Tittle : 1004.
Rate : T+.
Genre : Romance, Family, Hurt/Comfort, Angst.
Pair : DaeLo.
Disclaimer : TS, Cube Entertainment.
Author : Skinner Choi.
Editor : Byun Cherry.
Warning : BL, YAOI, Boy x Boy, DLDR, AU, OOC, Miss Typo(s), Crack Pair. No Flamers.
Chapter 1 : Mom, Dad, and Home.
#Junhong Pov.
Hari itu entah kenapa aku merasa aku tidak ingin pulang terlebih dahulu setelah bel sekolah berbunyi. Seperti ada sesuatu yang sedang tak ingin aku lihat jika aku pulang ke rumah. Tapi langkah kakiku terasa cepat menuju rumah hari itu.
Kulihat banyak orang berkumpul di luar rumah. Semua orang terlihat cemas dan tidak ada raut senang. Aku berjalan seolah menjadi orang linglung yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Beberapa orang melihatku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan, sambil berbisik " Itu anaknya kan? Kasihan sekali ya, dia masih sangat muda."
Aku segera masuk ke dalam rumah, dan Himchan ahjussi langsung merangkulku kembali ke luar.
" Kau harus sabar Junhongie… Ahjussi akan mengurus semuanya." Katanya.
" Kenapa aku tidak boleh masuk?!." Tanyaku, tapi ahjussi tidak menjawab pertanyaanku.
" Dimana mama?." Tanyaku khawatir. " Kenapa aku tidak melihat mama? Apa yang sedang terjadi? Aku mau masuk!." Paksaku. Tapi ahjussi tetap diam dan semakin memelukku erat untuk mencegahku masuk.
" Ahjussi! Apa yang terjadi! Mana mama?! Biarkan aku masuk!." Kataku terdengar sedikit gemetar, tiba-tiba aku panik tanpa sebab takut sesuatu terjadi.
" Kau tidak boleh kesana Junhongie…" kata Ahjussi. Aku yang panik mulai memukul ahjussi agar melepasku, mataku memanas, aku ingin tau ada apa yang terjadi pada mama.
" Ahjussi! Biarkan aku melihat mama! Kenapa disini banyak orang? Apa yang terjadi?." Kataku semakin gusar.
Kurasakan ahjussi memelukku semakin erat. " Mamamu sudah berpulang ke surga… dia mengalami kecelakaan. Dia jatuh dari atas gedung." Kata ahjussi lirih.
" Mwo? Wae.. mama—" kenapa telingaku mendadak berdenging? Huh… aku menangis?
" Mama…" ucapku mengawali runtuhnya pertahananku.
Seolah tenagaku kembali utuh, aku mulai meronta, aku masih tidak percaya mama meninggal sebelum aku melihatnya sendiri. " Jangan bohong! Mama belum meninggal ahjussi! Aku tidak mau dengar hal ini! Mama masih disini!." Teriakku.
Ahjussi hanya diam, dia terus memelukku begitu erat. Kenapa mama harus mati? Dengan siapa aku hidup bersama? Hanya mama yang kupunya…
Aku tidak diperbolehkan melihat jasad mama yang rusak. Umurku baru menginjak 18 tahun, aku tidak memiliki apapun, siapapun. Hanya hanya ahjussi yang mengurusku.
Aku…
Seorang diri…
.
.
.
.
.
7 hari… dan aku sudah melupakan hangatnya matahari. Aku bahkan lupa hawa dingin yang menyergap saat kubuka jendela pagi hari. Ahjussi sangat mengkhawatirkanku, aku tau. Tapi ini terlalu cepat untukku menerima kenyataan.
" Junhongie…" kudengar suara ahjussi melirih. " Kau… kembalilah bersekolah." Kata-kata itu terdengar putus asa. Helaan nafas kudengar kemudian. " Jika kau butuh sesuatu, katakan padaku." Kata ahjussi.
" Himchan ahjussi." Panggilku sambil tetap berbaring diatas tempat tidur memandang kosong ke langit-langit kamarku. " Dimana papa? Kenapa papa tidak pernah menemuiku? Kenapa papa meninggalkan kita?." Tanyaku.
" Aku tidak tau. Maafkan aku."
Aku terdiam, tapi kosong. Tidak ada apapun yang terlintas di benakku untuk menanggapi perkataan ahjussi.
