Sakura's POV
Sudah sebulan aku dan Sasuke menjadi sepasang kekasih. Selama itu kami selalu berbagi suka dan duka, tangis dan canda. Well, sebenarnya kami sudah banyak berbagi cerita—hingga aku tahu, mengapa Sasuke mempunyai sifat dan sikap yang amat dingin seperti ini.
Awalnya Sasuke tidak banyak berbicara tentang kehidupannya kepadaku. Tapi setelah ku paksakan dia, akhirnya ia bercerita juga kepadaku. Aku mendengarkannya dengan seksama, hingga beberapa pertanyaan meluncur dari bibirku.
Saat itu kami berada di pantai, saat pertengahan musim panas. Ia mengajakku berkencan di lokasi itu, cukup ramai memang, jadi dengan amat terpaksa kami pindah tempat. Ia memakirkan mobilnya di tempat parkir di sebuah kafe yang lokasinya masih di sekitar pantai. Yah, walaupun lokasi kafe ini jauh berbeda dengan lokasi pantai tadi. Pilihan yang bagus, pikirku. Dengan pemandangan yang sangat indah, hamparan laut terpampang dengan jelas di pelupuk mata; lokasi kafe yang tepat di pinggir tebing dengan ketinggian hampir 200 meter; dan semua suasana di kafe ini sangat mendukung.
Aku memilih meja yang letaknya persis di pinggir tebing, tetapi Sasuke lebih memilih meja yang letaknya di taman tepat di samping kolam. Kami saling berdebat. Dengan segenap tenaga aku mencoba mencari alasan mengapa aku lebih memilih meja yang letaknya diujung sana. Setelah 10 menit aku memaksanya, ia pun menganggukkan kepalanya pelan—walaupun aku yakin kalau ia amat terpaksa. Well, suasana di taman juga tak kalah indah, tapi adrenalinku terpacu untuk duduk di pinggir tebing yang curam ini.
Kulihat ia meminum jus tomatnya. Ia pun melirik ke arahku dengan tatapan risih. "Kenapa?" tanyanya dengan nada datar. Aku menggeleng pelan seraya tersenyum. "Jangan melihatku seperti itu—aku tidak suka." ujarnya pelan. Aku hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Apa kau bisa bercerita kepadaku mengapa kau mempunyai sifat dan sikap seperti ini?" tanyaku pada akhirnya. Ia hanya mengalihkan pandangan dan terdiam. Aku menaikkan alisku sebelah. "Kumohon..." Nadaku terdengar memelas.
"Tidak ada alasan khusus."
Alisku makin meninggi. "Maksudmu?" tanyaku penasaran. Ia masih tidak mau menatapku.
"Sudahlah." Ia menatapku dingin. "Tak ada gunanya aku memberitahumu. Apa kau bisa bertanya hal lain selain hal ini?" Ia bertanya balik. Aku hanya menggeleng dan terdiam.
"Tidak. Aku hanya ingin mengetahui hal ini." Nadaku ikut datar. Aku melipat kedua tanganku di atas meja. "Aku tidak akan berkomentar apapun."
Ia kembali meneguk jus tomatnya, membuatku makin penasaran. Beberapa menit ia mengulur waktu, tak menjawab pertanyaanku yang masih menggantung ini.
Aku mengerucutkan bibir. Mengalihkan pandangan dengan sedikit dengusan dan bangkit untuk melangkahkan kaki ke pagar pembatas. "Terserah kau sajalah." cibirku saat memegang pagar pembatas yang terbuat dari besi tersebut. Tatapanku tertuju pada hamparan laut lepas disana. Aku mendecak sebal saat itu.
Sunyi.
Hening.
Ayolah, Sasuke... Berbicaralah...
"Oke, oke. Aku akan ceritakan." Sasuke mulai angkat bicara. Kepalaku menoleh ke arah pemuda berambut hitam legam yang sedang menatapku itu—tatapan death glare lagi. Oh, ayolah...
