Title : Happy Birthday Sehunnie!
Cast : HunHan!GS For Uke, other cast.
Length : Twoshoot
Genre : Humor, Romance
.
.
.
.
.
Oh Pheonix present
Special for Oh Sehun
.
.
.
.
Happy reading ^^
.
.
.
"Eomma, kita mau kemana?"
"Menemui teman eomma."
"Thiapa?"
"Nanti Sehunnie pasti tau, teman eomma baru melahirkan putri cantik loh.."
"Benalkah?"
"Hm, jadi nanti Sehunnie harus membantu menjaga teman eomma menjaga Luhannie, ya?"
"Luhannie?"
"Anaknya teman eomma.."
.
.
"Sehunnie, ini namanya Luhan.."
"Yeppo!"
"Ne, Sehunnie harus bantu ahjumma menjaga Luhannie ya? Mau kan?"
"Mau!"
"Beri salam pada Luhannie, sayang.."
"Luhannie annyeong! Namaku Thehun!^^"
.
.
.
"Oppa!"
Sehun melambai singkat didepan pintu mobilnya begitu melihat seorang gadis bersurai cokelat madu keluar bersama dua temannya, gadis yang melambai penuh semangat kearah Sehun itu tersenyum ramah pada dua temannya.
"Baek, Kyung.. Lulu pulang duluan, ya? Sehun oppa sudah menjemput," cengirnya polos.
Dua temannya yang dipanggil 'Baek' dan 'Kyung' mengangguk dan ikut tersenyum pada Sehun yang masih berdiri didepan pintu mobilnya, menunggu gadis Lulu itu menghampirinya.
"Sehun oppa tampan sekali, Lu.." ratap Baekhyun.
Lulu, atau Luhan terkikik geli, "Tampan sekali! Tapi Sehun oppa punyaku, Baek!" ujarnya ceria.
"Ish, aku mau punya teman kecil yang jadi tunanganmu juga seperti Sehun oppa," ujar Baekhyun merengut, Kyungsoo mencubit pipi gadis itu dengan gemas.
"Chanyeol?" tanyanya polos, sontak saja satu nama itu membuat Baekhyun tersentak kaget dan merona malu.
"Hihi, sudah, ya.. Aku duluan.. annyeong!"
Kedua gadis itu melambai pada Luhan dan berjalan menuju gerbang sementara Luhan menghampiri Sehun.
"Oppa sudah lama?" tanya Luhan begitu sudah berjarak selangkah dari pria itu.
"Tidak juga, sudah siap pulang?"
"Eum!" gadis itu mengangguk dan menggumam terima kasih pada laki-laki keluarga Oh itu saat dia membukakan pintu untuknya.
"Tidak ada rencana pergi hari ini?" tanya Sehun begitu mereka didalam mobil. Luhan menoleh dan berpikir sebentar sebelum akhirnya menggeleng pelan.
"Lulu lelah.."
Sehun tersenyum tipis, tangan kanannya ia arahkan untuk mengusak pelan surai lembut Luhan yang bersandar nyaman.
"Yasudah.."
.
.
.
Sehun adalah mahasiswa S2 jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Dongguk yang sedang menyelesaikan tesisnya, sedangkan Luhan adalah siswi SM Senior High School tingkat 2. Mereka berdua adalah sepasang kekasih, teman kecil, tunangan, pasangan hasil perjodohan atau apapun yang membuat kalian nyaman menyebutnya. Silahkan.
Kedua insan ini bertemu karena orang tua Sehun, menjodohkan mereka berdua sejak kecil, bermain dan menjaga Luhan sampai ia se-dewasa sekarang, dan jatuh cinta pada gadis itu. Hanya sesederhana itu.
Namun ada yang aneh dengan hubungan mereka beberapa hari terakhir ini. Gadisnya itu menolak bicara penuh dengannya dan hanya menanggapi seperlunya saja. Luhan yang biasa ia kenal adalah Luhan yang kekanakan, manja, dan polos serta ceria. Bukan Luhan yang pendiam dan lebih banyak melamun.