" Mama tidak pernah memberitahuku soal papa. Nama— ah bahkan rupa papa saja aku tidak tahu. Mama hanya bilang papa pergi saat umurku 1 tahun. Terkadang saat terbangun tengah malam, tanpa sengaja aku melihat mama menangis. Kupikir, sejahat itukah papa sehingga membuat mama menangis seperti itu, tapi aku mengenal mama, aku tau mama masih mencintai papa."
" Papamu sangat rupawan, sejauh yang kuingat. Youngjae memintaku untuk menghapus semua hal tentang suaminya, dan tak akan pernah menyebut namanya lagi." Kata Ahjussi.
" Bagaimanapun dia tetap papaku, aku akan mencari papa." Kataku.
" Dia sudah pergi entah kemana." Kata ahjussi.
" Aku akan tetap mencarinya ahjussi. Papa adalah satu-satunya keluarga yang kupunya. Dan aku ingin tau siapa papaku dan membawanya pulang.." kataku.
" Dia meninggalkan keluarga ini Junhongie, menyakiti mamamu dan meninggalkan anaknya, apa yang kau harapkan saat bertemu dengannya?." Kata ahjussi.
" Mama meninggal bukan karena kecelakaan, mama memang bunuh diri dari atas gedung. Aku melihat tulisan-tulisan mama dikamarnya. Jika semua ini karena papa, aku harus mencarinya. Dia harus bertanggung jawab atas semua ini." Kataku tegas.
Ahjussi hanya menghela nafas menyerah." Kau harus menyelesaikan sekolahmu terlebih dahulu." Kata ahjussi.
" Araseo."
3 bulan lagi aku akan menyelesaikan sekolahku. Selain itu aku harus mencari dimana papa berada. Dan ahjussi tidak tau sama sekali dimana papa berada. Dia hanya bilang mungkin papa ada di Busan.
Aku masuk ke kamar mama. Mungkin ada petunjuk lagi yang kutemukan. Aku membuka laci-laci yang ada disana, mungkin mama masih menyimpan foto papa. Tapi, yang kutemukan hanya tulisan-tulisan mama yang menceritakan perasaan kecewanya pada papa, dan kemarahan juga kelelahannya merawatku seorang diri.
Aku mengumpulkan catatan itu dan membawanya ke kamarku. Aku membaca semuanya, aku merasa bersalah karena selama ini aku tidak pernah tau perasaan mama. Disana tidak tertulis satu kalipun nama papa. Mama hanya menulis 'Dia' sebagai subjek.
Tak dijelaskan juga kenapa papa pergi meninggalkan kami. Semua yang ada di rumah ini tak ada satu bendapun yang ditinggalkan papa, karena mama sudah membuang semuanya.
Aku kembali membereskan semua catatan mama, lalu aku menemukan sebuah foto. Aku sedikit terkejut mendapati itu adalah foto keluarga kami. Disana terfoto saat aku masih bayi, mama menggendongku dengan wajah cerah, disampingnya berdiri papa tetapi mama sudah merobek bagian wajahnya. Aku membalik kertas foto itu dan disana tertulis sebuah nomor telepon yang berdomisili di Busan.
Kurasa hanya ini satu-satunya petunjuk yang kupunya. Aku akan mencari papa setelah aku lulus nanti.
Aku tidak tau kenapa papa pergi, dan semua catatan mama mengatakan bahwa papa adalah pria tidak bertanggungjawab, tapi aku tidak bisa merasakan rasa benci itu. Karena sejak kecil aku mengidamkan memiliki sosok papa. Aku yakin papa memiliki alasan tersendiri kenapa dia pergi dari sini.
Lalu kurasakan ahjussi mendekat ke belakangku. " Ahjussi." Panggilku.
" Ada apa?."
" Apa dulu papa dan mama sempat bercerai?." Tanyaku.
" Ya. ibumu yang ingin bercerai dari papamu." Kata ahjussi.
" Apa saat itu aku berumur 1 tahun?."
" Aniya, saat kau masih berumur 1 tahun papamu sering pergi dan jarang berada dirumah hingga kau berumur 3 tahun, dan saat papamu pulang setelah 1 tahun pergi entah kemana Youngjae langsung mengajak bercerai."
" Apa papa menyayangi kami?." Tanyaku.