Tanpa kusuruh, ia bangkit dari kursinya, berjalan mendekatiku—mematung di pinggir pagar besi. Tatapannya masih tertuju padaku, yeah... walaupun masih tatapan andalannya itu. Toh sekarang aku sudah kebal dengan tatapannya itu. Apalagi dengan mata merahnya yang... oke, kalian pasti tahu itu.
"Sifat dan sikapku ini memang sudah diturunkan oleh orangtuaku sepertinya." Pandangan Sasuke berubah ke laut biru di bawah sana. Wajahnya terlihat murung. Oke, aku tahu. Mungkin ini memang akan membuatnya sedih karena mengingat masa lalunya. "Dan karena aku membenci Itachi."
***
Uchiha Sasurin Katsuya presents
Pyul I
A sequel of Pangeran Bulan
Naruto © Masashi Kishimoto
Genre: Romance
Rated: T
Main Characters: Uchiha Sasuke and Haruno Sakura
Request from Furu-pyon, Azuka Kanahara, Shirayuki Haruna, and the other readers of Pangeran Bulan
***
Normal POV
Sakura memakai jas sekolahnya. Dengan berdiri di depan cermin besar, ia kembali merapikan sangguk rambutnya. Ia tersenyum, memandangi gadis yang berada di depannya nampak sangat cantik. Dengan balutan seragam sekolah yang bernuansa deep blue dan putih serta tusuk konde yang berwarna biru, bermotif bulan purnama—membuat penampilan Sakura sangat cantik.
Sakura segera mengambil tas sekolahnya dan beranjak ke lantai satu, menemui ibunya dan adik lelakinya untuk sarapan bersama.
Ia menyapa adiknya dengan meninju bahu adiknya pelan. Sang adik hanya mendengus kesal karena kelakuannya itu. Menurutnya itu perilaku tidak pantas bagi seorang wanita apalagi dia adalah kakak kandungnya sendiri.
"Ah, Sakura-neechan!" serunya kesal. Sakura hanya tertawa kecil dan menaruh tasnya di kursi lain. Setelah itu ia segera duduk di sebuah kursi berhadapan dengan Rui. Nina, yang baru menyadari kehadiran anak gadisnya segera menoleh. Ia tersenyum pada Sakura sembari menaruh dua buah gelas susu di atas meja.
"Sepertinya ada yang berbeda denganmu." Nina duduk di kursi tak jauh dari kursi yang diduduki Sakura. Sakura segera menoleh ke arah ibunya dengan tatapan tanya dengan alis terangkat sebelah.
"Maksud Okaasan?" Nada bicara Sakura terdengar aneh. Sekali lagi Rui mendengus kesal.
Rui meneguk susunya hingga tersisa ¾ gelas. "Penampilan Sakura-neechan itu aneh." ujar Rui memberikan penjelasan. Ia memasang tampang 'jijik' pada neechan-nya.
Sakura sadar akan penampilannya. Ia melhat kondisi fisiknya. "Oh, ini..." serunya sembari menepuk-nepuk bagian pakaiannya. Ia pun lantas tertawa, membuat Rui mendecak sebal. Nina hanya geleng-geleng kepala.
Tiba-tiba terdengar getar ponsel dari dalam saku jas Sakura. Ia pun mengambil ponselnya dan segera menekan tombol hijau.
"Moshi-moshi... Oh, kamu. Kenapa? Ah, iya! Gomen, gomen. Aku lupa. Oke, oke. Aku akan keluar. Ja~" Hubungan terputus. Nina dan Rui saling berpandangan tanda tak mengerti.
Sakura segera menaruh kembali ponselnya dan mengambil tasnya. Ia bangkit dari duduknya dan segera pamit kepada ibunya tercinta. "Aku berangkat dulu ya, Okaasan. Sasuke sudah menjemputku, sekarang dia sudah berada di depan rumah. Lagipula sudah jam segini—aku harus berangkat." jelasnya panjang lebar. Nina hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Ya sudah, selamat belajar ya, nak." ucapnya. Sakura tersenyum dan segera menghilang dari balik dinding.
