Disclaimer : demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei, aku hanya pinjam saja.

.

.

Princess?

.

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

.

Princess? by author03

Uzumaki Naruto x Hyuuga Hinata.

Romance\Fantasy

.

.

.

Please.. Dont like dont read.. Thanks.

.

.

Chapter 1

.

.

.

.

Dipagi hari, terlihat sebuah gedung yang mulai terisi oleh para murid. Seorang gadis bersurai indigo yang kembali menutup pelan pintu loker nya setelah ia mengambil beberapa buku untuk pelajaran hari ini.

.

Langkah kakinya yang terus melangkah pelan menuju kelas nya dengan beberapa tumpukan buku di tangannya dan rensel yang tergantung dibahunya.

Rambutnya yang terkepang dua, dengan kaca mata bening bulat besar. Terus melangkah dengan kepalanya yang terus tertunduk, berusaha untuk tidak menghiraukan mata yang terus menatap nya jijik dan merendahkan. Sang gadis bersurai indigo yang semakin mempercepat langkahnya sambil terus menundukkan kepalanya. Ia memang sudah sering mendapatkan tatapan itu tapi ia masih tetap tidak bisa menerimanya, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berlari, menjauh dari semua murid di sekolah Sma Konoha tempat ia belajar itu.

.

"Akkhh..!" teriak sang gadis bersurai indigo pelan, takut dan terkejut ketika ia menabrak sekumpulan gadis di depan nya tanpa sengaja yang membuat dirinya terjatuh, ter duduk dilantai dengan tumpukan buku ditangannya tadi yang sudah berserak kelantai. Beberapa gadis yang tertabrak tadi tidak terjatuh tapi termundur beberapa langkah.

Sebuah tatapan jijik yang dihadiahkan untuk gadis bersurai indigo yang telah menundukkan kepalanya sambil mengepal erat kedua tangannya. Menunggu apa yang akan dikatakan gadis-gadis ini.

Sekumpulan gadis yang langsung melipatkan kedua tangan mereka di dekat dada mereka.

"Hei Hinata! Kalau jalan itu lihat lihat!" marah salah satu gadis yang bisa disimpulkan bosnya yang membuat semua orang disekitar sana berkumpul hendak memyaksikan apa yang akan terjadi.

"Ma-maafkan aku Karin!" jawab Hinata takut sambil terus menundukkan kepalanya.

"Dasar gadis sialan! Kau hanya mengotori baju kami!" balas Karin jijik sambil menyapu lengan nya yang tertabrak dengan telapak tangannya.

Perlahan Hinata memberanikan dirinya untuk mengangkat kepalanya, menatap satu persatu ke lima gadis didepannya, mereka yang biasa selalu mengerjai Hinata, Hinata bahkan tidak mengerti mengapa mereka begitu membenci Hinata, tidak bukan hanya mereka tapi hampir satu sekolah Sma Konoha ini.

Apakah salah jika gadis miskin dan jelek seperti Hinata bersekolah di sekolah yang keren dan populer ini? Jika bukan karena beasiswa, Hinata pasti sudah lama menghilang dari sekolah ini. Hinata yang hanya hidup sebatang kara, tidak ada ayah atau ibu, adik atau kakak, dan teman ataupun saudara apalagi kekasih. Hinata ingin sekali pindah dari sekolah ini tapi ia tidak memiliki cukup uang. Ia yang bersekolah sambil berkerja part time yang hanya cukup membayar sewa kamar dan biaya makannya.

Beruntung nya karena kepintaran Hinata dan kepala sekolah yang baik hati, ia bisa bersekolah di sekolah mewah ini untuk menuntut ilmu. Setidaknya ia masih bisa bersekolah bukan? Meskipun selalu terendahkan?

"Maa-maafkan aku!" jawab Hinata lagi ketika ia berdiri menghadap lima gadis didepannya dan masih dengan kepalanya yang tertunduk.

Karin yang langsung mendorong kuat bahu Hinata yang membuat Hinata kembali terjatuh terduduk dilantai dan meringis kesakitan. Karin yang langsung melangkah pergi diikuti oleh teman-temannya, mereka bahkan tidak perduli, mereka telah menginjak buku Hinata atau apakah Hinata kesakitan atau tidak.

Air mata Hinata yang langsung mengalir, ia langsung kembali berdiri, mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan tadi Dan langsung berlari menjauh, meninggalkan sekumpulan yang masih menyaksikan, mereka yang terlihat tidak berniat membantu sama sekali, bahkan tidak ada rasa iba sedikitpun dimata mereka.