Seperti saat ini, Luhan lebih memilih memandang keluar jendela daripada membangun sebuah obrolan dengan Sehun, sesekali Sehun akan melirik Luhan dan menghela nafas pelan.
Mobil pajero sport Sehun berhenti tepat digarasi rumah keluarga Lu, lelaki itu menoleh dan menemukan Luhan masih menatap keluar jendela tanpa sadar jika ia sudah berada digarasi rumahnya.
"Lu?" panggil Sehun pelan, Luhan masih bergeming.
"Xiao Lu.." panggil Sehun lagi, kali ini dengan sedikit menyentak gadis rusa itu dari alam bawah sadarnya.
Luhan tersentak dan reflek menoleh kearah lelaki itu dengan mata membulat, "Ya?"
Sehun menatap Luhan cukup lama, dengan tatapan tajam khasnya. Ditatap seperti itu membuat Luhan menunduk, namun jemari kekar Sehun menahan dagunya, membuat mereka berdua memandang satu sama lain.
"Ada apa denganmu, hm?" tanya Sehun pelan, "Kuperhatikan akhir-akhir ini kau berubah, Lu."
"Ti-tidak, oppa.."
"Katakan saja jika ada yang menganggu pikiranmu.."
Luhan menatap kilat elang didepannya dengan pandangan sendu, "Apa oppa mencintai Lulu?"
Sehun mengernyit mendengar pertanyaan itu, memandang Luhan dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa bertanya seperti itu?"
"Lulu hanya bertanya saja.."
"Itu pertanyaan retoris, sayang.. kau sudah tau jawabannya."
Luhan terdiam, bola matanya bergulir dan menatap sekeliling, baru sadar jika mobil mereka berhenti dan telah terparkir rapi digarasi.
"Kita sudah sampai?" tanya Luhan, mengalihkan pembicaraan.
Sehun mendengus geli, "Ya, kau baru sadar?"
Luhan hanya tersenyum sekilas dan bersiap membuka seat-belt nya jika saja tangan Sehun tak kembali menahannya.
"Wae?" tanya Luhan polos.
"Kau masih berhutang penjelasan padaku, apa yang terjadi padamu?"
"Lulu tidak apa-apa, oppa.. Oppa tidak perlu khawatir," jawab Luhan lengkap dengan senyum manisnya. Tapi Sehun tahu senyum itu hanyalah senyum yang dipaksakan.
"Benar?" tanya Sehun sangsi, Luhan mengangguk pelan.
"Benar, oppa.. sekarang biarkan Lulu masuk."
.
.
.
.
"Sehunnie, baru pulang?" Sehun yang tadinya ingin menaiki tangga menuju kamarnya terhenti saat sebuah suara lembut menyapa indera pendengarannya. Suara ibunya, Jaejoong.
"Eomma," gumam Sehun dan merubah haluannya untuk menghampiri wanita paruh baya itu, tak lupa mengecup pipi ibundanya, kebiasaannya sejak kecil.
"Luhan sudah sampai dirumah, 'kan?" tanyanya, Sehun mengangguk dan mengalungkan kedua lengannya dileher Jaejoong.
Jaejoong mengayun pelan tubuhnya kekanan dan kekiri, menikmati kebersamaan bersama putera tunggalnya.
"Ada apa, heum?" Jaejoong tahu ada sesuatu yang mengganjal dipikiran Sehun, batin seorang ibu memang tidak bisa dibohongi.
"Tidak apa-apa," jawab Sehun kalem, Jaejoong sedikit melirik dan mendapati puteranya tersenyum tipis dan mengecup kembali pipinya.
"Tidak bertengkar dengan Luhan?"
"Tidak, eomma.." Sehun kembali menjawab dengan sabar, "Sudah, ya.. aku ingin kekamar."
Jaejoong memandang Sehun sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan mengelus rahang tegas itu, dan membiarkan Sehun meninggalkannya sendirian diruang tamu.