Ahjussi terdiam agak lama. " Kurasa… Aku tidak mau terlalu jauh ikut campur masalah keluarga adikku waktu itu. Tapi Youngjae terus-terusan ingin bercerai dari papamu. Dia jarang di rumah." Kata Ahjussi.
" Kenapa aku tidak bisa mengingat sedikitpun tentang papa?." Lirihku.
" Mungkin karena dia jarang di rumah, jadi saat dia pulang kau hanya mengira dia orang lain." Kata ahjussi.
" Setelah aku lulus, aku akan ke Busan." Kataku.
" Sendiri?."
" Nde. Tenanglah aku akan baik-baik saja ahjussi. Kau juga harus memperhatikan keluargamu juga kan?." Kataku sambil tersenyum sendu.
" Tapi jika kau ada sesuatu, hubungi aku segera, arachi?." Kata ahjussi. Aku berbalik dan tersenyum.
" Nde."
.
.
.
.
.
Setelah aku menyelesaikan sekolahku, sesuai dengan janjiku untuk mencari papa, aku akhirnya bisa pergi ke Busan.
" Ingat Junhongie, jika sesuatu terjadi langsunglah hubungi aku." Pesan ahjussi saat mengantarku ke stasiun.
" Araseo."
Ahjussi memelukku erat. Akupun balas memeluknya. Kupejamkan mataku untuk meresapi kenyamanan ini sebelum pergi jauh.
" Ehm… ahjussi?." Kataku setelah pelukan itu tak kunjung lepas.
" Oh!." Ahjussi melepas pelukannya sambil tersenyum hambar, tapi kedua tangannya masih memegang lenganku. Pandangan yang ditujukan padaku selalu sama, selalu lembut.
" Aku harus berangkat, ahjussi." Kataku.
Ahjussi mengangguk sambil menepuk lenganku. " Aku pergi ahjussi." Kataku. Selama perjalanan aku terus menggenggam foto yang kutemukan dulu. Aku harus segera mencari tempat tinggal sementara di Busan selama mencari papa.
Apapun yang terjadi aku harus bisa menemukan papa!.
Setelah perjalanan panjang, pagi-pagi sekali aku sampai di Busan. Ini pertamakalinya aku berada di Busan, jadi aku sedikit tersesat. Tapi akhirnya aku menemukan apartment kecil. Aku hendak kesana untuk menyewanya, tetapi saat aku menyebrang jalan menuju apartment itu seseorang tiba-tiba menabrakku dengan keras hingga aku terjatuh.
Dia terlihat buru-buru , tapi dia masih menyempatkan diri berbalik menghadapku. " Mianhae." Katanyanya sambil membantuku berdiri dengan cepat.
" Ya!."
Tiba-tiba dia ikut menarikku bersamanya. " Ya! apa yang—"
" Sudahlah ikut saja. Aku butuh bantuan." Katanya.
Aku mengikutinya sambil bertanya-tanya hingga akhirnya kami berhenti di depan gedung apartment yang tinggi.
" Tunggu sebentar! Kenapa kau membawaku kemari? Aku harus mencari apartment!." Protesku yang sudah kesal dibawa kesana-kemari dengan alasan tidak jelas.
" Aku di kejar-kejar polisi."
Aku terkejut. " Polisi? Berarti kau—"
" Ssstt! Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Sekarang ikut aku dulu." Katanya sambil kembali menarik lenganku, tapi segera kuhentikan.
" Aku tidak mau berurusan dengan orang bermasalah, aku juga punya kepentingan." Kataku.
Tiba-tiba dia memasang borgol ke pergelangan tanganku. Aku melotot melihat dia memborgol tanganku dan memasangkan satunya pada tangan nya sendiri. " Aku memaksa!." Katanya, dan kutancapkan pandangan tajam padanya.
Lalu dia membawaku masuk ke dalam gedung apartment itu, dan masuk ke salah satu ruangan apartment mewah disana dan entah tadi kami sudah naik berapa lantai untuk sampai kesini.
" Hey! Kenapa kau membawaku kesini?!." Kesalku, karena dia terlihat biasa saja dan mendiamkanku seperti tidak ada yang terjadi.
" Kau butuh tempat tinggal kan? Kau bisa tinggal disini selama kau mau." Katanya.
" Aku bahkan tidak kenal denganmu." Kataku.
" Hai, namaku Bang Yongguk, 24 tahun. Ramyun adalah makanan favoritku." Katanya cepat sambil menjabat tanganku cepat. " … dan kau?." Tanyanya.