.

.

Atap sekolah. Satu-satunya tempat yang jarang atau hampir tidak pernah di hampiri para murid kecuali Hinata.

Hinata yang berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah, tapi semakin menahan nya membuat air matanya mengalir semakin deras, Hinata tahu, ini bukan pertama kalinya ia diperlakukan begini tapi mengapa? Mengapa ia masih menangis ketika ada yang merendahkannya? Ia sungguh tidak tahan! Ia ingin sekali membuat perhitungan dengan mereka semua tapi ia tidak bisa. Ia tidak ingin me m per buruk keadaan.

Hinata yang terus ter duduk dilantai sambil terus menyapu sampul bukunya yang terinjak tadi dengan telapak tangannya, terlihat jelas mereka sengaja menginjaknya.

"Hikss..hiks..!" tangis Hinata putus asa, dibalik kacamata nya ketika ia berhenti membersihkan sampul bukunya sambil terus menatap kelantai.

Mereka semua yang selalu bertingkah seperti pangeran dan putri. Apakah Hinata tidak bisa menjadi seperti mereka? Hinata tidak ingin di rendah kan! Ia hanya ingin segera lulus dari sekolah ini.

"Huaaa...hikss.. Aa..kuu.. Aku ..a..ku benci di..riku.. Hikss! Aa..aku benci diriku!" teriak Hinata putus asa dengan air matanya yang semakin deras.

"Aku.. Aa..ku benci semuanya.. Hikss..hikss..!"

"Aku.. Hanya minta satu hal.. Hikss.. Cukup jangan memperlakukan ku seperti ini.. Hikss.. Hiks.." ucap Hinata menurunkan suaranya sambil memeluk kedua kakinya yang kemudian menengelamkan kepalanya diantara lutut itu.

"Hikss.. Huuuaa.. Hikss..hikss..!"

Tanpa disadari ada seseorang lelaki bersurai kuning yang terus saja mengamatinya dibalik dinding didekat tangga. Dengan wajah tanpa ekspresi, tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan?

.

.

.

Beberapa jam pun berlalu, Hinata yang telah tenang, bahkan kepalanya telah kosong, tidak memikirkan apapun dan dengan posisinya yang masih memeluk kakinya dengan kepalanya yang masih tengelam diantara lutut nya. Dan sudah dipastikan Hinata bolos hari ini. Sepertinya ini sudah kedua kalinya Hinata bolos. Ia hanya ingin menenangkan dirinya. Ia hanya merasa sudah tidak sanggup lagi.

Perlahan kepala itu pun terangkat, menampilkan wajah Hinata yang sedikit memerah, matanya yang masih bengkak serta memerah begitu juga dengan hidungnya, bekas air mata yang masih menempel di kedua pipinya,

Kedua tangan Hinata yang langsung menghapus jejak air matanya yang kemudian menghela panjang nafas nya sekali.

Hinata yang langsung berdiri dan mengengam kedua tangannya di dekat rok nya.

"Hanya sembilan bulan lagi aku akan lulus, Aku harus kuat. Apapun yang terjadi, aku harus bertahan. Akan bagus untukku juga jika aku berhasil mendapatkan surat kelulusan sekolah elit ini." ucap Hinata menguatkan dirinya.

Sebuah senyuman jangan menyerah pun menghiasi bibirnya.

Hinata mulai masuk sma ini satu tahun lalu jadi bertahan satu tahun lagi tidak masalah bukan?

Tapi Hinata masih tidak sadar, sang lelaki berurai kuning tadi masih mengamatinya. Tunggu?

Itu berarti sang lelaki ini juga bolos?

.

.

.

.

.

Matahari yang kembali meninggi, gedung yang masih terus di isi para murid. Terlihat Hinata yang kembali menutup loker nya yang baru saja ia bersihkan?

Loker nya yang dipenuhi coretan dan sampah. Hinata yang hanya bisa terdiam dan membereskan loker nya itu. Ini bahkan bukan pertama kalinya. Hinata bahkan lupa ini sudah keberapa kalinya. Mereka yang terus menjahili Hinata. Mengotori loker nya, menguncinya di gudang, menyiraminya dengan air kotor, merusak bangkunya yang membuat Hinata di marahi guru dan masih banyak lagi. Mereka bahkan pernah menuduh Hinata mencuri barang mereka. Entahlah? Mungkin Kami-sama masih ber baik hati pada Hinata, itulah sebabnya Hinata bisa lolos dari semua itu.