Sehun dan Luhan memang telah dijodohkan sejak kecil, tanpa sepengetahuan orang tuanya ternyata Sehun memang telah menaruh rasa pada gadis yang berada 6 tahun dibawahnya itu. Ia selalu dengan sabar mendengar ocehan Luhan, sejak kecil bahkan dengan sekarang. Ia tidak pernah suka jika ada anak laki-laki yang berusaha mendekati Luhan. Awalnya ia tidak mengerti kenapa, karena dulu ia hanyalah remaja tanggung yang belum mengerti arti cinta. Dan berterima kasihlah pada Jongin sang sahabat yang menyadarkannya tentang perasaan itu untuk Luhan.
Sehun merebahkan dirinya diatas kasur yang beralaskan sprei abu-abu miliknya. Matanya terpejam dengan tangan kanan didahi, helaan nafasnya terdengar berat.
"Ada apa denganmu, rusa kecil.." gumam Sehun, pikirannya benar-benar tak fokus, memikirkan Luhan yang akhir-akhir ini terasa sangat berbeda. Sehun mencoba memikirkan apa kesalahannya, namun memang dasarnya ia adalah pria yang kurang peka terhadap apapun. Jadi ia tidak mengerti apa kesalahannya, atau apa yang ia lakukan sampai kepribadian gadis itu berubah.
.
.
.
"Mama! Lulu lapar!" suara nyaring Luhan memenuhi kemegahan rumah keluarga Lu, membuat beberapa maid tersenyum dan mulai mempersiapkan makan siang.
"Aigoo, sayang.. baru pulang kenapa teriak-teriak begitu, heum?" Heechul, sang ibu mengernyit sembari tersenyum manis.
"Lulu lapar, Mama," ujar Luhan sembari merengut, Heechul hanya tersenyum dan mencubit pelan pipi bulat anak semata wayangnya.
"Sehun tidak mampir?"
"Tidak."
"Kenapa?"
Luhan mengerucutkan bibirnya dan mendelik imut kearah Heechul, "Lulu tidak tahu!"
"Eeeeyy, kenapa galak begitu?"
Luhan makin merengut mendengar godaan Heechul, ia menarik kursinya dengan kasar dan menyeruput jus mangga yang disediakan oleh maid.
Heechul tersenyum dan ikut menarik kursi disamping anaknya, memandang Luhan dengan penuh kasih sayang. Ia sangat tahu apa yang menyebabkan puterinya jadi sensitif seperti ini.
"Jangan merajuk begitu, atau kita batalkan saja?" tanya Heechul lagi.
Uhuk!
Luhan seketika melotot horor dan menatap ibunya dengan sengit, "Tidak mau!"
Sekali lagi, Heechul mencubit pipi Luhan dan tersenyum, "Kalau begitu jangan pasang wajah seperti itu. Nanti Sehun malah tidak ingin melihatmu."
"Mama menyebalkan!"
Heechul terkikik geli melihat Luhan yang merajuk, ia merangkul gadis remaja itu kedalam pelukannya dan mengusap kepalanya dengan sayang.
"Cukup untuk kali ini saja bermain ekstrim seperti ini, Mama tidak akan mengizinkan Lulu melakukan lagi, paham?"
Luhan mendongak dan menatap bola mata ibunya dengan sendu, "Menurut Mama ini akan berhasil?"
Heechul mengangguk tanpa melepaskan usapannya, "Mama yakin berhasil, tapi Mama tidak menanggung kemarahan Sehun, ya?" ujarnya menggoda. Luhan cemberut.
"Lalu nanti kalau Sehun oppa marah, Lulu harus bagaimana?"
Wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya dan menangkup kedua belah pipi Luhan, memandang bola mata dengan kilat rusa yang dimiliki anak semata wayangnya.
"Dengar Mama," ujar Heechul, "Lulu yang memutuskan ini kan? Jadi yakini apa yang sudah menjadi keputusan Lulu, Mama dan Baba akan terus mendukung Lulu.." lanjutnya dengan nada keibuan.
"Iya, Ma.."
.
.
.
Sehun berjalan dikoridor kampusnya dengan beberapa lembar map dan juga satu diktat tebal, tesisnya benar-benar menguras waktunya. Bahkan sampai sore seperti sekarang ia masih harus menunggu profesor tua yang menjadi pembimbingnya, sampai ia tak sempat menjemput Luhan disekolahnya seperti biasa.