" C.. Choi Junhong. " kataku bingung.
" Hai Junhong." sahutnya cepat. " Nah, sekarang kita sudah saling kenalkan?." Lanjutnya.
" Tidak. Semudah. Itu. Lagi pula kau sedang dikejar polisi." Kataku.
" Itulah kenapa aku membawamu. Jika kau masih disana kau pasti menunjukkan kemana arah aku kabur kepada polisi-polisi itu. Dan asal tau saja, kabur dari polisi itu sangat – sangat susah." Katanya.
" Aku tidak akan bilang."
" Tentu saja karena terlanjur bersamaku."
" Ck! Aku punya hal yang harus aku lakukan!." Kesalku.
" Baiklah! Aku akan membantumu, tapi bantu aku terlebih dulu."
" Kau narapidana, kau pasti melakukan kejahatan, aku tidak percaya padamu." Kataku dengan nada meninggi.
" Bisakah kau kecilkan suaramu? Ayo kita bicara secara baik-baik." Katanya.
Aku menarik nafas kesal, akhirnya aku menuruti kata-katanya. " Jadi, kenapa polisi mengejarmu?." Kataku masih cemberut.
" Aku dijebak. Dan aku dituduh sebagai pengedar narkotika." Kata Yongguk.
" Kenapa bisa?."
" Kejadiannya panjang, jika polisi menemukanku bisa gawat. Aku harus menunggu temanku untuk keluar dari penjara agar bisa menolongku." Kata Yongguk.
" Temanmu juga narapidana?."
" Well, bisa dibilang begitu, tapi dia juga mengalami hal yang sam sepertiku, dia dijebak dan berakhir di penjara." Kata Yongguk.
" Kenapa harus menunggunya keluar?." Tanyaku.
" Karena hanya dia yang tau dan bisa menangkap penjahat yang sebenarnya, apapun yang terjadi dia harus bisa memenjarakan orang itu."
" Jika polisi menemukanmu sebelum dia keluar bagaimana?." Tanyaku.
" Aku akan dipenjara. Mungkin kau juga bisa ikut dipenjara."
" Mwoya! Tidak! Sebaiknya aku pergi. Aku tidak ingin di penjara. Aku tidak bersalah." Kataku sambil berdiri dan berbalik.
" Andwae…" katanya sambil menarik krah baju belakangku, dia menarikku sehingga kembali menatapnya. " Tetaplah disini. Aku janji tidak akan terjadi apa-apa padamu." Katanya.
Aku mendongak memandangnya yang beberapa senti lebih tinggi dariku, mencari kebenaran atas perkataannya. Haruskah aku mempercayainya? Tapi dia itu orang yang baru kukenal. Kalau dia punya niat jahat, bagaimana?
' Tempat tinggal lebih penting' batinku.
" Baiklah. Tapi kau juga harus membantuku." Katanya.
" Setuju. Sepertinya kau bukan orang Busan, kau kesini untuk apa?." Tanya Yongguk.
" Aku mencari papa-ku." Katanya.
" Papa?." Tanyanya bingung.
" Nde. Aku harus bertemu dengannya. Tapi aku tidak tau dia ada dimana sekarang."
" Lalu kau akan mencarinya kemana? Siapa nama papamu itu?."
" Aku tidak tau. Aku tidak ingat wajahnya, dan aku tidak tau seperti apa dia."
" Tunggu, tunggu. Kau jauh-jauh datang ke Busan untuk mencari papamu, dan kau tidak tau nama, alamat atau semacamnya, bahkan wajahnya juga tidak tau. Lalu bagaimana kau akan mencarinya?." Tanya Yongguk.
" Karena itulah aku harus mencarinya walaupun aku sendiri tidak tau caranya."
" Mustahil!." Katanya ber-emot-emot dramatis.
Aku meliriknya penuh ancaman, lalu dia terdiam. " Ehem. Karena aku sudah janji, aku pasti membantumu." Kata Yonguuk.
" Terimakasih."
" Pakailah kamarku. Jika kau butuh sesuatu katakan saja." Kata Yongguk.
" Araseo."
Akupun segera mengambil tasku dan segera masuk ke kamar itu.
" Junhong!." Panggilnya sebelum aku menutup pintu.
" Ada apa?." Tanyaku.
" Kenapa papamu pergi?."