Hinata yang menyandarkan dirinya di loker panjangnya dan merogoh isi ransel nya. Mengambil sebuah kotak yang sudah terbungkus rapi Dengan ukuran tidak terlalu kecil maupun besar dan kembali memapah ranselnya.

Hinata yang menatap penuh harap sejenak kotak itu.

"Bagaimama jika ia tidak mau menerimanya? Atau lebih parahnya ia membuangnya dihadapanku?" Hinata membatin kembali ragu.

Hari ini adalah hari special, hari ulang tahun pujaan hati Hinata tapi apakah mungkin lelaki itu akan menerima kado pemberiaan Hinata?

Yang bisa Hinata berikan hanyalah cokelat yang ia buat sendiri dengan penuh cinta. Ia tidak bisa memberikan barang mahal apapun.

"Tidak! Aku harus mencoba nya!" Hinata memberanikan dirinya yang kemudian melirik kesana dan kemari, mencari sang pujaan hati.

.

.

.

Beberapa menit menunggu dan mengamati, masih ditempat yang sama. Seseorang yang ditunggu pun menampakkan dirinya.

Hinata yang langsung berjalan setengah berlari menghampiri lelaki yang ia tunggu tadi.

"Na-Naruto-senpai, selamat u-ulang tahun" ucap Hinata takut dan penuh harap sambil menyodorkan kotak kecil tadi dengan kedua tangannya sambil menundukkan kepalanya dan menutup matanya. Jantung nya yang terus berdebar kencang, badannya yang mulai bergetar.

Bagaimana jika lelaki ini langsung pergi tanpa mengambil kado ini? Bagaimana jika lelaki ini tiba-tiba marah?

Hinata bahkan tidak mengerti mengapa ia menyukai lelaki ini? Lelaki tanpa ekspresi dan sangat dingin. Pertama kali Hinata masuk ke sekolah ini, murid pertama yang Hinata kenal adalah Naruto. Bukan karena Naruto mendekati Hinata ataupun Hinata yang tergelincir dan di tolong Naruto.

.

Tempat pertama mereka bertemu adalah di belakang sekolah, Hinata yang tengah berjalan, mengamati sekolah barunya hingga ke belakang sekolah, setibanya di belakang sekolah, hal pertama yang ia lihat adalah Naruto yang tengah terbaring di kursi panjang di dekat pohon.

Hinata yang penasaran pun berjalan dengan perlahan menghampiri Naruto dan ternyata ia sedang tertidur.

Dengan senyap dan hati-hati, Hinata berlutut sambil terus mengamati wajah tampan itu dari balik kaca mata bulat beningnya.

Rambut kuning nya, hidung mancung nya, mulutnya, semuanya sungguh sempurna dan tiba-tiba mata itu pun terbuka hingga membuat Hinata dan mematung, seolah terhipnotis oleh mata biru langit itu. Jantung Hinata yang berdebat kencang, wajahnya yang mulai memanas. Mata biru yang terus memancarkan kehangatan dan kelembutan.

.

.

Semenjak kejadian itu, sesuatu yang aneh pun mulai menggangu Hinata, jantungnya yang akan tiba-tiba mengila ketika menatap Naruto. Saat itu mata Naruto yang memancarkan kehangatan dan kelembuatan, Hinata mengira Naruto adalah orang yang ramah tapi kenyataannya, Naruto sangat dingin, ia sungguh pendiam selalu memasang wajah datar nya bahkan sangat jarang mendengar ia berbicara kepada murid lain. Tapi entahlah? Mengapa ia bisa menjadi idola para gadis disekolah ini?

.

.

.

Masih diposisi yang sama, Hinata yang semakin takut, Naruto yang masih menatap kotak yang sudah terbungkus rapi di tangan Hinata, para penonton yang sedang menunggu Hinata dipermalukan.

Perlahan satu tangan Naruto pun terangkat hendak menerima kado yang entah apa isinya, tapi se kumpulan gadis yang muncul entah dari mana langsung mendorong kuat Hinata kesamping hingga badan Hinata terbentur dinding, tanpa rasa bersalah, bahkan tidak perduli sedikitpun, sekumpulan gadis itupun menghampiri Naruto.

"Aauuchh!" Desis Hinata sakit sambil memijit lengannya yang terbentur.

"Senpai, selamat ulang tahun!"

"Terima lah! Ini kado dariku!"

"Senpai!" teriak sekumpulan gadis itu sambil terus menyodorkan kado mereka masing-masing.

.

Hinata yang menatap kecewa pada Naruto yang masih dikelilingi para gadis cantik, sudah jelas ia akan menerima kado mahal itu dari pada punya Hinata.

