-masing pipinya. Namja itu memakaikan cincin itu dijari manisku, dia juga memakai cincin yang sama. Cantik, walaupun polos.

"Itu bukan sepenuhnya polos, didalamnya ada tulisan." Ujarnya.

Aku membuka kembali cincin itu dan menatap kebagian dalam cincin. Sebuah tulisan tertera disana. Choi Siwon's. Dan aku berani bertaruh kalau SIwon memakai cincin yang bertuliskan Kim Kibum's.

"Cantik sekali!" Ujarku senang.

Siwon mengusap puncak kepalaku dan mengecupnya. "Cincin itu tak berarti apa-apa dibanding kau, Kibummie."

Aku mendongak dan menatapnya. "Saranghae, Siwonnie."

"Nado saranghaeyo, Kibummie."

xxXxx

Chapter 1

-End-

Hai! Author kembali dengan Sapphire Blue yang nggak abis-abis ceritanya.

Yang udah minta Sibum, ini udah dibikinin nih. Gimana ceritanya? Masalahnya aneh nggak? Yah… Cuma ini sih yang ada dipikiran author pas bikin sekuelnya Sibum. Lagian Siwon artis sih, bikin susah gimana cara ngelamarnya *loh? Ini kan ide author sendiri yg bikin Siwon jadi artis* #plakk

Sekarang author bikini tipe yang berbeda, satu chapter satu couple. Biar lebih puas yang baca. Abis setia bikin ada aja yang momentnya kurang. Sekarang masih kurang nggak? Masih kurang? Hah?! *emosi* #plakk

Udah jangan tampar author terus ah, sakit nih *elus pipi sendiri, pengennya sama Yesungie oppa* sehabis ini siapa ya? Ayodong vote siapa setelah ini. Konfliknya nanti vote juga ya. Walaupun author udah nyiapin konflik buat masing-masing couple. Tapi bisa kok di nego (?)

Untuk Ryeowook yang mimisan, itu karena dia kecapekan jadi mimisan gitu. Kan abis perjalanan jauh, jadi capek terus mimisan. Bukan termasuk dalam morning sick. Banyak yg nanya tentang ini ya. Uhh jadi salah deh bikin Wookie mimisan.

Buat Shindong dan Nari, mungkin bisa kok. Tapi jadinya bakal 7 chapter, apa readerdeul kuaaatt?!

Nc? Jadi nggak ya? Masih belum kepikiran buat bikin NC sih. Mungkin nanti pas Kyumin honey moon *brb elap mimisan* masih rencana juga sih. Mungkin nggak akan vulgar.

Anaknya Wookie? Uhh… mungkin bakal anak EXO yang author pake. Lagi suka EXO soalnya muahaha. Tapi pendapat chingu juga author pertimbangin sih. Ayo boleh divote buat anaknya Yewook!

Iya! Buat Yewook Shipper silakan berbahagia! Karena author juga YWS, author bakal bikin panjang cerita mereka nyiehehe! Merdeka buat YeWook Shipper!

Gomawo yang udah review di Sapphire Blue series satu dan series dua. Mian karena author yan malesnya kelewatan ini buat balesin satu-satu. Semoga semakin suka ya sama series ini. Author juga lagi bikin series baru loh. Fantasi gitu, tapi tetep anak-anak suju. Pokoknya nggak ada sekuel-sekuelan lagi buat Sapphire Blue, titik! *lipet tangan didada*

Cha! Jangan bosen buat review ya! Fighting, haja!