"Sehun!" laki-laki keluarga Oh itu menoleh dan mendapati teman seperjuangannya –Suzy- melambai ceria kearahnya.
"Jalanmu cepat sekali!" sungutnya sebal, Sehun terkekeh dan mengusak rambut hitam lurus milik gadis itu hingga sang empunya memekik tak terima.
"Salahkan kakimu yang pendek!"
"Ya! Aku ini tinggi semampai, kau tahu?!"
"Oh ya?"
"Kau menyebalkan, Sehun!"
Sehun hanya tertawa pelan dan kembali melanjutkan perjalanannya dengan Suzy yang mengiringinya.
"Kau habis dari ruangan profesor Ahn?" tanya Suzy, Sehun mengangguk. "Lalu hasilnya?"
"Aku masih harus merevisi beberapa bagian," jawabnya singkat, Suzy mengangguk dan tiba-tiba bergelayut manja ditangannya.
"Sehun, temani aku kekantin ya?"
"Tidak, kau pergi saja sendiri. Aku harus segera pulang.."
"Ayolah, Sehun..." Suzy kembali merengek, "Kau kan sahabatku yang paaaaaling baik!" lanjutnya, memasang aegyo terbaik agar pria dingin itu luluh.
Dan memang pada akhirnya Sehun luluh, ia memang tak tahan dengan aegyo karena kekasih imutnya selalu bertingkah aegyo yang sangat menggemaskan.
Melihat Sehun menganggukkan kepalanya –meski setengah tidak rela- membuat Suzy berteriak girang dan memeluk lengan kiri Sehun lebih erat serta mendaratkan kepalanya dibahu pria itu, bahkan Suzy tak segan-
Cup!
-mencium pipi Sehun sambil tersenyum lebar.
"Sehun! Kau yang terbaik!" ujar Suzy girang.
"O-oppa..."
DEG!
Sehun terpaku saat mendengar suara parau didekatnya, dengan kaku ditengoknya kearah belakang dan menemukan sesosok gadis berpakaian SMA tengah memandangnya dalam jarak 2 meter, mata bening yang tengah berkaca-kaca yang sangat Sehun kenali.
"L-lu.."
Luhan.
Suzy memandang Sehun dengan heran, melihat gelagat pria itu yang mendadak seperti habis melihat hantu.
"Sehun? Kau kenapa?" tanyanya bingung.
"Oppa.. dia siapa?" tanya Luhan pelan, mata rusanya memandang Suzy dengan tatapan bingung sekaligus sakit karena melihat gadis itu mencium Sehunnya.
Suzy menoleh kebelakang dan mendapati Luhan dengan seragam SMA nya mematung sembari menatapnya, "Kau bertanya padaku?" tanya Suzy sembari menunjuk dirinya sendiri.
Luhan mengangguk kaku.
Suzy terdiam beberapa saat dan memandang kedua orang itu bergantian, tak lama kemudian seringai jahil terpampang diwajah cantiknya. Ia mengeratkan pelukannya dilengan Sehun dan berujar ceria. Membuat Luhan membulatkan kedua matanya dan memandang Sehun dengan tidak percaya.
"Aku kekasihnya!"
DEG!
Sehun dan Luhan sontak memandang Suzy dengan pandangan kaget dan tak percaya.
"Zi-ya!"
Belum sempat Sehun melanjutkan protesannya, Luhan sudah lebih dulu berlari meninggalkan mereka berdua dan keluar dari gedung universitas Sehun.
"Lu! LU!"
Luhan terus berlari, mengabaikan panggilan Sehun yang mungkin ikut mengejarnya, ia juga mengabaikan tatapan para mahasiswa yang melihatnya dengan heran. Ia sudah tidak perduli lagi.
"Lu, kau salah paham!"
"Lepas!"
Luhan memberontak keras dan menyentak pergelangan tangannya yang dicengkeram oleh Sehun.
"Dengarkan dulu, Lu.."