.

.

Hinata yang memuggut pelan kadonya yang tadi ikut terjatuh yang kemudian berjalan menjauh dari Naruto dan para gadis itu.

.

.

.

.

Hinata yang masih berdiri mematung, dihadapan tong sampah sambil terus menatap kado kecil ditangannya. Mempertimbangkan akan membuangnya atau tidak. Sudah pasti cokelat ini patah kerena terjatuh tadi. Ia sama sekali tidak punya harapan untuk memberi kado ini ke pujaan hatinya, ia tahu ia bodoh. Tidak seharusnya ia mencintai Naruto.

.

"Seharusnya aku tidak pernah membuat cokelat ini." ucap Hinata kecewa yang kemudian melepaskan pelan pegangannya pada kado itu hingga kado itu terjatuh, mendarat mulus kedalam tong sampah didepannya.

Dengan perasaan kecewa, Hinata pun melangkah pergi menjauh dari tong sampah itu.

Beberapa detik ketika Hinata menghilang, muncullah seorang lelaki yang langsung menghampiri tong sampah tadi. Kembali memunggut apa yang dibuang Hinata.

Perlahan ia pun membuka tutup kado itu dan menatapnya sejenak. Cokelat yang sudah patah sana-sini, wujud nya yang sudah tidak karuan.

"Seharusnya kau memberikannya dari pada kau membuangnya!" ucap nya datar, tidak berharap, maupun pun sebaliknya, hanya datar!

.

.

.

.

.

Hinata yang baru saja pulang dari sekolahnya dan baru selesai mandi.

Didalam kamarnya, ia yang mengecas ponsel jadul nya yang kemudian berdiri didepan cermin, melepas kaca matanya dan melepaskan kepangan rambutnya. Memakai gaun berwarna cream, berlengan pendek, gaun yang agak kembang, tapi lumayan kotor, warna nya yang cream terlihat menghitam, koyak Sana-sini. Gaun pemberian ibu Hinata sebelum ia meninggal, ia menyuruh Hinata merawat gaun ini dan memberikannya pada cucu nya,, ia mengatakan gaun ini sudah turun temurun dari lama. Hinata bahkan lupa entah seberapa lama. Dan bukannya Hinata tidak mencucinya ataupun merawatnya, Hinata hanya tidak berani mencucinya, karena kainnya yang sudah sangat lapuk, hanya sedikit menariknya saja sudah koyak.

Hinata yang hanya memyipan gaun ini di kotak dibawah ranjangnya, tapi sekarang ia mencoba memakainya, gaun ini sangat pas untuk nya tapi betapa susah nya usaha Hinata untuk mengenakan baju ini, ia harus sangat berhati-hati agar gaun nya tidak tertarik dan koyak.

Hinata yang memutar pelan dirinya dan kembali menatap dirinya lewat cermin.

"Hanya ini satu-satu nya gaunku, tapi aku tak mungkin memakainya ke pesta dansa." ucap Hinata kecewa. Sang kepala sekolah yang akan mengadakan pesta dansa beberapa bulan lagi, dimana semua gadis akan memakai pakaian super minim, seksi dan mahal tentunya. Tidak jauh dengan para lelaki yang akan memakai pakaian mewah, berdansa dengan pasangan masing-masing, memperebutkan mahkota dan julukan Princess dan prince. Hinata bahkan tidak mengerti mengapa ada acara seperti ini? Tapi apakah salah jika Hinata mengatakan ia ingin mendapatkan julukan princess itu? Tapi Apakah mungkin?

Apakah untuk menjadi seorang princess harus mengenakan pakaian super minim? Hinata tahu jika ia memakai gaun panjang ini para murid akan mengejeknya dan mempermalukannya, Hinata tidak ingin itu terjadi. Jadi apakah Hinata harus ikut memakai pakaian minim seperti mereka? Tidak! Hinata tidak memiliki baju minim, jika adapun Hinata tidak mau memakainya!

Nenek Hinata pernah bercerita, dimana zaman dahulu tidak ada pakaian minim, semuanya mengunakan gaun apalagi gadis-gadis anggota kerajaan. Gaun yang cantik, indah dan mewah sama seperti gaun cream ini.

Jika begitu? Mengapa sekarang semua gadis memakai pakaian super minim? Apa yang salah dengan gaun panjang? Bukankah ini indah? Atau apakah karena sudah ketinggalan zaman? Hinata sungguh tidak mengerti, mengapa banyak yang suka pada pakaian minim dari pada gaun panjang?