" Itulah yang ingin kutanyakan sejak kecil. Setelah mama meninggal, aku rasa aku harus pergi mencari papa. Aku adalah anaknya." Jawabku.
Dia mengangguk lalu berbalik seraya menutup pintu, kemudian aku segera tidur di kamar itu.
" Jika aku bertemu dengan papa nanti… Apa yang harus kukatakan? Apa dia masih mengenaliku? Bagaimana rupa papa? Apa dia sangat rupawan seperti yang dikatakan ahjussi?." Gumamku.
Aku tak bisa berhenti memikirkan ini. Aku tidak sabar ingin bertemu dengan papa. Ingin bercerita banyak padanya.
Dan mengajaknya ke makam mama…
.
.
.
.
.
" Ahjussi! Aku lapar!." Seruku.
" Ya! aku tidak setua itu! Setidaknya panggil aku hyung. Carilah makanan di kulkas." Katanya.
" Tapi di kulkasmu hanya ada susu kadaluarsa, sayuran kering, dan keju basi. Kau ingin aku makan itu? Kau juga harus bertanggung jawab atas hidupku di Busan." Protesku.
" Aku tidak bisa keluar sembarangan, atau polisi akan menemukanku. Ini kuberi kau uang. Pergilah membeli apa yang kau mau." Katanya.
" Baiklah…" gerutuku.
Akupun segera pergi ke luar untuk mencari bahan makan. Well kurasa aku bisa beli apa saja dengan uang ini.
Aku segera berbelanja. Sepertinya Yongguk hyung juga belum makan sejak pagi.
.
.
" Apa saja yang kau beli? Banyak sekali?." Tanya Yongguk hyung saat aku tiba di apartment.
" Bahan makanan. Setidaknya ada makanan yang bergizi ke dalam kulkasmu, hyung." Kataku.
" Ck! Dasar tukang boros." Gerutunya.
Aku segera menata makanan-makanan yang kubeli ke dalam kulkas.
" Hyung!." Panggilku.
" Hn."
" Ini… kubelkikan untukmu. Kurasa ini cocok untukmu." Kataku sambil memakaikan sebuah snapback padanya.
" Kau ini… tetap saja ini pakai uangku kan?." Katanya.
Aku tertawa kecil. " Aku tau kau menyukainya." Kataku.
" Nde. Gomawo, sekarang masakkan sesuatu untukku." Katanya.
Aku kembali ke dapur dan segera memasak untuk makan siang. Aku jadi berfikir tentang Yongguk hyung. Bagaimana bisa dia berurusan dengan polisi dan dijebak oleh orang jahat? Tapi, menurutku Yongguk hyung bukan orang jahat.
Dia sebenarnya juga baik padaku. Tapi bersamanya juga bisa membahayakanku. Aku tidak mau menyusahkannya. Dan aku juga harus bisa menjaga diriku sendiri. Ahjussi tidak boleh tau tentang hal ini dulu.
Yongguk hyung pasti membantuku menemukan papa. Tapi… apa papa sudah punya keluarga baru? Lalu apa yang harus kukatakan pada keluarganya nanti jika memang itu terjadi?.
" Junhongie. Kenapa melamun? Kau bisa mengiris jarimu jika melamun seperti itu." Kata Yongguk hyung mengagetkanku.
" A… aku tidak melamun." Kataku.
" Lihat, potongan kimbap ini tidak sama. Ada yang lebar ada yang tipis." Katanya.
" Mi… mianhae…" kataku.
" Tak apa. rasanya tetap sama kok." Katanya sambil mengambil kimbap itu dan memakannya.
" Ya! hyung!." Aku memukul lengannya. " Jangan makan seperti itu. Nanti saja saat sudah siap." Kataku sambil berkacak pinggang.
" Apa bedanya jika kumakan disini?." Katanya sambil mengusap lengannya. " Rasanya juga tetap sama kok. Lagipula aku sudah lapar." Katanya.
" Dasar hyung ini." Gerutuku.
" Ngomong-ngomong, apa kau sudah tau siapa nama papamu itu?." Tanya Yongguk hyung.
" Belum hyung, ahjussi-ku masih tidak mau memberitahukannya padaku." Jawabku.
" Kau kan anaknya. Setidaknya kalau Cuma nama kau berhak tau."
" Ahjussi bilang, dia sudah janji pada mama bahwa dia tidak akan memberi tahu apapun tentang papa padaku."
" Pelit sekali."