"Apa yang mesti aku dengarkan?!" jerit Luhan nyaring, "Oppa berselingkuh!"
"Aniyo!" Sehun tanpa sadar berteriak dan membuat nyali Luhan seketika ciut. Namun beberapa saat setelahnya ia mengendurkan air mukanya dan memandang Luhan dengan pandangan menyesal, "Aku tidak pernah melakukan hal itu, Lu. Kau harus percaya."
"Oppa membentakku," bisik Luhan terisak, Sehun berniat merengkuh tubuh mungil Luhan, namun Luhan malah mundur menjauh. "Aku benci oppa!" jeritnya, dan segera berlari menyetop taksi yang baru saja dipakai oleh salah satu mahasiswa disana.
"Lu! LUHAN!"
.
.
.
"Ayolah, Xiao Lu.. angkat teleponku." Sehun terus menggumamkan nama Luhan tanpa melepas usahanya untuk menelpon kekasih mungilnya itu. Terhitung sejak 4 jam yang lalu ia berusaha menghubungi Luhan. Setelah sebelumnya mengunjungi gadis itu dirumahnya dan berujung penolakan. Ia tak menyerah. Sesampainya dirumah ia terus menerus menelepon Luhan meski panggilannya dihiraukan oleh gadis itu.
Lagi, ia mencoba menghubungi nomer Luhan dan harus menelan kekecewaan karena bukan suara imut Luhan yang menyambutnya, melainkan seorang wanita operator.
Tak menyerah, ia mencoba mengirim pesan entah yang keberapa puluh kalinya pada gadis asal China itu.
To: Xiao Lu
Angkat telepon oppa, sayang..
Memang terkirim, namun setelah beberapa belas menit menunggu Sehun tak kunjung mendapat balasan atau jawaban telepon yang ia minta.
Namun, entah ke-berapa ratus sekian panggilannya diabaikan oleh Luhan, pada akhirnya gadis keluarga Lu itu menyerah. Ia mengangkat telepon Sehun.
"Lu? Dengarkan ak-"
"Temui Lulu ditaman sekarang, oppa."
"Apa? Lu-"
Pip
Sehun mematung, masih dengan ponsel menempel ditelinganya. Perlahan diturunkannya ponsel itu dan melihat jam yang ada disana. 11.47. apa yang ingin dilakukan Luhan dimalam selarut ini?
Tanpa banyak berpikir lagi, Sehun segera meraih jaket, dompet dan kunci mobilnya untuk segera menemui Luhan yang mungkin saat ini sudah berada ditaman.
.
.
Sepi.
Itulah satu kata yang cocok menggambarkan suasana ditaman begitu Sehun menginjakkan kakinya disana. Ah satu lagi.
Gelap.
Sehun mematung melihat Luhan yang berdiri dengan pandangan kosong, jarak antara mereka hanya sekitar 5 meter, dan disekeliling taman itu benar-benar gelap. Apa petugas taman lupa menyalakan lampunya?
"Lu.." Sehun memanggil Luhan dengan nada lembut, namun Luhan masih bergeming dan menatap Sehun dengan pandangan datar.
"Langsung saja, Sehun-ssi."
Sekali lagi, Sehun terpaku mendengar suara yang Luhan keluarkan begitu dingin, belum lagi panggilan formal yang ditujukan untuknya.
"Ada apa denganmu, Xiao Lu?" penasaran, akhirnya Sehun bertanya tanpa bisa menyembunyikan raut wajah herannya.
"Anda tidak ingin menjelaskan kejadian sore tadi? Kalau begitu anda bisa pergi."
"Lu," Sehun memelas, "Aku bersumpah aku tidak pernah berselingkuh! Suzy hanya berucap asal." Balasnya kesal.
Luhan terdiam tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki didepannya.
"Kau berubah akhir-akhir ini, Lu. Apa yang salah denganku? Kau ingin aku menjawab pertanyaanmu? Aku mencintaimu."
"Setelah apa yang kulihat?" sela Luhan dingin, "Kau bilang kalau kau mencintaiku saat aku sudah terlanjur salah paham dengan apa yang kau lakukan?"