Rui mengerutkan kening. Ia menoleh pada ibunya. "Okaasan, apa Sasuke-niisan itu kekasih neechan?" tanyanya. Nina hanya tersenyum menanggapinya, membuat Rui menaikkan alisnya sebelah. "Bukankah kekasih neechan itu Gaara-niisan?"
***
Sasuke memakirkan mobilnya di sebuah tempat parkir. Ia pun mematikan mesin mobil dan segera keluar dari mobil tersebut. Dikuncinya mobil BMW-nya. Ia pun merapikan kembali jas sekolahnya. Tiba-tiba sebuah tangan berhasil meraih dasi berwarna deep blue yang sedang dipakainya.
"Sini, biar aku yang merapikannya." Satu suara merdu berhasil membuatnya tersenyum tipis. Diperhatikannya dengan baik-baik gadis yang berada di depan Sasuke itu. Dengan santai gadis itu merapikan dasi pemuda yang telah menjadi kekasihnya sekarang. Setelah semuanya selesai pemuda itu pun mengajak gadis tadi untuk memasuki sebuah sekolah besar yang berada di depan mereka.
-
"Eh, eh. Lihat itu! Sasuke berjalan bergandengan dengan Sakura!"
"Waw! Sasuke sudah punya kekasih!"
"Ah~ Sasuke-ku~"
"Kyaa~ Tidak mungkin! Kekasih Sasuke-ku kan hanya aku seorang!!"
"Ya ampun…"
"Waw~"
"Cie… Cie… Prikitiew…"
Sasuke yang wajahnya sudah memerah hanya menundukkan kepalanya sembari berjalan menyusuri lorong. Tangan kanannya yang sudah sedingin es terus bertaut dengan tangan kiri Sakura. Gadis yang berjalan di samping Sasuke tak kalah parahnya—bukan hanya wajahnya yang memerah, kedua telinganya pun sedikit memerah akibat suarasuara kebisingan diantara keheningan mereka berdua.
-
CKLEK!
Sakura dan Sasuke melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Suasana masih sepi—padahal di luar teman-temannya masih saja ada yang bersiul-siul ria meledek mereka berdua. Kening Sakura berkerut sedangkan sebelah alis Sasuke naik.
"Belum ada yang datangkah?" Suara Sakura bergema. Sasuke mengangkat bahunya. Ia pun kembali menarik tangan Sakura menuju kursinya.
TAP! TAP! TAP!
"Eh, Sasuke, tunggu sebentar." Sakura melepas tangannya. Sasuke berbalik dengan tatapan tanya. "Lampunya belum dinyalakan. Aku takut kau bermaksud jahat padaku." Sakura menundukkan kepalanya malu.
Sasuke memutar bola matanya. "Ah, aku kan sering ke kamarmu malam hari. Apa bedanya, sih?" Nada Sasuke terdengar kesal. Sakura meringis kecil.
"Beda tempat, Sasuke-kuunn~" jelasnya seraya melangkahkan kakinya ke arah tombol lampu kelas. Sasuke memasukkan tangannya ke dalam saku jasnya.
Sakura menekan tombol lampu, dan…
"SUURRRPPPRRRIIISSSEEE~~~"
CTAR! DOR! CTAR! PROK! PROK! PROK!
Sasuke dan Sakura sukses dibuat bengong saat itu juga.
Mereka melihat sekelompok orang yang berdiri dengan senyuman—ralat, maksudnya cengiran aneh di masing-masing bibir mereka. Confetti masih bertaburan di sana-sini. Seorang gadis—yang cengirannya paling aneh—dengan rambut blonde panjangnya melangkahkan kakinya ke arah Sakura.
"Kau datang tepat waktu." ucapnya sembari menepuk bahu Sakura dan melihat ke arah jam kelas. Sakura yang masih bingung hanya mengerutkan keningnya. "Kalau kau—err, maksudku kalian," Gadis itu menunjuk Sakura dan Sasuke. "datang ke sekolah lebih tepatnya ke kelas ini 10 menit lagi, kami pasti akan mentraktir teman sekelas pada jam istirahat selama seminggu."