" Seperti kau tidak saja hyung." Sambarku.
Yongguk hyung langsung melotot padaku, lalu aku tersenyum kecil.
" Sebelum mama meninggal dia tidak pernah sedikitpun bercerita tentang papa, jadi aku tidak tau apapun hingga sekarang." Lanjutku.
" Lalu kenapa mamamu meninggal?." Tanya Yongguk hyung.
" Mama… jatuh dari gedung. Dia mengalami depresi." Jawabku. Yongguk hyung seketika terdiam, walau mulutnya sudah terbuka hendak memasukkan makanan.
" Maaf. Itu tragis sekali."
Aku bergumam mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.
" Karena itu, aku harus bertemu papa. Bagaimanapun aku tetap anaknya, dan dia harus bertanggungjawab."
" Jika papamu mempunyai keluarga baru, bagaiamana?." Tanya Yongguk hyung.
Seketika itu aku menghentikan makanku. " Itu.. aku… aku belum memikirkannya." Kataku lirih.
" Pelik sekali hidupmu." Kata Yongguk hyung.
" Jadi kapan hyung akan membantuku?." Tanyaku seraya melanjutkan makanku.
" Setelah masalah ini selesai, aku juga tidak bisa mencari papamu dengan leluasa jika polisi mencariku." Jawabnya.
" Araseo…"
" Kimbap bikinanmu enak ternyata." Kata Yongguk hyung tiba-tiba.
" Hyung, apa benar kau dijebak?." Tanyaku mengabaikan kata-katanya barusan.
" Nde. Dia benar-benar orang yang kejam. Lebih baik kau tidak berurusan dengannya." Katanya.
" Kenapa dia mengincarmu?."
" Temanku yang dipenjara tau jika orang yang menjebak kami melakukan banyak kejahatan. Semua buktinya ada padaku sebelum temanku itu masuk penjara karena tipuan orang itu. Sebenarnya, orang itu tidak tau jika aku akan menjebloskannya kepenjara, tapi gara-gara mata-matanya benar-benar banyak, akhirnya dia mengejarku. Semua ini akan selesai sebentar lagi."
" Jika sesuatu terjadi padaku bagaimana?." Tanyaku khawatir.
" Jika memang sesuatu terjadi padamu, aku janji kau tidak akan apa-apa. Aku pasti melindungimu, kau bisa pegang omonganku." Katanya.
.
.
.
.
.
Selama 2 minggu berikutnya, aku tetap tinggal dengan Yongguk hyung. Dia menghidupiku dengan baik. Bahkan aku tidak memakai uangku sedikitpun, meski aku harus membersihkan apartment-nya yang berantakan ini
" Kau benar-benar malas hyung. Kenapa harus aku yang me-laundry bajumu." Gerutuku.
Aku tidak mendengar jawaban Yongguk hyung dari dapur, dan itu membuatku sedikit bingung.
" Hyung?." Panggilku sambil mengintip ke arah dapur.
" Ssh… tetaplah disana." Kata Yongguk hyung pelan sambil berjalan pelan kearah ruang depan, seolah dia tau ada penjahat yang masuk. Aku langsung diam, rasa takut dan gemetar tiba-tiba melandaku. Aku sudah tidak lagi fokus dengan apa yang kukerjakan. Aku gemetar. Bagaimana jika sesuatu terjadi?.
Tiba-tiba kudengar suara derap langkah Yongguk hyung yang tergesa.
BRAAAKK!
Jantungku berpacu semakin kencang.
" Junhongie!."
" Hyung apa yang—"
" Polisi datang!."
Nafasku tercekat. " Hyung…"
.
.
.
.
.
.:: To Be Continued ::.
Spoiler for Next Chapter :
.
" Ini pertamakalinya kau memanggil namaku."
.
" Ahjussi! Dimana Yongguk hyung?."
.
" Kubilang diam!."
.
" Pak sipir! Apa kau tau dimana Jung Daehyun?."
.
" Jangan sentuh aku!."
.
"… Dan kau punya hubungan apa dengan Yongguk?."
" A… aku tidak punya hubungan apa-apa."
" Berarti aku salah membebaskan orang. Aku harus menemui kepala penjara untuk memasukkanmu ke penjara lagi."
.
" Aku janji akan menyelamatkanmu. Aku akan tepati kata-kataku!."
.
" Appa!."
.
.
.
.
.
.