"Aku tidak tahu kalau Suzy akan menciumku!"
"Oh, jadi kau mengharapkannya jika kau tahu?"
"Lu!"
Sehun tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan agar Luhan percaya, ia benar-benar tidak tahu kalau Suzy mengumbar kejahilannya disaat yang tidak tepat.
Lelaki itu mengusak rambutnya frustasi, moodnya belum sepenuhnya membaik karena harus seharian berhadapan dengan dosen pembimbingnya yang menyebalkan, sekarang permasalahannya dengan Luhan malah semakin meruncing.
"Kita batalkan saja pertunangannya."
DEG!
"APA?!"
Bola mata Sehun hampir saja keluar saat mendengar perkataan kelewat santai yang diucapkan oleh Luhan. "Jangan bercanda, Lu Han!"
"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku," balas Luhan tenang. Entah kemana aura kekanakan yang selama ini melekat padanya. Dihadapan Sehun saat ini adalah Luhan yang dingin dan penuh aura dewasa.
"Pikirkan baik-baik, Lu."
"Sudah kupikirkan baik-baik."
"Aku tidak ingin membatalkannya, berapa kali harus kukatakan? Aku mencintaimu!" teriak Sehun.
"Sebuah kata-kata tidak akan cukup, Sehun-ssi. Pada kenyataannya, kata-katamu tidak sesuai dengan apa yang kulihat."
"Lalu apa yang harus kulakukan agar kau percaya padaku?" suara Sehun melemah, ia jatuh berlutut bersamaan dengan kakinya yang mulai melemas.
Luhan terdiam menatap Sehun, perlahan dibawanya kaki jenjang itu melangkah mendekati Sehun yang masih menunduk dan menumpu tubuhnya dengan kedua lututnya.
"Tanda tangani ini."
Suara Luhan terdengar begitu dingin, Sehun mendongak dan menemukan secarik kertas yang diacungkan oleh Luhan didepan matanya.
"Apa ini?"
"Surat perjanjian," jawab Luhan, "Tanda tangani ini agar aku percaya kalau kau tidak pernah berselingkuh dibelakangku."
Sehun mengambil kertas itu dan membacanya, beberapa saat setelahnya mata sipitnya membulat membaca isi dari kertas itu.
Oh Sehun yang terhormat,
Dengan ini, saya Lu Han.Ingin menyampaikan hal penting kepada anda.
Yang pertama. Maaf karena telah membuat anda bingung dengan sikap saya selama beberapa hari terakhir. Itu semua ku lakukan agar anda tidak bisa mengingat hari spesial dalam hidup anda.
Yang kedua. Maaf karena telah membohongi anda dengan meminta bantuan Suzy eonnie yang mengaku sebagai kekasih anda. Aku yang melakukannya.
Yang ketiga. Ini semua rencanaku. Jadi kuharap anda tidak akan marah padaku.
Yang keempat. Selamat ulang tahun, Sehunnie oppa..
Yang kelima. Lulu mencintaimu, oppasaranghae.
Sehun mematung, pria itu mendongak dan menatap Luhan dengan raut wajah penuh tanya, dan pada saat itulah ia menemukan Luhan yang sedang tersenyum kekanakan padanya.
"Mianhae, oppa.." bisiknya lirih.
Bersamaan dengan kalimat Luhan, lampu disekitar taman yang sedari tadi gelap mulai menyala terang. Dan terpampanglah wajah-wajah yang Sehun kenal.
Orang tuanya, orang tua Luhan, Suzy dan seorang laki-laki tinggi disampingnya, Baekhyun dan Kyungsoo bersama temannya Jongin dan satu pria bertelinga lebar.
"Ka-kau.."
Luhan ikut berlutut dan mengusap pipi Sehun dengan sayang, "Maafkan Lulu, oppa.. dan Selamat Ulang Tahun.. oppa bertambah dewasa sekarang.."
Cup!
Gadis rusa itu mengecup pelan pipi kiri Sehun yang masih mencerna semua kejadian ini.