Seorang gadis yang rambutnya dicepol terlihat melipat kedua tangannya. "Padahal mengusir dan menyuruh mereka sekelas untuk keluar sangatlah susah! Kami bahkan harus mentraktir mereka membeli makanan ringan dulu."
"Ah, hanya makanan ringan saja kau ributkan." Satu suara berseru. Semuanya menoleh ke arah pemuda yang bersuara tadi. Tenten—kekasih dari pemuda tersebut segera menjitaknya.
"Ja-jadi, bagaimana?" Hinata mengeluarkan suaranya. Sakura kembali mengernyit dan Sasuke hanya memberikan tatapan tak mengerti. "Ba-bagaimana hubungan kalian selama li-liburan musim panas ke-kemarin?"
Sakura terdiam dan seketika tersenyum. Sasuke hanya mengalihkan pandangan sementara gadis-gadis yang berada di kelas itu hanya tertawa. "Tidak ada yang spesial."
Naruto mengerucutkan bibir. "Kau payah, Teme! Aku saja selama liburan selalu mengajak Hinata makan ramen. Seru loh! Ya kan Hinata?" Pemuda berambut blonde tersebut menoleh kepada kekasihnya yang berdiri tepat disampingnya. Hinata hanya menundukkan kepalanya, berusaha untuk menyembunyikan rona kemerahan yang menerpa wajahnya.
"Tidak, tidak. Aku hanya bercanda…" Sakura mengibaskan tangan kanannya. "Selama liburan kami berdua selalu pergi jalan-jalan. Yah, seperti kemarin—kami pergi ke sebuah kafe di pinggir tebing dekat pantai Konoha." Sakura mengulas senyuman terbaiknya.
"Oh… East'08 Café itu? Kafe yang baru dibuka belum lama ini, kan?" tanya Tenten. Sakura mengangguk. "Ya, aku dan Neji juga pernah kencan disana ketika liburan kemarin. Mungkin berbeda seminggu denganmu."
Sakura menatap Sasuke. Sasuke hanya memberikannya death glare, lalu ia berpaling ke yang lainnya. "Sampai kapan kalian akan begini? Aku tidak mau ikut mentraktir mereka." ucapnya datar yang langsung disambut tatapan bingung dari beberapa orang yang diberikan death glare olehnya. Ia pun segera berbalik dan melangkahkan kaki menuju kursinya dalam diam.
Satu…
Dua…
Tiga…
"Ya ampun~ Teman-teman diluar~" Ino berteriak-teriak setelah ia baru sadar akan kecerobohannya bersama teman-temannya yang lain. Gadis itu segera melirik jam di dinding kelas. Sudah 15 ment berlalu. Ia pun menunduk lesu.
"Apa minggu-minggu ini kalian ada uang saku lebih untuk mentraktir mereka?"
***
"Sasuke…" Panggil seseorang. Sasuke segera menoleh. "Boleh kupinjam catatanmu?"
Sasuke segera mengambil sebuah buku dari dalam tasnya. Dan diberikannya buku itu pada gadis yang berdiri di sampingnya. "Pakai saja kalau kau perlu." Ucapnya pelan. Sakura mengangguk kecil dan segera duduk di kursinya yang berada di depan Sasuke.
Sakura mengambil buku catatannya dan menyalin catatan dari buku milik Sasuke. Sasuke segera bangkit dan berdiri tepat di samping kekasihnya. Sakura segera menoleh dengan tatapan tanya. "Ada apa, Sasuke? Kau butuh catatanmu?" tanyanya halus. Sasuke hanya menggeleng pelan. Ia pun segera menarik tangan Sakura sehingga Sakura berdiri. Gadis itu masih memberikan tatapan tanya. "Ada apa, sih?"
"Kau menyalinnya di perpustakaan saja. Aku juga ingin kesana untuk meminjam sebuah buku."
Sakura tersenyum seraya mengangguk kecil. Ia segera mengambil buku catatannya dan buku catatan Sasuke. Dengan tangan yang saling menggenggam, Sasuke dan Sakura segera beranjak dari kelasnya.