Jika Hinata memiliki uang dan jika ia hidup di zaman yang diceritakan nenek nya, dengan senang hati Hinata akan selalu memakai gaun seperti ini.

Lihat saja di cerita cinderella, belle, putri salju dan cerita princess apapun, mereka memakai gaun panjang, tidak ada satu pun yang memakai pakaian minim! Tapi mengapa para gadis memakai pakaian minim dan mengatakan mereka adalah princess? Mereka bahkan sangat berbeda jauh dengan kata princess, meskipun mereka cantik tapi mereka sangat jahat! Mereka tidak pantas menjadi princess!

.

.

"Meskipun gaun ini sudah lama bahkan sudah menghitam dan sedikit sobek, gaun ini masih lebih bagus dari pada pakaian minim itu!"

"..."

"..."

.

Sejenak Hinata terdiam sambil terus menatap gaun yang dikenakannya lewat cermin.

"Aku masih tidak mengerti!? Gaun ini pasti cantik dan mewah jika ini masih baru! Tapi mengapa para gadis membenci gaun panjang seperti ini? Jika mereka menikah, mereka juga akan memakai gaun seperti ini bukan?" tanya Hinata bingung, entah pada siapa.

.

.

Perlahan Hinata pun memutar kan badannya, pelan dan semakin lama semakin cepat hingga ujung gaun itu terangkat dan berputar sesuai arah putar Hinata begitu juga dengan rambut indigonya.

Tangan Hinata yang terangkat. Senyuman yang tiba-tiba menghiasi bibirnya, matanya yang perlahan terpejam.

.

.

"Rasanya menyenangkan!" Ucap Hinata sambil terus berputar dengan mata yang kasih terpejam.

.

.

Satu kaki Hinata yang tanpa sengaja menyengol kakinya yang membuatnya terjatuh, terduduk dilantai.

"Aauuchh!" Desis Hinata sakit, masih dengan matanya yang terpejam dan masih pada posisinya, mendiamkan dirinya sejenak, meredakan kepalanya yang masih berputar.

Tapi tunggu? Mengapa ada bau rumput? Dan mengapa bokong dan tangan Hinata seolah mendarat di rumput?

Perlahan Hinata pun membuka matanya dan mengedipnya beberapa kali. Hal pertama yang ia lihat adalah...

"Siapa kau?" tanya seorang berpakaian penjaga was-was, sambil mengarahkan pedang ke leher Hinata yang membuat Hinata Terkejut dengan matanya yang sudah membulat dan jantungnya yang berdebar.

Apa yang terjadi? Apakah ia sedang bermimpi? Apakah ini pedang asli? Apa?

.

.

.

"Apakah ada penyusup?" tanya beberapa pengawal serentak, entah muncul dari mana sambil berlari menghampiri Hinata yang di sebut penyusup dengan pedang ditangannya yang kemudian mengarahkannya ke leher Hinata yang membuat Hinata semakin takut! Hinata bahkan tidak berani menelan ludahnya dan mengedipkan keduamatanya.

.

Jika ini mimpi, ia ingin bangun sekarang!

.

.

.

Dari sinilah semuanya dimulai...

.

.

.

.

.

To be continue...

.

.

.

.

.

.

Hy guys... I,am back. Pertama maaf kalau fic ini gak bagus.. Tinggalkan review.. Sebenarnya hp aku masih rusak belum diperbaiki, ini aku pakai hp adik aku, sumpah. Susah bangat pakai hp orang lain.. Apalagi Keypad nya yang paling susah Aduhh.. !

Sebenarnya aku masih mau tunda lagi sampai hp aku selesai diperbaiki tapi aku malas bangat gak ada kerjaan.. Haii zz.. Sebenarnya juga fic satu lagi udh selesai.. Udh selesai lama, yah,, karena hp aku rusak,, yah,, jadi tertingal di keep nya.. Haiizzz.. Aku itu orangnya boleh dikasih kerjaan se gunung tapi jangan sampai suruh aku ulang sesuatu yang udh aku buat,, benci bangat sumpah! yah,, inilah alasannya mengapa tm2 akan di pending,lagi , setidaknya sampai mood aku balik lagi baru aku ulang tulis.. Kalau tahu gini aku post awal awal,, hahahaha,, tukan udah aku bilang mengapa aku gak suka tunda tunda sesuatu hahahhaha..

Dan pakaian yang dipakai hinata seperti film princes gitu gaun panjang .. Jadi aku gak usah susah susah jelasin.. Hahahhaha

.

,

.

..

.

Semoga kalian suka., tinggalkan review..

Byee...