"Kau merencanakan ini semua?" tanya Sehun pelan, Luhan mengangguk antusias.
"Ya. Mama, Baba, Jae umma, Yunho appa, Suzy eonnie, Minho oppa, Baekhyun, Kyungsoo, Chanyeol dan Jongin oppa juga membantu," sahutnya ceria. Sehun memandang satu persatu wajah yang ada disana, sebelum akhirnya pandangannya jatuh pada Suzy yang sedang tersenyum lebar.
"Aku hanya membantu kekasihmu yang imut itu, Sehun. Hehe.." cengirnya polos.
Sehun mendengus dan mengalihkan tatapannya pada Luhan kembali.
"Darimana kau mendapat ide se-ekstrim ini?"
"Jongin oppa," jawabnya polos, Sehun mendelik kearah Jongin yang memamerkan cengirannya sembari memasang tanda perdamaian.
"Selamat ulang tahun, anak eomma.." suara lembut Jaejoong menginterupsi kegiatan keduanya, Sehun mendongak dan mendapati mereka semua sudah mendekat kearahnya dan Luhan sembari membawa kue ulang tahun dengan angka 23 diatasnya.
Sehun terharu, tentu saja. Tidak menyangka momen pergantian umurnya akan dilalui dengan cara yang tak terduga. Dimulai dari keterdiaman Luhan, perubahan Luhan, rencana konyol Luhan dan permintaan maaf yang unik dari Luhan. Semua membuat Sehun tersenyum dan menatap gadis itu dalam-dalam.
"Buat permintaan lalu tiup lilinnya," suara sang ayah, Yunho terdengar diantara lamunan Sehun. Sehun menatap figur sang ayah sebelum menatap kue yang dipegang ibunya dan memejamkan matanya.
Fuuhhh~
"Yeayyy!" tepukan dan sorakan girang berasal dari anak-anak remaja disana, mereka semua bergantian mengucapkan selamat kepada Sehun yang masih tersenyum, sangat tampan.
Terakhir, ia melihat Luhan menatapnya dengan malu-malu dan sedikit gelisah, "Oppa.."
"Hm?"
"Oppa tidak marah dengan Lulu, 'kan?"
Sehun tak menjawab, melainkan menatap Luhan dengan tatapan dingin andalannya. Sukses membuat nyali Luhan menciut dan kedua orang tua mereka menatap cemas dan mulai berpikir yang tidak-tidak.
Namun sepertinya mereka bisa bernafas lega, karena beberapa detik kemudian Sehun tersenyum dan menarik Luhan kedalam pelukannya.
"Ani, bagaimana oppa bisa marah pada rusa kecil kesayangan oppa?"
Luhan menghembuskan nafas lega, ia mendongak menatap Sehun yang juga sedang menunduk menatapnya, "Benar oppa tidak marah?"
Sehun mengangguk dan mengecup sayang puncak kepala Luhan, "Oppa tidak marah."
"Hehe, oppa saranghae~" ujar Luhan ceria. Sehun mau tak mau tersenyum dan mencubit hidung gadis itu dengan gemas sebelum berujar tulus dan kembali menarik Luhan kedalam pelukannya.
"Oppa do saranghae.."
.
.
.
.
.
.
END
Ini dibuat Cuma dalam waktu 3 setengah jam tanpa edit, jadi maaf yaa kalo banyak typo atau kekurangan^^
Yoootttt~ selamat ulang tahun uri Sehunnie, ciee maknae 23th euyy^^ pheo berharap selalu sehat nd tetep solid sama anak2 EXO yaaaa..
Gimana ff nya? Baguskah? Pheo Cuma mau ikut memeriahkan ulang tahunnya Sehun aja.. meski Sehun sama Luhan mungkin tidak bisa bersatu didunia nyata, tapi didunia ff mah gak ada yg gak mungkin, betul?^^
Oke, segitu aja .. sekali lagi Selamat Ulang Tahun, Oh Sehun-ssi. Jalhanda! Annyyeoooonngggg~
Mind to Review, guys?
.
.
Oh Pheonix 2016