-
"Kau duduk disini saja. Aku mau mencari sebuah buku dulu." Sasuke mengulas senyum tipis. Sakura hanya tersenyum. Ia pun segera duduk dan kembali menyalin catatan dari Sasuke. Tiba-tiba seseorang menyenggol sikunya, membuat tulisannya tercoret.
"Ah!"
"Gomennasai!"
Sakura segera mengibaskan tangannya. Matanya hanya terpaku pada tulisan tak karuan di buku miliknya. "Tidak apa-apa. Hanya tercoret sedikit saja, kok." ucapnya lugas. Seseorang yang menyenggol sikunya hanya tersenyum miris.
"Ariga—Sakura?"
Sakura segera menoleh kepada orang itu. Matanya membelalak lebar ketika melihat orang itu. "Gaara?"
Pemuda berambut merah marun itu segera duduk di samping Sakura. "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya. Sakura hanya menunjukkan dua buah buku yang berada di atas meja. Gaara mengangguk tanda mengerti.
"Kau sendiri? Apa yang kau lakukan disini?"
Gaara menunjukkan sebuah buku yang dipegangnya. "Yah, hanya mencari sebuah buku sejarah saja."
Sakura ikut menganggukkan kepalanya. Ia pun mendesah kecil sembari meninju bahu Gaara pelan. "Kemana saja kau? Selama liburan musim panas—bahkan sebelum liburan—kita tak pernah bertemu."
Sakura hanya tertawa kecil. "Sebelumnya aku minta maaf padamu karena belum memberitahumu. Err... Waktu itu aku kembali ke Suna, hingga tidak sempat bertemu denganmu. Aku juga minta maaf karena saat perayaan tidak bisa datang." jawabnya datar. Sakura hanya tersenyum menanggapinya.
"Oh... Jadi kau kembali ke Suna. Huh... Tanpa kehadiranmu di perayaan, suasana jadi sepi." Sakura mengerucutkan bibir. Gaara hanya tersenyum kecil.
"Aku juga menyesal tidak bisa datang."
Sasuke's POV
Aku sudah menemukan buku yang kucari. Setelah itu aku segera kembali ke tempat dimana Sakura duduk. Saat itu aku melihat Sakura sedang duduk bersama seorang pemuda. Hatiku terasa sakit saat itu.
Dengan langkah berat aku mendekati mereka. Saat itu pemuda yang duduk di samping Sakura segera melihatku karena posisinya berhadapan denganku. Ia pun segera tersenyum padaku—dan aku hanya membalasnya dengan death glare.
Aku segera menaruh buku yang kupegang di atas meja. Aku pun langsung duduk di sisi yang lain di samping Sakura. Sakura yang baru sadar akan kehadiranku segera menatapku.
"Eh, Sasuke. Kau sudah menemukan buku yang kau cari?"
"Hn." jawabku datar. Aku membuka buku itu dan segera membacanya.
Sakura yang melihat tingkah anehku segera memegang bahuku. Aku segera berdelik.
"Kau kenapa sih, Sasuke?" tanyanya penasaran. Aku tidak menjawab. Mataku terus beradu dengan deretan huruf di dalam buku. "Kenapa sikapmu langsung berubah seperti ini?"
Sakura mencoba menatapku. Aku segera mengalihkan pandanganku. "Kau bisa diam tidak?!" seruku sedikit kasar. Seketika aku langsung diberikan beberapa death glare dari orang-orang yang terganggu akan seruanku tadi. Aku pun segera bangkit dengan membawa buku dan mencari tempat duduk yang lebih nyaman. Kutinggalkan Sakura dan Gaara yang menatapku dengan tatapan bingung.
Aku mendengus kesal saat duduk di sebuah kursi yang jauh dari tempat Sakura tadi. "Huh… Bisa-bisanya dia mendekati Sakura lagi!"
***
Normal POV
Sakura menaruh tasnya di atas tempat tidurnya. Dilepasnya satu persatu sepatunya, memakai white slipper dengan kepala boneka kelinci—hewan yang ia sukai. Ia pun lantas berdiri menghadap ke cermin ovalnya. Ia menatap dirinya dari balik cermin. Alisnya bertaut. "Apa yang salah dengan penampilanku?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia pun memutar badannya, berkaca kembali dan mengerutkan kening. "Tidak ada yang salah, kok. Sasuke kan juga sudah melihat penampilanku sejak tadi pagi. Ia malah memujiku."
Sakura segera duduk di atas kursi kecilnya, masih menghadap ke cermin oval. Ia pun mencoba berpikir, apa yang salah dari dirinya sehingga Sasuke berubah seperti itu. Bahkan saat perjalan pulang Sasuke sama sekali tidak berbicara padanya. Hingga tiba di depan rumah Sakura, pemuda itu langsung tancap gas—belum mengucapkan 'selamat tinggal' atau 'sampai jumpa besok'.
Selama beberapa menit ia berpikir, ia segera membelalakan matanya. "Ya Tuhan... Sasuke marah denganku karena aku berdekatan dengan Gaara!" serunya. Ia pun menepuk kepalanya pelan. "Ah, kau bodoh Sakura!"
Gadis tersebut bangkit dan segera berganti pakaian. Ia mengambil tas kecilnya dan memasukkan sebuah buku ke dalamnya. Dengan penampilan yang dirasa sudah cukup menarik, ia segera turun ke lantai satu untuk menemui Nina dan berpamitan pada wanita itu untuk menemui seseorang.
***
CKLEK!
Sakura menoleh ke arah pintu. Dilihatnya seorang pemuda yang lebih tinggi dari Sasuke. Penampilannya sangat cuek seperti kekasihnya itu. Sakura membuka mulutnya sedikit. Ia terkagum akan ketampanan dan yeah... kau tahulah...
Pemuda itu terlihat sedang memakai jaket berwarna hitam dengan polesan gambar awan berwarna merah, dipadu dengan celana panjang berwarna hitam dan ditambah dengan sepatu sport. Pemuda itu hanya menaikkan alisnya sebelah ketika melihat Sakura. Ia juga tersenyum tipis pada gadis itu. Terlihat kedua pipi Sakura menampakkan rona kemerahan.
"Itachi-niisan?"
***
To Be Continued
***
Hai, semuanya~ Aku kembali~ XD Karena banyak yang minta dibuatkan sekuel dari Pangeran Bulan, jadi aku buat deh. Sekalian juga yang rikues fic ke aku, ini dia fic-nya~ *nebar confetti*
What's Pyul I? Kalian pasti bertanya-tanya kan? Dan aku juga bertanya-tanya, Pyul I itu apa sih *jyaah* Pokoknya itu adalah bahasa Korea. Karena udah sering memakai bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Arab (?) dan lain-lain, jadi aku mencoba untuk memakai bahasa Korea. Well, ga ada salahnya sih, kan aku suka sama Dong Bang Shin Ki yang notabene boyband asal Korea Selatan itu~ Nyahaha~ XDDD *ditendang*
Aku memunculkan triangle love. Yang sudah berdiskusi (atau apalah namanya itu) denganku dan sudah kuberitahu pasti tahu siapa saja yang terlibat cinta segitiga itu. Tapi mungkin yang baru tahu juga udah tahu siapa saja orangnya. Eiitt... Bukan SasuSakuGaa lagi looohh~ Tapi SasuSakuIta!! *ngambil confetti yang berserakan dan ditebar lagi* Jyahahaha~ Kakak adik berebut gadis yang sama! Seru tuh! XD *mojokin SasuSakuIta*
Oh iya, sebelumnya aku minta maaf yang sebesar-besarnya karena aku ga bisa update Pyul I tiap minggu seperti Pangeran Bulan. Jadwal PM, pelajaran tambahan, banyak tugas, dan orangtua menganggu aktivitasku untuk membuat fic. Tapi kuusahakan fic Pyul I akan selalu update. Semoga kalian dapat memakluminya :)
Silahkan review~ Saran, kritik, dan flame akan aku terima dengan senang hati.
ありがとぅ ございます
Keep smile :)
うちは サスリン カツヤ
